cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 14124920     EISSN : 27755614     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 283 Documents
Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di RSUD Meuraxa Imam Khalasha Tigana; Farid Bastian; Satria Safirza
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 5 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.5.308-313

Abstract

Latar belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) dengan angka kejadian yang tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, didapatkan peningkatan angka kejadian hipertensi sebesar 8,31% dibandingkan angka kejadian hipertensi pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi di Provinsi Aceh pada tahun 2018 sebesar 26,45% dari total penduduk berusia 18 tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Meuraxa kota Banda Aceh tahun 2022. Metode: Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan subjek buku status pasien yang terdapat di ruang rekam medis, yang mana jumlah sampel penelitian sebanyak 70 orang. Sampel dalam penelitian direkrut dengan menggunakan non-probability sampling yaitu purposive sampling dengan menggunakan beberapa pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan untuk dapat menentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi primer dan sekunder yang dirawat inap di RSUD Meuraxa, baik laki-laki maupun perempuan, dan tercatat didalam rekam medis periode tahun 2022. Penelitian dilakukan diruang rawat inap RSUD Meuraxa Banda Aceh.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, terdapat temuan bahwa penderita hipertensi paling banyak ditemukan pada rentang usia 56-65 tahun, yaitu sebanyak (32.9%). Jika dilihat dari segi jenis kelamin, penderita hipertensi yang paling banyak ditemukan adalah perempuan, sebanyak (68.6%). Selanjutnya, apabila dilihat dari segi derajat hipertensi, hipertensi derajat 2 merupakan yang paling umum, dengan jumlah sebanyak (88.6%). Sebanyak (72.9%) dari penderita hipertensi tidak mengalami komplikasi. Dalam pengobatan menggunakan obat antihipertensi, golongan Calcium Channel Blocker (CCB) merupakan yang paling banyak digunakan, sebanyak (46%). Berdasarkan lama rawatan, mayoritas penderita hipertensi dirawat kurang dari 1 minggu, yaitu sebanyak (74%). Simpulan: Penelitian menemukan bahwa hipertensi derajat 2 merupakan yang paling banyak diderita oleh responden yaitu sebanyak 62 orang (88.6%).Kata kunci: hipertensi; karakteristik pasien Title: Characteristics of Hypertension Patients Hospitalized at Meuraxa HospitalBackground: Hypertension, a non-communicable disease (PTM), is common in Indonesia and other developing nations. Hypertension incidence increased 8.31% in 2018 compared to 2013. Aceh Province's 18-year-old population had 26.45% hypertension in 2018. This study examined 2022 hypertensive patients treated at Meuraxa Hospital in Banda Aceh City.Method: This research method employs a descriptive quantitative approach with a sample size of 70 for the subject of the patient status book in the medical record room. The number of samples to be investigated was determined using non-probability sampling, namely purposive sampling, with specific considerations based on the desired criteria. Male and female patients with primary and secondary hypertension who were hospitalized at Meuraxa Hospital between 2022 and 2023 and whose medical records were documented were used as the sample criteria for this study. The research was conducted in the hospital ward of Banda Aceh's Meuraxa Hospital.Results: Based on the results of the study, it was found that most people with hypertension were found in the age range of 56-65 years, namely (32.9%). In terms of gender, the most common hypertension sufferers were women (68.6%). Furthermore, when viewed in terms of the degree of hypertension, grade 2 hypertension is the most common, with a total of (88.6%). As many (72.9%) of hypertension sufferers did not experience complications. In the treatment of using antihypertensive drugs, the Calcium Channel Blocker (CCB) group is the most widely used, as much as (46%). Based on the length of stay, the majority of hypertensive patients were treated for less than 1 week, namely (74%).Conclusion: The study found that 62 people (88.6%) suffered from grade 2 hypertension the most.Keywords: hypertension; patient characteristic
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Prediabetes Mujiono Mujiono; Ari Udijono; Diana Kusuma
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 5 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.5.314-318

