cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 763 Documents
PEMANFAATAN BUBUK DAUN SIRIH (Piper betle L.) UNTUK MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis niloticus) Hamsah Hamsah; Wellem H. Muskita
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (April 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.805 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.1.2010.135-141

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas bubuk daun sirih yang dicampur dalam pakan (pelet) untuk meningkatkan status kesehatan ikan nila Gift dengan mengukur nilai hematokrit dan jumlah leukosit. Pengukuran nilai hematokrit dan jumlah leukosit darah ikan nila Gift dilakukan setelah ikan uji diberi pakan yang telah dicampur bubuk daun sirih (0,2 g/100 g pakan; 0,3 g/100 g pakan; 0,4 g/100 g pakan) selama 4 minggu masa pemeliharaan. Sedang ikan kontrol selama masa pemeliharaan diberi pakan pelet yang tidak dicampur bubuk daun sirih. Nilai hematokrit dan jumlah leukosit ikan nila Gift diukur setiap minggu dengan cara mengambil darah pada bagian vena caudal (ekor) ikan uji. Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan jarum suntik steril yang berukuran 26G, yang terlebih dahulu dibasahi Na-Sitrat 3,8% sebagai antikoagulan. Selanjutnya, darah yang telah diambil ditampung dalam tabung eppendorf yang juga telah dibasahi Na-Sitrat, kemudian dipreparasi lalu diukur nilai hematokrit dan jumlah leukositnya. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai hematokrit ikan nila Gift yang diberi pakan yang dicampur bubuk daun sirih mengalami peningkatan berkisar dari 17% (minggu I) menjadi 28,66% (minggu IV), jumlah leukositnya meningkat dari 28,243 sel/mm3 (minggu I) menjadi 32,813 sel/mm3 (minggu IV). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan bubuk daun sirih dalam pakan mampu meningkatkan status kesehatan ikan nila Gift
PENGARUH PERBEDAAN WARNA WADAH TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) Yosmaniar Yosmaniar; Imam Taufik; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.142 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.425-429

Abstract

Penelitian warna wadah dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor. Wadah yang digunakan berupa 24 unit akuarium berukuran 70 cm x 40 cm x 45 cm yang diisi air sebanyak 40 L dan dilengkapi aerasi sistem sikulasi air. Hewan uji yang digunakan adalah larva ikan baung umur 1 hari yang ditebar dengan kepadatan10 ekor/L dan diberi pakan alami, yaitu artemia (ad libitum) dan dilanjutkan dengan cacing sutra (at satiation). Perlakuan berupa perbedaan warna wadah, yaitu: kontrol, merah kuning, dan biru. Waktu penelitian selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan warna wadah tidak berpengaruh terhadap sintasan (18,96%; 19,12%; 18,18%; 10,50%) maupun pertumbuhan.The main purpose of this experiment was know the effect of tank colour differences on survival and growth of catfish(Hemibagrus nemurus Blkr) larvae . The experiment was conducted at Research Station Culture Fishery and Toxicology Cibalagung, Bogor. Twenty four aquaria of 70 cm x40 cm x45 cm in size with 40 L water volume were used in this experiment completed with water circulation system. Each aquarium was stocked with 10 larvae/L of catfish of one day old. The larvae was feed with Artemia salina (ad libitum) and continued with Tubifex (at satiation). Four different tank colour of aquaria were applied i.e control, red, yellow, and blue. Larvae were reared up 21 days. The result showed that colour of aqauaria wee not significantly different on and growth.
HUBUNGAN PANJANG-BOBOT, PERTUMBUHAN, DAN FAKTOR KONDISI IKAN KAKAP MERAH, Lutjanus argentimaculatus DARI HASIL BUDIDAYA Regina Melianawati; Retno Andamari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.143 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.2.2009.169-178

