Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman
Desa-Kota, adalah jurnal perencanaan wilayah, kota, dan permukiman, yang tujuan utamanya adalah untuk memperdalam pemahaman tentang kondisi perkotaan, perdesaan, dan kewilayahan, serta perubahan dan dinamika yang terjadi di area tersebut, baik dari perspektif empiris, teoretis, maupun kebijakan.
Articles
96 Documents
KESESUAIAN ELEMEN RANCANG KAWASAN PENDIDIKAN KOTA BARAT DALAM MENDUKUNG KOTA SURAKARTA SEBAGAI KOTA RAMAH ANAK
Muhammad Yudha Faizal;
Galing Yudana;
Paramita Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v1i1.12438.60-70
Tingginya daya tarik sekolah pada pusat perkotaan menjadikan jumlah anak – anak yang beraktivitas pada kawasan tersebut cukup tinggi. Konsep kawasan ramah anak pada kawasan pendidikan diperlukan untuk mengakomodasi pemenuhan hak anak pada setiap aktivitas anak – anak di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuain elemen rancang menggunakan indikator kawasan ramah anak. Penelitian mengambil studi kasus pada kawasan Kota Barat Surakarta sebagai kawasan dengan dominasi aktivitas pendidikan. Kawasan ini dipilih karena mampu menggambarkan aktivitas tertinggi anak – anak di Kota Surakarta, dimana Surakarta merupakan salah satu kota percontohan program Kota Layak Anak di Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis skoring dan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kesesuaian elemen rancang pada kawasan sebesar 54%. Elemen rancang kawasan Kota Barat yang sudah termasuk dalam kategori sesuai >50% adalah tata bangunan dan ruang terbuka, elemen rancang yang memiliki tingkat kesesuaian sebesar 50% adalah tata guna lahan, sirkulasi, kualitas lingkungan, dan signage, sedangkan yang tergolong tidak sesuai adalah pedestrian. Ditinjau dari aspek kawasan ramah anak, aspek keamanan menjadi aspek yang paling tidak terpenuhi. Berdasarkan analisis lebih lanjut, ditemukan bahwa kawasan kota barat belum menjadi kawasan khusus yang diatur untuk mengakomodasi aktivitas pendidikan anak – anak.
PENGARUH STABILISASI PKL SHELTER MANAHAN TERHADAP KINERJA JALAN MENTERI SUPENO SURAKARTA
Faisal Indra Permana;
Galing Yudana;
Paramita Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v1i1.11340.1-13
Stabilisasi merupakan salah satu program penataan PKL pemerintah kota Surakarta yang berfungsi untuk memberi legalitas pada PKL di suatu kawasan dengan memfasilitasi tempat dagang permanen dan sejumlah fasilitas penunjang salah satunya seperti parkir on street. Adanya program stabilisasi berpotensi menimbukan permasalahan baru seperti dampak berupa beban transportasi di jalan sekitarnya. Salah satu PKL stabilisasi di kota Surakarta tersebut adalah PKL shelter Manahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stabilisasi PKL shelter Manahan terhadap kinerja jalan Menteri Supeno. Tahap pertama penelitian yaitu mengidentifikasi aktivitas PKL shelter yang memicu pergerakan yang mempengaruhi besar volume kendaraan jalan Menteri Supeno. Tahap kedua yaitu menganalisis volume kendaraan jalan Menteri Supeno. Tahap ketiga mengidentifikasi kondisi parkir on street yang mempengaruhi kapasitas jalan Menteri Supeno. Tahap selanjutnya, menganalisis kapasitas jalan Menteri Supeno. Kemudian menganalisis kinerja jalan Menteri Supeno yang dilanjut dengan mengidentifikasi pengaruh PKL stabilisasi Manahan terhadap kinerja jalan Menteri Supeno. Hasil akhir penelitian ini adalah teridentifikasinya pengaruh yang dimulai dari aktivitas PKL shelter membangkitkan pergerakan menyebabkan peningkatan volume kendaraan, disisi lain keberadaan parkir on street PKL shelter mengalami kekurangan daya tampung yang secara signifikan menurunkan kapasitas jalan menyebabkan kemampuan jalan Menteri Supeno dalam menampung beban lalulintas berkurang, semua hal tersebut berkolaborasi dalam menurunkan nilai kinerja jalan sehingga jalan Menteri Supeno mengalami penurunan kualitas. Pada akhirnya diperoleh hasil bahwa keberadaan stabilisasi PKL shelter Manahan mempengaruhi kinerja jalan Menteri Supeno.