Abstract

Latar belakang: Prediabetes merupakan awal terjadinya diabetes mellitus. Prediabetes tidak mempunyai gambaran khas seperti diabetes mellitus, akan tetapi prevalensi prediabetes lebih besar dibandingkan dengan diabetes mellitus yaitu 29,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian prediabetes pada pegawai kantor ketenagalistrikan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional analitik menggunakan rancangan studi cross-sectional. Sampel penelitian seluruh pegawai kantor ketenagalistrikan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta bagian administrasi dan lapangan yang telah melakukan pemeriksaan berkala kesehatan tahun 2022 sebanyak 1.329 orang. Variabel yang diteliti adalah umur, masa kerja, jenis pekerjaan, IMT, lingkar perut dan kadar HDL yang dihubungkan dengan kejadian prediabetes. Analisis data sekunder dengan melakukan analisis univariat dan bivariat. Uji statistik menggunakan uji chi-square.Hasil: Pegawai yang mengalami prediabetes sebanyak 29,6% dengan karakteristik umur ≥40 tahun (55,2%), masa kerja > 5 tahun (30,5%), bekerja dibagian administrasi (35,1%), IMT dalam kategori gemuk (37,4%), lingkar perut berisiko (38,7%) dan kadar HDL rendah (36,4%). Terdapat hubungan yang signifikan antara umur (p = 0,0001), masa kerja (p = 0,007), jenis pekerjaan (p = 0,0001), IMT (p = 0,0001), lingkar perut (p = 0,0001), dan kadar HDL (p = 0,006) dengan kejadian prediabetes pada kantor ketenagalistrikan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa kejadian prediabetes terjadi karena kadar HDL yang rendah, kurangnya aktifitas fisik, dan pertambahan umur yang meningkatkan risiko terjadinya suatu penyakit.Kata kunci: HDL; HbA1c; prediabetes Title: Factors Associated with the Prevalence of PrediabetesBackground: Prediabetes is the beginning of diabetes mellitus. Prediabetes does not have typical features like diabetes mellitus, but the prevalence is more than diabetes mellitus at 29,9%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of prediabetes in electric power office employees in Central Java and the Special Region of Yogyakarta..Method: Quantitative research with an analytic observational approach using a cross-sectional study design. The research sample is all employees of the electricity office in Central Java and the Special Region of Yogyakarta for the administrative and field sections who have carried out periodic health checks in 2022 as many as 1,329 people. The variables studied were age, length of service, type of work, BMI, abdominal circumference and HDL levels with the incidence of prediabetes. Secondary data analysis by conducting univariate and bivariate analysis. Statistical tests use the chi-square test.Result: Employees with prediabetes were 29,6% with characteristics of age ≥40 years (55,2%), working experience > 5 years (30,5%), working in administration (35,1%), BMI in the fat category (37,4%), at-risk abdominal circumference (38,7%), and low HDL levels (36,4%). There is a significant relationship between age (p = 0,0001), years of service (p = 0,007), type of work (p = 0,0001), BMI (p = 0,0001), abdominal circumference (p = 0,0001), and HDL levels (p = 0,006) with the incidence of prediabetes.Conclusion: This study concluded that the incidence of prediabetes occurs due to low HDL levels, lack of physical activity, and increasing age which increases the risk of diseaseKeywords: HDL; HbA1c; prediabetes
Hubungan antara Neutrofil Limfosit dengan Lama Rawatan dan Angka Kematian Pasien COVID-19 di RSUD Meuraxa Banda Aceh Evi Maryani; Nur Fitriani; Andri Andri
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 5 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.5.283-290

