cover
Contact Name
• Ishak Ryan, SP. M.Si
Contact Email
iryan75papua@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalfapertanak@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. nabire,
P a p u a
INDONESIA
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan
ISSN : 25408887     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 109 Documents
TEKNIK PENGOLAHAN BEBERAPA AKSESI SAGU DI DISTRIK MAKIMI DAN YARO KABUPATEN NABIRE Ishak Ryan
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Fapertanak
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.026 KB)

Abstract

Sagu merupakan tumbuhan sumber karbohidrat dengan kandunga karbohidrat tertinggidibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Populasi sagu terbesar di Indonesai berada diPapua sebesar 90 % dari total 50 % sagu didunia yang ada di Indonesia. Pengolahan saguhanya menghasilkan pati sekitar 16 – 28 % dari bobot total batang sagu yang dimanfaatkan.Sebagian besar material berupa kulit dan ampas terbuang sebagai sisa produk. Ampas sagumerupakan mulsa organik potensial karena cukup tersedia. Ampas sagu mengandung unsurhara yang bermanfaat bagi tumbuhan. Teknik pengolahan sagu yang dilakukan di daerahpenghasil sagu secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga cara yaitu cara tradisional, semimekanik, dan mekanik. Dalam pengolahan sagu masyarakat Distrik Makimi dan Yaromenggunakan alat yang masih sederhana dan berdasarkan pengetahuan yang telah dilakukansecara turun temurun, namun pada beberapa tahapan masyarakat telah menggunakan alat semimekanik. Aksesi yang ditemukan di distrik Yaro dan Distrik Makimi adalah Sagu DuriPanjang, Sagu Duri Pendek dan sagu tidak berduri. Penelitian sagu dilakukan pada DistrikMakimi danYaro menggunakan metode observasi teknik pengolahan yang dilakukanMasyarakat Distrik Makimi dan Distrik Yaro Kabupaten Nabire. Teknik pengolahan masihmenggunakan cara tradisional namun pada proses pemarutan atau penghancuran empulurmenggunakan cara semi mekanik. Dengan produksi per pohon berkisar antara 66,17 kg(MK2)– 431,22 kg (MK1) dengan rata-rata 221,45 kg rendemen pati antara 5,81 % (MK2) -32,80 % (MK3) dengan rata-rata 19,53 %.
ETNOBOTANI-LINGUISTIK UBIJALAR (Ipomoea batatas L.) DALAM KEHIDUPAN BERTANI SUKU MEE DI DISTRIK DOGIYAI KABUPATEN DOGIYAI Masniar Masniar
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Fapertanak
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.218 KB)

Abstract

Ubijalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu sumber makanan pokok yangpenting sebagai pengganti padi bagi masyarakat suku Mee, ubijalar digunakan sebagai makananpokok manusia dan pakan ternak. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kearifan lokalmasyarakat tentang budidaya dan pemanfaatan ubijalar serta pengaruh program pemerintahterhadap teknik budidaya ubijalar yang dilakukan masyarakat. Penelitian dirancang denganmenggunakan metode deskriptif dengan teknik survei dan observasi lapang. Penentuanresponden menggunakan purposive sampling Dari hasil penelitian di ketahui bahwa aspekaspekteknik budidaya ubijalar yang memiliki nilai kearifan lokal adalah: a) Penyiapan bahantanam; tidak mengambil stek dari tempat lain tetapi dari tempat tertentu dengan tujuan menjagakemurnian aksesi yang mereka budidaya (konservasi), b) Pengolahan tanah; tanah yang diolaholeh responden dilakukan secara minimal untuk mengurangi kerusakan sifat fisik tanah, c)Pembuatan bedengan; arah bedengan mayoritas memanjang utara ke selatan, d) Pemupukan:pupuk yang digunakan berasal dari hasil pembabatan yang berupa rumput dan daun-daun, e)Pembuatan saluran drainase; drainase dibuat cukup dalam agar dapat menampung air dalamjumlah banyak sehingga lahan tidak tergenang karena curah hujan yang tinggi dan f)Pengendalian hama dan penyakit: dilakukan tanpa menggunakan pestisida, g) Panen: dilakukansecara bergilir disesuaikan dengan umur tanaman dengan tujuan menjamin ketersediaan pangan.Belum adanya diversifikasi pemanfaatan ubijalar oleh masyarakat yang dapat meningkatkannilai tambahnya. Saat ini pemanfaatannya hanya terbatas yaitu dibakar, direbus dan digorengserta untuk pakan ternak. Tahapan teknik budidaya yang dilakukan oleh masyarakat sesuaiprogram pemerintah hanya sebesar 27,28% sedangkan tahapan yang dilakukan secaratradisional sebesar 72,72%.
KUALITAS BIBIT SAPI BALI PADA KELOMPOK TANI ‘SIDODADI’ DI KAMPUNG WADIO DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE Mery Christiana S
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Fapertanak
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.638 KB)

