cover
Contact Name
Darmadi Hariyanto
Contact Email
Darmadi Hariyanto
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalpori@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Radioterapi & Onkologi Indonesia
ISSN : 20869223     EISSN : -     DOI : -
Majalah Radioterapi & Onkologi Radiasi Indonesia (Journal of the Indonesian Radiation Oncology Society) dengan ISSN 2086-9223, satu-satunya majalah dalam bidang Onkologi Radiasi di Indonesia, merupakan majalah di bawah penerbit Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI). Majalah ini rutin diterbitkan sejak tahun 2010 dengan frekuensi terbitan 2 kali dalam setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 108 Documents
Brakhiterapi Nasofaring Isnaniah Hasan; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 2 (2014): Volume 5 No.2 Juli 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1005.082 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i2.27

Abstract

Kanker nasofaring adalah keganasan pada epitel nasofaring yang kejadiannya cukup tinggi di daerah Asia dan memiliki potensi kuratif dengan pengobatan radiasi, baik radiasi eksterna maupun brakhiterapi. Letak nasofaring yang berdekatan dengan basis kranii menyebabkan sulitnya tindakan operasi sehingga terapi dengan brakhiterapi akan memberikan keuntungan karena menempatkan sumber  radiasi  sangat dekat dengan target radiasi sehingga memungkinkan kecilnya volume jaringan normal yang akan diradiasi, dengan dosis yang sangat tinggi pada kanker dan dosis yang cukup pada batas antara kanker dan jaringan normal. Terdapat 3 kategori brakhiterapi, yaitu Brakhiterapi laju dosis rendah atau low dose rate (LDR), dosis menengah atau medium dose rate (MDR, dan dosis tinggi atau high dose rate (HDR) yang pemberiannya harus dengan menggunakan remote afterloader. Ada beberapa macam teknik brakhiterapi yang dilakukan,yaitu: teknik cetakan, teknik Massa-chusetts, implant interstitial permanen transnasal, dan teknik Rotterdam yang dilakukan di departemen radioterapi RSCM
Peran Radioterapi pada Primary Optic Nerve Sheath Meningioma Ericko Ekaputra; H.M Djakaria
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 7, No 2 (2016): Volume 7 No.2 Juli 2016
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (847.791 KB) | DOI: 10.32532/jori.v7i2.44

Abstract

Optic Nerve Sheath Meningioma (ONSM) merupakan tumor primer dari jaringan pembungkus saraf optik. Metode diagnosis dan tatalaksana ONSM telah banyak berkembang pada beberapa tahun belakangan. Diagnosis ONSM dapat dilakukan dengan pendekatan klinis, radiologis dan biopsi pada kebanyakan kasus. Tatalaksana ONSM bergantung pada beberapa faktor. Pembedahan pada tatalaksana ONSM diasosiasikan dengan tingginya risiko kebutaan. Observasi dapat dilakukan pada pasien dengan defisit penglihatan yang ringan dan tidak progresif. Sedangkan pada kasus progresif dan lanjut, kombinasi pembedahan dan radioterapi untuk tujuan meningkatkan dan mempreservasi penglihatan, Fractionated Stereotactic Radiotherapy (FSRT) dapat digunakan.
Revolusi Teknik Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring Aurika Sinambela; Nana Supriana
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 9, No 1 (2018): Volume 9 No.1 Januari 2018
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (994.715 KB) | DOI: 10.32532/jori.v9i1.71

Abstract

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan yang berasal dari sel epitel nasofaring. Laju insidens paling tinggi ada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Perkembangan terapi radiasi menjadi revolusi tatalaksana KNF.Dalam beberapa dekade terakhir, akumulasi pengetahuan mengenai radiobiologi dan penentuan volume target, serta modalitas radiodiagnostik yang semakin maju memungkinkan revolusi teknik radiasi KNF.Peningkatan signifikan sintasan dan pengurangan toksisitas yang fatal pada terapi radiasi pasien KNF dapat dicapai setelah revolusi teknik radiasi dari era 2DRT, 3DCRT, hingga IMRT.
Efek Dasar Radiasi pada Jaringan Arry Setyawan; H.M Djakaria
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 1 (2014): Volume 5 No.1 Januari 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.457 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i1.22