Abstract

Pendahuluan: Corona virus disease (COVID-19) adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan disebabkan oleh virus SARS CoV-2. Pasien yang terinfeksi COVID-19 mengalami penurunan sistem imun akibat peningkatan rasio neutrofil disertai penurunan limfosit. Hal tersebut dapat mempengaruhi lama rawatan dan kematian pasien. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui peningkatan dan penurunan rasio neutrofil limfosit (RNL) disertai hubungan terhadap lama rawatan dan kematian pasien COVID-19.Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik pendekatan cross sectional pengambilan data dengan purposive sampling pada bulan Januari-Oktober 2021 berjumlah 200 sampel. Data diambil dari catatan rekam medik pasien sesuai kriteria inklusi. Data dalam penelitian ini dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat.Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan jumlah pasien dengan RNL >3,13 lebih banyak dibandingkan dengan ≤3,13. Pasien COVID-19 dengan lama rawatan <14 hari lebih banyak dibandingkan ≥14 hari. Pasien yang dirawat dengan status sembuh lebih banyak dibandingan meninggal. Analisis bivariat mendapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara RNL dengan lama rawatan dengan nilai p sebesar 0,908 (Lebih dari α 0,05). Akan tetapi, terdapat hubungan antara peningkatan RNL dengan kematian pasien (nilai p = 0,001). Analisis multivariat regresi logistik multinomial pada RNL dan lama rawatan berpengaruh terhadap kematian pasien COVID-19.Kesimpulan: Kesimpulan terdapat hubungan antara peningkatan RNL dengan kematian, tetapi tidak terdapat hubungan antara RNL dengan lama rawatan.Kata kunci: COVID-19, Rasio Neutrofil Limfosit (RNL), lama rawatan, kematian pasien Title: Relationship Between Neutrophil Lymphocytes and Length of Care and Death Rate of Covid-19 Patients in Meuraxa Hospital Banda AcehBackground: Corona virus disease (COVID-19) is a disease that affects the respiratory system caused by the SARS CoV-2 virus. Patients infected with COVID-19 experience a decrease in the immune system due to an increase in the ratio of neutrophils accompanied by a decrease in lymphocytes. This can affect the length of treatment and death of the patient.  to determine the increase and decrease in the ratio of neutrophil lymphocytes (RNL) along with the relationship to the length of treatment and death of COVID-19 patients.Method: This type of descriptive analytical research with a cross-sectional approach, data were collected by purposive sampling in January-October 2021, totaling 200 samples. Data were taken from patient medical records according to the inclusion criteria. The data in this study were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate.Result: The results of the univariate analysis showed that the number of patients with RNL >3.13 was higher than that of those with ≤3.13. More COVID-19 patients with a length of stay <14 days than ≥14 days. More patients who were treated with recovery status than died. Bivariate analysis showed that there was no relationship between RNL and length of stay, with a p value of 0.908 (more than α 0.05). However, there is a relationship between increased RNL and patient death (p value = 0.001). Multivariate analysis of multinomial logistic regression on RNL and length of stay has an effect on the death of COVID-19 patients. Discussion: There is a correlation between increased RNL and mortality, but there is no correlation between RNL and duration of stay.Keywords: COVID-19, Neutrophil Lymphocyte Ratio (RNL), length of stay, patient death
Hubungan antara Status Gizi dan Kondisi Lingkungan Kerja dengan Produktivitas Pegawai (Studi pada Kantor Ketenagalistrikan di Semarang) Indriyani Widayati; Ari Udijono; Lu&#039;luil Ma&#039;rifati
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 5 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.5.319-325

Abstract

Latar belakang: Tingkat produktivitas kerja sangat penting dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai pegawai kantor ketenagalistrikan. Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya status gizi dan kondisi lingkungan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara status gizi dan kondisi lingkungan kerja dengan produktivitas pegawai kantor ketenagalistrikan di Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan observasional analitik menggunakan rancangan studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada Mei s.d. Juli 2023 dengan populasi seluruh pegawai kantor ketenagalistrikan di Kota Semarang sebanyak 677 pegawai. Variabel bebas adalah status gizi dan kondisi lingkungan kerja, sedang variabel terikatnya adalah produktivitas kerja pegawai kantor ketenagalistrikan di Kota Semarang. Data dalam penelitian ini diambil menggunakan kuesioner yang disebarkan melalui Google Form kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square.Hasil: Usia responden dalam penelitian ini diketahui paling muda adalah 25 tahun dan paling tua berusia 57 tahun. Produktivitas kerja pegawai kategori baik lebih banyak pada responden dengan status gizi tidak normal (60%) dibandingkan responden dengan status gizi kategori normal (55,10%). Produktivitas kerja pegawai kategori baik lebih banyak pada responden yang mendapatkan kondisi lingkungan kerja yang baik (75%) dibandingkan responden yang mendapatkan kondisi lingkungan kerja yang kurang (31,30%). Hasil analisis bivariat pada penelitian di kantor ketenagalistrikan Semarang menunjukkan secara statistik tidak ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas pegawai (nilai p = 1,000) dan ada hubungan antara kondisi lingkungan kerja dengan produktivitas pegawai (nilai p = 0,000).Simpulan: Pada kantor ketenagalistrikan di Semarang, diketahui bahwa terdapat hubungan antara kondisi lingkungan kerja dengan produktivitas kerja pegawai (nilai p = 0,000), sedang status gizi tidak berhubungan secara statistik (nilai p = 1,000). Melihat adanya hubungan antara lingkungan kerja dengan produktivitas kerja, maka diharapkan ada peningkatan kualitas lingkungan kerja baik secara fisik maupun non fisik sehingga dapat menjadi jembatan peningkatan produktivitas kerja pegawai.Kata kunci: status gizi; lingkungan kerja; produktivitas kerja Title: Employee Productivity in Relation to Nutritional Status and Working Environment Conditions (Study at the Electricity Office in Semarang)Background: In performing duties and responsibilities as an employee of the electricity office, the level of work productivity is crucial. Several factors, such as nutritional status and the conditions of the workplace, can have an effect on work productivity. This study's objective was to examine the relationship between Semarang office workers' nutritional status and working environment conditions and their productivity.Method: This is a quantitative study employing an analytical observational methodology and a cross-sectional design. The study was conducted between May and July of 2023, with a sample size of 677 electricity office employees in Semarang City. The independent variables are nutritional status and working environmental conditions, while the dependent variable is the work productivity of electricity office employees in Semarang City. This study's data were collected via a Google Form questionnaire and analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test.Result: The youngest participant in the research was 25 years old, while the oldest participant was 57 years old. Sixty percent of respondents with an abnormal nutritional status were more productive at work than those with a normal nutritional status (55.10 percent). The work productivity of employees who receive good working conditions is greater (75%) than that of respondents who receive subpar working conditions (31.30%). The results of bivariate analysis in research at the Semarang electricity office show that statistically there is no relationship between nutritional status and employee productivity (p value = 1.000) and there is a relationship between working environmental conditions and employee productivity (p value = 0.000).Conclusion: The Semarang power office found that working environment conditions and staff productivity were significantly associated (p = 0.000), while nutritional status was not (p = 1.000). The association between the work environment and employee productivity suggests that improving the physical and non-physical quality of the workplace will boost productivity.Keywords: nutritional status; work environment; work productivity
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Ulkus Diabetikum di RSUD Meuraxa Banda Aceh Teuku Muhamad Haikal Zikransyah; Fakhrul Rizal; M. Hendro Mustaqim
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 5 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.5.291-295

