cover
Contact Name
Tajerin
Contact Email
marina.sosek@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
marina.sosek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 25020803     EISSN : 25412930     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Buletin Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 157 Documents
Strategi Penghidupan Masyarakat Pesisir di Giligenting Kabupaten Sumenep, Jawa Timur Nyimas Nadya Izana; Anik Susanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.8656

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi lokal dan permasalahan ekonomi masyarakat pesisir Pulau Giligenting, Kabupaten Sumenep, serta menganalisis strategi penghidupan masyarakat pesisir yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan ekonominya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April—September tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi literatur. Jenis informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa, tokoh pemuda, dan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dan petani, sedangkan data sekunder terdiri dari dokumen, seperti buku, jurnal, sumber dari arsip, dan dokumen resmi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika masyarakat Pulau Giligenting adalah minimnya penduduk yang berusia produktif, kurangnya air untuk pertanian, hingga keberadaan perusahaan migas yang mengganggu mata pencaharian karena mencemari ekosistem laut sekitar. Namun untuk bertahan dari permasalahan tersebut, mereka tidak melakukan diversifikasi mata pencaharian, akan tetapi justru mengambil langkah untuk migrasi. Masyarakat Pulau Giligenting secara sosio-historis memang telah memiliki kebiasaan bermigrasi ketika dihadapkan dengan masalah ekonomi. Hingga kini, kebiasaan tersebut masih dipercaya sebagai jalan keluar dari masalah ekonomi, walaupun daerah mereka saat ini mempunyai potensi pariwisata yang menjanjikan bagi keberlangsungan hidup masyarakat Pulau Giligenting.Title: Livelihood Strategy of Giligenting Coastal Community in Sumenep Regency, East Java ProvinceThis study aims to identify the potency of natural resources and the problems which were economically encountered by Giligenting coastal community, and to analyze the livelihood strategies used to overcome their problems. The study was conducted in April until September 2019 with descriptive qualitative method. Data were collected through interview with selected informan, observation, and secondary data source. The informan of this study were village officials, youth leaders, fishers, and farmers, while secondary data were obtained from books, journals, sources from archives, and official documents. The result showed that Giligenting coastal community has been dealing with seasonal drought, contamination of mining activities and lack of human resources. Respond to their problems, Giligenting coastal community take strategies not only livelihood diversification but also migration to Jakarta City. The communities of Giligenting Island have a socio-historical habit to migrate as a believe to resolve their economic problems despite of the potential tourism area of Giligenting Island for the survival of its communities.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fenomena Fear of Missing Out pada Nelayan di Wilayah Suradadi, Kabupaten Tegal Nurendra Riastyanto; Pudji Muljono; Siti Amanah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.9842

Abstract

Masyarakat nelayan di wilayah Suradadi sudah cukup modern dengan pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi GPS Maverick, dan selalu up to date dengan media sosial. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk mengikuti tren dan ketakutan akan ketertinggalan dengan nelayan lain yang lebih maju. Kondisi ini selaras dengan fenomena ketakutan ketertinggalan atau fear of missing out yang merupakan kondisi psikologis yang menggambarkan bagaimana seseorang merasa perlu untuk menunjukkan kesenangan mereka agar tidak merasa tertinggal dengan kemajuan lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab FOMO pada nelayan muda dan menganalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan minat nelayan muda di bidang perikanan. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2019 yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dengan fenomena fear of missing out di kalangan nelayan Kecamatan Suradadi dengan 81 sampel menggunakan pendekatan kuantitatif yang dianalisis dengan korelasi spearman dan pendekatan kualitatif untuk mendukung kesempurnaan data. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi dari keempat faktor yang dilihat dari karakteristik, penggunaan aplikasi GPS Maverick, penggunaan media, dan produktivitas nelayan. Seperti beberapa penelitian terdahulu mengenai marketing fear of missing out, fear of missing out dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan motivasi nelayan muda di daerah lain agar dapat terpicu oleh rasa ketertinggalan dengan lingkungan sekitar untuk menjadi nelayan.Title: Factors Affecting the Fear of Missing Out Phenomenon on Fishermen in Suradadi, Tegal RegencyFishermen community of Suradadi region have been advanced in utilizing the technology such as GPS Maverick and always keep updated on social media. It is driven by a desire for continual existence and a fear of being left by other advanced fishermen. This circumstance is aligned with a psychological condition called fear of missing out which an individual needs to show their happiness to catch up with the trends of surrounding social environment. This study aims to analyze the causes of FOMO in young fishermen and to analyze the factors that can increase the interest of young fishermen in the field of fisheries. This study was conducted from January 2019 to perceive any factors related to fear of missing out among fishermen in Suradadi. This study used 81 samples of respondents, and data were analyzed with quantitative approach by Spearman’s correlation as well as qualitative approach to support data perfection. The result of this research showed that there were correlations among the four factors: characteristics, usage of GPS Maverick, media usage, and fisherman productivity. As previous research on fear of missing out marketing, fear of missing out could be managed by government to motivate the young fishermen with a feeling of being left behind with the surrounding environment as a fishermen.
Analisis Rantai Pasok dan Biaya Transportasi Udang Vaname pada Unit Pengolahan di Jakarta Utara Rizki Dewi Kristikareni; Abdul Rokhman; Achmad Poernomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.8828