Abstract

Seleksi kualitas bibit adalah kegiatan pemilihan bibit dengan metoda pengujianberdasarkan data kualitatif yakni kondisi eksterior tubuh dan data kuantitatif meliputipengukuran dimensi tubuh dan penimbangan berat badan.namun gambaran tentang kualitasbibit yang didasarkan atas indikator kuantitatif khususnya terhadap ukuran dimensi tubuhbelum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kualitas bibit ternak sapi denganmengikuti pedoman SNI 7355- 2008 tentang bibit sapi Bali, terutama pada sapi-sapi yangdibudidayakan oleh kelompok-kelompok pioner yang diarahkan sebagai kelompok pembibitternak sapi.Penelitian ini bertempat kelompok tani ‘Sidodadi’ di Kampung Wadio Distrik NabireBarat Kabupaten Nabire. Menggunakan metode deskritif dengan teknik pengamatanterhadap karakter kualitatif yaitu kondisi eksterior tubuh serta pengukuran dimensi tubuhsampel bibit sapi terpilih serta wawancara dengan peternak anggota kelompok.. Dimensitubuh sapi yang diukur dan dibandingkan meliputi panjang badan, tinggi gumba (pundak) danlingkar dada.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sapi bibit yang ada pada kelompok tani‘Sidodadi’ untuk masing-masing kategori bibit yaitu bibit sapi induk, calon induk, pejantandan calon pejantan sebagaimana tertuang dalam tabel sebagai berikut : Keterangan : PB : Panjang Badan TG : Tinggi Gumba LD : Lingkar Dada
STRUKTUR DAN KOMPOSISI HUTAN SAGU (Metroxylon, sp) DI DISTRIK TELUK KIMI KABUPATEN NABIRE J.M. Ramandey
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Fapertanak
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.86 KB)

Abstract

Sagu merupakan tanaman yang memiliki peluang sebagai bahan makanan pokok kedua setelah beras karena tanaman sagu mengandung karbohidrat tertinggi dibandingkandengan tanaman pangan lainnya. Papua memiliki hutan sagu seluas 980.000 Ha (Flach,1983), menjadikan daerah ini sebagai kawasan hutan sagu terluas dibandingkan dengandaerah lain di Indonesia. Salah satu daerah yang menjadi tempat penyebaran sagu di Papuaadalah di Distrik Teluk Kimi Kabupaten Nabire. Bagi masyarakat Distrik Teluk Kimimemiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan hidup yaitu sebagai bahan makanpokok yang di komsumsi sendiri dan sebagian dijual untuk menambah pendapatan keluarga.Hasil penelitian menunjukan bahwa Indeks Nilai Penting tertinggi pada tingkat semai adalahjenis Metroxylon longisphinum Mart (35,52%), dan terendah Metroxylon sylvester Mart(3,02%). Tingkat pancang adalah jenis Metroxylon rumphii Mart (36,68%), dan terendahMetroxylon longisphinum Mart (5,72%). Tingkat tiang indeks nilai penting tertinggiMetroxylon sylvester Mart (44,05%), dan terendah Metroxylon microcanthum Mart(29,62%).Tingkat pohon Metroxylon sylvester Mart (51,15%), dan terendah Metroxylonrumphii Mart (29,29%).
KUALITAS BIBIT SAPI BALI BETINA INDUK (UMUR > 24 BULAN) DI KAMPUNG BUMI RAYA DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE Estepanus L. S. T
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Fapertanak
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.609 KB)