Abstract

Latar Belakang: Ulkus diabetikum merupakan suatu luka kronik yang terjadi pada daerah di perifer tubuh dan paling sering di dapati pada bagian bawah pergelangan kaki yang di akibatkan oleh neuropati perifer, penyakit arteri perifer atau keduanya yang meningkatkan mordibitas, mortalitas, dan mengurangi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian ulkus diabetikum di RSUD Meuraxa Banda Aceh.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif dan menggunakan data sekunder dari catatan instalasi rekam medis lengkap pasien ulkus diabetikum yang datang berobat ke poli bedah Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa sebanyak 96 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi lembar penelitian berdasarkan rekam medis dan data dianalisis dengan menggunakan uji Chi square. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi dimana berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil: Penelitian hubungan jenis kelamin dengan kejadian ulkus diabetikum berdasarkan uji statistik dengan menggunakan Uji chi-square, tidak ditemukan hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ulkus diabetikum (nilai p = 0,082).Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ulkus diabetikum pada pasien Rumah Sakit Umum Meuraxa, Banda Aceh.Kata kunci: jenis kelamin; ulkus diabetikum Title: The Relationship between Gender and Diabetic Ulcuses at Meuraxa Hospital, Banda AcehBackground: Diabetic Ulcer is a chronic wound that occurs in peripheral areas of the body and is most often found at the bottom of the ankle caused by peripheral neuropathy, peripheral arterial disease or both which increase morbidity, mortality and reduce the quality of life of patients. This study aims to determine the relationship between gender and the incidence of Diabetic Ulcers at the Meuraxa General Hospital in Banda Aceh. Method: This research is a descriptive analytic study with a retrospective approach and uses secondary data from complete medical rehabilitation records of diabetic ulcer patients who came for treatment at the surgical clinic of the Meuraxa General Hospital—as many as 96 people. Data collection was carried out by filling out research sheets based on medical records, and the data were analyzed using the Chi square test. The sampling technique in this study used the total sampling method, namely the sampling technique of taking all members of the population, which is based on inclusion and exclusion selection. Result: Research on the relationship between gender and the incidence of diabetic ulcers based on statistical tests using the chi-square test found no significant relationship between gender and the incidence of diabetic ulcers (p value = 0.082).Conclusion: There is no correlation between gender and the incidence of diabetic ulcers at Meuraxa General Hospital in Banda Aceh.Keywords: gender; diabetic ulcer
Analisis Kandungan Gizi dan Daya Terima Cookies Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batatas L) dengan Tambahan Tepung Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) pada Siswa SDN 23 Kendari Riska Mayangsari; Emi Febrianti; Habib Ihsan; Ummu Kalsum; Diesna Sari
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 6 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.6.381-385

