cover
Contact Name
Pendidikan Sosiologi
Contact Email
sosiologi@untirta.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
yustikairfani@untirta.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika
ISSN : 24773514     EISSN : 26140055     DOI : -
Core Subject : Social,
“Hermeneutika”memuat hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan sains dan teknologi dalam bidang sosiologi.
Arjuna Subject : -
Articles 70 Documents
Eksistensi Identitas Homoseksualitas (Studi Fenomenologi Eksistensialisme Ala Geng Kentir) Gratia Wing Artha
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i1.19868

Abstract

Kelompok homoseksual merupakan kelompok yang sering kali mengalami stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Dalam hal ini kelompok homoseksual mengalami keterpasungan eksistensi identitas. Dimana masyarakat menghendaki heteronormatitas sebagai kebenaran dan kenormalan tunggal dan homoseksualitas dianggap sebagai penyimpangan perilaku. Dari sini Geng Kentir yang merupakan kelompok homoseksual (gay) yang para anggotanya berusia muda rata - rata berusia 20 tahunan. Dengan usia muda para anggota Geng Kentir memiliki keberanian untuk mengungkapkan eksistensi identitas homoseksualitas dan membebaskan diri dari pasungan heteronormatifitas serta mencoba untuk melawan homofobia. Maka, Geng Kentir dapat dikatakan sebagai kelompok homoseksual (gay) yang revolusioner dan memiliki kepercayaan tinggi akan eksistensi identitas homoseksualitas. Melalui keberanian mengungkapkan eksistensi identitas sebagai homoseksual (gay) para anggota Geng Kentir mengalami diskriminasi dalam keluarga, kelompok pertemanan heteroseksual dan masyarakat. Namun para anggota Geng kentir tetap berdiri kukuh dengan eksistensi identitasnya tanpa takut akan diskriminasi dan stigma dari lingkungan sosial. Dimana dengan kepercayaan akan eksistensi identitas para anggota Geng Kentir bertekad untuk bebas dari penjara heteronormatifitas yang selama ini sangat menyiksa eksistensi mereka. Tentunya hal ini tidaklah mudah karena masyarakat yang masih sangat mendewakan heteronormatifitas dan negara yang seolah - olah mereproduksi kulltur heteronormatifitas dan menanamkan kesadaran homofobia pada masyarakat. Sejatinya para anggota Geng Kentir berupaya untuk menjadi diri sendiri dengan eksistensi tanpa terikat pada norma heteronormatif. Disini eksistensi para Geng Kentir adalah sarana perlawanan pada sistem sosial heteronormatif dan wacana homofobia.
RELEVANSI PENERAPAN HUKUM ADAT BADUY TERHADAP KEBIJAKAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR (PSBB) DI MASA PANDEMIC COVID 19 Kafurta Sutaarga; Widi Januar Ghafur
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i1.19861

Abstract

AbstrakPenelitian ini memiliki fokus telaah pada suatu hal yang sudah melanda negara-negara di dunia, seperti Covid-19. Wabah pandemi yang melanda negara-negara secara global ini, termasuk Indonesia telah meciptakan suatu kondisi yang baru. Sebab, interaksi sosial juga dibatasi. Hal ini terkonfirmasi dari keputusan pemerintah Indonesia, yakni, Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Di samping itu, kebijakan ini tentu berlaku secara holistik, termasuk kepada masyarakat adat, terutama penerapan hukum ini di wilayah Adat Baduy. Dalam hal ini, metode yang digunakan untuk menelaah persoalan ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Secara praksis riil, selama wabah pandemi ini melanda, tak satu pun warga Adat Baduy yang terkena kasus ini. Dengan kata lain, warga Adat Baduy tidak terkena wabah virus yang mematikan ini. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi dan komitmen bersama yang sudah dilaksanakan oleh warga Adat Baduy. Komunikasi ini terafirmasi dari warga Adat Baduy yang perlu mematuhi aturan adat yang berlaku di satu sisi, dan kebijakan pemerintah di sisi yang lain. Ketaatan dan kepatuhan ini tampaknya menjadi salah satu kunci yang sangat esensial. Akibatnya, tidak tercatat warga Adat Baduy yang terkonfirmasi positif Covid-19 alias tidak terkena. Kata-kata Kunci: Relevansi, Baduy, PSBB
Peran orang tua terhadap vaksinasi anak di Desa Rejai Kabupaten Lingga Kana Mardiyana; Rahma Syafitri; Sri Wahyuni
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i1.18895

