cover
Contact Name
Elmansyah
Contact Email
ealharamain@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
ealharamain@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Al-Hikmah
ISSN : 19785011     EISSN : 25028375     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Al-Hikmah (ISSN: 1978-5011 dan E-ISSN: 2502-8375) merupakan Jurnal Nasional yang diterbitkan oleh Fakultas Usuluddin Adab dan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Jurnal ini khusus pada kajian Dakwah dalam studi tertentu dan komunikasi Islam pada umumnya, dan Al-hikmah akan mengkombinasikan antara hasil penelitian dengan artikel pada kajian-kajian terkini dari para kontributor yang ahli dibidangnya. Al-Hikmah, terbit perdana pada volume I edisi 1 pada bulan Juni 2007, Al-Hikmah telah terbit 16 kali (8 volume), dengan memulai mempublikasikan artikel tentang Dakwah dan Komunikasi, diprakarsai oleh Dr. Wajidi Sayadi yang merupakan doktor tafsir hadis. Al-Hikmah hadir karena tuntutan kebutuhan intelektual dalam merespon isu-isu actual terkait berbagai problematika Dakwah dalam konteks kekinian, tidak hanya dibatasi pada hasil karya penulis lokal tetapi juga mengakomodir karya penulis dalam skala nasional dan internasional. dengan kata lain jurnal Al-Hikmah membuka akses seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin berkiprah dan memberikan kontribusi ilmiah bagi pengayaan wacana pemahaman Dakwah dalam rangka menjawab tantangan intelektual yang kian hari semakin berkembang. Al-hikmah, menjadi media komunikasi ilmiah antarapeminat ilmu Dakwah yang terdiri dari dosen, pakar dan praktisi dakwah, mahasiswa dan lainya. disamping itu jurnal Al-Hikmah menyediakan tempat khusus berupa review terhadap masalah-masalah terkini yang berkenaan dengan dakwah dan komunikasi.
Arjuna Subject : -
Articles 224 Documents
The Ides Of March : Representasi Etos Kerja Seorang Public Relation Alfath Yosiana Putri
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1393

Abstract

The film The Ides of March tells the work ethic of a public relations (PR). The purpose of this research is to find out the work ethic of PR practitioners in the film The Ides of March. This article is interpretive qualitative with the object of research is a PR on the film "The Ides of March”. Data is collected by viewing the film, then analyzing the conversation and visual of the film. The collected data were analyzed with Charles Sanders Peirce's semiotic theory techniques, including representamen, interpretants, and objects. The results of the analysis obtained 5 themes, namely Religion in politics, image formation, optimism, conflict management, and communication skills. The conclusion is that PR can win candidates who are supported due to political strategy and good PR communication skills. Keyword: The Ides of March film, work ethic, Public Relations Film The Ides of March menceritakan etos kerja seorang public relation (PR). Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Etos Kerja Praktisi PR Dalam Film The Ides Of March. Artikel ini berjenis kualitatif interpretif dengan objek penelitian yaitu seorang PR pada film “The Ides Of March. Data dikumpulkan dengan melihat film, kemudian menganalisis percakapan dan visual film. Data yang terkumpul dianalisis dengan tehnik semiotika teori Charles Sanders Peirce, meliputi representamen, interpretant, dan object. Hasil analisis diperoleh 5 tema yaitu Agama dalam politik, pembentukan image, optimisme, managemen konflik, dan kemampuan komunikasi. Kesimpulannya yaitu PR dapat memenangkan calon yang didukung karena strategi politik dan kemampuan komunikasi PR yang baik. Kata Kunci: Film The Ides of March, etos kerja, Public Relation
Representasi Kisah Nabi Muhammad dan Para Sahabat dalam Novel Muhammad Karya Tasaro GK (Studi Model Komunikasi dalam Novel) Ach Jauhari; Mohammad Rifa'i
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1425