Abstract

Latar belakang: Permasalahan gizi pada anak sekolah dasar di Indonesia masih banyak ditemukan dan tergolong masih cukup tinggi, karena kebutuhan zat gizi pada anak yang meningkat untuk pertumbuhan dan perkembangnya agar optimal.  Dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi anak maka penting halnya pemberian makanan tambahan sehingga dapat mengatasi permasalahan gizi tersebut. Diperlukan salah satu alternatif makanan tambahan yang dapat diberikan, salah satunya dapat berbentuk cookies. Cookies atau kue kering merupakan salah satu jenis makanan ringan yang digemari semua kelompok umur baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemanfaatan pangan lokal dalam pembuatan cookies seperti ubi jalar dan ikan tongkol ini ini diharapkan bisa menambah nilai gizi bagi camilan sehat untuk anak sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan gizi dan daya terima tepung ubi jalar kuning dan tepung ikan Tongkol terhadap kualitas cookies.Metode: Desain penelitian ini menggunakan desain pra eksperimen dengan 1 taraf perlakuan. Populasi dalam penelitian ini yaitu 18 siswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampel. Data diperoleh menggunakan lembar questioner. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon (α ≤ 0,05).Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sample R1 merupakan perlakuan yang paling disukai anak. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan daya terima pada karakteristik aroma (p = 0,046), tekstur (p = 0,046) dan rasa (p = 0,034), namun tidak berbeda pada karakteristik warna (p = 0,083). Berdasarkan analisis kandungan gizi, cookies R1 merupakan cookies dengan nilai kandungan gizi paling baik yaitu mengandung protein 15,257%, lemak 54,7%, dan B-karoten 14,235%.Simpulan: Cookies R1 merupakan cookies yang paling disukai anak dari aspek warna, aroma, rasa, dan tekstur, serta memiliki persentase kandungan protein, lemak dan B-karoten yang lebih tinggi.Kata kunci: cookies; daya terima; ikan tongkol; ubi jalar kuning Title: Nutritional Analysis and Acceptability of Yellow Sweet Potato (Ipomea Batatas L) Cookies with The Addition of Mackarel (Euthynnus Affinis) Flour in Students of SDN 23 KendariBackground: Nutritional problems in elementary school children in Indonesia are still common and are considered quite high because children's nutritional needs are increasing for optimal growth and development. To fulfill children's nutritional needs, it is important to provide additional food so that they can overcome these nutritional problems. Additional alternative food is needed that can be provided, one of which can be in the form of cookies. Cookies or pastries are a type of snack that is popular with all age groups, both in urban and rural areas. It is hoped that the use of local food in making cookies such as sweet potatoes and tuna can add nutritional value to healthy snacks for school children. This research was to determine the nutritional content and acceptability of yellow sweet potato flour and tuna fish flour on the quality of cookies.Method: This research design uses a pre-experimental design with 1 treatment level. The population in this study was 18 students with a sampling technique using the total sample. Data was obtained using a questionnaire sheet. Statistical analysis used the Wilcoxon test (α ≤ 0.05).Results: The results of the study showed that sample R1 was the treatment that children liked most. The results of statistical analysis showed that there were differences in acceptability in aroma characteristics (p = 0.046), texture (p = 0.046), and taste (p = 0.034), but no differences in color characteristics (p = 0.083). Based on the nutritional content analysis, R1 cookies are the cookies with the best nutritional value, namely containing 15.257% protein, 54.7% fat, and 14.235% B-carotene.Conclusion: R1 cookies are the cookies that children like most in terms of color, aroma, taste, and texture, and have a higher percentage of protein, fat, and B-carotene content.Keywords: cookies; acceptability; tuna; yellow sweet potato
Identifikasi Parasit Alergen Kulit dan Evaluasi Personal Hygiene pada Anak Pesantren Ahmad Supandi; Isfanda Isfanda; Syarifah Nora
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 6 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.6.346-351