Abstract

Jakarta Utara merupakan salah satu kawasan industri perikanan di Indonesia yang menghasilkan udang olahan sebagai komoditas ekspor. Namun, unit pengolahan ikan (UPI) dihadapkan dengan adanya permasalahan mutu, jumlah, ketersediaan bahan baku, dan transportasi yang memiliki peranan dalam manajemen rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasok udang budi daya pada UPI di Jakarta Utara dan biaya transportasi dalam pendistribusian udang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus–Desember 2019 di Cirebon, Indramayu, Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, Kendal, dan Rembang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi. Pengumpulan data dilakukan melalui survei, observasi, dan wawancara. Penentuan responden menggunakan snowball sampling. Responden awal yang terlibat adalah UPI di Jakarta Utara. Responden dalam penelitian ini meliputi dua orang dari UPI, tujuh orang pemasok, 14 orang pembudi daya, dan lima orang pembenih. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat tiga pelaku usaha yang menyediakan bahan baku udang vaname ke UPI di Jakarta Utara, yaitu unit pembenihan, pembudi daya, dan pengumpul/supplier. Namun masih terdapat unit pembudi daya dan pengumpul yang tidak tersertifikasi. Pemberian reward dan punishment perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi mutu udang. Dalam pendistribusiannya, persentase biaya transportasi terhadap harga jual benih udang vaname berkisar 0,08—3,33%, paling tinggi sebesar 3,33%, yaitu pengiriman dari Tanggamus menuju Indramayu/Cirebon. Persentase biaya transportasi terhadap harga jual udang vaname berkisar 0,48—1,39%, paling tinggi sebesar 1,39%, yaitu pengiriman dari Pesawaran menuju Jakarta Utara. Manajemen rantai pasok yang terintegrasi diharapkan dapat menekan biaya transportasi.Title: Supply Chain and Transportation Cost Analysis of Vaname Shrimp at Processing Plants in North JakartaNorth Jakarta is one of fishery industry areas in Indonesia that supply shrimp products as an export commodity. However, quality, quantity, availability of raw material, and transportation have been the underlined problems in the supply chain management of processing plants. This study aims to identify the involved members of the shrimp supply chain appearing in processing plants in North Jakarta as well as to calculate the transportation costs for the shrimp distribution. The research was conducted from August to December 2019 in Cirebon, Indramayu, South Lampung, Pesawaran, Tanggamus, Kendal, and Rembang. Data were analyzed with descriptive analysis. Data were collected through surveys, observations, and interviews. Snowball sampling is applied to determine the respondents. The initial respondents were the processing plants in North Jakarta. The respondents included two people from the processing plants, seven suppliers, fourteen shrimp farmers, and five breeders. Result of analysis point out the three actors involved in the supply of vaname raw material to the processing plants in North Jakarta, they are breeder, shrimp farmer, and collector/supplier unit. However, there are still uncertified shrimp farmers and collectors. Thus, rewards and punishment are necessary for the consistency of shrimp quality. The percentage of transportation costs to the selling price of vaname seeds is 0.08—3.33% with the highest 3.33% arouse from the shipping from Tanggamus to Indramayu/Cirebon. While, the percentage of transportation costs to the selling price of vaname shrimp is 0.48—1.39%, with the highest 1.39%, arouse from the shipping from Pesawaran to North Jakarta. Therefore, the integrated supply chain management is expected to reduce transportation cost.
Karakterisasi Pelaku Usaha Patin untuk Mendukung Jambi sebagai Sentra Patin Nasional Putinur Putinur; Randi B. S. Salampessy; Achmad Poernomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.8843