Abstract

Pemberian vaksinasi kepada anak khususnya anak usia SD yaitu 6-11 tahun tidak akan pernah terlepas dari peran orang tua dalam mensukseskan vaksinasi Covid-19 di Desa Rejai karena terdapat sejumlah anak yang tidak mau di vaksin serta pandangan negative orang tua terhadap efek vaksin bagi anak juga bermunculan pada sebagian orang tua di Desa Rejai. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam vaksinasi Covid-19 pada anak usia 6-11 tahun di Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif  deskriptif. Adapun hasil penelitian tentang peran orang tua dalam vaksinisasi Covid-19 pada anak usia 6-11 tahun di Desa Rejai dapat dilihat dari  peran orang tua dalam memberikan teladan kepada anak dengan melakukan vaksin terlebih dahulu mengarahkan anggota keluarga untuk melakukan vaksinisasi, membujuk anak agar mau di vaksin,  memberikan semangat yaitu dengan memberikan anak hadiah, menyemangati anak dengan kata kata semangat. Peran dalam memberikan bimbingan yaitu mengarahkan anak ketika pergi vaksin agar bersama teman-teman yang mempunyai keberanian untuk di vaksin serta meminta bantuan kepada keluarga yang dekat sama anak untuk menemani anak saat vaksin. Juga peran dalam sosialisasi yang dilakukan yaitu orang tua menjelaskan terlebih dahulu kepada anak-anak tentang manfaat  dari vaksin. Peran yang paling dominan yang sering dilakukan dan yang paling mempengaruhi anak-anak agar mau divaksin yaitu memberikan semngat kepada anak dengan memberikan anak hadiah sehingga secara keselurahan peran orang tua dalam vaksinisasi Covid-19 telah terlaksana dengan baik. Adapun saran dalam penelitian ini bagi orang tua diharapkan dapat lebih protective terhadap anak, hususnya terhadap kesehatan anak dengan cara mendukung sepenuhnya program kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah. Kata-kata Kunci: Peran; Orang tua; Vaksinisasi.
ANAK MISKIN BOLEH SEKOLAH Mintarti Mintarti; Tri Rini Widyastuti; Ignatius Suksmadi Sutoyo
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i1.19171

Abstract

Penelitian ini bertujuan menunjukkan pengalaman bersekolah siswa miskin di sekolah alternatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif berdasar data lapangan. Penelitian dilakukan di sebuah sekolah alternatif setingkat SMP, yaitu MTs PAKIS, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Partisipan penelitian berjumlah 10 orang, terdiri atas siswa, orang tua, dan pengelola sekolah. Pengumpulan data dilakukan saat pandemi Covid-19 sedang mencapai puncaknya. Oleh karena itu, wawancara dilakukan secara daring melalui Google-Meet dan dilanjutkan secara langsung ke lapangan dengan menerapkan protokol kesehatan. Data dianalisis melalui tahap sajian data berupa restatement kutipan hasil wawancara, diinterpretasikan, lalu ditarik kesimpulan sementara. Proses ini bersifat ongoing sampai didapatkan kesimpulan akhir.            Hasil penelitian menunjukkan, pengabaian hak atas pendidikan mewujud dalam berbagai problem kompleks yang muncul di masyarakat yang telah dicoba atasi dengan mendirikan sekolah berbasis agroforestry tidak berbayar setingkat SMP. Keberadaan sekolah ini memungkinkan anak-anak miskin dapat mengakses pendidikan tanpa tercerabut dari lingkungannya serta memberi mereka pengalaman bersekolah. Pengalaman itu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar tanpa kehilangan keceriaan dan kegembiraan sebagai anak-anak. Hal itu juga menumbuhkan rasa percaya diri, berani bercita-cita dan membayangkan masa depan yang lebih baik yang merupakan modal awal untuk keluar dari kemiskinan. Temuan penelitian ini dapat mengisi celah kekosongan dalam kajian sosiologi pendidikan khususnya mengenai praktik pendidikan alternatif sebagai bagian dari pendidikan berparadigma kritis, terutama yang bersumber dari gagasan Paulo Freire tentang pendidikan hadap masalah. Model pendidikan ini bersifat emansipatoris yang menjadikan siswa sebagai subjek belajar, tidak sekadar sebagai objek sebagaimana dalam model pendidikan konvensional yang oleh Freire disebut sebagai pendidikan “gaya bank”.Kata Kunci: akses pendidikan; hak pendidikan; pengalaman bersekolah; siswa miskin.
SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI RITUAL ADANG PADA MASYARAKAT SERANG Farid Ibnu Wahid; Subhan Widiansyah; Endin Saparudin
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i1.19862