KESIAPAN FUNGSI JALAN PERINTINS KEMERDEKAAN, PANDANARAN, NANGKA GUMULAN SETELAH ADANYA KANTOR PEMERINTAHAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI
Citra ayu Permatasari;
Soedwiwahjono Soedwiwahjono;
Kuswanto Nurhadi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v1i2.14612.153-166
Transportasi merupakan kebutuhan dasar manusia dalam melakukan aksesibilitas dan mobilitas. Untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut, dibutuhkan jalan sebagai fungsi utama dari sistem transportasi. Fenomena transportasi di Kabupaten Boyolali adalah Pemindahan Kantor Pemerintahan Terpadu Kabupaten Boyolali yang terletak di antara ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Pandanaran dan Jalan Nangka Gumulan. Isu pemindahan Kantor Pemerintahan nantinya akan berdampak pada meningkatnya arus lalu lintas. Oleh karena itu kesiapan fungsi jalan dapat diukur dari sistem jaringan jalan yang digunakan dalam melayani kebutuhan di kantor pemerintahan terpadu Kabupaten Boyolali. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Pandanaran dan Nangka Gumulan setelah adanya Kantor Pemerintahan terpadu Kabupaten Boyolali dengan beberapa variabel penelitian diantaranya, (1) ketuntasan dalam pengembangan jaringan jalan, (2) tingkat pelayanan jalan, (3) ketersediaan moda transportasi, (4) ketersediaan lahan parkir, (5) fungsi sarana dan prasarana jalan, (6) tingkat fungsi lembaga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan analisis skoring. Analisis skoring dilakukan pada masing-masing variabel penelitian. Hasil akhir yang diperoleh, bahwa ke tiga ruas jalan siap mendukung keberadaan Kantor Pemerintahan Terpadu Kabupaten Boyolali. Namun terdapat beberapa variabel penelitian yang masih memerlukan peningkatkan guna pengoptimalan fungsi jalan pada masing-masing ruas jalan. Salah satunya adanya rekayasa lalu lintas untuk mengoptimalkan fungsi jalan pada ruas Jalan Kantor Pemerintahan Terpadu Kabupaten Boyolali.Kata kunci: Kesiapan, Sistem Jaringan Jalan, Sistem Kegiatan
KESESUAIAN SISTEM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURAKARTA TERHADAP KONSEP TRANSPORTATION FOR LIVABLE CITY
Dini Nurdiani;
Winny Astuti;
Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v1i1.11898.71-83
Kota Surakarta meraih peringkat ke-2 Kota Layak Huni di Indonesia dengan nilai rata-rata 69,38% dari nilai rata-rata nasional berdasarkan survey Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) pada tahun 2014 melalui Most Index Livable City. Salah satu aspek yang dinilai adalah aspek transportasi. Kota Surakarta memiliki letak strategis yang menghubungakan kota-kota besar di Pulau Jawa sehingga kondisi tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Surakarta yang berdampak pada sistem dan pola transportasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui kesesuaian sistem transportasi umum di Kota Surakarta terhadap konsep Transportation for Livable City. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis skoring skala Guttman. Analisis skoring dilakukan pada tiap parameter. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa sistem transportasi di Kota Surakarta termasuk ke dalam kategori mendekati tidak sesuai. Hal ini diketahui dari adanya beberapa variabel yang tidak sesuai dengan kriteria konsep transportation for livable city, yaitu jalur sepeda, jalur pedestrian, titik transit, dan jalur angkutan umum. Hasil akhir yang diperoleh menyatakan bahwa varibel-variabel tersebut mengalami penurunan kualitas yang menyebabkan variabel tersebut tidak sesuai dengan konsep transportation for livable city.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP RUSUNAWA BRUJUL
Suci Kusumaningsih;
Winny Astuti;
Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v1i1.13684.14-23
Pembangunan daerah saat ini sedang dilakukan oleh pemerintah daerah di Indonesia. Salah satu dampak dari pembangunan daerah adalah timbulnya urbanisasi. Urbanisasi tidak selamanya membawa dampak baik. Salah satu dampak buruk dari urbanisasi adalah munculnya rumah tidak layak huni. Salah satu program yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar adalah dengan membangun rumah susun sederhana sewa sebagai alternatif hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Rusunawa yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar adalah Rusunawa Brujul yang terletak di Kecamatan Jaten. Akan tetapi dalam realisasinya, Rusunawa Brujul tidak diminati oleh masyarakat. Dari 192 unit yang disediakan, terdapat 90 unit yang tidak berpenghuni. Beberapa faktor yang menyebabkan kurang diminatinya rusun adalah tingkat kenyamanan yang rendah, kualitas bangunan yang hampir sama dengan rumah kumuh serta harga yang sulit dijangkau. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi rendahnya preferensi masyarakat terhadap Rusunawa Brujul. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis faktor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor dominan yang mempengaruhi rendahnya preferensi masyarakat terhadap Rusunawa Brujul. Ketiga faktor tersebut adalah (1) faktor keadaan rusun (71,89%), (2) faktor keterjangkauan terhadap fasilitas (5,49%), dan (3) faktor sosial ekonomi (4,78%). Berdasarkan penelitian ini disarankan agar Pemerintah Kabupaten Karanganyar lebih berperan aktif dalam pemeliharaan kualitas dari rusun supaya minat masyarakat terhadap Rusunawa Brujul meningkat.