Abstract

Latar belakang: Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tubuh yang berlebihan terhadap suatu alergen. Alergen yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit diantaranya Sarcoptes scabiei var hominis dan tungau debu rumah. Penyakit skabies di pondok pesantren kurang diperhatikan oleh santri. Faktor lingkungan yang kurang baik, personal hygiene yang buruk, pengetahuan yang kurang adalah penyebab terjadinya risiko penularan penyakit skabies. Tujuan dari penelitian adalah identifikasi alergen kulit dan mengetahui hubungan personal hygiene dengan skabies.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik Cross Sectional Study. Sampel dipilih dengan metode Purposive Sampling yaitu siswa yang mengalami infeksi kulit dan didapatkan 145 siswa.Hasil: Hasil penelitian didapatkan identifikasi Sarcoptes Scabiei Var Hominis dan Dermatophagoides Farinae. Distribusi skabies diketahui sebanyak 20 (13,8%) responden mengalami skabies, sedangkan 125 (86,2%) responden tidak mengalami skabies. Distribusi personal hygiene diketahui 100 (69%) responden memiliki personal hygiene yang baik dan 45 (31%) responden memiliki personal hygiene yang buruk. Hasil analisa bivariat didapatkan responden yang memiliki personal hygiene yang buruk yaitu 45 responden (31%) dengan 13 responden (28,9%) dan 32 responden (71,1%) tidak mengalami skabies. Sementara responden yang memeliki personal hygiene yang baik yaitu 100 responden (69%) dengan 93 responden (93%) tidak mengalami skabies dan 7 responden (7%) mengalami skabies.Simpulan: Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan personal hygiene dan skabies, siswa diharapkan lebih memperhatikan personal hygiene dan tidak melakukan kontak dengan penderita skabies agar tidak terjadi penularan.Kata kunci: alergen; skabies; personal hygiene; tungau debu rumah Title: Identification of Skin Allergen Parasites and Evaluation of Personal Hygiene in Islamic Boarding School ChildrenBackground: Allergy is an excessive hypersensitivity reaction of the body to an allergen.  Allergens that can cause infections of the skin include Sarcoptes scabiei (var. hominis) and house dust mites. Scabies disease in Islamic boarding schools is not given enough attention by students. Unfavorable environmental factors, poor personal hygiene, and lack of knowledge are the causes of the risk of scabies transmission. The purpose of this research is to help skin allergens and determine the relationship between personal hygiene and scabies.Method: The type of research used is a descriptive analytical cross sectional study. The sample was selected by purposive sampling method, namely students who had skin infections and obtained 145 students. Result: Dermatophagoides Farinae and Sarcoptes Scabiei Var Hominis were identified by the research findings. The distribution of scabies was as follows: 125 respondents (86.2%) did not develop scabies, while 20 (13.8%) did. According to the data on personal hygiene distribution, one hundred (69%) of the respondents maintain adequate personal hygiene, while forty-five (31%) do not. The bivariate analysis revealed that among the respondents, 45 individuals (31%) exhibited inadequate personal hygiene, while 13 individuals (28.9%) and 32 individuals (71.1%) did not report any instances of scabies. In contrast, one hundred respondents (69%) maintained excellent personal hygiene, with seven respondents (7%) developing scabies and 93 respondents (93%) not experiencing them. Conclusion: The study found a link between personal hygiene and scabies. Students should practice better cleanliness and avoid scabies sufferers to prevent transmission.Keywords: allergen; scabies; personal hygiene; house dust mite
Faktor Ibu, Keragaman Pangan, Asupan Zat Gizi Makro, dan Hubungannya dengan Status Gizi Kurang pada Ibu Balita Stunting di Kota Semarang Sabela Nadhira Rakhmatika; Rachma Purwanti; Ani Margawati; Fillah Fithra Dieny
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 6 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.6.386-393

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Risiko stunting lebih tinggi pada anak dari ibu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari sama dengan 18,5 kg/m2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi kurang pada ibu balita stunting dan mengaitkan faktor ibu, pendapatan keluarga, keragaman pangan serta asupan zat gizi pada ibu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan di Kota Semarang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 ibu balita stunting di Kota Semarang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Consecutive Sampling. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu status gizi ibu balita Stunting. Data status gizi ibu didapatkan berdasarkan pengukuran antropometri secara langsung meliputi Berat Badan dan Tinggi Badan yang kemudian dilakukan perhitungan IMT. Ibu balita stunting yang dimasukkan dalam penelitian ini hanya yang berstatus gizi kurang dan gizi normal berdasarkan kategori IMT menggunakan cut off Asia Pasifik. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, penggunaan KB Hormonal, pendapatan keluarga, asupan zat gizi makro, keragaman pangan ibu, dan aktivitas fisik ibu. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu dengan menggunakan uji Multiple Logistic Regression.Hasil: Ibu balita stunting dengan status gizi kurang lebih banyak memiliki proporsi tingkat kecukupan energi, protein, dan karbohidrat yang tergolong kurang (56,3%; 62,5%; dan 39,3%) dibandingkan tingkat kecukupan energi yang tergolong cukup (9,1%; 33,3%; dan 11,1%). faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada ibu balita stunting yaitu kecukupan asupan energi ibu dengan nilai signifikansi <0,05. Ibu dengan asupan energi yang kurang berisiko 10,156 kali (p-value 0,047) mengalami gizi kurang. Simpulan: Faktor yang paling berhubungan dengan status gizi kurang pada ibu balita stunting yaitu asupan energi yang kurang. ABSTRACTTitle: Maternal Factors, Food Diversity, Nutritional Intake, and Correlation with Underweight Status of Under-Five Stunted MothersBackground:The risk of stunting is higher in children of mothers with a Body Mass Index (BMI) less than equal 18,5 kg/m2. This study aimed to analyze the underweight status of under-five stunted mothers and related maternal factors, family income, food diversity, and nutritional intake.Methods: This cross-sectional observational study was undertaken in Semarang in 2022. Samples were taken consecutively. This study included 42 Semarang City moms of stunted toddlers. This study examined stunted under-5 moms' nutritional condition (underweight or normal). The maternal nutritional status was determined by measuring body weight and height to establish BMI. This study only included mothers of stunted children with underweight status and normal nutritional status, according to the Asia Pacific cut-off. In this study, maternal age, parity, education, hormonal contraceptive use, family income, macronutrient intake, dietary diversity, and physical activity were independent factors. Multivariate logistic regression was used to identify mothers' nutritional status factors.Results:Under-five stunted mothers with poor nutritional status had a higher proportion of lacking energy, protein, and carbohydrate adequacy levels (56.3%, 62.5%, and 39.3%, respectively), compared to energy adequacy levels, which were classified as sufficient (9, 1%, 33.3%, and 11.1%, respectively). Factors related to the underweight status of under-five stunted mothers, namely the adequacy of maternal energy intake, had a significance value of less than 0.05. Mothers with less energy intake were at risk of 10.156 times (p = 0.047) experiencing underweight. Maternal age, parity, education, use of hormonal contraception, family income, maternal dietary diversity, and physical activity were not related to the underweight status of under-five stunted mothers.Conclusion: The most common factor related to the underweight status of under-five stunted mothers is the inadequacy of maternal energy intake.
Keabsahan Layanan Telemedisin terkait Surat Keterangan Sakit Online dalam Persepsi dan Ekspektasi Pengguna Wulan Kusumastuti; Rani Tiyas Budiyanti
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 6 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.6.352-357

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Surat keterangan sakit merupakan surat keterangan yang diberikan dokter untuk pasien yang dinyatakan sakit oleh dokter setelah melalui pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan Pasal 93 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan, surat keterangan sakit dapat digunakan oleh pekerja sebagai dasar melakukan izin ke tempat kerja ketika sakit dan tetap dapat memperoleh upah. Adanya layanan kesehatan jarak jauh melalui telemedisin memunculkan berbagai isu etik dan hukum salah satunya terkait pemberian surat keterangan sakit secara online. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan harapan pengguna telemedisin terkait surat keterangan sakit yang diterbitkan secara online melalui layanan telemedisin.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif  dengan pengambilan data melalui survey online yang dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2023 pada 100 orang responden.Hasil: Sebanyak 11 responden (11%) menyebutkan pernah memperoleh surat keterangan sakit online dari layanan telemedisin, meskipun 3 responden menyebutkan surat tersebut tidak sesuai dengan kondisi kesehatan senyatanya. Sebanyak 62 responden (62%) setuju jika surat keterangan sakit dapat diberikan secara online melalui telemedisin. Dan 99 responden (99%) setuju jika terdapat regulasi mengenai penggunaan dan keabsahan surat sakit online.Simpulan: Perlu adanya regulasi mengenai syarat dan prosedur pemeriksaan untuk mendapatkan surat keterangan sakit melalui telemedicine dan keabsahan penggunaannya. Selain itu, perlu peningkatan teknologi kedokteran dalam mendukung pemeriksaan jarak jauh melalui layanan telemedisin. Kata kunci: surat keterangan sakit, telemedisin, telekonsultasi Title: Validity of Telemedicine Services Related to Online Sickness Certificates in User Perceptions and ExpectationsBackground: A sick leave certificate is a certificate given by a doctor to a patient who is declared sick by a doctor after going through a medical examination. Based on Article 93 paragraph (2) letter a of Law Number 13 of 2003 concerning Manpower, a sick leave certificate can be used by workers as a basis for obtaining permission to work when they are sick and can still receive wages. The existence of remote health services through telemedicine raises various ethical and legal issues, one of which is related to the provision of online sick certificates. This study aims to determine the perceptions and expectations of telemedicine users regarding sick certificates issued online through telemedicine services. Methods: This research is a quantitative research with a descriptive approach which data collected using online survey and were conducted from March to June 2023 on 100 respondents.Result: Based on the research, 11 respondents (11%) had obtained an online sick certificate, although 3 respondents stated that the letter did not match the actual conditions. As many as 62 respondents (62%) agreed that sick certificates could be provided online via telemedicine. And 99 respondents (99%) agree that there are regulations regarding the use and legitimacy of online sick notes.Conclusion: There needs to be regulation regarding the terms and procedures for examination to obtain a sick certificate through telemedicine and the validity of its use. In addition, it is necessary to improve medical technology to support remote examinations through telemedicine services.Keywords: online sick certificate; telemedicine; teleconsultation
Pengaruh Pendampingan Gizi terhadap Berat Badan Ibu Hamil di Wilayah Pesisir Kota Kendari Fatmawati Fatmawati; Petrus Petrus; Jusuf Kristianto; Ellyani Abadi; Habib Ihsan Muhim
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 22, No 6 (2023): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.22.6.394-398