Abstract

Penelitian ini dimaksukan untuk mengetahui gambaran kualitas bibit sapi Balibetina induk (umur > 24 bulan) yang dipelihara petani-peternak di Kampung Bumi RayaDistrik Nabire Barat Kabupaten Nabire. Dilaksanakan selama 45 hari (satu setengahbulan) mulai tanggal 1 Juli sampai dengan 15 Agustus 2015. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengamatan langsung terhadappenampilan eksterior sebagai instrumen persyaratan kualitatip untuk memperolehgambaran kemurnian ras sapi Bali dan pengukuran statistik vital tubuh yang meliputipanjang badan, tinggi pundak dan lingkar dada terhadap bibit sapi terpilih sebagaiinstrumen persyaratan kuantitatif dalam penentuan kualitas bibit. Selanjutnyawawancara dengan petani pemilik untuk mengetahui sistem usaha ternak sapi yangdilakukan petani pemilik. Jumlah sampel bibit sapi betina induk terpilih (secara acak)sebagai obyek penelitian sebanyak 47 ekor atau 37 % dari populasi 128 ekor.Untuk menentukan kualitas bibit sapi dilakukan perbandingan data hasilpengukuran stistik vital tubuh terhadap standar mutu persyaratan minimal bibitsebagaimana diatur dalam Standar Nasional Indonesia atau SNI 7355 : 2008 yangdikeluarkan Badan Standarisasi Nasional atau BSN (2008).Berdasrkan hasil penelitian maka bibit sapi Bali betina induk (umur > 24 bulan)yang dipelihara oleh petani - peternak di Kampung Bumi Raya Distrik Nabire Barattermasuk ke dalam kualitas kelas III.
EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK SAPI BALI BETINA DI DISTRIK MAKIMI KOSTAFINA SAWO
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Fapertanak
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.278 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi efisiensi reproduksi ternak sapi Balibetina, dan (2) mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada proses efisiensi reproduksiternak sapi Bali betina serta upaya peningkatan efisiensi reproduksi yang dapat dilakukan.Metode yang digunakan adalah teknik survei dengan mewawancarai 50 peternak sapi Balidan teknik radio-immunoassay (RIA) untuk analisis progesteron dalam sampel serum darahdari 30 ternak induk sapi Bali. Penentuan sampel dilakukan secara purposive dan data hasilpenelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabulasi.Conseption Rate yang diperoleh 70% dan 13,13% ternak induk sapi Bali masihmemiliki ovarium yang belum bersiklus. Manajemen breeding 118 ekor tenak betinadiperoleh 66,95% pubertas pada umur 18-24 bulan, 66,95% kawin pertama pada umur 18-24bulan dan 32,20% beranak pertama pada umur 36-48 bulan. Faktor yang menyebabkanefisiensi reproduksi belum optimal adalah masalah ketersediaan ternak jantan di tingkatrumah tangga peternak, penundaan aktivitas fisiologis reproduksi ternak betina
AGRIBISNIS KOMODITI JERUK MANIS (Citrus Sinensis L) DI KAMPUNG WADIO DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE SIMON MATAKENA
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Fapertanak
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.514 KB)

Abstract

Peningkataan kesejahtraan keluarga petani didukung oleh peningkatan produksi usahataninya sehingga diharapkan penghasilan atau pendapatan usahatani petani juga dapat meningkat, sejalan dengan hal tersebut maka faktor-faktor produksi sebagai penentu besar kecilnya usahatani petani juga harus ditingkatkan. Petani jeruk manis di Kampung Wadio Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire merupakan petani dengan penghasilan dapat dikatakan cukup tinggi apabila pemanfaatan faktor-faktor produksi dengan baik, disamping itu juga penerapan agribisnis yang merupakan keterkaitan dari beberapa subsistem yang terkait berjalan dengan baik sehingga melalui keterkaitan subsistem agribisnis tersebut pendapat atau penghasilan petani jeruk juga meningkat yang mana berujung pada peningkatan kesejahteraan keluarga petani itu sendiri. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan usahatani jeruk manis di Kampung Wadio Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire serta melihat sampai sejauh mana keterkaitan sub sistem agribisnis yang ada dan dimanfaatkan oleh petani jeruk dilokasi penelitian Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pendapatan yang diperoleh petani responden sebesar Rp 18.926.113,2,- sedangkan hasil perhitungan R/C Ratio yaitu 3.78 > 1 berarti usahatani komoditi jeruk manis di kampung Wadio Distrik Nabire Barat Kabupaten Nabire layak untuk diusahakan. Penerapan subsistem Agribisnis dalam usahatani pada umumnya masih terkendala dengan berbagai banyak faktor diantaranya sumber daya manusia (SDM) sehingga sulit untuk melakukan transfer teknologi, Sumber daya lahan, ketersediaan faktor-faktor input, Iklim, dan masih banyak faktor lain yang dapat mengagalkan usahatani. Untuk mendukung usahatani komoditi jeruk manis di Kampung Wadio diharapkan tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung bagi penyuluh pertanian untuk melakukan penyuluhan, Adanya pihak investor untuk mendirikan pabrik pengolah hasil pertanian dan peningkatan koordinasi antara dinas terkait dalam kegiatan penyuluh pertanian sebagai lembaga penunjang keberhasilan usahatani.
UJI KUALITAS DAGING BEBEK YANG BEREDAR DI NABIRE Trijaya Gane Putra
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 1 No 1 (2016): F A P E R T A N A K
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.61 KB)