Abstract

Abstrak  Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif karena akan memperoleh gambaran tentang bagaimana Solidaritas Sosial dalam tradisi ritual Adang berjalan dimasyarakat. Setiap penelitian tentu memiliki masalah tertentu yang menjadi bahan kajiannya. Pada penelitian ini ingin melihat bagaimana Solidaritas Sosial dalam Tradisi Ritual Adang pada masyarakat Kabupaten Serang. Untuk meringankan dan membantu dalam pelaksanaan upacara hajat pernikahan masyarakat harus saling bekerjasama. Adang adalah realisasi dari bentuk kerjasama/gotong royong; dalam keadaan perasaan social yang tinggi; tidak ada pembedaan antara status social, suku dan ras. Oleh karena itu perlu dipahami tradisi-tradisi yang ada di masyarakat Serang saat ini guna mendorong terbangunnya rasa kebersamaan diantara masyarakat, dan jika ditelaah dari tahapan kegiatannya, jenis solidaritas yang ada pada tradisi ritual Adang ini ditinjau dari teori solidaritas social. Tradisi ritual Adang sebagai tradisi social keagamaan turun temurun dan terus dilakukan sampai dengan saat ini sebagai syarat akan solidaritas. Tingkat partisipasi masyarakat dalam membantu mensukseskan tradisi Adang dengan mengesampingkan keperluan pribadi mereka menunjukkan eksistensi Solidaritas Sosial dalam tradisi tersebut. Rasa saling percaya anggota komunitas dengan anggota lainnya. Solidaritas ditandai dengan persatuan, persahabatan, dan rasa saling percaya yang berkembang sebagai hasil dari tugas bersama dan kepentingan bersama diantara orang-orang yang menjadi point pokok dari fundamental solidaritas yang ditemukan pada Tradisi Adang. Selain itu, aspek keseragaman pemahaman agama juga hadir; mereka menganut agama yang sama dan berbagai pemahaman yang sama, umumnya sebagai alasan utama dalam pelaksanaan tradisi yang ada. Semangat gotong royong dan pembagian kerja berdasarkan fungsi dan kemampuan yang ditemukan dalam tradisi ini menunjukkan wujud bentuk-bentuk solidaritas yang akhirnya turut memperkokoh ikatan silaturahmi dan kerjasama antar masyarakat muslim di Serang. Kata-kata Kunci: Solidaritas Sosial, Tradisi Ritual Adang,
Teacher Readiness Educator’s: evaluation of educational learning courses for prospective teachers utami, Nindita fajria; Wahyuni, Sri
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i2.23913

