cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Zuriat
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 2 (2003)" : 9 Documents clear
Crossability In Interspecific Hybrid Between Eucalyptus Pellita and E. Urophylla , Mulawarman; Setyono Sastrosumarto; Mohammad Na'iem
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6786

Abstract

A controlled crossing experiment using a factorial mating design, involving female parents of E. pellita and male parents of E. urophyla that randomly sampled from the breeding population of both species, was conducted to assess the degree of genetic control on interspecific crossability for hybrid between E. pellita and E. urophylla. As measures of crossability, number of seeds per capsule and percentage of germinated seed were determined for each individual cross. The effect of female, male and female × male was significant on number of seed per capsule and percentage of germination. There was a slight tendency that the family produced more viable seed might produce less viable seed. Additive and dominance genetic varians were estimated as measures of the genetic control. The dominance variance had the major contribution to the genetic control of seed production and seed germination. Female source of variation has the major contribution to the additive genetic influence. Therefore, to maximize the production of viable seed, parent trees with desired traits should be selected on specific cross basis.
Penyaringan Genotip Jagung yang Dapat Berasosiasi dengan Bakteri Azospirillum sp Parlin Halomoan Sinaga; Achmad Baihaki; Ridwan Setiamihardja; Bambang Supriatno
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6791

Abstract

Penelitian untuk mengevaluasi assosiasi 54 genotip jagung dengan bakteri Azospirillum sp telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Unpad Unit Jatinangor dari bulan Desember 2001 hingga Januari 2002 Penelitian bertujuan mendapatkan genotip-genotip yang tanggap terhadap inokulasi Azospirillum sp dan menyediakan informasi tentang tetua untuk perakitan genotip toleran pupuk N buatan (N-Urea) dosis rendah. Penyaringan genotip yang tanggap terhadap Azospirillum sp. menggunakan rancangan perbesaran (Augmented Design) dan kultivar Wisanggeni sebagai cek. Delapan genotip, yaitu: G23, G25, G26, G27, G38, G41, G50, G52, melebihi cek pada beberapa variable pengamatan sehingga tersaring pada penelitian tersebut. Kedelapan genotip potensial dalam menghemat pupuk N.
Kendali Genetik Ketahanan Kedelai terhadap Penyakit Virus Kerdil (Soybean Stunt Virus) , Asadi; , Soemartono; Woerjono M.; Jumanto H.
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6783

Abstract

Studi genetika ketahanan kedelai terhadap penyakit kerdil kedelai (SSV) dilakukan di kurungan kawat Balitbiogen, Bogor pada tahun 2001–2002. Genotipe kedelai B3570 dan Mlg2521 digunakan sebagai tetua tahan; Taichung sebagai tetua agak tahan, sedangkan Wilis dan Orba sebagai tetua rentan. Dari persilangan tetua tahan dengan rentan diperoleh 6 kombinasi persilangan. Pengaruh induk betina (maternal effect) dalam penurunan sifat ketahanan terhadap SSV diidentifikasi dengan melihat reaksi ketahanan pada tanaman F1 dan resiprokalnya melalui uji t. Benih tetua, F1, dan F2 dengan populasi berturut-turut 20 biji, 20 biji, dan 200 biji, masing-masing ditanam dalam pot berisi 4 kg tanah. Seminggu setelah tanam, seluruh tanaman uji diinokulasi dengan SSV strain J. Seminggu setelah inokulasi, setiap daun tanaman uji diambil untuk dideteksi dengan metode Dot Blot-ELISA. Skoring tingkat ketahanan diamati berdasarkan tampilan warna setiap sampel pada permukaan membrane nitroselulose dari hasil analisis Dot Blot- ELISA dengan skor 0–4. Berdasarkan angka skor ketahanan terhadap SSV pada populasi P1, P2, F1 dan F2 dapat diketahui, nilai heritabilitas, kesesuaian nisbah genetik, jumlah gen ketahanan, dan allelisme antar tetua tahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh tetua betina terhadap pewarisan sifat ketahanan terhadap SSV. Sifat ketahanan pada ketiga genotipe B3570, Mlg2521, dan Taichung dikendalikan oleh gen yang berbeda. Ketahanan pada B3570 bersifat dominant dan monogenic, dikendalikan oleh gen tunggal. Ketahanan pada Mlg2521 juga bersifat dominan, tetapi dikendalikan oleh dua gen yang terletak pada lokus berbeda dan berinteraksi duplikat resesif epistasi. Ketahanan Taichung bersifat resesif, dikontrol oleh dua gen yang terletak pada lokus berbeda dan berinteraksi duplikat resesif epistasi. Kemungkinan model genotipe pada tetua tahan B3570 adalah V1V1; pada Mlg2521 adalah V2V2V3V3, sedangkan pada Taichung adalah v4v4v5v5, Hasil penghitungan nilai heritabilitas mengindikasikan bahwa factor genetik lebih berperan dalam mpewarisan sifat ketahanan terhadap SSV.
Korelasi Kandungan Klorofil dan Beberapa Karakter Daun dengan Hasil pada Tanaman Kedelai Neni Rosyini; A. Baihaki; Ridwan Setiamihardja; Giat Suryatmana
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6797