Abstract

Ikan patin merupakan salah satu komoditas unggulan yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam program percepatan industrialisasi perikanan budi daya. KKP terus melakukan pemantauan dan mendorong produksi patin nasional dengan mendirikan sentra patin di beberapa provinsi, salah satunya Provinsi Jambi. Mengingat adanya potensi pengembangan budi daya patin yang besar, sejak 2017 Provinsi Jambi dicanangkan menjadi sentra ikan nasional, tetapi hingga saat ini belum terealisasi. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran terkini kondisi perikanan patin di Provinsi Jambi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2019 menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan studi kasus. Proses pengambilan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terhadap key informan. Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha yang ditentukan dengan Metode Slovin, responden konsumen serta pembuat kebijakan yang ditentukan dengan purposive sampling. Kondisi industri budi daya terkini menunjukkan bahwa pembudi daya mengalami beberapa permasalahan, diantaranya: keterbatasan modal, serangan penyakit, sulitnya memperoleh bahan baku pembuatan pakan mandiri serta masalah utama terbatasnya akses pemasaran, sedangkan pada industri pengolahan terlihat banyaknya jumlah unit pengolahan yang tidak beroperasional baik skala UMKM maupun skala besar seperti UPI fillet patin, serta permasalahan umum terbatasnya akses pemasaran. Berdasarkan permasalahan di atas, penunjukan Provinsi Jambi sebagai sentra patin nasional belum berhasil, maka rekomendasi yang dapat diusulkan, yaitu menjadikan program sentra patin nasional sebagai salah satu agenda di RPJMD atau Renstra DKP Provinsi Jambi, pemerintah merevitalisasi kembali unit pengolahan fillet patin, membuka jaringan pemasaran yang lebih luas, menyediakan penampung tetap hasil panen, serta perlu adanya penyediaan informasi penyedia bahan baku untuk pembuatan pakan mandiri.Title: Characterization of Patin Business Actors to support Jambi as the National Patin CenterPangasius has become one of the largest commodities in the acceleration program of aquaculture industry of the Ministry of Marine Affairs and Fisheries (MMAF). In order to constantly monitor and encourage the production of national pangasius, MMAF has established pangasius centers in several provinces, one of them is located in Jambi Province. Considering the large potential for developing pangasius aquaculture, since 2017 Jambi was proclaimed as a national fish center, but it has not been realized. The research aimed to describe a current picture of the condition of pangasius fisheries in Jambi Province. The research was conducted from February to August 2019 by using descriptive method with case study approach. Data were collected by observation and depth interview to key informan. Respondents of the research were businessmen were determined by Slovin Method, consumers, and policy makers were determined by purposive sampling. The aquaculture industry exhibits several problems including: limited business capital, disease attack, difficult obtain of raw materials for independent feed, as well as the main problem in limited access of its marketing, meanwhile In processing industry, there are a large number of idle processing units, both small scale processing units and large-scale processing units such as Fish Processing Unit (UPI) of Pangasius Fillet and common problems in marketing access. Based on above issues, the appointment of Jambi Province as a national pangasius center has not been successful. Therefore, it is recommended to enclose the national pangasius center program in the Regional Mid-Term Development Plan (RPJMD) or marine and fisheries strategic plan of Jambi Province, to revive the catfish fillet processing unit, to expand the wide-ranging access of marketing, to facilitate the harvested catfish in permanent container, and to provide information of raw material supplier for independent food production. 
Pemetaan Daya Saing Subsektor Perikanan Tangkap di Provinsi Jawa Barat Asep Agus Handaka Suryana; Atikah Nurhayati; Lantun Paradhita Dewanti; Aulia Andhikawati; Regina Ramda Dewi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i2.8881

