cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 763 Documents
INDUKSI PEMATANGAN GONAD IKAN GURAMI COKELAT (Sphaerichthys osphromenoides Canestrini, 1860) MENGGUNAKAN PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN DAN ANTIDOPAMIN Bastiar Nur; Sawung Cindelaras; Nina Meilisza
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1292.715 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.1.2017.69-76

Abstract

Ikan gurami cokelat (Sphaerichthys osphromenoides Canestrini, 1860) merupakan salah satu spesies ikan hias endemik perairan gambut dan memiliki potensi untuk dibudidayakan. Pada kondisi budidaya, berbagai faktor lingkungan yang berperan penting dalam menstimulasi perkembangan dan pematangan gonad hingga ovulasi dan pemijahan tidak mendukung aktivitas reproduksi beberapa spesies ikan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan dosis hormon yang efektif dapat merangsang pematangan gonad ikan gurami cokelat. Hormon yang digunakan adalah “Oodev®” (tersusun atas Pregnant Mare Serum Gonadotropin/PMSG) dan antidopamin) yang diberikan menggunakan metode “topical gill”. Ada tiga dosis Oodev® yang digunakan, yaitu: 0,02 mL; 0,04 mL; dan 0,06 mL; serta kontrol menggunakan NaCl 0,9% sebanyak 0,05 mL/g bobot badan ikan uji. Setiap perlakuan menggunakan 30 ekor induk betina ikan gurami cokelat (panjang total: 4,1 ± 0,3 cm; bobot: 1,41 ± 0,17 g). Pemberian hormon dilakukan setiap minggu hingga minggu ke-7. Pada minggu ke-8 dilakukan pembedahan untuk pengambilan gonad. Parameter yang diamati adalah: jumlah induk matang gonad, indeks gonadosomatik (IGS), fekunditas, diameter oosit, kadar estradiol-17â dalam darah, dan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan uji pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan hormon dengan dosis 0,04 mL/g bobot badan menghasilkan perkembangan gonad ikan uji yang lebih baik dengan jumlah induk matang gonad mencapai 23 ekor (76,67%), nilai IGS sebesar 2,33 ± 1,24%; fekunditas sebesar 73,5 ± 26,2 butir; diameter oosit berkisar antara 1,0-1,8 mm; kadar estradiol-17b dalam darah sebesar 15,9 ± 4,5 rg/mL dengan tingkat kematangan gonad mencapai tahap IV.Chocolate gourami (Sphaerichthys osphromenoides Canestrini, 1860) is an endemic ornamental fish species in peatland waters and potentially to be cultivated. In captive condition, some environmental factors that play important role for gonadal development, maturation, ovulation, and spawning are not suitable for supporting reproductive activity in some fish species. This study was conducted to determine the optimum dosages of hormone which is able to stimulate gonadal maturation of chocolate gourami. Oodev® (consisted of Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) and antidopamin) was given using “topical gill” method. There were three Oodev® dosages used in this research: 0.02 mL; 0.04 mL; and 0.06 mL respectively; and control using 0.05 mL of 0.9% NaCl per gram of body weight. Each treatment was tested on 30 females (the averages of total length and body weight of 4.1 ± 0.3 cm and 1.41 ± 0.17 g, respectively). Hormone was given every week until the seventh week. At the eight weeks, surgery was performed for gonadal measurement. Parameters measured were: number of gonadal mature broodstocks, gonadosomatic index, fecundity, oocyte diameters, plasma estradiol-17â levels, and gonadal mature levels. The results showed that 0.04 mL Oodev® per g body weight of fish was superior in reproductive performance. In that treatment, there were 76.67% (23/30) fish being matured, gonad somatic index 2.33 ± 1.24%, egg fecundity 73.5 ± 26.2 eggs, oocyte diameters ranged 1.0-1.8 mm, blood level of estradiol-17b 15.9 ± 4.5 rg.mL-1, and the level of gonad development reached to stage IV.
KERAGAMAN MORFOLOGI UDANG PAMA ( Penaeus semisulcatus ) DARI PERAIRAN SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI TENGGARA Andi Parenrengi; Sulaeman Sulaeman; Wartono Hadie; Andi Tenriulo
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.118 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.27-32