Abstract

AbstrakDiperlukan upaya untuk menciptakan calon guru yang bermutu dan berkualitas, salah satunya melalui upaya pemberian pengetahuan dan pengalaman terkait pembelajaran pendidikan. Maka untuk itu diperlukan pengukuran ketepatan terkait pengetahuan yang diberikan kepada para calon guru pendidik. Penelitian ini menggunakan mix methode dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan ADDIE model, penelitian dilakukan di Kota Bandung dengan subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2018 dan 2019 yang telah mengikuti mata kuliah prasyarat dan kegiatan mengajar di satuan pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana evaluasi mata kuliah pembelajaran pendidikan bagi kesiapan mengajar calon guru sehingga dapat diketahui efektifitas mata kuliah untuk calon guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dengan diberikannya mata kuliah pembelajaran pendidikan kepada para mahasiswa sebagai mata kuliah prasyarat mengikuti praktik pembelajaran. Dapat terlihat pada hasil kegiatan praktik mengajar bahwa kesiapan para mahasiswa sebagai calon pendidik telah sesuai kompetensi guru, hal ini membuktikan bahwa pemberian mata kuliah praktik pembelajaran juga sangat efektif dalam menyiapkan calon guru yang profesional dan sesuai dengan kompetensi. Kata Kunci: Kesiapan Calon Guru, Pembelajaran Pendidikan, Program Pelatihan Lapangan AbstractEfforts are needed to create quality teacher candidates, one of which is through efforts to provide knowledge and experience related to educational learning. Therefore, it is necessary to measure the accuracy of the knowledge given to prospective teacher educators. This study uses a mix method with a quantitative approach and uses the ADDIE model, the research was conducted in Bandung City with the subjects of this study being Sociology Education students of Universitas Pendidikan Indonesia class of 2018 and 2019 who have taken prerequisite courses and teaching activities in educational units. The purpose of this study was to determine how the evaluation of educational learning courses for teaching readiness of prospective teachers so that the effectiveness of courses for prospective teachers can be known. The results of this study indicate that there is a positive influence with the provision of educational learning courses to students as a prerequisite course for participating in learning practices. It can be seen in the results of teaching practice activities that the readiness of students as prospective educators is in accordance with teacher competencies, this proves that the provision of learning practice courses is also very effective in preparing prospective teachers who are professional and in accordance with competencies. Keywords: Educational Learning, Field Training Program, Teacher Candidate Readiness
Pentas Seni Sekolah Sebagai Konstruksi Keterampilan 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, & Collaboration) Nugraha, Aji Satria; Komariah, Siti; Nurbayani, Siti
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i2.22719

Abstract

Era industri 4.0 menuntut masyarakat untuk memiliki keterampilan abad ke-21 salah satunya keterampilan 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, & Collaboration) demi menghadapi persaingan kerja. Untuk itu penelitian bertujuan untuk mengkaji pengembangan keterampilan 4C di sekolah terkhusus pada siswa sebagai panitia pentas seni. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial karya Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu konstruksi keterampilan 4C  terjadi melalui tiga fase dialektika konstruksi sosial (internalisasi, eksternalisasi, dan objektivasi). Fase pertama, siswa menginternalisasi keterampilan 4C yang diwujudkan melalui beragam ide dan pandangan yang didapat perihal penyelenggaraan pentas seni. Pada fase selanjutnya, siswa mengeksternalisasi Keterampilan 4C dalam wujud berbagai pengembangan ide diantaranya pengembangan ide konsep acara, penyelesaian masalah dalam acara, menyampaikan ide, promosi acara, dan menjalin kerjasama antar panitia hingga berbagai pihak terkait dalam acara. Fase objektivasi diwujudkan dalam bentuk berbagai dampak penyelenggaraan acara pada kehidupan sehari-hari siswa. Kesimpulan yang didapat adalah terjadinya konstruksi keterampilan 4C pada siswa ini menjadi bukti bahwa keterampilan abad ke-21 mampu dikembangkan melalui penyelenggaraan pentas seni sekolah. Berdasarkan penelitian ini dapat ditindaklanjuti oleh berbagai pemangku kebijakan dalam bidang pendidikan untuk menjadikan pentas seni sebagai kegiatan rutin demi mengimplementasikan peningkatan keterampilan abad ke-21 secara nyata. Penelitian ini pula menjadi referensi pada penelitian selanjutnya untuk mengkaji dampak penyelenggaraan pentas seni pada persaingan kerja di masa mendatang.
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERILAKU GANGSTER ANAK DI BAWAH UMUR DI KOTA BANDAR LAMPUNG waifanur, jibot oscar
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i2.19896