Abstract

Usaha perikanan tangkap memiliki peran penting dalam penyediaan ikan di Jawa Barat. Usaha perikanan tangkap di kabupaten/kota yang memiliki laut telah berkembang sesuai dengan potensi wilayah serta berbagai sumber daya yang mendukungnya. Tingkat daya saing akan mencerminkan perbedaan perkembangan usaha perikanan tangkap di masing-masing daerah. Daya saing perikanan tangkap dapat dijadikan tolak ukur perkembangan, pemetaan, dan perencaaan pembangunan daerah. Tujuan penelitian ini untuk memetakan dan menganalisis daya saing subsektor perikanan tangkap antar kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan selama bulan Mei—September 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode literature review untuk memetakan dan menganalisis daya saing perikanan tangkap sepuluh kabupaten dan satu kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki wilayah laut. Data primer berupa pendapat ahli (expert judgement) mengenai proporsi daya saing usaha perikanan tangkap. Data sekunder berupa data statistik perikanan tangkap dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. Analisis data yang dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kabupaten yang berdaya saing sangat tinggi adalah Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Keunggulan dari kedua kabupaten ini adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, produksi, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Sementara itu, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Tasikmalaya yang berada di wilayah selatan mempunyai tingkat daya saing rendah.Title: Mapping the Competitiveness of Capture Fisheries Subsector in West Java ProvinceThe capture fisheries have an essential role in providing fish in West Java. Fishing efforts in districts/cities that have the sea have developed following the region’s potential and various resources that support it. The level of competitiveness will reflect the difference in the development of fishing businesses in each area. Therefore, the competitiveness of fishing can be used as a benchmark for regional development, regional mapping, and regional development planning. This study aims to map and analyze the competitiveness of the inter-district fishing subsector in West Java Province. The survey was conducted during May—September 2019. The method used in this study is a literature review method to map and analyze the competitiveness of fisheries capture ten districts and one city in West Java Province that has a sea area. Primary data in the form of expert judgement on the proportion of competitiveness of fishing businesses. Secondary data in fishing statistics from the Marine and Fisheries Office of West Java Province. Data analysis was conducted using descriptive statistics. This study shows that the very competitive districts are Indramayu and Cirebon regencies. The advantages of these two districts are human resources, facilities and infrastructure, production, and application of science and technology. Meanwhile, the southern region’s Cianjur Regency, Garut Regency, and Tasikmalaya Regency have low competitiveness levels.
Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan di Kabupaten Pulau Morotai Rizki Aprilian Wijaya; Riesti Triyanti; Achmad Zamroni; Iswandi Wahab; Djaenudin Alwi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i2.10249

Abstract

Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Pembangunan infrastruktur pada daerah Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) dapat pula menjadi salah satu faktor yang membentuk fenomena sosial berupa ketimpangan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan pendapatan masyarakat di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara; dan menganalisis ketimpangan pengeluaran pada masyarakat nelayan di Kabupaten Pulau Morotai. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2021 di Kabupaten Pulau Morotai. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder yang dianalisis menggunakan analisis rasio gini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan di antara nelayan di Kabupaten Pulau Morotai yang ditunjukkan dengan nilai rasio gini 0,45; sedangkan pengeluaran nelayan di Kabupaten Pulau Morotai relatif merata di antara nelayan ditunjukkan dengan nilai rasio gini yang rendah sebesar 0,25. Rekomendasi kebijakan untuk menurunkan ketimpangan pendapatan nelayan adalah mendorong peningkatan kapasitas usaha khususnya pada golongan nelayan pendapatan terendah diharapkan mampu meningkatkan pendapatan nelayan.Title: Inequality of Fishermen’s Income and Expenditure in Morotai Island RegencyOne of the economic development goals is to solve the problems of poverty and income inequality. Infrastructure development in the Integrated Fisheries Marine Center (SKPT) area initiated by the Ministry of Marine Fisheries (KKP) can also shape income inequality. This study examines income inequality in Pulau Morotai Regency, North Maluku Province; and examines inequality of income and expenditure on the fishing community in Pulau Morotai Regency. The study was conducted from March to April 2021. The data collected are primary and secondary data analyzed using gini ratio analysis. The results showed that income inequality among fishers in Pulau Morotai Regency was indicated by a gini ratio of 0.45, while fishermen’s expenditure in Pulau Morotai Regency was relatively distributed among fishers indicated by gini ratio of 0.25. Policy recommendations to reduce fishermen’s income inequality encourage increased business capacity, especially in the lowest income fishermen are expected to increase fishermen’s income.
Adopsi Nelayan terhadap Kredit Keuangan Skala Kecil Anthon Efani; Asfi Manzilati; Moh. Shadiqur Rahman
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i2.8703