Abstract

Pangan sangat vital untuk kelangsungan hidup manusia. Sumber pangan bisa berasal dariternak maupun tumbuhan-tumbuhan dan berfungsi sebagai sumber energi, protein, vitamindan mineral. Bahan makanan yang berasal dari ternak, dapat berupa daging, susu dan telur.Kebutuhan pangan asal ternak khususnya daging terus mengalami peningkatan. MenurutStatistik Peternakan (2011) yang dimuat majalah Poultry Indonesia edisi 10 Januari 2013menyampaikan bahwa pada tahun 2010 konsumsi daging sebesar 6,95 kg/kapita/tahun.Dibandingkan dengan target normal gizi yang direkomendasikan Widya Karya Pangan danGizi tahun 2004 sebesar 10,3 kg/kapita per tahun (LIPI, 2004), maka komsumsi daging barumencapai 67,48%.Upaya pemenuhan kebutuhan daging, antara lain dilakukan dengan optimalisasipemanfaatan potensi sumber daya ternak lokal sekaligus penganeka-ragaman berbagai jenisternak penghasil daging, salah satunya adalah bebek/ itik. Baik itik ataupun bebek (sebutanuntuk entog/ itik Manila) keduanya termasuk unggas air, dan keduanya lazim disebut bebek.Daging bebek sekarang sudah mulai dikenal dan digemari masyarakat. Namunpeningkatan produksi daging akan kurang berarti, apabila hasilnya sampai kepada konsumendalam keadaan kurang baik atau rusak, karena daging mempunyai sifat mudah rusak(perishable food).Sebagai daerah pertumbuhan baru di Papua, perkembangan kuliner di Nabire cukuppesat baik jumlah penjajanya maupun jenis menu yang ditawarkan. Salah satu jenis menuyang ditawarkan adalah berbahan daging bebek. Selain untuk penjaja kuliner, daging bebekjuga sudah mulai banyak dibutuhkan untuk konsumsi keluarga. Hasil survey awal diperolehbahwa daging atau karkas bebek yang beredar di Nabire ada yang berasal dari lokal Nabiredan ada yang didatangkan dari luar Nabire yaitu Surabaya.Isu yang sering muncul di media elektronik (televisi) menyebutkan adanyakontaminasi atau pencemaran mikroba, residu obat hewan dan pemakaian bahan pengawettertentu pada pangan atau bahan pangan asal hewan yang merugikan konsumen. Rantaipemasaran yang panjang dan lamanya waktu pengiriman khususnya daging bebek yangdidatangkan dari Surabaya dapat mendorong dilakukannya pengawetan, mengingat produkpeternakan seperti halnya daging merupakan media yang baik untuk pertumbuhan danperkembangan mikroba, baik mikroba yang menyebabkan kerusakan pada dagingnya itusendiri maupun mikroba (pathogen) yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusiayang mengkonsumsinya.Untuk mengetahui sejauh mana kualitas daging bebek baik yang berasal dariSurabaya maupun daging yang berasal dari lokal Nabire yang beredar di Nabire, perludilakukan penelitian terhadap kualitas daging bebek.Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengujian kualitas terhadapsampel daging bebek, baik yang diedarkan oleh agen daging bebek dari Surabaya maupunpemotong/penjual daging bebek lokal Nabire. Sesuai hasil survey jumlah agen yang mendatangkan daging bebek dari Surabaya adalah satu pengusaha yaitu Supermarket Luckydan jumlah penjual daging bebek lokal sebanyak dua orang, masing-masing berjualan dipasar Kalibumi (perempatan Kalibumi) dan di pasar Kalibobo. Dari ketiga pengedar/ penjualtersebut masing-masing diambil satu sampel sehingga jumlah sampel yang diuji kualitanyasebanyak tiga sampel daging bebek, satu sampel daging bebek asal Surabaya dan 2 sampeldaging bebek lokal.Pengujian kulaitas daging bebek dilakukan di Balai Klinik Hewan Dan LaboratoriumTipe B Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua di Jayapura mulai tanggal 20-30 Oktober 2014. Pengujian kualitas terdiri dari dua macam uji, yaitu uji organoleptik yangmeliputi warna, bau dan konsistensi daging dan uji cepat formalin.Hasil uji organoleptik dilaporkan bahwa baik warna, bau maupun konsistensisemuanya dinyatakan normal, sedangkan hasil uji cepat formalin, semua sampel dinyatakannegatif atau bebas formalin, sehingga tiga sampel tersebut dinyatakan aman untukdikonsumsi. Hal ini berarti bahwa daging bebek yang beredar di Kabupaten Nabireberdasarkan hasil penelitian uji kulaitas tersebut dapat dinyatakan memenuhi syarat untukdiperdagangkan karena memenuhi standar kualitas yang memadai sehingga aman untukdikonsumsi.
STRATEGI PETANI SWAKARSA MELAUI MODAL SOSIAL UNTUK MENDAPATKAN SUMBER NAFKAH DI KAMPUNG BUMI RAYA DISTRIK NABIRE BARAT KABUPATEN NABIRE Hans F Liborang
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 2 No 2 (2017): Jurnal FAPERTANAK
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.786 KB)