Abstract

Udang pama, Penaeus semisulcatus merupakan salah satu jenis krustase lokal yang memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai kandidat spesies budi daya tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman morfologi dan jarak genetik udang pama yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Principle component analysis (PCA) dan discriminant analysis digunakan untuk mengetahui keragaman morfologi antar ketiga populasi alami udang pama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi udang pama dari Munte dan Lampia (Sulawesi Selatan) berbeda dengan udang pama yang berasal dari Kassipute (Sulawesi Tenggara). Analisis kluster juga mengindikasikan adanya dua kluster utama, di mana kluster pertama merupakan gabungan antara udang pama dari Munte dan Lampia, sedangkan kluster lainnya adalah udang pama yang berasal dari Kassipute. Jarak genetik yang didapatkan memperlihatkan kekerabatan terdekat adalah udang pama yang berasal dari MunteLampia (5,424) dan terjauh pada udang pama yang berasal dari Lampia-Kassipute (48,350).Green tiger prawn, Penaeus semisulcatus is one of the prospective local crustaceans as a candidate species of shrimp pond culture. The objective of this study is to reveal the morphology diversity and genetic distance of green tiger prawn from South Sulawesi and Southeast Sulawesi. Principle component analysis (PCA) and discriminant analysis were used to analyze morphometric variations among the three natural populations. Result showed that the morphology of green tiger prawn from Munte dan Lampia (South Sulawesi) was relatively different with prawn collected from Kassipute (Southeast Sulawesi). Cluster analysis also indicated the existing of two main clusters i.e. green tiger prawn from Munte and Lampia as the first cluster and Kassipute as the second cluster. The lowest value of genetic distance was obtained from Munte-Lampia (5.424) and the highest genetic distance was obtained from Lampia-Kassipute (48.350).
DISTRIBUSI RUMPUT LAUT ALAM BERDASARKAN KARAKTERISTIK DASAR PERAIRAN DI KAWASAN RATAAN TERUMBU LABUHANBUA, NUSA TENGGARA BARAT: STRATEGI PENGELOLAAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA Erlania Erlania; I Nyoman Radiarta
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.123 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.3.2015.449-457

Abstract

Keberadaan rumput laut di alam sangat dipengaruhi oleh karakteristik substrat dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan hubungan tutupan rumput laut alam dengan komponen substrat dasar perairan di sepanjang pantai Labuhanbua, Kabupaten Sumbawa. Pengumpulan data lapangan pada 46 titik pengamatan menggunakan transek kuadrat ukuran 1 m x 1 m yang ditempatkan sepanjang transek garis yang disebar tegak lurus terhadap garis pantai dengan jarak masing-masing sekitar 50 m. Parameter yang diamati adalah: persentase tutupan dasar perairan yang terdiri atas tutupan pasir, karang hidup, pecahan karang, lumpur, batu karang, lamun, dan rumput laut (total tutupan 100%). Pengambilan sampel substrat dasar perairan juga dilakukan pada beberapa titik pengamatan untuk analisa parameter P2O5, N total, C organik total, dan tekstur substrat 3-fraksi: pasir, liat, dan debu. Analisis data dilakukan secara spasial dan statistik (analisis klaster dan deskriptif). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jenis Rhodophyta banyak ditemukan di kawasan dengan substrat dominan berlumpur; Chlorophyta pada substrat dengan asosiasi antara pasir, karang hidup, dan batu karang; sedangkan Phaeophyta lebih banyak ditemukan pada substrat dasar yang didominasi oleh pecahan karang. Secara keseluruhan, jenis-jenis dari kelompok Phaeophyta memiliki tutupan yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan Chlorophyta dan Rhodophyta. Strategi pengelolaan sumberdaya rumput laut alam dan pengembangan budidayanya dapat diimplementasikan melalui beberapa langkah penting, yaitu pengaturan pemanenan rumput laut alam, identifikasi jenis prospektif dan potensinya, pengembangan teknologi budidaya adaptif dan spesifik, serta studi kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya rumput laut potensial.
PEMELIHARAAN LARVA KERAPU RAJA SUNU (Plectropomus laevis) DENGAN PERBEDAAN AWAL PEMBERIAN PAKAN BUATAN Bejo Slamet; Titiek Aslianti; Ketut Maha Setiawati; Wawan Andriyanto; Afifah Nasukha
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (847.85 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.4.2015.531-540