Abstract

Panjang, bobot, pertumbuhan, dan faktor kondisi, merupakan aspek biologis yang penting diketahui dari kandidat ikan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang-bobot, pertumbuhan serta faktor kondisi ikan kakap merah L. argentimaculatus hasil budidaya. Ikan yang digunakan untuk penelitian terdiri atas dua kelompok ukuran. Ikan pada kelompok kecil berukuran panjang 9,50-14,50 cm dengan bobot 15,63-53,21 gram, berjumlah 80 ekor dan dipelihara selama 70 hari dalam satu tangki pemeliharaan. Ikan pada kelompok besar berukuran panjang 21,5-26,0 cm dan bobot 233,5-319,6 gram; berjumlah 63 ekor dan dipelihara selama 56 hari dalam tiga tangki. Masing-masing tangki pemeliharaan yang digunakan berukuran 4.000 L. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara panjang dengan bobot, baik pada ikan kelompok kecil maupun besar dengan nilai koefisien korelasi masing-masing antara 0,89 dan 0,91. Pertumbuhan ikan kakap merah bersifat allometrik negatif, dengan nilai b 2,83 dan 1,86 pada ikan yang normal masing-masing pada kelompok kecil dan besar serta 1,66 dan 0,61 pada ikan yang abnormal bentuk tubuhnya pada kelompok kecil dan besar. Pada kelompok ikan kecil, pertumbuhan, kecepatan pertumbuhan nisbi, dan koefisien pertumbuhannya lebih besar dibandingkan dengan kelompok ikan besar. Faktor kondisi ikan yang normal adalah 1,79 dan 1,60 masing-masing pada kelompok kecil dan besar, sedangkan pada ikan yang abnormal adalah 2,09 pada kelompok kecil dan 1,86 pada kelompok besar.Length, weight, growth, and condition factors are important biological aspects for culture fish candidate. This experiment was aimed to get information regarding length-weight relationship, growth and condition factors of cultured mangrove snapper. Fish used for this experiment consisted of two groups different in size. Small fish group consisted of 80 individuals and has 9.50-14.50 cm of length average and 15.63-53.21 g of weight average and reared in one tank for 70 days, while big fish group consisted of 63 individuals and has 21.5-26.0 cm of length average and 233.5-319.6 g of weight and reared in three tanks for 56 days. Rearing was performed in 4,000-L tanks. The results indicated that there was a positive length-weight relationship between mangrove snapper groups with range of correlation value of 0.89 and 0.91. Growth of mangrove snapper was negatively allometric with b value of 2.83 and 1.86 for normal fish in small and big fish groups, while for abnormal-shape fish was 1.66 and 0.61 in small and big fish groups, respectively. Small fish group had growth, relative growth rate and growth coefficient higher than those of big fish groups. Condition factor was 1.79 and 1.60 for normal fish in small and big fish groups, while for abnormal-shape fish was 2.09 and 1.86 for small and big fish groups, respectively. 
PERFORMA BENIH TERIPANG PASIR, Holothuria scabra DARI SUMBER INDUK YANG BERBEDA Sari Budi Moria Sembiring; Ida Komang Wardana; Haryanti Haryanti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.708 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.2.2016.147-154

Abstract

Upaya pengembangan perbenihan teripang pasir bagi kelestarian populasi di alam dan pengembangan budidaya patut dilakukan. Upaya ini diperlukan mengingat semakin intensifnya penangkapan teripang di alam yang dapat menimbulkan terganggunya kelestarian populasi ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa pertumbuhan benih teripang pasir, mendapatkan informasi keragaman genetik dan mengestimasi laju inbreeding dari 3 sumber induk teripang yang berbeda. Tiga sumber induk berasal dari perairan Bali, Sulawesi Selatan, dan Maluku Tenggara masing-masing sebanyak 20 ekor dianalisis menggunakan mikrosatelit (SSR/Simple Sequence Repeats) dengan 3 lokus, yaitu Hsc-28; Hsc-49 dan Hsc-59. Proses pembenihan mengikuti pedoman teknis yang sudah ada dengan beberapa modifikasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa panjang dan bobot benih umur 6 bulan yang dihasilkan dari induk Maluku Tenggara relatif lebih tinggi (5,67 ± 0,76 cm; 13,26 ± 5,63 g) dibandingkan dengan benih dari induk Sulawesi Selatan (4,75 ± 0,91 cm; 6,3 ± 2,22 g) dan Bali (4,85 ± 0,64 cm; 6,2 ± 3,6 g). Hasil analisis mikrosatelit menunjukkan bahwa keragaman genetik induk teripang pasir dari ke tiga populasi tidak berbeda nyata. Hal ini berdasarkan nilai differensiasi genetik (FST= 0,2475 atau 24,75%). Laju nilai inbreeding dalam populasi induk teripang pasir cukup tinggi (FIT= 0,4237 atau 42,37%) dibandingkan dengan laju inbreeding antar populasi (FIS) adalah 0,2342 atau 23,42%. The effort of sea cucumber seed production for culture development have to be carried out. This effort is also required due to the intensive exploration of sea cucumber in the nature which could threaten of its sustainability. The aims of this research is to evaluate sea cucumber juveniles growth performance, to obtain the information on genetic variation, and to estimate the rate of inbreeding from three different sea cucumber broodstock sources. Three sources of sea cucumber were collected from Bali, South Sulawesi, and Southeast Moluccas. The total of 20 pcs from each area were analyzed by microsatellite (SSR Simple Squence Repeat) with 3 locus namely Hsc-28; Hsc-49 dan Hsc-59. Hatchery production of sea cucumber seed followed the existing manual with some modifications. Result of the experiment showed that the length and weight of 6 months old juveniles produced by Southeast Moluccas’s broodstock were relatively higher (5.67 ± 0.76 cm; 13.26 ± 5.63 g) compared to the juveniles produced by South Sulawesi’s broodstock (4.75 ± 0.91 cm; 6.30 ± 2.22 g) and Bali’s broodstock ( 4.85 ± 0.64 cm; 6.2 ± 3.6 g). Results of microsatellite analysis showed that genetic variation of the three broodstock populations was not significant different. It is based on the genetic differentiation value (FST= 0.2475 or 24.75%. The result of inbreeding rate within the broodstock of sea cucumber population was high (FIT= 0.4237 or 42.37%) compare to the rate value of inter population (FIS= 0.2342 or 23.42%.
DISTRIBUSI NITROGEN DAN FOSFOR PADA BUDIDAYA IKAN GABUS (Channa striata) DENGAN APLIKASI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DAN PROBIOTIK Adang Saputra; Lies Setijaningsih; Yosmaniar Yosmaniar; Tri Heru Prihadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.489 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.4.2017.379-388