Abstract

Dalam pengobatan kanker menggunakan radioterapi, paparan radiasi ke jaringan normal harus menjadi pertimbangan karena efek samping kemudian akan membatasi pengobatan kanker.  Efek atau respon jaringan normal terhadap  radiasi dapat lebih mudah dipahami dengan mengetahui perbedaan tipe organisasi/struktur jaringan. Pada jaringan, terdapat mekanisme homeostasis sebagai respon kehilangan sel akibat cedera. Homeostasis menjamin repopulasi kelompok sel matur fungsional yang bertanggung jawab pada fungsi suatu organ. Sel matur fungsional relatif tidak terpengaruh oleh radiasi dan akan mati sesuai usia biologisnya.   Manifestasi klinis timbul saat terjadi kegagalan repopulasi kelompok sel ini oleh sel pada lapisan prekusor. Efek radiasi pada beberapa jaringan tubuh secara umum dapat dijelaskan dengan prinsip yang sama.
Profil Pasien Kanker Rektum yang Menjalani Radiasi di Departemen Radioterapi RSUPN Cipto Mangunkusumo Periode Tahun 2009-2014 Annisa Febi Indarti; Sri Mutya Sekarutami; Sahat Matondang
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 7, No 1 (2016): Volume 7 No.1 Januari 2016
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1073.457 KB) | DOI: 10.32532/jori.v7i1.38

Abstract

Kanker kolorektal masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia.  Beberapa studi terdahulu melaporkan adanya hubungan antara pemanjangan waktu terapi dengan penurunan kontrol lokal, namun studi-studi tersebut dilakukan pada kasus-kasus keganasan di organ lain.  Untuk  mengetahui profil pasien kanker rektum di Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi, maka dilakukan penelitian ini. Penelitian bersifat retrospektif deskriptif analitik, terhadap 144 pasien kanker rektum yang menjalani radiasi di departemen ini sejak Januari 2009-Januari 2014. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien kanker rektum di Departemen Radioterapi RSCM sama dengan hasil dari berbagai studi sebelumnya, kecuali karakteristik usia. Respons radiasi hanya dapat   dievaluasi pada 7 pasien. Tidak ditemukan korelasi antara OTT dan DTT dengan respons  radiasi. Analisis kesintasan 3 dan 5 tahun masing-masing adalah 65% dan 45%,  dengan median kesintasan 59 bulan.
Short-Course versus Long-Course Preoperative Radiotherapy in Rectal Cancer: an Evidence Based Case report Ayu Santika Santaningrum; Fenny Tjuatja; Giovano Andika Pradana; Hari Murti Wijaya; Jellyca Anton; Regina Wulandari; Sinta Prastiana Dewi; - Sudibio; Wahyu Diyana
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 2 (2017): Volume 8 No.2 Juli 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.982 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i2.70

Abstract

Background  Surgery is the mainstay therapy for colorectal carcinoma with curative intent, while radiotherapy and chemotherapy act as adjuvant or neoadjuvant therapy. The desicion for surgery depends on tumor resectability. Neoadjuvant radiotherapy, both short-course radiotherapy (SRT) or long-course radiotherapy (LRT) with or without concurent chemtherapy, is aimed to increase tumor resectability. This article compares advantages of SRT and LRT. Method  We designed a search filter using relevant synonyms for the domain: “rectal carcinoma”, “resectable”, “preoperative radiotherapy”, and “short-course”. Publications are retrieved from PubMed, Cochrane Library, and EBSCO using MESH terms and search terms in title and abstract fields. Articles’ titles and abstracts from search result are screened for relevance. Eligible articles are selected based on inclusion and exclusion criterias. Selected articles are critically appraised for methods validity. Result  Six articles are included in our study, consists of four randomized clinical trials and four metaanalyses. Conclusion  SRT is as effective as LRT with or without chemotherapy in terms of overall survival, disease free survival, local recurrence rate, disease metastasis rate, free resection rate, and grade 3-4 toxicity. LRT with or without chemotherapy showed superiority in increasing pathological complete response rate and sphincter preservation rate. SRT is a better choice in centers with a long waiting list.
Peran Radiasi Eksterna pada Tata Laksana Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma Mirna Primasari; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 2 (2013): Volume 4 No. 2 Juli 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1380.885 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i2.17