Abstract

Gangster biasanya mengacu pada seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan kriminal sebagai anggota geng jalanan. Mereka terkadang masih ada yang cukup muda atau dibawah umur yang terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan geng, seperti vandalisme, pencurian, dan kekerasan. Mereka melakukan kegiatan semacam itu agar mendapat pengakuan dari masyarakat dan juga membangun jati diri mereka sendiri sebagai individu yang tangguh atau menakutkan dalam  gengnya sendiri. Perlu dicatat bahwa kegiatan ini ilegal dan berbahaya bagi masyarakat, dan individu yang terlibat dalam perilaku seperti itu sering menghadapi konsekuensi hukum yang berat. Penelitian dikumpulkan melalui metode kualitatif, wawancara dengan anggota masyarakat dan juga aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa gangsterisme merupakan respon terhadap berbagai faktor sosial-ekonomi, termasuk kemiskinan, kesempatan pendidikan yang terbatas, dan pengucilan sosial. Geng memberikan rasa identitas, kepemilikan, dan dukungan sosial bagi anggotanya, yang dapat sangat menarik bagi mereka yang tidak memiliki panutan dan jaringan sosial yang positif. 
Analisis Ragam Permainan Tradisional Yang Dimainkan di Desa Drenges Febriana, Try Anisa; Islam, Alif Umul; Darmariswara, Rian
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i2.20920

Abstract

Di zaman modern permainan anak semakin berkembang, kebanyakan dari mereka bermain gadget, permainan play station, permainan komputer, dan lain sebaginya. Adanya permainan modern yang sudah meluas di kalangan anak-anak, menyebabkan lunturnya permainan tradisional. Permainan tradisonal dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari warisan budaya yang di diturunkan secara turun menurun dari generasi ke generasi. Subjek penelitian ini adalah masyarakat di desa Drenges kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk yang berfokus pada anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ragam permainan tradisional yang masih dimainkan oleh anak-anak di desa Drenges, mengetahui bagaimana cara melakukan permainan tradisional dan aturannya, serta pengaruh positif permainan tradisional bagi anak-anak di desa Drenges. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pengamatan atau observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan di lapangan permainan tradisional yang masih dimainkan di desa Drenges terdapat lompat tali, gedrik, sodor, boy-boyan dan petak umpet. Permainan tradisional ini memiliki pengaruh positif bagi tumbuh dan kembangnya anak-anak. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh dalam aspek sosial dan emosional serta memberikan banyak manfaat dalam fisik dan mental anak. Memperkenalkan berbagai permainan tradisional merupakan bentuk upaya dari masyarakat untuk melestarikan permainan tradisional dan seharusnya mampu menjelskan aturan permainan secara pasti, agar permainan tradisional dapat dilestarikan dan tidak akan hilang.In modern times, children's games are growing, most of them are playing gadgets, play station, game in the computer, and so on. The existence of modern games that have become widespread among children has caused the fading of traditional games. Traditional games can be regarded as a form of cultural heritage passed down from generation to generation. The subjects of this study were the people in Drenges village, Kertosono sub-district, Nganjuk Regency, which focused on children. This study aims to identify the variety of traditional games that are still played by children in Drenges village, find out how to play traditional games and their rules, as well as the positive effects of traditional games on children in Drenges village. The research method used is descriptive qualitative method with observation or observations, interviews, and documentation. Based on the results of the research that the researchers found, in the field of traditional games that were still played in Drenges village, there were rope jumps, gedrik, sodor, boy-boyan and hide-and-seek. This traditional game has a positive influence on the development of children. This influence includes influences on social and emotional aspects as well as providing many benefits in the physical and mental aspects of children. Introducing various traditional games is a form of community effort to realize traditional games and should be able to explain the rules of the game with certainty, so that traditional games can be preserved and will not be lost.
DISKURSUS PERAN POLITIK POLITIK MASYARAKAT SIPIl MEMBANGUN DEMOKRASI DI INDONESIA DALAM PANDANGAN KELOMPOK INTELEKTUAL JAWA TIMUR Artha, Gratia Wing
Hermeneutika : Jurnal Hermeneutika Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/hermeneutika.v9i2.23618