Abstract

Permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan dengan sistem intensif adalah meningkatnya limbah yang terakumulasi pada air dan sedimen. Limbah budidaya ikan pada umumnya berupa padatan dan nutrien terlarut pada air terutama nitrogen dan fosfor. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji distribusi nitrogen total dan fosfor total pada budidaya ikan gabus secara intensif yang diberi eceng gondok Eichhornia crassipes dan probiotik (Pseudomonas aeruginosa dan Achromobacter insuavis). Penelitian dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik (A), pemberian eceng gondok (B), dan pemberian probiotik (C), masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Benih ikan gabus yang digunakan berukuran panjang 14,74 ± 0,01 cm dan bobot 25,53 ± 0,09 g dengan padat tebar 175 ekor/kolam (50 ekor/m3). Selama 90 hari masa pemeliharaan, ikan gabus diberi pakan berupa pelet dengan kandungan protein sekitar 30%. Jumlah pemberian pakan 5% dari biomassa dengan frekuensi pemberian empat kali dalam sehari (pagi, siang, sore, dan malam). Hasil penelitian menunjukkan nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus terdistribusi pada eceng gondok, sedimen, air, dan ikan. Eceng gondok menyerap nitrogen dan fosfor paling tinggi (P<0,05) dibandingkan air, ikan, dan sedimen. Laju pertumbuhan spesifik bobot (4,37 ± 0,01%/hari) dan biomassa (1,88 ± 0,01 g) ikan gabus tertinggi dicapai pada pemberian kombinasi eceng gondok dan probiotik. Hasil ini dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan limbah nitrogen dan fosfor pada budidaya ikan gabus secara intensif.One of the problems in intensive aquaculture system is the the accumulation of waste in the water and sediment. Aquaculture wastes are discharged into the water in form of solids and dissolved nutrients which mostly consisted of nitrogen and phosphorus. The purpose of this study was to study the dynamics of total nitrogen and phosphorus in an intensive aquaculture media supplied with water hyacinth and probiotics (Pseudomonas aeruginosa and Achromobacter insuavis). The study was designed using a completely randomized design with treatment combinations of water hyacinth with probiotic (A), water hyacinth (B), and probiotic (C). Each treatment consisted of three replications. The seeds of snakehead used had body length of 14.74 ± 0.01 cm and weight 25.53 ± 0.09 g, stocked in ponds with stocking density of 175 individuals/pond (50 individuals/m3). During 90 days of rearing, the fish were fed with pellet with protein content of 30%. The amount of feeding was 5% of the biomass with feeding frequency of four times a day (morning, afternoon, evening, and night). The results showed that the produced nitrogen and phosphorus in the snakehead cultivation were distributed to water hyacinth, sediment, water, and fish. Water hyacinth absorbed most of the nitrogen and phosphorus compared to water, fish, and sediment. Higher specific growth rate (4.37 ± 0.01%/day) and biomass (1.88 ± 0.01 g) of snakehead were achieved in combination of water hyacinth and probiotic treatment. These results can be used as a basis for the management of nitrogen and phosphorus wastes in an intensive fish farming.
TOLERANSI DAN PENGATURAN OSMOTIK NILA GIFT ( Genetic Improvement of Farmed Tilapias ) YANG DIPAPAR DENGAN TINGKAT SALINITAS BERBEDA Aan Fibro Widodo; Markus Mangampa
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.987 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.3.2011.373-379

