cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa
ISSN : 1693685X     EISSN : 25802143     DOI : -
Core Subject : Education,
METALINGUA is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in Metalingua have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. METALINGUA is published by West Java Balai Bahasa twice a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 205 Documents
MANIPULASI REALITAS MELALUI EUFEMISME BAHASA DALAM BERITA POLITIK KORAN TEMPO NFN Sariah
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 15, No 1 (2017): METALINGUA EDISI JUNI 2017
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.66 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v15i1.157

Abstract

This study discusses the manipulation of reality through the political euphemism inKoran Tempo. Euphemism is used as a strategy of government--Jokowi’s cabinet-- tomanipulate the reality of the occuring political dynamics. This study uses qualitativeparadigm to uncover manipulation of reality through language and euphemismusage in political news in Koran Tempo: once the main problem in this paper.Definition The research is based on the concept of Wijana and Rohmadi (2008:104-109), also Zollner (1997: 92). Those findings were the manipulation of realityoccurance were using seven reasons why euphemisms is being used in political newsKoran Tempo, such as (1) avoid using words that may cause panic or fear; (2)soften the speech so as not to offend, insult or humiliate a person; (3) for diplomacyor rhetorical purposes; (4) euphemism to replace the words are forbidden, taboo,vulgar, or a negative connotation; (5) for confidentiality; (6) respect others; (7)satirize, criticize smoothly. In addition, most common data found was euphemismsfor insinuating or criticizing smoothly. Their usages dominated phrase than othersform, such as the clause--deeds phrase prankster, a war of nerves, must be secured,pitting with provocation and politicking, measures to prevent the political climate,the irresponsible, efforts treason, etc. AbstrakPenelitian ini membahas manipulasi realitas melalui eufemisme bahasa dalamberita politik Koran Tempo dengan memperhatikan latar belakang eufemismeitu digunakan. Strategi eufemisme yang digunakan penguasa, dalam hal iniPemerintahan Jokowi, adalah untuk memanipulasi realitas terhadap dinamika politikyang terjadi. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif untuk mengungkapmanipulasi realitas melalui eufemisme bahasa dan latar belakang pemakaiannyadalam berita politik di Koran Tempo sekaligus menjadi pokok masalah dalam tulisanini. Ancangan tulisan ini menggunakan konsep Wijana dan Rohmadi (2008:104—109) serta Zollner (1997:92). Temuannya adalah manipulasi realitas terjadi denganmenggunakan tujuh alasan mengapa eufemisme digunakan dalam berita politik KoranTempo, yaitu (1) eufemisme untuk menghindari penggunaan kata-kata yang dapatmenimbulkan kepanikan atau katakutan; (2) eufemisme untuk memperhalus ucapanagar tidak menyinggung, menghina, atau merendahkan seseorang; (3) eufemismeuntuk berdiplomasi atau tujuan retoris; (4) eufemisme untuk menggantikan katakatayang dilarang, tabu, vulgar, atau berkonotasi negatif; (5) eufemisme untukmerahasiakan sesuatu; (6) eufemisme untuk menghormati orang lain; (7) eufemismeuntuk menyindir, mengkritik dengan halus. Di samping itu, data yang paling banyakditemukan adalah eufemisme untuk menyindir atau mengkritik dengan halus. Bentukfrasa mendominasi penggunaanya jika dibandingkan dengan bentuk klausa, sepertifrasa perbuatan orang iseng, perang urat saraf, harus diamankan, mengadu dombadengan provokasi dan politisasi, upaya meredam suhu politik, pihak yang tidakbertanggung jawab, upaya makar, dan sebagainya.
Kumpulan Abstrak admin admin
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 15, No 2 (2017): METALINGUA EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.93 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v15i2.163

Abstract

THE LANGUAGE ATTITUDE OF WEST JAVA PROVINCE PUBLIC OFFICIALS nfn Kartika
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 14, No 2 (2016): METALINGUA, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.69 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v14i2.194

Abstract

UNDANG-UNDANG menuntut agar para pejabat publik menggunakan bahasaIndonesia secara penuh dalam pidato-pidato mereka. Namun, padakenyataannya para pejabat publik itu sering menyelipkan istilah-istilah bahasaasing dalam pidato mereka. Praktik yang semacam itu menimbulkan kekhawatirankarena mereka memiliki peran sebagai teladan di masyarakat. Untuk alasanitulah, penelitian sikap bahasa pejabat publik terhadap bahasa daerah, bahasaIndonesia, dan bahasa asing ini diperlukan. Secara kuantitatif penelitian inimerekam tingkat persetujuan responden dalam instrumen berskala Likert empat(2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum responden memilikisikap bahasa yang positif terhadap bahasa daerah, sikap bahasa yang sangatpositif terhadap bahasa Indonesia, dan sikap bahasa yang negatif terhadapbahasa asing. Meskipun begitu, responden perempuan memiliki sikap bahasayang berbeda daripada sikap bahasa perempuan di negeri barat. Alasan di balikperbedaan itu adalah perbedaan konteks sosiokultural. AbstractTHE law demands that public officials give their speech fully in Indonesian language.However, it is common to find ones who switch to foreign language expressions intheirs. Such practice is somewhat bothering because they play an important part in thesociety as role models. For that reason it is necessary to find out the language attitudeof public officials towards native language, Indonesian language, and foreign language.The quantitative aspect of the instrument solicits the respondents' agreement in a fourpointLikert's scale (2010). The result shows that in general the respondents show apositive language attitude towards native language, a very positive attitude towardsIndonesian language, and a negative language attitude towards foreign language.However, female respondents' language attitude is different from that of in westernsociety. The reason is due to a difference in sociocultural context.
PENGEMBANGAN BUKU SISWA TEMATIK KELAS V SEMESTER 2 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TWO STAY TWO STRAY (THE DEVELOPMENT OF 2nd SEMESTER OF 5TH GRADE STUDENT BOOK USING TWO-STAY TWO-STRAY MODEL) Lita Aditya Khoirun Nisa
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 16, No 1 (2018): Metalingua Edisi Juni 2018
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.26 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v16i1.148

Abstract

Penelitian tentang pengembangan buku siswa tematik kelas v semester 2 dengan menggunakan model two stay two stray ini dilakukan untuk tugas akhir dan sebagai literatur berbahasa yang benar serta memberikan pengetahuan yang baru tentang pembelajaran tematik dengan baik, benar, dan menyenangkan. Implementasi buku siswa ini dikembangkan berdasarkan aktivitas dan respons siswa dan guru serta hasil belajar siswa. Masalah dalam tulisan ini adalah pengembangan buku siswa tematik kelas v semester 2 dengan menggunakan model two stay two stray. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara validasi, observasi, angket, dan tes hasil belajar. Teknik analisi digunakan dengan statik deksriptif, yaitu mendekripsikan tentang proses pengembangan dan kualitas buku siswa yang dikembangkan. Hasil penelitian ini sangat layak digunakan untuk kelas 5 Sekolah Dasar, karena telah divalidasi oleh tiga validator dengan persentase 97%.
ALAM PAPASANGAN: REPRESENTASI NILAI KASUNDAAN DALAM POKO JAMPE (CONCEPT OF COUPLENESS: SUNDANESE VALUES IN THE SPELL OF POKO JAMPE) Dheka Dwi Agustiningsih; Ani Rostiyati
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 16, No 2 (2018): Metalingua Edisi Desember 2018
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.687 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v16i2.277

Abstract

Poko Jampe is one of the spells that developed in Baduy society. The spell was uttered by a Puun (chief of Baduy) without certain rituals. The purpose of this study is to analyze the Poko language style, namely the concept of “babalikan pungkasmuhu” which is a reduplication of sound, syllable, word or even the inal phrase of an array that is reused as the beginning of sound, syllables, words, or even the next phrase of Poko Jampe. The method used in this paper is qualitative descriptive method. The result showed that the language style of the multiplication of the “muhu” is about things that are paradoxical, dualistic, or the nature of coupleness, which generates the third entity, namely the forces (transcendent) that human need to obtain a balance life.AbstrakPoko Jampe adalah salah satu mantra yang berkembang di masyarakat Baduy. Jampe ini diujarkan oleh seorang puun (kepala adat Baduy) tanpa ritual tertentu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gaya bahasa poko yaitu babalikan pungkas-muhu yang merupakan perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bahkan frasa akhir sebuah larik yang digunakan kembali sebagai awal bunyi, suku kata, kata atau bahkan frasa larik selanjutnya dalam poko jampe. Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian mengenai gaya bahasa babalikan pungkasmuhu ini menunjukkan hal-hal yang paradoks, dualisme, atau alam papasangan yang dapat menghadirkan entitas ketiga, yaitu daya-daya (transenden) yang diperlukan manusia untuk memperoleh keseimbangan hidup.
VERB HYPONYMY CONTAINING THE MEANING OF 'TO TAKE' IN BETAWI MALAY LANGUAGE Ririen Ekoyanantiasih
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 13, No 2 (2015): METALINGUA, EDISI DESEMBER 2015
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.647 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v13i2.7

Abstract

IN Betawi Malay language there are many lexemes which have similar relationsof meaning. Some of which belong to synonymy while others belong to hyponymy.This article emphasizes the hyponymy of the verbs containing the meaning of "totake" using descriptive method. The data were taken from short stories and novelsin Betawi Malay Language and also the dictionary of Kamus Dialek Jakarta(1982). The data were analyzed using Nida's (1975) componential analysis oflexical meaning. The theory was based on the assumption that a lexeme consistsof a systematic semantics unit or contains a configuration of meaning whichcould be sorted into smallest components. The result showed that the lexeme bawewas the superordinate and its hyponymy was jungjung, dongdong, kandut, kempit,kepit, pikul, sandang, tengteng, jingjing, and keweng-keweng
MENYELISIK KOSAKATA BAHASA SUNDA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA PUSAT BAHASA EDISI IV Umi Kulsum
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 12, No 2 (2014): METALINGUA, EDISI DESEMBER 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.533 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v12i2.29

Abstract

DALAM kaidah penyerapan bahasa Indonesia dinyatakan bahwa bahasa daerahmerupakan prioritas kedua, setelah bahasa Melayu, untuk menjadi bahasa sumber bagibahasa Indonesia, sementara bahasa asing diposisikan sebagai alternatif terakhir. Alasanprioritas ini merupakan langkah yang tepat dalam pemertahanan bahasa Melayu danbahasa daerah. Selain itu, hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan identitas bahasaIndonesia supaya tidak terlalu banyak kosakata bahasa asing yang diserap ke dalambahasa Indonesia. Sebagai bahasa daerah dengan penutur yang cukup banyak, bahasaSunda mempunyai kemantapan, baik dalam korpus (tata bahasa, kamus) maupun dalampemakaiannya. Permasalahan tulisan ini adalah (1) kosakata apa saja dari bahasaSunda yang masuk ke dalam KBBI (bahasa Indonesia) dan (2) bagaimana karakteristik kosakata tersebut dilihat dari segi bentuk, kelas, makna, kemungkinan menjadi kosakatabahasa Indonesia, inkonsisten, dan kendala yang ada? Metode yang digunakan dalampenelitian ini ialah metode deskriptif. Tulisan ini dapat dijadikan masukan untuk revisiKBBI IV dan juga peluang unsur lain dari bahasa Sunda untuk masuk ke dalam KBBIedisi selanjutnya. Jumlah unsur Sunda yang masuk ke dalam KBBI (dilabeli Sd) ada161. Dari segi bentuk, kelas, dan makna unsur-unsur tersebut cukup beragam. Akantetapi, ada beberapa catatan, baik berupa peluang unsur Sunda, inkonsistensi, maupunkendala unsur bahasa Sunda yang masuk KBBI IV tersebut.
Geliat Bahasa Selaras Zaman: Perubahan Bahasa- Bahasa di Indonesia Pasca-Orde Baru Aef Saefullah
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 12, No 1 (2014): METALINGUA, EDISI JUNI 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.964 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v12i1.46

Abstract

Bahasa menurut para pakar linguistikbersifat dinamis dan konvensional (Chaer,2004:11). Suatu bahasa dapat berubah dan/ataudimodifikasi berdasarkan kesepakatan(konvensi) para pengguna bahasa tersebut.Kedinamisan bahasa memungkinkan denganbesar peluang untuk selalu memilikipembaharuan atau perubahan pada masa-masatertentu. Dinamika tersebut terjadi salahsatunya akibat pelbagai perubahan sosial danpolitik. Oleh karena itu, perubahan-perubahanyang terjadi dapat dianggap sebuah kemajuandan perkembangan atau bahkan masalah yangharus dipecahkan dan dicarikan solusinya
REGISTER PEDAGANG BUAH: STUDI PEMAKAIAN BAHASA KELOMPOK PROFESI DI KOTA PADANG Imron Hadi
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 15, No 1 (2017): METALINGUA EDISI JUNI 2017
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.422 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v15i1.152

Abstract

Register is a language style based on its usage, as the fruit seller has certain type andfunction of register that is different from other seller groups. Therefore, this articleaims at finding out and describing the types and functions of fruit seller’s register asa group work in Padang City. This study used distributional method by determiningthe language object to study and to analyze descriptively to portrait the occurringsituation. Data were collected using recording and interviewing techniques. Theresults showed that they used three types of registers, namely consultative, intimate,and deliberative. The registers had functions as informative, personal, interactive,and instrumental. From the analysis it could be concluded that the fruit sellers usedcertain types and functions of registers based on the kind of fruit they sold. AbstrakRegister merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya, seperti pedagangbuah memiliki jenis dan fungsi register tertentu yang membeda dengan pedaganglain. Oleh karena itu, tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskanjenis dan fungsi register yang digunakan oleh pedagang buah sebagai kelompokprofesi di Kota Padang. Kajian ini menggunakan metode agihmenentukan objekbahasa yang diteliti dan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan situasiyang terjadi. Data diperoleh melalui teknik rekam dan wawancara. Hasil analisismenunjukkan bahwa terdapat tiga jenis reister yang digunakan, yaitu, consultative,intimate, dan deliberative. Kemudian, fungsi register yang digunakan meliputi fungsiinformatif, personal atau kedekatan pribadi, interaktif, dan instrumental. Dari hasilanalisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pedagang buah menggunakan jenis danfungsi register tertentu berdasarkan ragam atau jenis buah yang mereka jual.
Sikap Berbahasa para Remaja Berbahasa Sunda di Kabupaten Bandung: Suatu Kajian Sosiolinguistik NFN Wagiati; Sugeng Riyanto; NFN Wahya
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 15, No 2 (2017): METALINGUA EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.794 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v15i2.62

Abstract

This writing describes the language attitude of the Sundanese-speaking teenagers inBandung regency using qualitative method. It analyzes the use of Sundanese languagein six domains of communication, namely the domain of kinship, neighborhood,close relations, education, transactions, and government. The language attitude inquestion is measured by the use of Sundanese: the more Sundanese is used in theconversation, the more positive the user’s language attitude. Based on the amount ofSundanese use in every aspect, the result showed that Sundanese-speaking teenagersin Bandung regency showed positive attitude toward Sundanese language on fourcommunication domains, namely kinship domain, closeness domain, neighborhooddomain, and transaction domain. As for the other two domains, namely educationand government, the Sundanese-speaking teenagers in Bandung regency display anegative attitude towards the Sundanese language. AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan sikap berbahasa para remaja berbahasa Sunda diKabupaten Bandung. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Analisisdibagi menjadi penggunaan bahasa Sunda pada enam ranah komunikasi, yaitu ranahkekeluargaan, ketetanggaan, kekariban, pendidikan, transaksi, dan pemerintahan.Untuk mengukur sikap bahasa yang dimaksud, dipakai ukuran penggunaan bahasaSunda: semakin banyak bahasa Sunda digunakan di dalam situasi percakapan, semakinpositif sikap si pemakai itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkanintensitas penggunaan bahasa Sunda pada setiap ranah, dapat disimpulkan bahwapara remaja berbahasa Sunda di Kabupaten Bandung menunjukkan sikap bahasayang positif terhadap bahasa Sunda pada empat ranah komunikasi, yaitu ranahkekeluargaan, ranah kekariban, ranah ketetanggaan, dan ranah transaksi. Adapunpada dua ranah lainnya, yaitu ranah pendidikan dan ranah pemerintahan, para remajaberbahasa Sunda di Kabupaten Bandung menampilkan sikap yang negatif terhadapbahasa Sunda.

Page 5 of 21 | Total Record : 205