Abstract

Sejumlah studi membuktikan banyaknya pemasalahan modal keuangan yang dihadapi oleh nelayan kecil dan berdampak terhadap kesejahteraan mereka. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah adopsi kredit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi nelayan kecil untuk mengadopsi kredit. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur pada bulan November hingga Desember 2018. Responden yang digunakan adalah nelayan kecil dengan kriteria nelayan dengan perahu ≤ 5 GT. Penentuan responden ditentukan dengan teknik simple random sampling dengan jumlah responden yang digunakan sebanyak 100 nelayan. Analisis regresi logit digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan nelayan mengadopsi kredit. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendapatan, tingkat pendidikan, partisipasi terhadap kelompok nelayan, dan lama trip memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap peluang nelayan untuk mengadopsi kredit. Tingkat pendapatan memiliki nilai koefesien sebesar 7.07E-07, pendidikan sebesar 0.538, koefesien partisipasi dalam kelompok nelayan diperoleh sebesar 1.486, dan lama trip sebesar 0.008. Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipasi dalam kelompok nelayan merupakan faktor yang paling signifikan dibanding variabel lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberadaan kelompok nelayan dalam masyarakat pesisir memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan nelayan.Title: Fishermen’s Adoption of Small-Scale CreditSeveral studies have been proved that small-scale fishers face financial problems to achieve their well-being. One strategy to face those problems is credit adoption. This research aims to analyze the factors that affect small-scale fishers to participate in credit adoption—this study was conducted in Paiton District, Probolinggo Regency, East Java. The survey was conducted from November to December 2019. The respondent was used in this study is small-scale fishers who have boat ≤ 5 GT. The respondents were selected by using simple random sampling, with the total sample being 100 fishers. Logit regression analysis was used to estimate the factors affecting smallscale fishers to credit adoption. The result shows that fisher’s income, education level, participation in fishermen groups, and long trips positively and significantly impact fishermen’s probability of adopting the financial credit. Education level has a coefficient value of about 7.07E-07, education level is about 0.538, the coefficient of participation in the fishermen group is about 1.486, and the long trip is about 0.008. The results also indicated that the fishermen group was the most significant factor compared with others. This finding implies that the existence of fishermen groups in the coastal area has an essential role in improving the fishermen well-being.
Pemanfaatan Benih Bening Lobster (BBL) untuk Kegiatan Ekonomi Masyarakat Pesisir Banyuwangi Hakim Miftakhul Huda, M. Si; Rizki Aprilian Wijaya; Siti Hajar Suryawati; Rudi Alek Wahyudin; Sonny Koeshendrajana
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i2.9530

Abstract

Permintaan benih bening lobster (BBL) untuk keperluan budi daya baik ekspor maupun dalam negeri masih terus meningkat. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu penghasil BBL di Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik sosial ekonomi nelayan BBL dan permasalahan usaha penangkapan BBL serta mengkaji peluang pengembangan pemanfaatan BBL di Banyuwangi. Metode pengumpulan data dilakukan melalui survei pada tahun 2020 di Kabupaten Banyuwangi. Analisis data dilakukan secara deskriptif menjelaskan karakteristik sosial ekonomi dan permasalahan dalam usaha penangkapan BBL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan BBL pada umumnya berpendidikan rendah dan mempunyai sumber mata pencaharian selain usaha penangkapan BBL. Usaha penangkapan BBL memberikan nilai manfaat ekonomi yang tinggi bagi nelayan. Saat ini, kebijakan larangan ekspor BBL berakibat pada terbatasnya pasar BBL hasil tangkapan. Pengembangan budi daya lobster secara masif diharapkan dapat mendorong pengoptimalan BBL sehingga memberikan nilai tambah yang dapat dinikmati oleh nelayan BBL maupun pembudi daya dan pelaku usaha terkait lainnya. Selanjutnya, kebijakan pemanfaatan BBL yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan membatasi jumlah nelayan BBL yang dapat melakukan penangkapan. Sebagai salah satu bentuk manajemen pengelolaan sumber daya perikanan lobster, kebijakan open closed season penangkapan BBL bisa menjadi salah satu opsi kebijakan yang dilakukan, terutama pada saat produksi BBL rendah.Title: Utilization of Puerulus Seed for Economic Activity of Banyuwangi Coastal CommunitiesThe demand for puerulus (BBL) for export and domestic cultivation increases. Banyuwangi Regency is one of the BBL producers in Indonesia. This research aims to analyze the socio-economic characteristics of BBL fishers, analyze the problems of BBL fishing efforts, and assess development opportunities for the use of BBL in Banyuwangi. The data collection method was done through surveys conducted during 2020 in Banyuwangi Regency. Data analysis was done descriptively explaining socio-economic characteristics and issues to capture BBL. The results showed that BBL fishers are generally poorly educated and have a source of livelihood and BBL fishing efforts. Therefore, BBL capture efforts provide high economic benefit value for fishers. Currently, the BBL export ban policy results in limited BBL catchment markets. Thus, the development of massive lobster cultivation is expected to encourage BBL optimization to provide added value that can be enjoyed by BBL fishermen as well as farmers and other related business actors. Furthermore, sustainable BBL utilization policies can be done by limiting the number of BBL fishers who can make arrests. As a form of lobster fishery resource management, the BBL’s open-closed season fishing policy can be one of the policy options carried out, especially when BBL production is low.
Kinerja Rantai Pasok dan Manajemen Logistik Komoditas Udang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat Risna Yusuf; Asnawi Asnawi; Rismutia Hayu Deswati; Lathifatul Rosyidah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i2.10509

Abstract

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi budi daya udang yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja rantai pasok dan manajemen logistik komoditas udang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Survei dilakukan pada bulan April—Juni 2019. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada pembudi daya udang, pengumpul, dan pedagang besar, kemudian data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok komoditas udang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dapat dilihat dengan 2 (dua) indikator, yaitu efektivitas dan efisiensi. Indikator efektivitas menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok udang di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dari sisi produksi sekitar 18,45%. Hal ini menunjukkan pasokan udang di Kabupaten Indramayu dapat  memenuhi permintaan UPI udang yang ada di Jawa Barat. Pasokan udang di Indramayu sebagian besar didistribusikan ke wilayah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan sekitarnya. Indikator efisiensi dilihat dari disparitas harga antar waktu dan margin harga. Disparitas harga terbesar terjadi pada ukuran udang S100, yaitu sebesar 6%, disparitas harga terkecil terjadi pada udang dengan ukuran S70, yaitu sebesar 3%. Margin harga yang terjadi pada setiap simpul dalam rantai pasok udang. Margin harga untuk ukuran udang S170 pada pedagang kecil 3% dan pengecer 22%. Pada ukuran udang S100, margin harga yang terjadi adalah pedagang kecil 4,3% dan pedagang besar 2%. Selain itu, biaya distribusi komoditas udang yang dikeluarkan masih tinggi sehingga perlu perbaikan dalam sistem manajemen rantai pasok komoditas udang melalui perbaikan sarana prasarana produksi, distribusi, dan penyimpanan yang dilakukan secara terintegrasi untuk menghasilkan jaminan komoditas udang secara efektif dan efisien.Title: Supply Chain Performance and Logistic Management of Shirmp in Indramayu District, West JavaIndramayu Regency is one of the regencies that has large enough cultivation potential. This study aimed to analyze the supply chain performance and logistics management of shrimp commodities in Indramayu Regency, West Java. The survey was conducted from April to June 2019. Primary data collection was conducted through interviews with shrimp farmers, middlemen, and wholesalers using a questionnaire, and the data were analyzed using a descriptive method. The results showed that the supply chain performance of shrimp commodities in Indramayu Regency, West Java, can be seen with 2 (two) indicators, namely effectiveness and efficiency. The effectiveness indicator show that the performance of the shrimp supply chain in West Java Province has increased from the production side around 18.45%. This is show that shrimp supply in Indramayu Regency can meet the demand for shrimp UPI in West Java. Most of the shrimp supply in Indramayu distribute to DKI Jakarta, East Java, and surrounding areas. Efficiency indicator showed from the price disparity over time and the price margin. The highest price disparity occurs in the size of shrimp S100, which is 6%, the lowest price disparity occurs in shrimp with size S70, which is 3%. The price margin occurred at each node in the shrimp supply chain. Price margin for shrimp size S170 is 3% for small traders and 22% for retailers. At S100 shrimp size, the price margin occurred is 4.3% for small traders and 2% for wholesalers. On the other hand, the distribution costs of shrimp commodities are still high. Therefore, it is necessary to improve the shrimp commodity of supply chain management system by production, distribution, and storage facilities that are carried out in an integrated manner to produce a guarantee of shrimp commodities effectively and efficiently.
Strategi Pengembangan Usaha Budi Daya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Daerah Perbatasan - Pulau Sebatik Syafrianto Sarmin; Muhammad Siri Dangnga; Andi Adam Malik
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i2.9980