Abstract

Radioterapi identik dengan terapi pada penyakit-penyakit keganasan, yang juga dapat digunakan untuk terapi pada penyakit non keganasan. Radiasi eksterna pada penyakit non keganasan cenderung diabaikan dan dilupakan karena masih banyak pilihan terapi lainnya, meskipun demikian ternyata perannya untuk beberapa penyakit non keganasan amatlah pent-ing untuk kita ketahui. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA) merupakan salah satu contoh kasus penyakit non keganasan yang membutuhkan terapi radiasi eksterna, baik sebagai tindakan yang bertujuan kuratif definitif maupun paliatif.
Respon Radiasi dan Kesintasan Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut Lokal di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Periode Januari 2007-Desember 2011 Nastiti Rahajeng; Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo; Zanil Musa
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 2 (2015): Volume 6 No.2 Juli 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.022 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i2.33

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon radiasi, kesintasan hidup, dan faktor yang mungkin mempengaruhi dalam penanganan karsinoma nasofaring stadium lanjut  lokal. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif analitik terhadap 391 pasien karsinoma nasofaring stadium lanjut lokal yang berobat di Departemen Radioterapi RSCM periode Januari 2007-Desember 2011. Respon radiasi dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman dan analisis kesintasan dihitung dengan kurva Kaplan Meier pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan 70.6% pasien adalah laki laki, median usia 45 (9-86) tahun, sebagian besar stadium IVB (32,7%) dengan tipe histopatologis WHO III paling dominan (82,4%).  Kesintasan hidup 3 dan 5 tahun untuk masing-masing stadium IIB, III, IVA, IVB berturut-turut adalah 64,9%, 57,6%, 47,4%, 48,0% dan 64,9%, 43,2%, 34,3%, 26,6%. Sedangkan respon komplit untuk masing-masing stadium IIB, III, IVA, IVB ber-turut-turut 83,3%, 73,3%, 52,6%, 45,8%. Terdapat korelasi bermakna antara respon radiasi dengan stadium (r=0,242;p=0,038) dan antara respon radiasi dan kesintasan hidup (r=- 0,251;p=0,031.
Keganasan Primer Vagina Anak Agung Sagung Ari Lestari; Nana Supriana
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 1 (2017): Volume 8 No.1 Januari 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.571 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i1.59

Abstract

Keganasan primer vagina adalah keganasan yang jarang ditemukan, berkisar 1-2% dari seluruh keganasan ginekologi. Keganasan primer vagina sebagian besar berupa karsinoma sel skuamosa yang erat berhubungan dengan adanya infeksi Human Papillomavirus (HPV). Radioterapi memegang peranan penting dalam tatalaksana keganasan vagina dengan mengkombinasikan radiasi eksterna dengan brakiterapi. Operasi memiliki peran yang sangat sedikit pada kasus ini karena letak anatomis vagina yang sangat dekat dengan kandung kencing dan rektum. Kemoradiasi masih diperdebatkan penggunaannya dalam terapi keganasan vagina.
Peran Radiasi dalam Tatalaksana Karsinoma Adenoid Kistik Orbita Faisal Adam; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 1 (2013): Volume 4 No. 1 Januari 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.3 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i1.12

Abstract

Radiasi definitif sebagai terapi Karsinoma Adenoid Kistik (ACC) masih kontroversial. Kebanyakan studi melaporkan peran radiasi sebagai terapi ajuvan pascabedah, oleh karenanya radiasi saja tidak direkomendasikan. Namun, belakangan ini terdapat laporan penggunaan radiasi dengan hasil yang baik disebabkan adanya modalitas tambahan seperti kemoradiasi dan kemajuan teknologi yang memungkinkan teknik Radiasi Stereotaktik (SRT), terutama di daerah dengan banyak organ kritis seperti regio orbita. Berikut kami melaporkan kasus ACC orbita dari kelenjar lakrimal pada anak usia 9 tahun yang mendapatkan SRT dengan dosis 40 Gy dalam 10 fraksi. Tiga bulan pascaradiasi, didapatkan hasil yang cukup baik dengan respon tumor yang signifikan

Page 4 of 11 | Total Record : 108