KESIAPAN KAWASAN COMMERCIAL STRIP SURAKARTA UTARA BAGIAN BARAT SEBAGAI PUSAT AKTIVITAS BARU
Muhammad Rizal Pamungkas;
Soedwiwahjono Soedwiwahjono;
Nur Miladan
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v1i2.14756.167-176
Berdasarkan RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031, kawasan Surakarta utara adalah kawasan strategis dari segi pertumbuhan ekonomi. Koridor komersial (commercial strip) di Surakarta utara bagian barat direncanakan melalui koridor jalan Adi Sumarmo, Mangunsarkoro dan Pierre Tendean. Pengembangan pada kawasan utara diperlukan untuk mengurangi beban aktivitas yang saat ini menjadi pusat aktivitas. Namun, pengembangan pada kawasan utara masih perlu perbaikan pada aspek fisik dan non-fisik seperti perbaikan infrastruktur penunjang dan tingkat investasi. Dengan begitu, perlu mengetahui bagaimana kesiapan kawasan commercial strip Surakarta utara bagian barat dari aspek fisik dan non fisik. Pendekatan penelitian ini adalah deduktif. Metode pengumpumlan data menggunakan teknik purposive sampling, observasi, dan kuesioner pada data primer sedangkan studi literatur pada data sekunder. Teknik analisis mennggunakan teknik statistik deskriptif, dan overlay peta tematik. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesiapan pengembangan kawasan commercial strip di Surakarta utara bagian barat berada pada kategori cukup siap. Cukup siap berarti kawasan Surakarta utara bagian barat layak dikembangkan sebagai pusat aktivitas baru namun perlu dilakukan perbaikan pada beberapa aspek. Perlu perencanaan yang komprehensiff baik aspek yang sudah memenuhi kriteria maupun yang belum memenuhi kriteria kesiapan agar seluruh komponen kesiapan berada pada tingkat kesiapan yang memadai. Maka dari itu, perencanaan yang perlu dilakukan yaitu mengembangkan kawasan commercial strip dengan konsep strip-center development pada area di sekitar jaringan jalan agar pemanfaatan lahan menjadi lebih efisien dan mengurangi beban perjalanan
Kajian Karakteristik Koridor Jalan Slamet Riyadi Sebagai Ruang Interaksi Sosial Kota Surakarta Berdasarkan Teori Good City Form
Silka Azzahra Shafa Aulia;
Galing Yudana;
Istijabatul Aliyah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.32648.14-30
Koridor adalah lahan memanjang yang membelah kota/kawasan atau sebuah lorong membentuk fasade bangunan berderet dengan lantai atau ruang kota bergerak dari ruang satu ke ruang lainnya (Wiharnanto dalam (Sumartono, 2003)). Koridor berfungsi sebagai jalan sekaligus wadah berinteraksi (Kurokawa, 1997). Koridor Jalan Slamet Riyadi yang berada di pusat Kota Surakarta terjadi perkembangan aktivitas perkotaan juga berfungsi sebagai ruang interaksi sosial. Adanya keselarasan antara aktivitas masyarakat dengan ruang yang mewadahinya menimbulkan suatu karakteristik yang dapat diamati berdasarkan Teori Good City Form (Lynch, 1981). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Koridor Jalan Slamet Riyadi sebagai ruang interaksi sosial Kota Surakarta berdasarkan Teori Good City Form. Menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk mengeksplorasi isu dengan pendeskripsian secara detail sehingga didapatkan gambaran mendalam tentang karakteristik koridor jalan berdasarkan Teori Good City Form di lokasi terkait. Pendekatan penelitian dilakukan secara deduktif dengan peneliti akan melakukan penelitian berangkat dari teori mengenai koridor, aktivitas di ruang publik, dan Good City Form Theory untuk terjun ke lapangan melakukan pencarian data yang dibutuhkan. Koridor Jalan Slamet Riyadi memenuhi kriteria bentuk yang baik sebagai ruang interaksi Kota Surakarta berdasarkan Teori Good City Form, juga memiliki karakteristik fisik (physical characteristic) dan karakteristik spasial (spatial characteristic) yang berbeda dari jalan perkotaan lainnya. Karakteristik fisik berupa jalan besar yang membelah pusat Kota Surakarta dengan pembagian jalur lalu lintas yang beragam mulai dari jalur lambat untuk becak dan sepeda, jalur kendaraan bermotor berdampingan dengan rel kereta api aktif, dan citywalk sebagai jalur pejalan kaki dengan dilengkapi deretan bangunan untuk perdagangan dan jasa serta pepohonan rindang. Sedangkan karakteristik spasial berupa jalan perkotaan yang memiliki nilai sejarah diantaranya sebagai pembatas daerah kekuasaan antara Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran serta memiliki peranan sangat penting bagi Kota Surakarta selain sebagai penghubung menuju pusat Kota Surakarta, juga menjadi wadah penyelenggaraan beragam aktivitas bagi masyarakat juga event tahunan Kota Surakarta.Kata kunci: Karakteristik; Koridor Jalan Slamet Riyadi; Ruang Interaksi Sosial; Teori Good City Form
Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Penggunaan Lahan terhadap Kualitas Air
Muhammad Arwanda Agam Noeraga;
Galing Yudana;
Paramita Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.17058.70-85
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Jawa Barat dengan arahan prioritas pada bidang lingkungan hidup berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2029. Selain itu, Jatinangor juga memiliki arahan prioritas pada bidang lingkungan dan sosial berdasarkan RTRW Kabupaten Sumedang tahun 2011-2031. Jatinangor mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan guna lahan terbangun yang pesat, serta permasalahan lingkungan terkait air bersih yakni penurunan muka sumber air tanah, pencemaran air tanah, dan penurunan debit sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pembahasan pada penelitian ini terkait dampak pertumbuhan penduduk dan perubahan guna lahan terhadap kualitas air bersih rumah tangga di Jatinangor. Komponen yang dibahas dalam penelitian ini meliputi laju pertumbuhan penduduk; kepadatan penduduk; peningkatan lahan terbangun; intensitas pemanfaatan lahan; kebijakan tata guna lahan; perkembangan kondisi air bersih; pengelolaan pemenuhan air bersih; dan kualitas air bersih rumah tangga berdasarkan persepsi masyarakat. Penelitian ini menggunakan data primer berupa observasi lapangan dan kuesioner; serta data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, skoring, dan spatial overlay. Jatinangor mengalami peningkatan kepadatan penduduk dan perubahan guna lahan terbangun yang tinggi dari guna lahan non terbangun seperti kebun/ladang/sawah menjadi guna lahan terbangun seperti permukiman, industri tekstil, dan sarana/prasarana selama dua tahun terakhir (2014-2016). Sementara itu, Jatinangor juga mengalami permasalahan penurunan muka air tanah, pencemaran air tanah, dan penurunan debit sumber air PDAM. Dari penilaian persepsi masyarakat Jatinangor terhadap kualitas air bersih rumah tangga dapat diketahui bahwa kualitas air bersih rumah tangga menurun dan kurang memadai untuk kebutuhan sehari-hari.
Overview: Faktor Pendorong Terjadinya Keterkaitan Kota-desa dari Segi Pergerakan Orang antara Kota Mojokerto dengan Wilayah Peri-urban di Kabupaten Mojokerto
Belinda Ulfa Aulia
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.39267.58-69
Kota Mojokerto sebagai wilayah perkotaan yang memiliki kelengkapan fasilitas pelayanan serta Kabupaten Mojokerto yang memiliki potensi dalam bidang pertanian dan perindustrian. Masyarakat melakukan pergerakan hingga keluar dari wilayah tempat tinggalnya, yaitu pergerakan dari desa ke kota maupun sebaliknya untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan beberapa masalah mulai bermunculan. Salah satunya terjadi kepadatan volume kendaraan pada beberapa ruas jalan. Pada penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifkasi faktor-faktor pendorong terjadinya keterkaitan kota-desa antara Kota Mojokerto dengan wilayah peri urban di Kabupaten Mojokerto. Faktor-faktor tersebut dapat digunakan dalam perumusan arahan dalam program pembangunan terkait pola pergerakan penduduk dari desa ke kota dan dari kota ke desa yang terjadi secara masif maupun tidak masif. Pada penelitian ini menggunakan analisis klaster JMP untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya keterkaitan kota-desa antara Kota Mojokerto dengan wilayah peri urban di Kabupaten Mojokerto. Dari analisis tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong keterkaitan kota-desa dalam konteks pergerakan orang. Faktor yang mendorong pergerakan orang dari desa ke kota adalah keinginan masyarakat untuk mencari hiburan/rekreasi; ketersediaan fasilitas perbelanjaan atau rekreasi; kualitas pelayanan sarana; adanya peluang usaha; biaya hidup yang rendah; dan kemudahan menjangkau sarana. Sedangkan untuk faktor yang mendorong terjadinya pergerakan manusia dari kota ke desa adalah kualitas pelayanan sarana; biaya hidup yang rendah; keinginan masyarakat utnuk mencari hiburan; ketersediaan fasilitas perbelajaan atau rekreasi; adanya relasi/hubungan sosial; adanya peluang usaha; dan kemudahan menjangkau sarana. Faktor-faktor tersebut secara general termasuk dalam hubungan sosial ekonomi.
Perubahan Sentra Industri Kerajinan Batik Laweyan dalam Mendukung Kota Surakarta sebagai Kota Kreatif Desain
Ellyas Arini Wanda Rachmanto;
Winny Astuti;
Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.31280.86-99
Kota Surakarta ditetapkan menjadi kota kreatif desain pada tahun 2013 oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan dibentuknya SCCN (Solo Creative City Network) untuk di ajukan ke UNESCO sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia. Kota kreatif desain memfokuskan pada kegiatan industri kerajinan yang mengunakan desain untuk menciptakan sebuah karya. Kota kreatif desain memiliki komponen dasar yaitu ekonomi, lingkungan, dan komunitas kreatif. Di Kota Surakarta terdapat 21 industri kreatif yang terbagi menjadi industri kreatif kuliner, seni pertunjukan, dan kerajinan. Industri kerajinan batik Laweyan merupakan industri kerajinan batik tertua di Kota Surakarta dan masih aktif hingga sekarang, sudah banyak mengalami pasang surut, serta tidak dapat dilepaskan pada perkembangan Kota Surakarta. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat perubahan dari sentra industri kerajinan batik di Kampung Batik Laweyan yang mendukung Kota Surakarta sebagai kota kreatif desain. Penelitian ini menggunakan analisis perubahan yaitu analisis Signed Rank Wilcoxon, dimana data yang dimasukan pada anlisis ini adalah data dari hasil rekap kuisioner yang pada definisi operasional dan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis Signed Rank Wilcoxon dapat melihat perubahan serta nilai perubahan pada setiap komponen sentra industri kerajinan batik, sehingga dari analisis Wilcoxon ini dapat terlihat signifikansi perubahan. Selain itu penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif naratif untuk memberikan informasi lebih detail tentang perubahan yang terjadi di Kampung Batik Laweyan sesuai dengan komponen sentra industri kerajinan yang dapat mendukung Kota Surakarta sebagai kota kreatif desain. Perubahan yang terjadi pada komponen sentra industri kerajinan ini akan mendukung kota kreatif desain, apabila perubahan mengarah ke positif maka akan mendukung kota kreatif desain dan sebaliknya. Terdapat 2 komponen di sentra industri kerajinan Kampung Batik Laweyan yang tidak mengalami perubahan dan tidak dapat mendukung kota kreatif desain yaitu sarana edukasi dan perluasan pangsa pasar. Sehingga dapat direkomendasikan untuk pengembangan kawasan Kampung Batik Laweyan dengan pada sarana prasarana dan perluasan pangsa pasar.