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari toleransi dan pengaturan osmotik ikan nila GIFT terhadap paparan salinitas yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Basah Instalasi Riset Maranak, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP), Maros. Hewan uji yang digunakan adalah ikan nila GIFT dengan bobot rata-rata 2,57±0,43 g. Penelitian dirancang dengan pola rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah pemaparan ikan pada medium bersalinitas 5±2 ppt, 15±2 ppt, 25±2 ppt, dan 35±2 ppt. Peubah yang diamati adalah tingkat kerja osmotik, kapasitas osmoregulasi, dan kadar air badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi salinitas medium berpengaruh terhadap regulasi osmotik namun tidak berpengaruh terhadap persentase kadar air badan. Regulasi osmotik nila GIFT optimal didapatkan pada kisaran salinitas 15±2 ppt sampai salinitas 25±2 ppt. Pada kisaran salinitas ini, nila GIFT mampu melakukan pengaturan osmoregulasi internal menuju pemulihan (keseimbangan osmotik) mendekati tingkat osmotik lingkungan habitat aslinya setelah 24 jam cekaman salinitas. Hal ini mengindikasikan bahwa nila GIFT lebih toleran terhadap kisaran nilai salinitas air yang tinggi dibandingkan dengan nila varietas lokal lainnya.
ESTIMASI HERITABILITAS UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) BERBASIS PADA KERAGAMAN FENOTIP Lies Emmawati Hadie; Wartono Hadie; Sularto Sularto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.764 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.3.2013.355-362

Abstract

Penelitian ini dirancang untuk menghitung heritabilitas pada sifat bobot udang galah (Macrobrachium rosenbergii) pada umur lima bulan. Lima full-sib dan 15 half-sib dipelihara pada dua tingkat salinitas yaitu 0‰ dan 10‰, dengan rata-rata bobot sebesar 5,6 g; dan  = 0,40 g. Komponen keragaman diestimasi dengan mixed model leastsquares dan maximum likelihood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons genetik yang tinggi dapat diperoleh melalui seleksi bobot, karena nilai heritabilitas pada sifat tersebut relatif tinggi. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kisaran nilai h2 pada air tawar (0,509-0,866) dan air payau (0,235-0,499). Jadi nilai h2 pada air tawar lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan air payau pada salinitas 10,0‰. Kisaran nilai h2 yang dicapai pada out-crossing antara koleksi Barito dengan Musi adalah 0,663±0,037-0,866±0,047. Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan perbaikan mutu genetik pada udang galah dapat ditempuh melalui program seleksi yang dikombinasikan dengan metode pemijahan secara out-crossing.
DETEKSI GEN-GEN PENYANDI FAKTOR VIRULENSI PADA BAKTERI VIBRIO Ince Ayu Khairani Kadriah; Endang Susianingsih; Sukenda Sukenda; Munti Yuhana; Enang Harris
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 1 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.041 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.1.2011.119-130

Abstract

Penelitian untuk mendeteksi gen-gen penyandi virulensi dilakukan denganmenggunakan isolat bakteri yang diisolasi dari budidaya udang windu di berbagai daerah di Sulawesi Selatan dan Jawa. Pada penelitian ini digunakan primer spesifik untuk mendeteksi gen-gen virulen toxR gene, hemolysin (vvh) gene, dan GyrB gene dengan metode PCR. Dari 35 isolat yang diisolasi, 20 isolat terdeteksi memiliki gen virulensi dan 8 di antaranya memiliki dua gen virulen. Spesies bakteri yang memiliki gen virulen adalah: V.harveyi, V. parahaemolyticus, V. mimicus, dan V. campbelli
PEMIJAHAN ALAMI ARWANA SILVER (Osteoglossum bicirrhosum) DALAM BAK TERKONTROL Agus Priyadi; Rendy Ginanjar; Chumaidi Chumaidi; Wartono Hadie
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.396 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.345-350