Abstract

History or dakwah journey of Prophet Muhammad and his companions is the process of building the law of Islamic shari'a, which until now has been followed by all Muslims. So that, this history is so important to be communicated, either oral or writing. Communication is the basic activities of human. It becomes the instrument to express the emotion, message and information. Communication has important role in human’s life. Because of it, many people communicate and create communication model. Tasaro GK is one of communicating history of Prophet Muhammad and his companions by novel. This research aims to represent history of Prophet Muhammad and his companions in Tasaro’s serial novel called by Muhammad. The result of this research shows that there are some communication models used by Tasaro GK in representing history of Prophet Muhammad and his companions, they are stimulus-response communication, linier communication, two-way communication, transactional communication, ritual and expressive communication, publicity communication, and reception communication. Keywords: Communication Model, Representing. Kisah atau perjalanan dakwah Nabi Muhammad dan para sahabatmerupakan proses pembangunan hukum syari’at Islam yang sampai sekarang ini diikuti oleh semua umat Islam. Maka dari itu, kisah ini sangat penting dikomunikasikan, baik secara lisan atau pun tulisan.Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusiayang menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi), pesan atau informasi yang ingin disampaikan. Dari itu, komunikasi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dari berbagai jenis komunikasi yang dilakukan manusia, lahirlah model komunikasi.Tasaro GK merupakan salah seorang yang mengkomunikasikan kisah Nabi Muhammad dan para sahabat melalui tulisan: novel. Penelitian ini bertujuan untuk merepresentasikan kisah Nabi Muhammad dan para sahabat dalam serial novel Muhammad karya Tasaro GK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa model komunikasi yang digunakan Tasaro GK dalam merepresentasikan kisah Nabi Muhammad dan para sahabatyaitu komunikasi stimulus-respon, model komunikasi satu arah, model komunikasi dua arah, model komunikasi transaksi, model komunikasi ritual dan ekspresif, model komunikasi publisitas, serta model komunikasi resepsi. Kata Kunci: Model Komunikasi, Representasi
Struktur Verba-Preposisi dalam al-Quran (Analisa Linguistik al-Quran) Ardiansyah, Ardiansyah
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1277.491 KB) | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1368

Abstract

Penelitian ini mengungkapkan Verba-Preposisi dalam al-Quran yaitu pada surah Yasin. Secara khusus, penelitian ini mengungkapkan struktur pola hubungan verba-preposisi dalam surah Yasin dan makna-makna yang dihasilkan oleh relasi verba-preposisi tersebut. Penelitian ini berpijak pada penelitian kepustakaan atau library reseach dengan objek utamanya adalah Surah Yasin. Penelitian yang berjenis kualitatif ini menggunakan teknik simak dalam mengumpulkan data dan menganalisisnya dengan metode padan intralingual dan ekstralingual. Hasilnya, penelitian ini menemukan adanya ketersambungan antara verba-preposisi dan sebagian verba dan preposisinya tersambung sehingga makna yang dihasilkan memiliki makna yang dekat dengan makna leksikal. Sedangkan makna idiomatik tidak mendominasi.
YOUTUBE SENI KOMUNIKASI DAKWAH DAN MEDIA PEMBELAJARAN Guntur Cahyono; Nibros Hassani
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 1 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.091 KB) | DOI: 10.24260/al-hikmah.v13i1.1316

Abstract

This research describes the development of Social Media YouTube that gives new communication pattern for the preacher and the teacher. YouTube is the most strategic media which containing videos content that spreading the information as an art of communication which envolve the users. The society routine for Revolutional Industry 4.0 has changed the communication pattern to get online information (in the internet). Through certain keywords, YouTube users can get the information that is wanted. Media social platform possess the vary contents including Islamic Da’wah and Islamic Education. YouTube in the context of Islamic Education some certain of da’wah contents can become as learning media or material enrichment that is still limited in text book learning present day. [Penelitian ini mendiskripsikan bahwa perkembangan media sosial YouTube memberikan pola baru komunikasi para pendakwah dan guru. YouTube adalah media paling strategis, yang memuat konten video untuk menyebarkan informasi sebagai seni berkomunikasi dengan melibatkan para pengguna. Kebiasaan masyarakat di era revolusi industri 4.0 mengubah pola komunikasi untuk mendapatkan informasi daring (dalam jaringan). Melalui kata kunci tertentu pengguna YouTube bisa memperoleh informasi yang diinginkan. Platform media sosial memiliki konten yang bermacam-macam termasuk didalamnya adalah dakwah Islam dan pendidikan Islam. YouTube Dalam konteks pendidikan Islam beberapa konten dakwah bisa dijadikan sebagai media pembelajaran atau pengayaan materi yang selama ini masih terbatas pada buku pelajaran]. Kata Kunci : YouTube, Komunikasi Dakwah, Media Pembelajaran
Media Massa sebagai Sarana Dakwah Kontemporer Qudratullah Qudratullah
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.375 KB) | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1469

Abstract

Da'wah is often synonymous with speaking on the stand by facing the crowd and conveying messages of kindness. But, as the development of mass media, da'wah is not a product that is always delivered on the stand. The mass media is part of the innovation of delivering messages of da'wah. The existence of mass media provides a new atmosphere for the delivery of messages that are more dynamic and flexible, of course, keep up with the times. The use of mass media as a means of contemporary da'wah is increasingly providing great opportunities to all levels of society who want to invite and convey goodness which in this case is preaching activities. A person can convey messages of goodness through writing (qalam), oral and behavior or actions (things) with audio visual recordings on online media and social media such as Instragram, Facebook, You Tube, short films, radio, TV and so on. The number of users of diverse social media is a sign that preaching must evolve into an activity that invites goodness with a more innovative and creative appeal. So that the public or mad'u will choose what media will be used in receiving messages from da'i. Even so, the use of mass media as a means of propaganda is not easy. There are many things that need to be considered by the perpetrators of propaganda so that the propaganda that is done can go well and achieve its goals. Good management is needed in preparing content that is wrapped in an attractive manner so that people are not bored with the way of delivering da'wah and its contents are almost the same. Da'i are required to be extra active, innovative and creative in preaching on social media, clever in choosing the media to be used, and proficient in the use of existing technology and understanding the condition of mad'u as an object of preaching that will receive propaganda messages through response to changing patterns thought and behavior. Keywords: Da'wah, Mass Media, Contemporary, Da'i, Mad'u, Means. Dakwah, sering kali identik dengan berbicara di atas mimbar dengan menghadapi orang banyak dan menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Namun seiring perkembangan media massa, dakwah bukanlah produk yang selalu disampaikan di atas mimbar. Media massa menjadi bagian dari inovasi penyampaian pesan-pesan dakwah. Keberadaan media massa memberikan suasana baru terhadap penyampaian pesan-pesan dakwah yang lebih dinamis dan fleksibel, tentunya mengikuti perkembangan zaman. Penggunaan media massa sebagai sarana dakwah kontemporer semakin memberikan peluang yang besar kepada seluruh lapisan masyarakat yang ingin mengajak dan menyampaikan kebaikan yang dalam hal ini adalah kegiatan dakwah. Seseorang dapat menyampaikan pesan-pesan kebaikan melalui tulisan (kalam), lisan dan perilaku atau perbuatan (hal) dengan rekaman audio visual di media online dan media sosial seperti Instragram, Facebook, You Tube, film pendek, tv radio dan sebagainya. Banyaknya pengguna media sosial yang beragam menjadi tanda bahwa dakwah haruslah berevolusi menjadi sebuah kegiatan yang mengajak pada kebaikan dengan daya tarik yang lebih inovatif dan kreatif. Sehingga dengan begitu masyarakat atau mad’u akan memilih media apa yang akan digunakan dalam menerima pesan-pesan dakwah dari da’i.Meski begitu, penggunaan media massa sebagai sarana dakwah tidaklah mudah. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaku dakwah agar dakwah yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuannya. Dibutuhkan manajemen yang baik dalam mempersiapkan konten-konten yang dibungkus secara menarik sehingga masyarakat tidak bosan dengan cara penyampaian dakwah dan isinya yang hampir sama. Da’i dituntut ekstra aktif, inovatif dan kreatif dalam melakukan dakwah di media sosial, pandai dalam memilih media yang akan digunakan, dan cakap dalam penggunaan teknologi yamg ada serta memahami kondisi mad’u sebagai objek dakwah yang akan menerima pesan dakwah melalui respon perubahan pola pikir dan perilaku. Kata Kunci: Dakwah, Media Massa, Kontemporer, Da’i, Mad’u, Sarana.
ANALISIS ASPEK POSITIF DAN NEGATIF METODE DAKWAH JAMAAH TABLIGH DI INDONESIA Yono Yono
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1372

Abstract

This research is aimed to explore the strengths, weakness, opportunities & treats of Jam’aah Tabligh da’wah method in Indonesia. Data obtained by doing literature review, observation, and interview to some informants such as representative member of Jam’aah Tabligh & society’s element. The result of this study show that there are three top strengths of Jam’aah Tabligh da’wah method, namely having a wide network, effectively da’wah result, and high solidarity among members. While, there are also three top weakness of Jam’aah Tabligh da’wah method, namely instantly in being missionary, un-open to another group of religious study, and using weak references. The opportunities are creating the religious society, creating Islamic environment, and helping government to reduce the crime. The treats of this da’wah method are potentially in treating the family unity, treating the individual economic stability, and treating the social harmony. Keywords: Group of Da’wah, Da’wah Method, Jamaah Tablig, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kekuatan, kelemahan, peluang & suguhan metode dakwah Jam'aah Tabligh di Indonesia. Data diperoleh dengan melakukan tinjauan pustaka, observasi, dan wawancara dengan beberapa informan seperti anggota perwakilan unsur Jam'aah Tabligh & masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga kekuatan utama dari metode dakwah Jam'aah Tabligh, yaitu memiliki jaringan yang luas, hasil dakwah yang efektif, dan solidaritas yang tinggi di antara para anggota. Sementara itu, ada juga tiga kelemahan utama dari metode dakwah Jam'aah Tabligh, yaitu langsung menjadi misionaris, tidak terbuka pada kelompok studi agama lain, dan menggunakan referensi yang lemah. Peluangnya adalah menciptakan masyarakat yang beragama, menciptakan lingkungan Islam, dan membantu pemerintah mengurangi kejahatan. Perlakukan metode dakwah ini berpotensi dalam memperlakukan kesatuan keluarga, merawat stabilitas ekonomi individu, dan memperlakukan kerukunan sosial. Kata Kunci: Dakwah Kelompok, Metode Dakwah, Jama’ah Tabligh Indonesia.
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG ANTARA MASLAHAH DAN MAFSADAH Dwi Surya Atmaja; Munadi Munadi
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.122 KB) | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1470

Abstract

Election of regional head (Pilkada) is one form and mechanism of democracy. The regional leader is directly elected. Law Number 32 of 2004 concerning Regional Government in its enactment has created a new atmosphere in the process of regional head elections (Pilkada), both at the provincial level and at the district and city level, with the enactment of this Law they must be directly elected by all people who have suffrage in each area. This election system, in fact, has added to the vibrant process of democracy in Indonesia. This is because the Pilkada opens the broadest involvement of all people in the process of electing their regional government leaders. However, without undermining the importance of the spirit of democratic society through the elections, various negative impacts / interpretations of this kind of succession system of government are now appearing. It is common knowledge now that to win local elections, a person needs a lot of funds, both to finance legal activities and to finance illegal activities, such as money politics. Money politics is usually used to influence the tendency of the people to vote in the elections. Various facts can lead us to questions about the elections in the perspective of Islamic teachings in terms of maslahah and mafsadah. Keywords: local elections, maslahah, mafsadah, money politics. Pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) merupakan salah satu wujud dan mekanisme demokrasi. Pemimpin daerah tersebut dipilih secara langsung. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam pemberlakuannya telah menciptakan suasana baru dalam proses pemilihan kepala daerah (Pilkada), baik di tingkat propinsi maupun di tingkat kabupaten dan kota, dengan pemberlakuan UU tersebut mereka harus dipilih secara langsung oleh seluruh rakyat yang memiliki hak pilih di masing-masing daerah. Sistim Pilkada ini, pada kenyataanya telah menambah semarak proses demokrasi di Indonesia. Hal ini karena Pilkada membuka keterlibatan seluas-luasnya segenap rakyat dalam proses pemilihan pemimpin pemerintahan daerah mereka. Akan tetapi dengan tanpa mengecilkan arti penting dari semangat berdemokrasi masyarakat melalui Pilkada, berbagai dampak negatif /mafsadah dari sistem suksesi pemerintahan semacam ini kini bermunculan. Sudah menjadi rahasia umum sekarang ini bahwa untuk memenangkan pemilihan kepala daerah, seseorang memerlukan dana yang tidak sedikit, baik untuk membiayai kegiatan yang legal maupun untuk membiayai kegiatan ilegal, seperti money politics(politik uang). Money politics (politik uang) biasanya digunakan untuk mempengaruhi kecenderungan masyarakat dalam memilih di Pilkada. Berbagai kenyataan dapat mengantarkan kita kepada pertanyaan-pertanyaan tentang Pilkada dalam perspektif ajaran Islam dari segi maslahah dan mafsadah.
“KELOMPOK LAIN” DALAM PANDANGAN PELAJAR DI WILAYAH BEKAS KONFLIK DI SANGGAU LEDO, KALBAR Yusriadi Yusriadi; Ismail Ruslan
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.31 KB) | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1472

Abstract

In the midst of a pluralistic society, views of other groups are often vis a vis placed at the opposite angle. Group identity is built pragmatically as a form of attitude towards other groups. This paper aims to reveal how the views of students in former conflict areas in West Kalimantan, namely in Sanggau Ledo, towards other groups. Sanggau Ledo is a multi-ethnic area and was the starting point for the 1997 riots, with riots extending to several parts of West Kalimantan. Data collected from a group of students at Bengkayang Aliyah State Madrasah in Sanggau Ledo, shows that they still remember the bloody incident. The narratives they received about the riots were not accompanied by negative narratives about other groups. Instead, as a young generation, they make it a lesson. Other groups are seen from the proportional side, that there are no ethnic crimes, only ethnic elements. Other ethnic groups are not enemies and rivals. Problems that may arise from the behavior of group members should be seen as individual behavior, not group behavior. They must be respected as part of the nation's children. The views of these students can be a comparison that not all students want violence and hostility towards other groups. Keywords: Other Groups, Conflict, Sanggau Ledo, Compound Society, Group Identity Di tengah masyarakat yang majemuk, pandangan terhadap kelompok lain sering kali vis a vis diletakkan pada sudut yang bertentangan. Identitas kelompok dibangun secara pragmatis sebagai bentuk bersikap menghadapi kelompok lain. Tulisan ini bertujuan mengungkapkan bagaimana pandangan pelajar di wilayah bekas konflik di Kalimantan Barat, yaitu di Sanggau Ledo, terhadap kelompok lain. Sanggau Ledo adalah daerah yang multi-etnis dan pernah menjadi titik mula kerusuhan tahun 1997, yang kerusuhan meluas ke beberapa bagian di wilayah Kalimantan Barat. Data dikumpulkan dari sekelompok pelajar di Madrasah Aliyah Negeri Bengkayang di Sanggau Ledo, menunjukkan bahwa mereka masih mengingat peristiwa berdarah tersebut. Narasi yang mereka terima mengenai kerusuhan tidak diiringi dengan narasi negatif mengenai kelompok lain. Justru, sebagai generasi muda, mereka menjadikannya pelajaran. Kelompok lain dilihat dari sisi yang proporsional, bahwa tidak ada kejahatan etnik, yang ada hanya oknum dari kelompok etnik. Etnik lain bukanlah musuh dan rival. Masalah yang mungkin timbul dari prilaku anggota kelompok hendaklah dilihat sebagai prilaku individu, bukannya prilaku kelompok. Mereka harus dihargai sebagai bagian dari anak bangsa. Pandangan para pelajar ini dapat menjadi bahan bandingan bahwa tidak semua pelajar menginginkan kekerasan dan permusuhan terhadap kelompok lain. Kata Kunci: Kelompok Lain, Konflik, Sanggau Ledo, Masyarakat Majemuk, Identitas Kelompok
MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS MASJID DI KOTA PONTIANAK Cucu Cucu; Santa Rusmalita
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.655 KB) | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1471

Abstract

The function of sosilal masjidcan be played precisely when modern management principles are applied in the management of masjid. The function of the masjid is not only a function of worship, but also a masjid can be used as a media for empowering da'wah. Da'wah empowerment of the community is a missionary movement that is a real action carried out professionally in a da'wah institution by implementing modern management functions, in order to bring about change, namely the improvement of religious quality and social quality. Community empowerment is motivated by various weaknesses in the community. Through zakat and infaq funds, masjid administrators can manage it as a source of community empowerment. Through field interviews found at the Daarul Falah Masjid in Pontianak City, there is a community empowerment program that has two objectives, namely increasing mosque funding and improving the quality of the community. The types of empowerment intended consisted of: Business capital assistance, basic food subsidy assistance, scholarship assistance, medical assistance, kiosk rental, multipurpose building rentals. In its management Daarul Falah Masjid has implemented modern management principles, namely: planning, internal and external coordination, formal and non-formal direction, and evaluation. Keywords: Management, Community Empowerment and Masjid Fungsi sosilal masjid dapat diperankan dengan tepat dikala prinsip-prinsip manajemen modern diterapkan dalam pengelolaan masjid. Fungsi masjid bukan hanya fungsi ibadah mahdlah, tetapi juga masjid dapat difungsikan sebagai media dakwah pemberdayaan. Dakwah pemberdayaan masyarakar merupakan gerakan dakwah yang bersifat tindakan nyata yang dilakukan secara professional dalam sebuah lembaga dakwah dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen modern, guna mewujudkan perubahan yakni peningkatan kualitas keagamaan dan kualitas sosial. Pemberdayaan masyarakat dilatarbelakangi adanya berbagai kelemahan pada masyarakat. Melalui dana zakat dan infak umat, pengurus masjid dapat mengelolanya menjadi sumber pemberdayaan masyarakat. Melalui wawancara lapangan ditemukan di Masjid Daarul Falah Kota Pontianak terdapat program pemberdayaan masyarakat yangmemiliki dua sasaran, yaitu peningkatan dana masjid dan peningkatan kualitas masyarakat. Jenis pemberdayaan dimaksud terdiri dari : Bantuan modal usaha, bantuan subsidi sembako, bantuan beasiswa, bantuan pengobatan, penyewaan kios, penyewaan gedung serbaguna. Dalam pengelolaannya Masjid Daarul Falah telah menerapkan prinsi-prinsip manajemen modern yaitu: perencanaan, koordinasi intern dan ekstern, pengarahan formal dan non formal, dan evaluasi. Kata Kunci: Manajemen, Pemberdayaan masyarakat dan Masjid
STRATEGI PENGEMASAN PESAN DAKWAH MELALUI BAHASA VERBAL DAN NON VERBAL DALAM FILM “KURANG DUA ONS” Nurmy Abdullah Renre; Samsul Hidayat; Meta Ratih
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v13i2.1456

Abstract

Film is a universal media which can be used for various purposes, one of them is as a propaganda media as presented in the Film "Kurang Dua Ons". This article applied descriptive method through a qualitative approach with primary data sources in the form of interviews with film directors, film observation and audio-visual, as well as documentation. While secondary data sources include document records, interviews with other relevant parts of this film, books, journals and supporting documents. Then the data analyzed by collecting, reducing, classifying and displaying data. The results showed that the strategy of determining the message of da’wah and the selection of ideas through several ways namely observation, theme adjustment, determining the purpose of filmmaking, main characters analysis, segmentation and re-observation, the strategy of packaging the message of da’wah into the film scenario were by characterizing the characters, determining the sequence of scenes and the purpose of communication and the packaging strategy of da’wah messages to audio visual or verbal and non-verbal forms through angles, lighting, shooting techniques and settings according to direct from the director. Keywords: Strategy, Da'wah Message, Verbal and Non-Verbal Languages, Kurang Dua Ons Film. Film adalah sebuah media universal yang dapat digunakan dalam berbagai tujuan, salah satunya sebagai media propaganda seperti yang ditunjukkan dalam Film “Kurang Dua Ons”. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji strategi menentukan pesan dakwah dan ide cerita, strategi pengemasan pesan dakwah ke dalam skenario film dan pengemasan audio visual (bahasa verbal dan non-verbal) dalam Film “Kurang Dua Ons”. Artikel ini menggunakan metode deskrptif dengan pendekatan kualitatif dengan data primer berupa hasil interview dengan Sutradara, observasi terhadap film dan audio visualnya, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa dokumen rekaman, wawancara dengan pihak terkait lainnya dalam film ini, buku, jurnal dan dokumen pendukung. Data tersebut kemudian dianalisis dengan melakukan data collection, reducing, classification, dan display. Pada kesimpulan terlihat bahwa stategi pengemasan dakwah dan penentuan ide cerita dilakukan melalui observasi, penentuan tema, penentuan tujuan pembuatan film, analisis tokoh utama, penentuan segmentasi, dan observasi lebih mendalam. Strategi pengemasan pesan dakwah ke dalam skenario film dilakukan dengan karakterisasi tokoh, penentuan scene dan tujuan komunikasi serta strategi pengemasan pesan dakwahnya ke dalam audio visual bahasa verbal dan non verbal menggunakan angle, pencahayaan, teknik pengambilan gambar dan setting sesuai arahan Sutradara. Kata kunci:Strategi, Pesan Dakwah, Bahasa Verbal dan Non-Verbal, Film Kurang Dua Ons.