Abstract

Ikan kerapu raja sunu (Plectropomus laevis) merupakan komoditas ekspor yang bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia, namun stoknya di alam sudah langka. Pemberian pakan buatan dalam pemeliharaan larvanya telah dilakukan, namun waktu respon awal larva terhadap pakan buatan secara tepat belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu awal pemberian pakan buatan yang efektif pada pemeliharaan larvanya. Tiga perlakuan pemberian pakan buatan yang diuji yaitu mulai umur 7 hari (D-7) (A), D-10 (B), dan D-13 (C). Parameter yang diamati meliputi perkembangan panjang total, sintasan larva, jumlah rotifer dalam lambung dan histologi organ pencernaan larva. Penelitian berlangsung sampai larva berumur 43 hari, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga kelompok waktu untuk setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan waktu awal pemberian pakan buatan berpengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan larva. Panjang total dan sintasan larva umur 43 hari yang tertinggi dicapai pada perlakuan B yaitu 29,3 mm ± 0,36 mm dan 2,61% ± 0,21%; diikuti oleh perlakuan C dengan nilai 28,0 mm ± 0,85 mm dan 1,55% ± 0,18%; dan yang terendah pada perlakuan A adalah 27,0 mm ± 0,25 mm dan 0,85% ± 0,13%. Data ini menunjukkan bahwa waktu awal pemberian pakan buatan yang terbaik adalah mulai larva berumur 10 hari.
ISOLASI FRAGMEN TERTENTU GEN HORMON PERTUMBUHAN IKAN MAS MAJALAYA DAN NILA GIFT DENGAN METODE CTAB–PCR Ibnu Dwi Buwono; Maman Herman Suparta
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.508 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.2.2009.213-219

Abstract

Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH) pada ikan berperan untuk memacu pertumbuhan, di samping terlibat juga dalam fungsi osmoregulasi, pengaturan keseimbangan cairan elektrolit, dan proses-proses metabolisme. Metode CTAB (Cetyl Trymethyl Ammonium Bromide) digunakan untuk mengisolasi DNA sel ikan (DNA genomik) dari sirip ekor ikan mas Majalaya dan nila GIFT. Isolasi gen hormon pertumbuhan dari DNA genomik kedua jenis ikan dapat disintesis dengan primer cGH (carp Growth Hormone) dan TiGH (Tilapia Growth Hormone) menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil elektroforegram produk amplifikasi PCR untuk sebagian gen hormon pertumbuhan ikan mas Majalaya dapat dideteksi dengan ukuran fragmen DNA sebesar 615 bp dan 349 bp. Fragmen DNA hormon pertumbuhan ikan nila GIFT dapat dideteksi dengan ukuran 597 bp.The roles of growth hormones in fish are for growth promotion. They are also involved in osmoregulation function, balance regulation of liquid electrolite, and correlated with metabolism processes. CTAB (Cetyl Trymethyl Ammonium Bromide) methods was used to isolate fish cell DNA (genomic DNA) from caudal fin of Majalaya carp and GIFT nile. Growth hormone gene isolates from two kinds of genomic DNA can be synthesized with primers cGH (carp Growth Hormone) and TiGH (Tilapia Growth Hormone) using PCR (Polymerase Chain Reaction) method. Electroforegram product of the PCR amplification for partial growth hormone gene of Majalaya carp fish can be detected with DNA fragment size of 615 bp and 349 bp. DNA fragment of growth hormone of GIFT nile tilapia can be detected with size of 597 bp. 
FRONT MATTER-BACK MATTER Suyatno Suyatno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.177 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.1.2009.i-v

Abstract

METODE ISOLASI DEOXYRIBO NUCLEIC ACID BAKTERI DARI ORGAN IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ) UNTUK DIAGNOSA Streptococcociasis DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION Lila Gardenia; Isti Koesharyani
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.036 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.3.2011.469-477