Abstract

Latar belakang: Ibu hamil merupakan golongan yang rentan mengalami masalah gizi, sehingga pendampingan gizi ibu hamil penting dilakukan sebagai bentuk monitoring terhadap berat badan (BB) selama kehamilan. Pendampingan yang dilakukan berupa pemberian konseling intensif dan monitoring BB secara rutin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendampingan gizi terhadap berat badan ibu hamil di wilayah pesisir Kota Kendari.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain one group pre test post test. Pengambilan data dilakukan di wilayah pesisir Kota Kendari khususnya di wilayah kerja Puskesmas Poasia, Abeli, Nambo dan Mata. Sampel dalam penelitian  ini adalah semua ibu hamil Trimester III di wilayah Pesisir Kota Kendari sebanyak 35 orang sampel kontrol dan 35 kelompok intervensi.  Variabel independent adalah pendampingan gizi, sedangkan variabel dependent adalah berat badan. Pendampingan gizi dilakukan dengan memberikan konseling intensif, pemberian PMT dan monitoring serta evaluasi berat badan. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat dan analisa bivariat menggunakan uji Mann Whitney.Hasil: Rata-rata berat badan kelompok intervensi sebelum pendampingan 50,95 kg, dan setelah pendampingan gizi adalah 57,86 kg. Kemudian pada kelompok kontrol ditemukan rata-rata BB 62,67 kg dan setelah pendampingan diperoleh rata-rata BB 71,09 kg. Hasil uji hipotesis didapatkan p-value (0,000)).Simpulan: Ada pengaruh pendampingan gizi terhadap Berat Badan ibu hamil yang berarti bahwa pendampingan gizi dapat meningkatkan ukuran berat badan ibu hamil di wilayah pesisir Kota Kendari, dengan peningkatan sebesar 6,9 kg pada kelompok intervensi dan 8,42 kg pada kelompok kontrol.Kata kunci: pendampingan; gizi; berat; badan; hamil Title: The Influence of Nutritional Assisting on The Weight of Pregnant Women in The Coastal Area of Kendari CityBackground: Pregnant women are a group that is vulnerable to experiencing nutritional problems, so nutritional support for pregnant women is important as a form of monitoring body weight during pregnancy. The assistance provided is in the form of providing intensive counseling and routine weight monitoring. The aim of this research is to determine the effect of nutritional assistance on the weight of pregnant women in the coastal area of Kendari City.Method: This type of research is experimental research with a one group pre-test post-test design. Data collection was carried out in the coastal areas of Kendari City, especially in the working areas of the Poasia, Abeli, Nambo and Mata Health Centers from July to September. The samples in this study were all pregnant women in the third trimester in the coastal area of Kendari City, consisting of 35 control samples and 35 intervention groups. The independent variable is nutritional assistance, while the dependent variable is body weight. Nutrition assistance is carried out by providing intensive counseling, providing PMT and monitoring and evaluating body weight. Data analysis techniques use univariate analysis and bivariate analysis using the Mann Whitney test.Results: The average body weight of the intervention group before assistance was 50.95 kg, and after nutritional assistance was 57.86 cm. Then in the control group the average weight was found to be 62.67 kg and after assistance the average weight was 71.09 kg. The results of the hypothesis test obtained p-value (0.000) < (0.005). Conclusion: There is an influence of nutritional assistance on the weight of pregnant women, which means that nutritional assistance can increase the weight of pregnant women in the coastal area of Kendari City, with an increase of 6.9 kg in the intervention group and 8.42 kg in the control group.Keywords: mentoring; nutrition; heavy; body; pregnant