Abstract

Penelitian ini untuk mengetahui strategi petani swakarsa melalui modal sosial untuk mendapatkan sumber pendapatan di desa Bumi Raya, Kabupaten Nabire barat, wilayah Nabire. Penelitian ini dilaksanakan di desa Bumi Raya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan objek penelitian adalah petani swakarsa, yaitu petani yang melakukan migrasi ke desa Bumi Raya atas kemauan dan biaya pribadi dan tidak didanai oleh pemerintah. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode triangulasi, yaitu observasi, wawancara dan dokumen, dilakukan bersamaan, yaitu pengumpulan data, representasi data dan penarikan kesimpulan melalui verifikasi dataHasil penelitian ini menunjukkan bahwa petani swakarsa melakukan 2 jenis strategi, yaitu strategi migrasi melalui modal sosial dan strategi intensifikasi pertanian melalui modal alami. Petani Swakarsa memanfaatkan masyarakat di wilayah Banyuwangi untuk mendapatkan informasi di daerah tujuan. Sementara intensifikasi dilakukan melalui tanaman hortikultura.
LAJU PERKEMBANGAN BUSUK BUAH KAKAO OLEH CENDAWAN Phythoptora palmivora Butt. PADA PERKEBUNAN RAKYAT KABUPATEN NABIRE Ishak Ryan
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol 2 No 2 (2017): Jurnal FAPERTANAK
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.037 KB)

Abstract

Kerusakan tanaman kakao akibat serangan suatu patoggen penyebab penyakit perlu mendapat perhatian terutama laju perkembangannya agar menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputussan dalam tindakan pengendalian. Gejala serangan pertama pada buah dapat dilihat dua hari sesudah terjadinya infeksi, yang ditandai dengan munculnya bintik bening pada pemukaan buah, bintik tersebut berubah menjadi coklat kehitaman dan berkembang dengan pesat keseluruh permukaan buah dan menghitam. Penelitian laju perkembangan penyakit busuk buah kakao dolakukan dengan teknik observasi dilakukan dengan pengambilan sampling pada sebagian tanaman yang dianggap mampu mewakili suatu areal. Areal tanaman kakao merupakan lahan perkebunan rakyat pada kampung Kimi (mewaliki Nabire timur) dan Gerbang Sadu (mewakili Nabire barat). Intensitas penyakit terendah 12 % (kimi), 11,73 % (Gerbang Sadu) dan tertinggi 47 % (kimi) dan 39,5 % (gerbang sadu) dengan laju perkembangan penyakit berfluktuasi pada masing-masing kebun contoh, berkisar antara 0,007 – 0,085 (Kimi) dan 0,010 -0,064 (Gerbang Sadu) bahkan cenderung menurun. Factor yang mendukung kecenderungan menurunnya laju perkembangan antara lain suhu, kelembaban dengan kondisi kebun yang kering dan curah hujan yang rendah.

Page 2 of 11 | Total Record : 109