Abstract

Streptococcus sp. menyebabkan wabah penyakit dan menimbulkan kematian massal pada beberapa jenis ikan di seluruh dunia dengan angka kerugian yang ditimbulkannya berkisar 150 juta US$ per tahun. Streptococcus agalactiae merupakan salah satu bakteri penyebab Streptococcocis pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Saat ini diagnosa agen penyebab penyakit bakteri tersebut dapat dilakukan dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) menggunakan pasangan primer spesifik (Sdi252Sdi61), namun pada umumnya ekstraksi dilakukan melalui proses mengisolasi bakteri dari organ terinfeksi, menumbuhkan pada media agar, pemurnian isolat dan terakhir isolasi DNA. Sedangkan isolasi DNA bakteri langsung dari organ yang terinfeksi dapat mempersingkat waktu diagnosa agen penyakit tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh metode ekstraksi yang dapat mengisolasi DNA bakteri secara langsung dari organ ikan yang terinfeksi (otak, hati, limfa, dan ginjal). Metode yang digunakan adalah pemanasan, ekstraksi DNA secara kimiawi dengan DNAzol reagent dan dengan mini column QIAamp DNA Mini Kit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pemanasan, DNAzol reagent dan QIAamp DNA Mini Kit masing-masing menghasilkan band positif sebesar 82%, 64%, dan 100%. Limfa dapat digunakan untuk mengisolasi DNA Streptococcus agalactiae secara langsung dengan menggunakan ketiga macam metode ekstraksi, namun QIAamp DNA Mini Kit menghasilkan DNA yang lebih bersih dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Isolasi langsung dari organ mempercepat proses identifikasi bakteri.
KARAKTERISASI BAKTERI ANTI QUORUM SENSING (AQS) SEBAGAI PENGHAMBAT VIRULENSI PENYAKIT PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Hessy Novita; Iman Rusmana; Munti Yuhana; Fachriyan Hasmi Pasaribu
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.524 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.1.2015.89-98

Abstract

Penyakit bakterial adalah salah satu penyebab kerugian besar di bidang akuakultur. Faktor virulensi bakteri penyakit umumnya diekspresikan oleh gen-gen virulen yang diregulasi dengan sistem Quorum Sensing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat bakteri yang memiliki potensi sebagai Anti Quorum Sensing (AQS) yang dapat menghambat faktor virulensi bakteri patogen penyebab penyakit pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Isolasi bakteri dilakukan dari sedimen, organ pencernaan dan air kolam ikan lele dumbo dari Parung, Ciampea, dan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 347 isolat bakteri berhasil diisolasi, dan sebanyak 68 (19%) isolat di antaranya mempunyai aktivitas AQS dengan empat isolat yang berpotensi sebagai bakteri AQS yaitu: TS 1 dan TS 2, TA 23, dan TY 33. Empat isolat tersebut teridentifikasi berdasarkan sekuen 16S rRNA sebagai Bacillus amyloliquefaciens, Lysinnibacillus sphaericus, Lysinnibacillus fusiformis, dan Bacillus cereus dengan persentase kemiripan masing-masing 93%, 99%, dan 100%. Berdasarkan analisa gen AHL (Acyl Homoserine Lactone) laktonase (aiiA), keempat isolat tersebut menghasilkan enzim AHL. Hasil studi ini menunjukkan bahwa isolat bakteri hasil isolasi dari kolam ikan lele dumbo dapat menghambat mekanisme Quorum Sensing bakteri patogen ikan dengan mendegradasi autoinduser-nya yang berupa AHL.
PENGARUH IKLIM TERHADAP MUSIM TANAM RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii DI TELUK GERUPUK KABUPATEN LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT I Nyoman Radiarta; Erlania Erlania; Rusman Rusman
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1391.945 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.3.2013.453-464