Abstract

Usaha budi daya rumput laut berperan penting pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja di daerah perbatasan Pulau Sebatik. Pembudi daya rumput laut menghadapi beberapa permasalahan, antara lain, permodalan, biaya produksi, permintaan pasar yang tidak stabil, akses informasi pasar, dan faktor kesehatan. Pembudi daya rumput laut juga berprofesi sebagai nelayan, pegawai,  dan  pedagang  yang  belum  memiliki  cukup  pengetahuan  dan  keterampilan  tentang  teknis budi  daya  rumput  laut.  Penelitian  ini  bertujuan  menganalisis  tingkat  kelayakan  finansial  dan  strategi pengembangan usaha budi daya rumput laut di Pulau Sebatik. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada  bulan  Mei  2018  sampai Agustus  2019.  Sampel  dalam  penelitian  yang  dipilih  secara  purposive (sengaja)  terdiri  dari  47  pelaku  usaha  budi  daya  rumput  laut  dan  pihak-pihak  yang  terkait  dengan usaha budi daya rumput laut, yaitu Dinas Perikanan, Badan Pusat Statistik, tenaga pendamping teknis perikanan, Camat Kecamatan Sebatik Barat, dan pedagang pengumpul. Data dianalisis menggunakan metode analisis finansial meliputi NPV, IRR, R/C Ratio, BEP, PBP, dan analisis SWOT. Hasil analisis finansial  menunjukkan  bahwa  usaha  budi  daya  rumput  laut  di  Pulau  Sebatik  layak  untuk  dijalankan dengan perolehan NPV sebesar Rp32.004.226,58; IRR sebesar 12,12%; R/C Ratio sebesar 1,82; dan PP  sebesar  3,9  tahun.  Strategi  yang  diprioritaskan  untuk  diimplementasikan  adalah  meningkatkan dukungan  pemerintah  dalam  kebijakan  pemasaran  dan  perkembangan  teknologi,  mengadakan  bibit varietas baru, serta mengoptimalkan ketersediaan tenaga kerja dan ketersediaan lahan yang didukung sumber daya yang terampil.Title: Development Strategy of Seaweed (Eucheuma cottonii) Cultivation in Border Area - Sebatik IslandSeaweed  cultivation  business  plays  an  important  role  in  improving  community  welfare  and employment  on  Sebatik  Island.  However,  the  seaweed  farmers  commonly  faced  problems,  namely, financial capital, production costs, unstable market demand, access to market information, and health factors. Moreover, these seaweed farmers also have other jobs such as fishermen, employees, traders who do not have enough knowledge and skills for seaweed cultivation. This study aims to analyze the financial feasibility and determine the strategy for developing seaweed cultivation in Sebatik Island. The implementation of this research was carried out from May 2018 to August 2019. This research consisted of  47  seaweed  cultivation  business  actors  and  parties  related  to  the  business,  namely  the  Fisheries Services,  Central  Statistics  Bureau,  fishery  technical  assistants,  Subdistrict  Head  of  West  Sebatik Subdistrict,  and  traders  that  were  selected  purposively.  Data  were  analyzed  using  financial  analysis methods including NPV, IRR, R/C Ratio, BEP, PP, and SWOT analysis. The financial analysis results showed that the seaweed farming business on Sebatik Island was feasible to run with the acquisition of an NPV  Rp32,004,226.58, IRR 12.12%, R/C Ratio 1.82, and PP 3,9 years. The prioritized strategies to be implemented are increasing government support in marketing policies and technological developments, procuring new varieties of seeds, and optimizing the availability of labor and land availability supported by skilled resources.