Abstract

Ikan arwana silver (Osteoglossum bicirrhosum) adalah ikan hias introduksi berasal dari Brazil yang sudah menjadi ikan hias potensial. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui teknik pemijahan secara alami ikan arwana silver dalam bak terkontrol. Induk arwana jantan dan betina yang sudah diberi penanda (tagging) sebanyak 12 ekor diadaptasikan dalam bak beton (3 m x 2 m x 1 m) yang diletakkan di dalam ruangan yang dilengkapi dengan instalasi aerasi. Pakan diberikan berupa percil (50 g) dan ikan selar (360 g) dua hari sekali. Setelah 10 bulan ikan arwana mencapai panjang berkisar 59-64 cm dan bobot berkisar 1.208,5-1.849,5 g. Semua ikan arwana (11 ekor) dipindah ke luar ruangan, dipelihara dalam bak beton (5 m x 2 m x 1.2 m) dengan media air yang diputar menggunakan pompa dan bak pemeliharaan ditutup dengan jala. Pakan diberikan sama seperti saat adaptasi. Pengamatan keberhasilan pemijahan ikan dilakukan setiap saat dengan mengetahui ada tidaknya telur yang dierami dalam mulut arwana jantan. Pengeluaran larva dari dalam mulut induk jantan dilakukan setelah telur dierami selama 1-1,5 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 8 bulan pemeliharaan di luar ruangan, arwana silver jantan terlihat mengerami telur dalam mulutnya pertama kali dan menghasilkan larva sebanyak 17 ekor, kemudian berturut-turut menghasilkan larva setiap bulan pada bulan ke-22, 23, dan 24 berkisar 25-107 ekor/induk/bulan. Silver arowana (Osteoglossum bicirrhosum) is an ornamental fish introduced from Brazil and has been popular among fish collectors. The objective of this research was to determine the optimal spawning technique of silver arowana in controlled tank. Tagged male and female of arowana broodstock were adapted in 3 m x 2 m x 1 m indoor concrete tank with stocking density of 12 individual/tank. Lift frogs (50 g) and raw fish (360 g) were given as feed once per two days. After ten months of rearing, the total length of silver arowana broodstock varied from 59 to 64 cm and body weight ranged from 1,208.5 to 1,849.5 g. Eleven individuals of silver arowana broodstocks were stocked in 5 m x 2 m x 1.2 m out door concrete tank in which the water media was recirculated using water pump and rearing tank were covered with net. The feeds given were the same as during the adaptation process. Observation of breeding was done regularly by observing whether the eggs were already in the male broodstock mouth or not. The process to collect the larvae out of the male broodstock mouth was done after the eggs were incubated in its mouth for about 1.0-1.5 month. Result showed that after 8 months of rearing in outdoor tank, male silver arowanas were seen carrying eggs in their mouth for the first time and produce 17 larvae. On average, as many as 25-107 larvae were obtained per broodstock starting from 22nd, 23nd, and 24nd of rearing period.
PENGGUNAAN GEN PENYANDI TUMBUH CEPAT DALAM PRODUKSI BENIH UDANG WINDU Penaeus monodon Haryanti Haryanti; Ketut Mahardika; Fachrudin Fachrudin; Ida Komang Wardana; I Gusti Ngurah Permana; Sari Budi Moria Sembiring
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1198.952 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.3.2012.345-357

Abstract

Dalam upaya mengembalikan kesuksesan produksi udang windu P. monodon maka langkah perbaikan dan antisipasi mengatasi kegagalan terus dilakukan. Di antara kegagalan yang terjadi adalah penurunan sifat genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan gen penyandi tumbuh cepat pada benih udang windu yang diproduksi melalui pembenihan. Pembenihan menggunakan sistem yang mengaplikasikan biosecurity, probiotik, pakan alami, dan buatan. Ada 35 populasi benih F-1 (PL 12-15) yang dapat diproduksi dengan jumlah yang bervariasi. Gen penyandi tumbuh cepat yang telah diperoleh pada locus PmMS-11A dari mikrosatelit/SSRs (Simple Sequence Repeats), selanjutnya digunakan sebagai indikator tumbuh cepat pada benih-benih yang diproduksi melalui amplifikasi PCR dan dikonfirmasi dengan metode SSCP (Single Strand Confirmation Polyacrilamide). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gen penyandi tumbuh cepat dapat ditunjukkan oleh locus PmMS11-A pada benih udang windu. Tingkat keakuratan gen penyandi tumbuh cepat tersebut pada benih udang windu turunan F-1 terekspresi pada allel 144 bp. Hal ini juga ditunjukkan keakurasian prediksi dari karakter fenotipnya setelah budidaya di tambak. Produk benih yang dihasilkan sebanyak 838.021 ekor (tumbuh cepat) dan kontrol 172.526 ekor.

Page 8 of 77 | Total Record : 763


Filter by Year

2006 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue