cover
Contact Name
Muhammad Kurniawan Alfadli
Contact Email
m.kurniawan@unpad.ac.id
Phone
+6285669298592
Journal Mail Official
bsc.ftg@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bulletin of Scientific Contribution : Geology
ISSN : 16934873     EISSN : 2541514X     DOI : doi.org/10.24198/bsc%20geology.v18i1
BSC Geology adalah jurnal yang dikelola oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran,terbit 3 kali dalam setahun (April, Agustus, dan Desember), yang menerbitkan karya tulis ilmiah dalam bidang kebumian terutama yang berkaitan dengan geologi seperti : Petrologi Paleontologi Geomorfologi Stratigrafi Geologi Dinamik Geologi Lingkungan dan Hidrogeologi Geologi Teknik Geokimia Geofisika Sedimentologi. Setiap artikel yang akan diterbitkan adalah bersifat tanpa biaya (no processing charges dan no submission charges). Dewan redaksi dan penerbit tidak pernah meminta bayaran untuk penerbitan pada jurnal ini. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk memperkaya pengetahuan dan informasi tentang ilmu kebumian dan dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama.
Articles 413 Documents
ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN PURBA BERDASARKAN BIOFASIES ANGGOTA TUF NAPALAN FORMASI PAMUTUAN Haitami, Riza Rohmatul; Fatih, Rayhan; Jurnaliah, Lia; Winantris, .
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 1 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i1.59691

Abstract

Foraminifera merupakan organisme mikroskopik yang terdiri atas satu sel dan termasuk dalam filum Protista yang terbagi atas dua jenis yaitu foraminifera planktonik dan bentonik. Foraminifera bentonik kecil merupakan organisme yang dapat digunakan untuk merekonstruksi lingkungan purba dikarenakan cara hidupnya yang terbatas pada ekologi tertentu. Terdapat sepuluh sampel yang diambil dengan menggunakan metode acak pada singkapan permukaan litologi batugamping sisipan pasir Anggota Tuf Napalan Formasi Pamutuan. Analisis kluster menggunakan software SPSS digunakan untuk mengetahui biofasies daerah penelitian untuk selanjutnya dianalisis lebih lanjut dalam interpretasi lingkungan pengendapan purba. Penentuan lingkungan pengendapan purba dilakukan dengan menghitung dan interpretasi spesies-spesies foraminifera bentonik kecil yang mendominasi pada setiap biofasies. Daerah penelitian memiliki tujuh biofasies yang berkembang dengan lingkungan pengendapan purba umumnya yaitu transisi hingga laut dalam.Kata kunci: Foraminifera Bentonik Kecil, Pamutuan, Biofasies, Lingkungan Pengendapan
STUDI BATUGAMPING BERDASARKAN KANDUNGAN FORAMINIFERA BESAR DI DAERAH CIRACAP, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT, INDONESIA Silalahi, Natha Nuel; Pratiwi, Santi Dwi; Patonah, Aton
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 1 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i1.62890

Abstract

Daerah penelitian secara geografis terletak pada koordinat 106°28'0“ BT - 106°30′30” BT dan 7°18'30“ LS - 7°21′0” LS, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Fokus penelitian ini adalah Batugamping Formasi Cibodas di daerah Ciracap dengan menggunakan analisis foraminifera bentonik besar dengan tujuan untuk menganalisis korelasi antara jenis batugamping dengan kelimpahan foraminifera besar. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan, termasuk pengukuran penampang, dan analisis petrografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua litologi yang berbeda yang ditemukan pada Formasi Cibodas, yaitu Packstone dan Grainstone. Selain itu, dari hasil pengamatan petrografi, ditemukan 12 spesies foraminifera besar yang dapat diidentifikasi. Setelah dilakukan penarikan umur, didapatkan umur batugamping Formasi Cibodas berada pada kisaran Tf3-Th (Miosen Akhir-Pliosen Awal). Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa kelimpahan foraminifera secara signifikan lebih tinggi pada batugamping packstone dibandingkan dengan grainstone. Packstone terbentuk di lingkungan yang tenang dan berenergi rendah, dengan kandungan lumpur yang cukup banyak. Lumpur ini kaya akan nutrisi, sehingga mendukung kehidupan dan pelestarian foraminifera besar sedangkan grainstone terbentuk di lingkungan energi tinggi dengan arus dan gelombang kuat yang menghambat akumulasi lumpur serta kurang mendukung untuk pelestarian foraminifera bentonik besar. Lingkungan pengendapan berada di zona terumbu hingga dasar laut.Kata Kunci: Ciracap, Cibodas, Foraminifera Besar, Packstone, Grainstone, Terumbu
PENERAPAN SANDI STRATIGRAFI INDONESIA DALAM PEMETAAN GEOLOGI GUNUNG API DI KULONPROGO Hartono, Hill Gendoet; Sudradjat, Adjat
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 1 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i1.59526

Abstract

Dalam sandiStratigrafi Indonesia (SSI) 1973 yang dimutakhirkan tahun 1996 dan tahun 2023, dicantumkan mengenai konsep stratigrafi gunung api. Konsep ini memformulasikan kaidah stratigrafi dalam pemetaan batuan gunung api yang mencakup satuan batuan sebagai satuan paling kecil, gumuk, khuluk, bregada dan manggala sebagai satuan stratigrafi dengan hierarki yang semakin besar. Konsep ini dicoba diaplikasikan dalam pemetaan geologi gunung api Prakuarter di Pegunungan Kulonprogo. Hasilnya menunjukkan bahwa konsep ini dapat mengurai lebih jauh produk letusan yang selama ini dipetakan sebagai satu unit batuan. Pada peta geologi ditampilkan adanya tiga tubuh batolit yaitu Ijo, Gajah dan Menoreh[1]. Lokasi ketiganya berderet dari baratdaya ke timurlaut. Berdasarkan peta tersebut, maka diinterpretasikan bahwa ketiga tubuh batolit merupakan pusat letusan, sehingga disimpulkan bahwa terdapat tiga tubuh gunung api. Dalam konsep stratigrafi. maka ketiga tubuh gunung api tersebut memiliki status khuluk. Akan tetapi penelitian lebih lanjut [2,3] mengungkapkan adanya beberapa konduit, sehingga disimpulkan bahwa pada satu tubuh batolit terdapat beberapa pusat letusan. Dengan demikian maka statusnya berubah menjadi bregada. Berdasarkan hal tersebut maka Pegunungan Kulonprogo merupakan suatu manggala yang terdiri atas Bregada Gajah, Bregada Ijo dan Bregasa Menoreh.Bregada tersebut masing-masing diurai lebih lanjut menjadi Khuluk Bujel, Khuluk Pencu, Khuluk Ijo, Khuluk Kukusan dan Khuluk Gupit. Dikombinasikan dengan analisis facies maka dapat dilakukan deliniasi yang memisahkan produk gunung api dalam beberapa satuan batuan berdasarkan sumber, deskripsi dan genesis. 
BIOSTRATIGRAFI KALA HOLOSEN TITIK CORE TR1926B, CEKUNGAN UTARA SELAT MAKASSAR, BERDASARKAN KUMPULAN FORAMINIFERA PLANKTONIK Amadeus, Marvel Samgar; Jurnaliah, Lia; Fauzielly, Lili; Hendrizan, Marfasran
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i2.61806

Abstract

Penelitian ini berfokus pada analisis biostratigrafi Kala Holosen di Cekungan Utara Selat Makassar berdasarkan kumpulan foraminifera planktonik dari inti core TR1926B. Interval core yang diteliti (182 – 206 cm) tersusun atas lempung berwarna hijau keabuan hingga abu-abu kehitaman dengan komponen fragmen cangkang skeleta. Berdasarkan penanggalan radiokarbon, interval yang diteliti berada pada rentang umur 9.966 hingga 11.774 tahun lalu. Sebanyak 8.136 individu foraminifera planktonik yang berasal dari 50 spesies dan 15 genus berhasil diidentifikasi dari total 23 sampel. Analisis biostratigrafi menurut zona Bolli & Saunders dan Blow menunjukkan bahwa interval yang diteliti masuk dalam Kala Holosen (Zona N23 Akhir), ditandai dengan kemunculan Globorotalia ungulata yang konsisten dari 11.774 hingga 9.966 tahun lalu. Spesies pendukung lainnya seperti Globigerina bermudezi, Globorotalia fimbriata, Globigerinella calida, dan Beella praedigitata ditemukan secara episodik dan tidak konsisten. Hasil penelitian ini memberikan wawasan mengenai biostratigrafi dan transisi iklim awal Holosen, serta menjadi landasan untuk studi paleoklimatologi lebih lanjut di wilayah ini.
PENENTUAN LINGKUNGAN BATIMETRI FORMASI BATURAJA & GUMAI DENGAN MELIHAT PERSEBARAN FORAMINIFERA DAERAH MUARADUA DAN SEKITARNYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN Nurjanah, Anisa; Idarwati, .
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i2.64400

Abstract

Pendekatan analisis paleontologi dapat digunakan untuk menentukan lingkungan batimetri suatu daerah dengan melihat persebaran foraminiferanya. Lokasi penelitian berada di daerah Muaradua, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan, yang merupakan bagian dari Formasi Gumai dan Formasi Baturaja , termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan. Observasi lapangan dilakukan untuk mencatat data geologi permukaan dan data paleontologi khususnya foraminifera yang diperoleh dari preparasi sampel batuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi paleobatimetri menggunakan metode deskriptif analisis paleontologi dengan pendekatan tiga metode: Barker, Van Marle, dan Tipsword. Sebanyak 22 genus foraminifera bentonik dengan total 489 individu serta 14 jenis foraminifera planktonik dengan 393 individu telah diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Barker, lokasi penelitian LP1–LP6 berada pada lingkungan Neritik Tepi hingga Neritik Tengah. Metode Van Marle menginterpretasikan LP1 berada di Neritik Luar dan LP2–LP6 di Neritik Tengah. Sementara itu, metode Tipsword menunjukkan zona pengendapan berada dalam lingkungan neritik tengah hingga luar, dengan kedalaman antara ±38 hingga 200 meter. Hal ini menunjukkan bahwa daerah penelitian berada pada lingkungan batimetri laut dangkal hingga menengah, khususnya dalam zona Neritik Tengah hingga Neritik Luar, dengan rentang kedalaman sekitar ±38 hingga 200 meter, yang mencerminkan kondisi pengendapan laut terbuka pada masa lalu. Paleontological analysis approach can be used to determine the bathymetric environment of an area by looking at the distribution of foraminifers. This research was conducted in Muaradua area, South Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatra Province, which is part of the Gumai Formation and Baturaja Formation, included in the South Sumatra Basin. Field observations were conducted to record surface geological data and paleontological data, especially foraminifera obtained from the preparation of rock samples. This study aims to determine the condition of paleobathymetry using a descriptive method of paleontological analysis with a three-method approach: Barker, Van Marle, and Tipsword. A total of 22 genus of benthonic foraminifera with a total of 489 individuals and 14 types of planktonic foraminifera with 393 individuals have been identified. The results show that according to Barker, the study sites LP1-LP6 are in the Outer Neritic to Middle Neritic environment. The Van Marle method interprets LP1 to be in the Outer Neritic and LP2-LP6 in the Middle Neritic. Meanwhile, the Tipsword method shows that the depositional zone is in the middle to outer neritic environment, with depths between ±38 to 200 meters. This indicates that the study area is in a shallow to medium marine bathymetric environment, specifically in the middle to outer neritic zone, with a depth range of around ±38 to 200 meters, which reflects past open ocean depositional conditions.
ROCK TYPING DAN ASOSIASI FASIES FORMASI MENGGALA, LAPANGAN “MANGGA SELASIH”, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH Putri, Shiva Alimadana; Abdurrokhim, .; Mohammad, Febriwan; Indrarto, Yohanes Brosko
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i2.64322

Abstract

Lapangan “Mangga Selasih” adalah lapangan penghasil hidrokarbon dari reservoir silisiklastik yang terletak di Cekungan Sumatra Tengah. Penelitian ini berfokus pada reservoir Formasi Menggala. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dalam penentuan litofasies, elektrofasies, dan fasies pengendapan, lalu analisis kuantitatif dalam penentuan karakteristik petrofisika dan rock type (RT). Tujuan penelitian ini adalah mengasosiasikan karakteristik petrofisika batuan dengan RT dan fasies pengendapan untuk karakterisasi reservoir dan memperkuat hubungan antara data petrofisika serta pemahaman geologi. Penelitian ini dilakukan pada 15 data sumur dengan 15 data log sumur, 3 data core, 12 data side wall core (SWC), dan data marker dengan sumur MS-05 sebagai sumur analisis. Berdasarkan analisis RT metode Hydraulic Flow Unit (HFU) dengan parameter Flow Zone Indicator (FZI), yaitu ratarata volume ruang yang dimiliki oleh suatu batuan reservoir yang dapat mengalirkan fluida melalui hubungan nilai porositas dan permeabilitas, Formasi Menggala memiliki 4 jenis RT dengan urutan terbaik ke terburuk, yaitu RT 1 bernilai FZI 19,64–22,75; RT 2 bernilai FZI 11,78–18,37; RT 3 bernilai FZI 6,1–11,26; dan RT 4 bernilai FZI 3,01–5,52. Formasi Menggala didominasi oleh RT 2 dengan nilai volume shale 0,01–0,5; PHIE 0,12-0,27 V/V; permeabilitas 773-5.263 mD. Formasi ini tersusun atas litologi sandstone, shally sandstone, sandy shale, dan shale. Pola elektrofasies teridentifikasi mencakup cylindrical berasosiasi dominan dengan RT 1 dan 2 di elemen fasies channel, sedangkan funnel, bell, dan symmetrical berasosiasi dominan dengan RT 3 dan 4 di elemen fasies floodplain dan tidal flat. Lingkungan pengendapan diinterpretasikan pada terestrial–transisi, yaitu elemen fasies fluvial channel, mid channel bar, dan floodplain membentuk asosiasi fasies fluvial serta elemen fasies estuary tidal channel, mixed flat, dan mud flat yang membentuk asosiasi fasies estuari dominasi pasang surut. Reservoir terbaik pada Formasi Menggala berjenis RT 1 berasosiasi dengan elemen fasies fluvial channel dengan litologi very coarse sandstone.Kata Kunci: Petrofisika, Rock Type, Litofasies, Elektrofa
REKONSTRUKSI SEJARAH PENGENDAPAN BERDASARKAN ANALISIS STRATIGRAFI DAERAH WATUKUMPUL, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH Az-zahra, Salmaa Aulia; Rochmana, Yogie Zulkurnia
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i2.63229

Abstract

Daerah Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, tersusun atas formasi batuan yang terbentuk oleh mekanisme arus turbidit dan aktivitas vulkanik pada zaman Tersier ddi Cekungan Serayu Utara. Interpretasi lingkungan pengendapan digunakan sebagai acuan awal pembuatan rekonstruksi sejarah geologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, merekonstruksi, dan membuat model sejarah geologi di daerah penelitian dari perspektif stratigrafi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan dan dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Data tersebut kemudian diinterpretasikan untuk mengetahui proses pengendapan, urutan stratigrafi, dan rekonstruksi sejarah geologi. Berdasarkan hasil analisis stratigrafi, urutan stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah Formasi Rambatan (Tmr) pada kala Miosen Tengah, Intrusi Diorit (Tmi(d)) pada kala Miosen Tengah, Formasi Halang (Tmph) pada kala Miosen Akhir – Pliosen Tengah, dan Formasi Kumbang (Tmpk) terendapakn secara menjari dengan Formasi Halang pada kala yang sama. Proses sedimentasi terjadi di lingkungan laut dalam (batial) dipengaruhi oleh mekanisme arus turbidit akibat longsoran bawah laut disertai aktivitas vulkanisme. Penelitian ini menjelaskan mengenai sejarah pengendapan serta proses-proses geologi yang terjadi di daerah penelitian.
Evaluating The Feasibility Of CO2 Storage Through A Geomechanical Approach : A Case Study Of The Talang Akar Formation, Crestal Area Of Asri Basin, LUF Well Lathifah, Lista Ummu Fadzilatul; Muslin, Dicky; Muljana, Budi; Laranarko, Dwandari; Santosa, Ardian Aby
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i2.64157

Abstract

Asri Basin is one of Indonesia’s sedimentary basins, and it is the carbon dioxide storage target in Carbon Capture Storage (CCS) technology. A study of carbon dioxide storage containers must be carried out based on geological aspects, namely geological and rock conditions. This research aims to identify reservoir feasibility values in the Asri Basin, such as pore pressure and fracture pressure, along with other factors affecting reservoir stability, in order to minimize leakage during the carbon dioxide injection process. The identification process in this research uses quantitative and qualitative studies based on well data. Eaton's method was used to estimate the research well pore pressure and fracture pressure in the research wells. The research well is located in the crestal area of the Asri Basin and has a pore pressure with a normal pressure trend. The fracture pressure value gets smaller in the depth range of the Talang Akar Formation. There is a process of diagenesis of the clay mineral smectite into illite, which begins to be found at a depth of 3000 - 3500 ftTVDSS. The developed stress regime is a normal stress regime with the vertical stress value as the largest. The injection process in the Asri Basin can be carried out in the Talang Akar Formation with several five storage intervals at a depth of 3560 - 4130 ftTVDSS.
FACIES AND PETROGRAPHIC CHARACTERISTICS OF CILETUH FORMATION IN THE MANDRAJAYA AREA, CIEMAS SUBDISTRICT, WEST JAVA Sayaf, Ival Umar; Isnaniawardhani, Vijaya; Hardiyono, Adi; Natasia, Nanda
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i2.65345

Abstract

The Eocene Ciletuh Formation, exposed within the Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark, provides a key record of syn-tectonic sedimentation in West Java. While its general submarine fan setting is known, detailed facies and petrographic studies in specific localities are limited. This study aims to characterize the sedimentology of the Ciletuh Formation sandstone in the Mandrajaya area through an integrated analysis of lithofacies, petrography, and their spatial distribution to reconstruct its depositional environment. The methodology involved geological mapping to document outcrop characteristics and collect samples, followed by petrographic analysis of sandstones and conglomerates. Four primary lithofacies were identified: (a) matrix-supported polymictic conglomerate, (b) graded sandstone, (c) parallel-laminated sandstone, and (d) massive sandstone. Petrographic analysis reveals that the sandstones are texturally immature Lithic Arenites, and the conglomerates contain polymictic clasts of gabbro and recycled sandstone within a similar lithic arenite matrix. The spatial distribution of these facies delineates a submarine fan architecture, characterized by channel-fill deposits (conglomerates and massive sandstones) flanked by associated levee and overbank deposits (graded and laminated sandstones). The lithofacies association and petrographic composition confirm deposition within a dynamic submarine fan system sourced from a "Recycled Orogenic" belt, specifically the uplifted Ciletuh mé‎lange complex, within a tectonically active Paleogene fore-arc basin.Keywords: Submarine Fan, Lithic Arenite, Conglomerate, Fore-arc Basin, Sedimentation, Turbidite, Eocene.
Rekonstruksi Struktur Lipatan Endapan Vulkaniklastik Laut Dalam di Zona Antiklinorium Majalengka, Cekungan Bogor Darojat, Akmal Maulana; Abdurrokhim, .; Natasia, Nanda
Bulletin of Scientific Contribution Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v23i2.63675

Abstract

Endapan vulkaniklastik laut dalam di Cekungan Bogor umumnya menunjukkan karakteristik litologi yang seragam, sehingga menyulitkan identifikasi penanda stratigrafi yang dapat diandalkan dalam menentukan urutan dan korelasi stratigrafinya. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi struktur lipatan endapan vulkaniklastik laut dalam di zona antiklinorium Majalengka, dengan menggunakan data biostratigrafi sebagai panduan untuk mendudukkan posisi stratifikasi batuan dengan benar. Analisis biostratigrafi dilakukan pada tiga buah sampel yang diperoleh dari beberapa lokasi di zona antiklinorium. Data biostratigrafi tersebut kemudian diintegrasikan dengan rekonstruksi penampang geologi berdasarkan persebaran data jurus dan kemiringan perlapisan batuan, guna menentukan posisi stratigrafi setiap perlapisan batuan secara lebih akurat dan dalam kerangka waktu geologi yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anggota Bawah Formasi Cinambo dan Anggota Atas Formasi Cinambo, yang berumur Miosen Awal, serta Anggota Bawah Formasi Halang, yang berumur Miosen Tengah, terendapkan secara selaras dan mengalami perlipatan secara bersamaan akibat aktivitas tektonik kompresional pada kala Miosen Akhir. Meskipun demikian, di daerah penelitian ditemukan hubungan tidak selaras lokal antara Formasi Cinambo dan Formasi Halang, yang diduga merupakan hasil dari aktivitas sesar normal pasca-kompresi sebagai respons terhadap peluruhan tegangan (stress release) setelah fase kompresional utama. Struktur lipatan yang terbentuk akibat tektonik kompresional tersebut bersifat asimetris dan membentuk kompleks antiklinorium dengan perbedaan elevasi yang mencolok antar elemen struktural.

Filter by Year

2005 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 23, No 1 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 22, No 3 (2024): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 22, No 2 (2024): Bulletin of Scientific Contribution:GEOLOGY Vol 22, No 1 (2024): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 21, No 3 (2023): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 21, No 2 (2023): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 21, No 1 (2023): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 20, No 3 (2022): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 20, No 2 (2022): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 20, No 1 (2022): Bulletins of Scientific Contribution : Geology Vol 19, No 3 (2021): Bulletins of Scientific Contribution : Geology Vol 19, No 2 (2021): Bulletins of Scientific Contribution : Geology Vol 19, No 1 (2021): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 18, No 3 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 18, No 2 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 18, No 1 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 17, No 3 (2019): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 17, No 2 (2019): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 16, No 3 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 16, No 2 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 16, No 1 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 15, No 3 (2017): Bulletin of Scientific Contribution:GEOLOGY Vol 15, No 2 (2017): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 15, No 1 (2017): Bulletin of Scientific Contribution Vol 14, No 3 (2016): Bulletin of Scientific Contribution Vol 14, No 2 (2016): Bulletin of Scientific Contribution Vol 14, No 1 (2016): Bulletin of Scientific Contribution Vol 13, No 3 (2015): Bulletin of Scientific Contribution Vol 13, No 2 (2015): Bulletin of Scientific Contribution Vol 13, No 1 (2015): Bulletin of Scientific Contribution Vol 12, No 3 (2014): Bulletin of Scientific Contribution Vol 12, No 2 (2014): Bulletin of Scientific Contribution Vol 12, No 1 (2014): Bulletin of Scientific Contribution Vol 11, No 3 (2013): Bulletin of Scientific Contribution Vol 11, No 2 (2013): Bulletin of Scientific Contribution Vol 11, No 1 (2013): Bulletin of Scientific Contribution Vol 10, No 2 (2012): Bulletin of Scientific Contribution Vol 10, No 1 (2012): Bulletin of Scientific Contribution Vol 9, No 3 (2011): Bulletin of Scientific Contribution Vol 9, No 2 (2011): Bulletin of Scientific Contribution Vol 9, No 1 (2011): Bulletin of Scientific Contribution Vol 8, No 3 (2010): Bulletin of Scientific Contribution Vol 8, No 2 (2010): Bulletin of Scientific Contribution Vol 8, No 1 (2010): Bulletin of Scientific Contribution Vol 7, No 2 (2009): Bulletin of Scientific Contribution Vol 7, No 1 (2009): Bulletin of Scientific Contribution Vol 6, No 2 (2008): Bulletin of Scientific Contribution Vol 6, No 1 (2008): Bulletin of Scientific Contribution Vol 5, No 3 (2007): Bulletin of Scientific Contribution Vol 5, No 2 (2007): Bulletin of Scientific Contribution Vol 5, No 1 (2007): Bulletin of Scientific Contribution Vol 4, No 2 (2006): Bulletin of Scientific Contribution Vol 4, No 1 (2006): Bulletin of Scientific Contribution Vol 3, No 2 (2005): Bulletin of Scientific Contribution More Issue