Abstract

Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya di Indonesia.Pengembangan kawasan budidaya rumput laut dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan biofisik perairan dan kondisi iklim. Salah satu faktor pembatas dalam budidaya rumput laut adalah musim tanam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola musim tanam rumput laut yang dihubungkan dengan perubahan iklim yang terjadi di Teluk Gerupuk Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data keragaan budidaya rumput laut dan pola musim tanam. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait meliputi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, NOAA Center for Weather and Climate Prediction, dan Dinas Kelautan dan Perikanan. Data yang terkumpul dianalisis dan dibahas secara deskriptif yang disertai dengan gambar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas lahan pengembangan rumput laut sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Adanya perubahan iklim baik nasional maupun global (El Niño dan La Niña) sangat memengaruhi pola musim tanam rumput laut di Teluk Gerupuk. Musim tanam produktif umumnya terjadi pada bulan di mana curah hujan rendah (musim kemarau) dan suhu udara juga rendah (24oC-27oC).
KARAKTERISTIK, KESESUAIAN, DAN PENGELOLAAN LAHAN UNTUK TAMBAK BUDIDAYA DI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN Hasnawi Hasnawi; Akhmad Mustafa
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.251 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.449-463

Abstract

Kabupaten Luwu Utara (Lutra) memiliki lahan potensial untuk tambak dan produktivitas tambaknya untuk budidaya udang dan ikan relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan survai untuk mengetahui karakteristik lahan dalam upaya menentukan kesesuaian dan pengelolaan lahan untuk budidaya tambak demi peningkatan produktivitas tambak di Kabupaten Lutra. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: tanah, topografi, hidrologi, vegetasi, dan iklim. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Pengelolaan lahan ditentukan berdasarkan karakteristik lahan yang disesuaikan dengan teknologi dan komoditas yang dapat diaplikasikan di tambak. Kawasan pesisir Kabupaten Lutra didominasi oleh tanah bermasalah yaitu tanah sulfat masam, tanah gambut, dan tanah sulfat masam yang berasosiasi dengan tanah gambut. Tanah sulfat masam adalah jenis tanah dominan di Kabupaten Lutra yang memiliki potensi kemasaman dan unsur-unsur toksik yang tinggi dan sebaliknya unsur hara makro yang rendah dengan tekstur tanah yang  tergolong pasir berlempung dan lempung berpasir. Topografi lahan umumnya relatif datar dan elevasi yang tergolong rendah yang didominasi oleh vegetasi Sonneratia sp., Rhizophora sp., dan Nypa fruticans. Curah hujan yang rendah pada bulan September sampai Februari berdampak pada kondisi kualitas air yang lebih baik terutama pada salinitas, pH, Ca, dan Mg yang lebih tinggi daripada musim hujan. Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan tambak di Kabupaten Lutra yang tergolong sangat sesuai (kelas S1) seluas 1.821,9 ha; tergolong cukup sesuai (kelas S2) seluas 368,2 ha; dan tergolong sesuai marjinal (kelas S3) seluas 3.268,1 ha. Untuk perbaikan tanah bermasalah tersebut dapat dilakukan melalui remediasi maupun dengan pemupukan.Coastal area of North Luwu Regency has suitable areas for brackishwater ponds, however many of those areas are low in productivity for shrimp and fish culture. Hence, a survey was conducted to study the characteristics of the area as an effort to determine land suitability and land management for increasing the productivity of brackishwater ponds in North Luwu Regency. Factors that were taken into acount to determine the characteristics of land were soil, topography, hydrology, vegetation and climate condition. Spatial analysis using Geographical Information System software was used to determine land suitability for brackishwater ponds. Land management was determined based on the characteristics of land that are adaptable to the types of technology and commodity applied in the brackishwater ponds. The coastal area of North Luwu Regency was dominated by types of infertile soils, i.e., acid sulfate soil, peat soil and acid sulfate soil associated with peat soil, Acid sulfate soil in North Luwu Regency has high potential acidity and high level toxic element. On the other hand, the area has low level macro elements and soil textures are dominated by loamy sand and sandy loam. In general, the land topography is flat and the elevation is classified as low. The areas are dominated by Sonneratia sp., Rhizophora sp., and Nypa fruticans. Low rainfall level is occurred in September to February and directly affects the coastal water quality, causing higher salinity, pH, Ca, and Mg than in rainy season. Results of analysis show that brackishwater ponds in North Luwu Regency were classified as highly suitable (1,821.9 ha), moderately suitable (368.2 ha) and marginally suitable (3,268.1 ha). Remediation and fertilization are highly recommended in order to improve the soil quality for optimum culture production.

Page 6 of 77 | Total Record : 763


Filter by Year

2006 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue