Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman
Desa-Kota, adalah jurnal perencanaan wilayah, kota, dan permukiman, yang tujuan utamanya adalah untuk memperdalam pemahaman tentang kondisi perkotaan, perdesaan, dan kewilayahan, serta perubahan dan dinamika yang terjadi di area tersebut, baik dari perspektif empiris, teoretis, maupun kebijakan.
Articles
96 Documents
Tingkat Kesiapan Kota Surakarta sebagai Kota Nyaman Bersepeda
Tities Amrihtasari Suryono;
Paramita Rahayu;
Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.32260.100-116
Kota Surakarta merupakan kota menengah yang terus berkembang dengan total kendaraan bermotor sebanyak 85% dari total jumlah penduduk. Pemerintah Kota Surakarta saat ini mengalami kemacetan di banyak titik. Salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan adalah dengan ditetapkannya Kota Surakarta sebagai kota nyaman bersepeda. Dalam kota nyaman bersepeda dibutuhkan integrasi antar aspek yaitu kebijakan dan kelembagaan, luas wilayah, jumlah penduduk kota, bentuk kota, infrastuktur yang dibagi menjadi jalur dan pakir sepeda, perbandingan pemilihan moda transportasi, dan sosial kebudayaan bersepeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesiapan Kota Surakarta sebagai kota nyaman bersepeda dan juga mengetahui tingkat kepentingan dari variabel kota nyaman bersepeda di Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan dua tahap analisis (1) analisis deskriptif untuk mengetahui kesiapan Kota Surakarta sebagai kota nyaman bersepeda yang dinilai pada setiap variabelnya (2) teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk memutuskan variabel mana yang mempunyai tingkat kepentingan tertinggi ke terendah terhadap kesiapan kota nyaman bersepeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang siap dalam konteks kota nyaman bersepeda adalah jumlah penduduk dan luas wilayah. Urutan prioritas variabel kota nyaman bersepeda di Kota Surakarta menurut para pelaku utama adalah jaringan/ jalur sepeda, kebijakan dan kelembagaan, perbandingan pemilihan moda, sosial kebudayaan bersepeda, parkir sepeda, bentuk kota, jumlah penduduk, dan urutan terakhir adalah luas wilayah.
Kesiapan Aksesibilitas Jalur Pedestrian Kawasan Transit Terminal Tirtonadi, Kota Surakarta Berdasarkan Konsep Transit Oriented Development (TOD)
Andindita Aulia Dewi;
Soedwiwahjono Soedwiwahjono;
Kuswanto Nurhadi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.31548.31-44
Transit Oriented Development (TOD) merupakan konsep ruang kota yang berorientasi pada pejalan kaki dan pengguna transportasi publik. Salah satu klasifikasi area TOD ialah kawasan transit, kawasan dengan stasiun transit dan penggunaan lahan yang mendorong aktivitas transit. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang menerapkan konsep TOD dalam pengembangan kawasan. Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI menetapkan Terminal Tirtonadi sebagai kawasan transit dengan konsep TOD. Konsep TOD menekankan pentingnya berjalan kaki yang ditunjang dengan adanya jalur pedestrian. Jalur pedestrian berguna untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan transit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit Kota Surakarta berdasarkan Konsep TOD. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menjabarkan variabel menjadi indikator-indikator terukur. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis skoring dan deskriptif. Data dalam penelitian diperoleh melalui observasi. Hasil perhitungan skoring menunjukan bahwa tingkat kesiapan tiap variabel berbeda-beda dan menunjukan bahwa aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit Terminal Tirtonadi berdasarkan konsep TOD tergolong belum siap, dengan tiga kriteria kesiapan tergolong tidak siap, tiga kriteria lainnya tergolong belum siap dan dua kriteria tergolong siap. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan tersebut berasal dari aspek stakeholder dan rencana.
Integrasi Kawasan Industri Millennium Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang dengan Wilayah Sekitar Menuju Kota Industri
Kokoh Widyastoro;
Paramita Rahayu;
Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.31744.1-13
The Government of Tangerang Regency has a plan to develop an industrial city in Tangerang Regency. An industrial city is an integrated city that combines industrial estates, residential areas, and commercial areas with a high concentration of population activities. The development of industrial city has several elements that need to be integrated including the separation of industrial land use, land-use connectivity, accessibility, infrastructure and settlements in the surrounding industrial estate. The Millennium industrial estate is the largest industrial estate which develops in central area of Tangerang Regency. The purpose of this study is to what extent the Millennium industrial Estate is integrated with surrounding areas towards fulfilling the concept of industrial city. This research uses quantitative methods using descriptive analysis with Guttman Scale. The analyzes are performed on each sub-variable supported by space syntax analysis, GIS and VCR analysis to confirm the value into Guttman Scale. The results of the analysis showed that the Millennium industrial estate has been integrated in terms of land use planning, accessibility, availability of public green space, and industrial infrastructures. While the elements of availability of industrial separation zones, connectivity and location of settlements are still not integrated Based on the theory, issues and analysis, the results obtained that the integration of the Millennium industrial Estate with the surrounding areas has fulfilled 50% of requirements to develop an integrated industrial city.
Kesiapan Sosial Kampung Cibunut sebagai Kampung Kreatif Berwawasan Lingkungan
Shifa Nurul Indah Pertiwi;
Winny Astuti;
Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.32514.45-57
Kota Bandung terpilih menjadi salah satu kota kreatif dari UNESCO. Kampung kreatif adalah salah satu bagian dari penerapan kota kreatif. Kampung Cibunut diresmikan menjadi kampung kreatif yang berwawasan lingkungan pada tahun 2017. Kampung Cibunut membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk diresmikan sebagai kampung kreatif berwawasan lingkungan. Sedangkan, di sisi lain, beberapa kampung yang menerapkan konsep berwawasan lingkungan membutuhkan waktu minimal 5 tahun untuk diresmikan atau mendapatkan penghargaan yang berkaitan dengan berwawasan lingkungan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat kesiapan sosial dari Kampung Cibunut sebagai kampung kreatif berwawasan lingkungan. Penelitian ini menggunakan analisis skoring. Tingkat kesiapan dibagi menjadi 3, yakni tidak siap, cukup siap, dan siap. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial Kampung Cibunut tergolong cukup siap dalam menjadi kampung kreatif berwawasan lingkungan. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa tingat kemampuan masyarakat dalam hal berwawasan lingkungan tergolong tinggi, selain itu kelembagaan di Kampung Cibunut juga cukup baik dalam mendukung kampung kreatif berwawasan lingkungan.
PENGARUH AKTIVITAS PASAR TERHADAP KARAKTER LALU LINTAS: STUDI KASUS AREA PASAR GEDE SURAKARTA
Muhammad Birawan Aulia Abshar;
Soedwiwahjono Soedwiwahjono;
Kuswanto Nurhadi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.37984.175-185
Aktivitas pasar mempengaruhi kondisi lalu lintas di sekitarnya. Karakteristik lalu lintas pada ruas jalan dan lingkungan yang pada kasus penelitian ini adalah interaksi pengendara dari pelaku aktivitas Pasar Gede yang kemudian mempengaruhi kondisi lalu lintas. Suatu karakteristik lalu lintas dipengaruhi oleh aktivitas yang ada pada ruas jalan dan lingkungan tersebut. Dengan letak pasar yang berada di pusat kota, Pasar Gede menjadi pusat kegiatan bagi pelaku aktivitas yang memunculkan sirkulasi kendaraan antara pengunjung pasar dengan pengguna jalan. Adanya sebuah aktivitas pasar pada ruas jalan tentunya memiliki dampak terhadap karakteristik lalu lintas di sekitarnya. Aktivitas Pasar Gede diidentifikasi berdasarkan variabel yang telah dijadikan indikator yaitu pelaku aktivitas (orang) yang bersirkulasi masuk pasar serta hambatan samping. Sementara, karakteristik lalu lintas pada kawasan Pasar Gede diidentifikasi berdasarkan variabel yang telah dijadikan indikator yaitu kapasitas dan volume lalu lintas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis regresi linier, kapasitas, derajat kejenuhan, dan deskriptif berdasarkan skoring. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi. Hasil analisis regresi menunjukkan pengaruh terbesar antara volume pengunjung pasar dengan volume lalu lintas pada kawasan Pasar Gede berada pada Jl. Urip Sumoharjo. Sementara hasil skoring menunjukan bahwa pengaruh aktivitas Pasar Gede berdampak pada karakteristik lalu lintas sekitarnya yang menjadi fluktuatif seperti: arus lalu lintas stabil dengan derajat kejenuhan sebesar 0,55 di Jl. Kapten Mulyadi, arus lalu lintas mendekati tidak stabil dengan derajat kejenuhan jalan sebesar 0,73 di Jl. Utara Pasar, arus lalu lintas berhenti, dan macet (mencapai titik jenuh jalan) dengan derajat kejenuhan 1,09 di Jl. RE Martadinata.
KESIAPAN KOTA MADIUN TERHADAP PENERAPAN KONSEP KOTA KREATIF GASTRONOMI
Devy Herawati;
Winny Astuti;
Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.12940.143-157
Kota Madiun yang sering dikenal dengan kota pecel, merupakan kota yang memiliki potensi besar di bidang kuliner. Industri kuliner merupakah salah satu aktivitas ekonomi utama masyarakat di Kota Madiun. Potensi tersebut mendorong Pemerintah Kota Madiun untuk menerapkan konsep kota kreatif gastronomi di Kota Madiun. Hal tersebut juga didorong oleh peran Kota Madiun sesuai yang telah direncanakan oleh Pemerintah Jawa Timur sebagai hinterland atau pusat aktivitas ekonomi untuk daerah sekitarnya. Namun dalam persiapannya masih ada kendala yang dihadapi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kesiapan Kota Madiun terhadap penerapan konsep kota kreatif gastronomi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis skoring skala Likert. Analisis skoring dilakukan pada masing-masing parameter. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kota Madiun termasuk dalam kategori cukup siap untuk diterapkan konsep kota kreatif gastronomi. Hal ini diketahui dari adanya beberapa variabel yang termasuk dalam kategori siap, yaitu industri kreatif dan komunitas kreatif. Hasil akhir penelitian yang didapatkan menyatakan bahwa ketidaksiapan variabel-variabel tersebut disebabkan oleh kurangnya dukungan pemerintah dan pelaku industri untuk menciptakan lingkungan kota yang mampu mengembangkan ide-ide penduduk Kota Madiun dalam penerapan konsep kota kreatif gastronomi.
PEMILIHAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA: STUDI KASUS RUSUNAWA PUTRI CEMPO, SURAKARTA
Nona Amaliya Rahma;
Ana Hardiana;
Paramita Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.34404.158-174
Kota Surakarta memiliki luas wilayah sebesar 44,04 km2 dengan kepadatan penduduk lebih dari 11.340,84 jiwa/km2. Sebagian besar permasalahan yang dihadapi Kota Surakarta adalah pertumbuhan penduduk yang cenderung mengalami peningkatan yang tidak sebanding dengan penyediaan tempat tinggal (backlog). Hal ini dipicu adanya permukiman kumuh yang perlu difasilitasi rumah layak huni. Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan tersebut adalah penyediaan rumah susun sederhana sewa sebagai alternatif penyediaan rumah layak huni bagi MBR. Pemerintah Kota Surakarta telah membangun rusunawa di Kelurahan Mojosongo yaitu Rusunawa Putri Cempo. Namun dalam pembangunannya bukan tanpa masalah. Pada faktanya lokasi Rusunawa Putri Cempo kurang strategis karena dekat dengan aktivitas tempat pembuangan akhir (TPA), dekat perternakkan babi dan lokasi yang cenderung terpencil. Sehingga dengan adanya hal ini mengindikasi bahwa pemilihan lokasi Rusunawa Putri Cempo belum sesuai dengan teori atau regulasi yang sudah ditetapkan. Dalam pemilihan lokasi rusunawa terdapat beberapa faktor yaitu kesesuaian dengan rencana tata ruang, aksesbilitas, ketersediaan sarana, ketersediaan prasarana, harga lahan, kerawanan bencana, kondisi lingkungan dan kondisi demografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Rusunawa Putri Cempo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan dua tahap analisis (1) analisis deskriptif untuk mengetahui identifikasi faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Rusunawa Putri Cempo, (2) teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk mengetahui tingkat prioritas faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi Rusunawa Putri Cempo. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) prioritas faktor utama dalam pemilihan lokasi Rusunawa Putri Cempo menurut stakeholders yaitu kesesuaian dengan rencana tata ruang, kerawanan bencana, harga lahan dan aksesibilitas. Selain itu terdapat 4 (empat) faktor yang tidak mempunyai pengaruh besar yang juga sebagai acuan dalam pemilihan lokasi rusunawa yaitu ketersediaan sarana, ketersediaan prasarana, kondisi demografi dan kondisi lingkungan.
POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) PADA LINTASAN BRT TRANS JATENG KORIDOR UNGARAN-BAWEN
Denny Apriliyani;
Fadjar Hari Mardiansjah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.40015.217-231
Meningkatnya jumlah penduduk di Kota Semarang mengakibatkan perkembangan kota meluas ke wilayah pinggiran yang salah satunya mengarah ke selatan yaitu Koridor Ungaran-Bawen, Kabupaten Semarang. Hal tersebut mengakibatkan ketergantungan yang tinggi terhadap pusat kota (Kota Semarang) yang dapat dilihat dari tingginya pergerakan penduduk pinggiran ke pusat kota. Pergerakan penduduk wilayah pinggiran Koridor Ungaran-Bawen menuju pusat Kota Semarang diwadahi melalui sistem transportasi publik berupa Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng Koridor I (Stasiun Tawang-Terminal Bawen) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pemberhentian BRT Trans Jateng Koridor I di Koridor Ungaran-Bawen terdiri dari 28 pemberhentian halte bus dan 1 terminal bus yang dapat diklasifikasikan menjadi 9 kawasan transit yang berada pada 4 kecamatan yaitu Kecamatan Ungaran Barat, Kecamatan Ungaran Timur, Kecamatan Bergas, dan Kecamatan Bawen yang masih didominasi dengan lahan non terbangun. Lahan non terbangun tersebut dapat dimanfaatkan dengan menerapkan konsep Transit Oriented Development dengan keragaman penggunaan lahan di sekitar titik pemberhentian yang terintegrasi dengan sistem transportasi kota. Maka, perlu dilakukan penilaian besaran potensi yang dimiliki kawasan transit BRT Trans Jateng Koridor Ungaran-Bawen sebagai kawasan TOD sebelum menerapkannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis interpretasi citra dan analisis kebutuhan ruang. Beberapa kawasan transit yang memiliki potensi lebih sebagai kawasan TOD yaitu kawasan transit 1, 3, 4, 5, 6, dan 8, yang mana kawasan transit tersebut memiliki luas ketersediaan lahan kosong yang dapat dimanfaatkan di atas 100.000 m2 yang dapat menyerap/mewadahi penduduk lebih banyak. Strategi pengembangan yang digunakan pada kawasan transit yang memiliki potensi lebih sebagai kawasan TOD yaitu infill site serta kombinasi antara infill site dan new growth area, karena lahan yang akan dikembangkan yaitu lahan kosong. Ketersediaan lahan kosong tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan hunian dan sarana publik tambahan sebagai pengembangan kawasan TOD dengan 3 konsep penyediaan yang berbeda, yaitu terintegrasi, kelompok, dan berdiri sendiri.
KAMPUNG TEMATIK SEBAGAI ELEMEN PRIMER KEGIATAN WISATA PERKOTAAN DI SURAKARTA
Shilvia Dwi Cahyani;
Winny Astuti;
Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.31442.117-129
Urban tourism merupakan daya tarik wisata yang berlokasi di kota dan perkotaan sehingga menarik wisatawan dari daerah lain untuk berkunjung ke kota. Pada tahun 2018, Kota Surakarta mengembangkan sektor pariwisata dalam bentuk Urban Tourism. Urban Tourism diangkat dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Kampung di Kota Surakarta, sehingga menghasilkan kampung tematik sebagai atraksi baru dalam pariwisata di Kota Surakarta. Atraksi wisata di dalam konsep urban tourism disebut dengan elemen primer, sehingga kampung tematik berperan sebagai Elemen primer dari program kerja Urban Tourism di Kota Surakarta. Ada 6 Kampung Tematik di Kota Surakarta, yaitu Joho Kampoeng Hepi, Kampung Batik Laweyan, Kampung Blangkon Petrojayan, Kampung Sayur Mojosongo, Kampung Batik Kauman, dan Jayengan Kampoeng Permata. Kampung Tematik sebagai elemen primer urban tourism dijadikan sebagai salah satu pendorong untuk menaikkan jumlah kunjungan wisata ke Kota Surakarta, sehingga muncul pertanyaan penelitian bagaimana kesesuaian Kampung Tematik di Kota Surakarta sebagai elemen primer urban tourism. Dari pertanyaan tersebut menghasilkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kesesuaian Kampung Tematik di Kota Surakarta sebagai elemen primer dalam konsep Urban Tourism. Karakteristik yang akan dilihat berdasarkan atraksi wisata berupa kebudayaan, fasilitas pendukung wisata, perubahan sosial ekonomi masyarakat, dan aksesibilitas. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deduktif, dan melalui teknik analisis skoring. Hasil analisis menunjukkan bahwa besar persentase kesesuaian Kampung Tematik di Kota Surakarta sebagai elemen primer urban tourism adalah sebesar 33%. Rendahnya persentase kesesuaian dikarenakan beberapa Kampung Tematik belum dapat menyajikan keberagaman atraksi wisata dan fasilitas.
POTENSI DAN MASALAH DESA WISATA BATIK: STUDI KASUS DESA GIRILAYU, KABUPATEN KARANGANYAR
Nyta Rosidha Sari;
Paramita Rahayu;
Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.34437.77-91
Saat ini pengembangan desa wisata tengah gencar dilakukan di Indonesia. Salah satu desa di Kabupaten Karanganyar yang dicanangkan sebagai desa wisata yaitu Desa Girilayu. Desa Girilayu berada di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Pencanangan Desa Girilayu sebagai desa wisata dilakukan setelah penetapan desa tersebut sebagai Desa Vokasi pada tahun 2013 oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar. Penetapan sebagai desa wisata dilakukan karena mayoritas masyarakat Desa Girilayu memiliki keahlian membatik dan Desa Girilayu merupakan sentra batik tulis di Kabupaten Karanganyar. Meskipun Desa Girilayu telah memiliki beberapa potensi wisata, untuk menjadi sebuah desa wisata harus memenuhi beberapa komponen spesifik pengembangan desa wisata. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi dan masalah yang ada pada Desa Wisata Batik Girilayu berdasarkan komponen desa wisata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT EFAS-IFAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Wisata Batik Girilayu berada pada kuadran I diagram Kartesius, yang berarti secara keseluruhan memiliki potensi kekuatan dari dalam kawasan dan potensi peluang pengembangan dari luar kawasan. Komponen atraksi, fasilitas penunjang, akomodasi, transportasi dan aksesibilitas serta hospitality dinilai sebagai potensi kekuatan dari dalam kawasan dan memilki potensi peluang pengembangan. Untuk kesadaran masyarakat hasil studi ini menunjukkan bahwa komponen tersebut masih cenderunng lemah, tetapi tetap dapat dikatakan sudah berpotensi dalam hal pengembangan dari luar kawasan. Komponen ini cenderung lemah karena pengelola Desa Wisata Batik Girilayu belum terbentuk sehingga program pengembangan desa wisata belum terlaksana dan belum memiliki arah yang jelas.