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari korelasi kandungan klororifl dan beberapa karakter daun dengan hasil kedelai telah dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran sejak Agustus 1996 sampai Januari 1997. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 78 genotip kedelai sebagai perlakuan yang diulang dua kali. Pengukuran kandungan klorofil menggunakan klorofilmeter Minolta SPAD 502 dikonversi dengan persamaan regresi linear sederhana Y = 0.11496 + 0.05351 X (r2 = 0.94) untuk mendapatkan angka kandungan klorofil mg g-1 daun. Pengamatan utama dilakukan terhadap kandungan klorofil maksimum (Kmaks), lama klorofil maksimum (LKmaks), retensi klorofil maksimum (RKmaks), klorofil saat awal berbunga (KR1), klorofil saat pengisian polong atau 10 hari setelah R4 (KR4+10), frekuensi stomata (saat R1 dan R4+10), sudut daun (saat R1 dan R4+10), jumlah daun total, dan bobot biji per tanaman (hasil). Hasil berkorelasi positif nyata secara genotipik dan fenotipik dengan Kmaks, LKmaks, dan RKmaks. Hasil dengan KR1, KR4+10 dan frekuensi stomata saat R1 berkorelasi positif secara genotipik. Frekuensi stomata saat R4+10, sudut daun saat R1 dan jumlah daun total dengan hasil berkorelasi negatif secara genotipik. Sudut daun saat R4+10 berkorelasi negative secara fenotipik. Berdasarkan stepwise regression, RKmaks dan Kmaks mempengaruhi potensi hasil kedelai.
Variabilitas Genetik Manggis Hasil Iradiasi Sinar Gamma Melalui Analisis RAPD Hamda Fauza; Murdaningsih H. Karmana; Neni Rostini; Ika Mariska
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6802

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui variabilitas genetik tanaman manggis generasi M1 berdasarkan pola pita RAPD sebagai respon terhadap beberapa dosis irradiasi sinar gamma. Dosis iradiasi sinar gamma yang digunakan adalah 0 krad, 1 krad, 2 krad, dan 3 krad. Sumber bahan tanaman yang akan diiradiasi berasal dari biji buah manggis yang berasal dari satu tanaman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan variabilitas genetik di antara individu tanaman baik antar perlakuan maupun di dalam perlakuan. Perlakuan dengan dosis 1 krad memperlihatkan variabilitas genetik yang lebih luas disbanding perlakuan lain. Untuk mendapatkan variabilitas genetik yang luas disarankan menggunakan dosis iradiasi sinar gamma sebesar 1 krad.
Kariotip Kromosom Salak , Parjanto; Sukarti Moeljopawiro; W. T. Artama; Aziz Purwantoro
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6789

Abstract

Penelitian sitogenetika tanaman salak (Salacca zalacca [Gaertner] Voss) merupakan aspek penting dalam analisis genetika tanaman salak dan menunjang program pemuliaan untuk merakit kultivar salak unggul. Analisis kariotip kromosom salak telah dilakukan dengan metode squash dan pewarnaan acetoorcein. Dengan metode ini, pengamatan morfologi kromosom, yakni panjang dan bentuk kromosom, dapat dilakukan dengan hasil baik pada stadia prometafase. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa panjang kromosom salak berkisar 1.15 µm–2.38 µm. Rumus kariotip salak adalah 2n = 28 = 11 m + 1 m (SAT) + 2 sm, yakni terdiri atas 11 pasang kromosom metasentris, 1 pasang kromosom metasentris dengan satelit kromosom, dan 2 pasang kromosom submetasentris. Indeks asimetri kariotip intrakromosomal adalah 0.3 ± 0.03, indeks asimetri inter kromosomal adalah 0.2 ± 0.02. Beberapa pasangan kromosom salak mempunyai bentuk dan ukuran yang mirip sehingga sulit dibedakan. Identifikasi kromosom salak dengan teknik chromosome banding perlu dilakukan untuk mendukung hasil yang telah dicapai.
Evaluasi Hasil Silangbalik antar Tujuh Hibrid F1 Interspesifik dengan Tetua Berulang Padi Budidaya , Rusdiansyah; Hajrial Aswidinnoor
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6794

Abstract

Sebanyak tujuh hibrid F1 interspesifik telah dihasilkan dari hibridisasi interspesifik Hawara Bunar/O. glumaepatula dan selanjutnya disilangbalik dengan tetua berulang padi budidaya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan tanaman silangbalik yang fertil dan mempelajari sifat morfologi dari tanaman silangbalik yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 88.260 bunga yang diserbuki, diperoleh 281 biji dengan rataan persentase daya silang 1.63%. Daya silang tertinggi diperoleh pada silangbalik Hawara Bunar/O. glumaepatula// Hawara Bunar yaitu 9.21% dan terendah pada silangbalik Seratus Malam/O. punctata// Seratus Malam yaitu 0.03%. Melalui penyelamatan embrio diperoleh tujuh tanaman fertile dari silangbalik Hawara Bunar/O. glumaepatula//Hawara Bunar dan satu tanaman steril dari silangbalik CT6510- 24-1-3/O. officinalis//CT6510-24-1-3. Silangbalik antar tujuh tanaman Hawara Bunar/O. glumaepatula// Hawara Bunar dengan tetua berulangnya diperoleh 36 biji dengan daya silang 17.31% dan setelah ditanam diperoleh lima tanaman Hawara Bunar/O. glumaepatula//Hawara Bunar/// Hawara Bunar. Sebagian besar tanaman Hawara Bunar/O. glumaepatula//Hawara Bunar/// Hawara Bunar yang diamati memiliki sifat kualitatif sama seperti tetua budidayanya. Selain itu, ditemukan adanya percabangan sekunder malai yang hadir pada tanaman Hawara Bunar/O. glumaepatula//Hawara Bunar///Hawara Bunar. Untuk sifat kuantitatif, sebagian besar tanaman Hawara Bunar/O. glumaepatula// Hawara Bunar///Hawara Bunar memiliki jumlah gabah dan jumlah gabah isi per malai lebih banyak dari tetua budidaya. Kisaran persentase gabah hampa dari tanaman Hawara Bunar/O. glumaepatula//Hawara Bunar///Hawara Bunar yaitu antar 17.0% 28.8% dengan rataan 24.5%.
Parameter Genetik Karakter Komponen Buah pada Beberapa Aksesi Nanas Sri Hadiati; Murdaningsih H. K.; A. Baihaki; Neni Rostini
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6799

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi variabilitas genetik dan fenotipik, heritabilitas, dan kemajuan genetic beberapa karakter komponen buah nanas. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Buah Solok mulai bulan Januari 2001–Februari 2002. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAK dengan 24 nomor aksesi sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter panjang tangkai buah, berat buah, jumlah spiral buah, diameter buah, panjang buah, tebal daging, diameter empulur, kedalaman mata, TSS, total asam, vitamin C, dan kadar serat buah mempunyai variabilitas genetik dan fenotipik luas serta heritabilitas yang tinggi. Kemajuan genetik yang tinggi terdapat pada karakter panjang tangkai buah, bobot buah, panjang buah dan kandungan vitamin C.
Partisipasi Petani dalam Pemuliaan Tanaman dan Konservasi Plasma Nutfah Secara ‘On Farm’ Nani Zuraida; , Sumarno
Zuriat Vol 14, No 2 (2003)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v14i2.6804

Abstract

Upaya dan naluri petani secara turun temurun untuk memilih tanaman yangmemiliki karakter unggul dari populasi alam telah menghasilkan kultivar-kultivar lokal yang memiliki karakter khusus dan beradaptasi dengan baik pada agroekologi setempat. Kultivar unggul lokal banyak digantikan dengan kultivar baru karena adanya anjuran penanaman kultivar unggul nasional, sejalan dengan berkembangnya revolusi hijau. Konsep usahatani modern yang mempersyaratkan keseragaman kultivar dalam hamparan luas sebenarnya lebih sesuai bagi usahatani berskala luas yang dikelola secara mekanisasi. Pertanian dengan skala usaha sempit seperti di Indonesia, memungkinkan bagi masingmasing petani untuk menanam kultivar yang berbeda, bahkan setiap petani dapat menanam dua atau lebih kultivar. Praktek penanaman multikultivar dalam satu hamparan berfungsi untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman guna meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit, dan meningkatkan daya sangga genetik terhadap perubahan lingkungan, serta berfungsi untuk pelestarian kultivar lokal. Pelestarian kultivar-kultivar lokal akan lebih efektif apabila petani dilibatkan dalam berbagai model kegiatan, disertai peningkatan kesadaran dan pengetahuan petani akan pentingnya pelestarian sumberdaya genetik bagi keperluan usahatani generasi yang akan datang. Hak-hak petani terhadap kultivar lokal yang mereka lestarikan harus dihormati, sesuai dengan prinsip ‘Prior Informed Consent’ (PIC), yang telah ditetapkan dalam Convention on Bio Diversity (CBD). Pelestarian kultivar-kultivar lokal dan plasma nutfah harus menjadi kepentingan petani di seluruh wilayah Indonesia, bukan semata-mata menjadi tugas pemerintah. Konservasi plasma nutfah secara ‘onfarm’ dinilai memiliki peran yang nyata, dalam upaya pelestarian variabilitas genetic spesies tanaman yang dibudidayakan. Agar dapat diperoleh kultivar unggul yang sesuai dengan keinginan petani dan adaptif terhadap lingkungan spesifik, perlu dilakukan program pemuliaan partisipatif dengan melibatkan petani. Pelepasan kultivar disarankan bersifat regional berdasarkan kesesuain agroekologi setempat. Pemuliaan tanaman partisipatif telah banyak dilakukan pada Lembaga Penelitian Pertanian Internasional, dan sebaiknya juga diadopsi di Indonesia.

Page 1 of 1 | Total Record : 9