Abstract

 ABSTRAK        Penelitian ini bertujuan untuk mengurai, dan membongkar diskursus peran politik masyarakat membangun demokrasi dalam pandangan kelompok intelektual Jawa Timur.  Dalam penelitian ini peran masyarakat sipil setelah reformasi menjadi lebih sulit, dan dilematis karena sistem politik Indonesia dikuasai oleh oligarki yang setahap demi setahap membahayakan demokrasi. Sementara itu, peran politik masyarakat sipil semakin mengalami stagnasi akibat ketidadaan ruang-ruang politik, dan pasifnya masyarakat sipil dalam memahami kondisi demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu, kelompok intelektual Jawa Timur mempunyai pandangan beragam tentang masa depan, peluang, dan tantangan peran politik masyarakat sipil membangun demokrasi di Indonesia, sehingga kelompok intelektual Jawa Timur terbagi menjadi tiga kubu, yakni Pertama, kubu intelektual kritis yang memandang secara sinis kapasitas dari peran politik masyarakat sipil membangun demokrasi Indonesia. Kedua, kubu intelektual moderat yang memandang peran politik masyarakat sipil akan dapat membangun demokrasi Indonesia ke arah kemajuan. Ketiga, kubu intelektual simultan yang memandang bahwa peran politik masyarakat sipil dalam membangun demokrasi Indonesia tengah dalam proses, baik itu menuju progresif maupun regresif.      Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis wacana. Pendekatan analisis wacana digunakan untuk menguraikan, dan membongkar pandangan dari kubu intelektual mengenai peran politik masyarakat sipil dalam membangun demokrasi di Indonesia. Wacana-wacana yang diusung oleh tiga kubu intelektual digunakan untuk menjabarkan masalah, peluang, dilema, tantangan, dan harapan terkait dengan peran politik masyarakat sipil membangun demokrasi Indonesia.      Hasil dari penelitian ini adalah peran politik masyarakat sipil dalam membangun demokrasi mengalami stagnasi Pasca-Reformasi. Akibat dari stagnasi peran politik masyarakat sipil berimbas pada demokrasi Indonesia yang menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Meskipun begitu, tiga kubu intelektual memahami stagnasi peran politik masyarakat sipil yang menyebabkan kemunduran demokrasi dengan pandangan yang berbeda. Kubu intelektual kritis memandang tidak ada jalan lain dari peran politik masyarakat sipil yang telah surut selain menunggu regresi demokrasi, bila tidak segera diambil tindakan cepat. Berbeda dengan kubu intelektual moderat yang berpandangan akan ada saatnya peran politik masyarakat sipil dapat membangun demokrasi ke arah progresif. Sementara kubu intelektual simultan berwacana pasang-surut peran politik masyarakat sipil tidak dapat dinilai secara hitam atau pputih. Sejarah akan menunjukkan apakah akan terjadi stagnasi atau bangkit untuk membangun demokrasi progresif. Kata Kunci :Peran Politik, Masyarakat sipil, wacana, demokrasi, intelektual. ABSTRACT  This study aims to analyze and dismantle the discourse on the political role of society in building democracy in the view of East Java intellectuals. In this research, the role of civil society after the reformation becomes more difficult, and a dilemma because the Indonesian political system is controlled by an oligarchy which is gradually endangering democracy. Meanwhile, the political role of civil society is increasingly stagnant due to the absence of political space, and the passiveness of civil society in understanding the conditions of democracy in Indonesia. Therefore, the East Java intellectual group has diverse views about the future, opportunities and challenges of the political role of civil society in building democracy in Indonesia, so that the East Java intellectual group is divided into three camps, namely First, the critical intellectual camp which views cynically the capacity of the political role of civil society in building Indonesian democracy. Second, the moderate intellectual camp that views the political role of civil society will be able to build Indonesian democracy towards progress. Third, the simultaneous intellectual camp views that the political role of civil society in building Indonesian democracy is in the process, be it progressive or regressive.      This study uses a qualitative research method with a discourse analysis approach. The discourse analysis approach is used to describe and dismantle views from intellectuals regarding the political role of civil society in building democracy in Indonesia. Discourses promoted by three intellectual camps are used to describe problems, opportunities, dilemmas, challenges and hopes related to the political role of civil society in building Indonesian democracy.      The result of this research is that the political role of civil society in building democracy has stagnated after the Reformation. As a result of the stagnation of civil society's political role, Indonesia's democracy is showing signs of decline. Even so, the three intellectual camps understand the stagnation of civil society's political role which has led to the decline of democracy with different views. The critical intellectual camp sees no other way from the political role of civil society which has receded than to wait for democratic regression, unless swift action is taken. In contrast to the moderate intellectual camp, which believes that there will be a time when civil society's political role can build democracy in a progressive direction. Meanwhile, the intellectual camp simultaneously discusses the ups and downs of the political role of civil society cannot be assessed in black or white terms. History will show whether it will stagnate or rise to build a progressive democracy.Keywords: The Role of Politics, Civil Society, discourse, democracy, intellectual