cover
Contact Name
Nursyamsi
Contact Email
multilingualsulteng@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
multilingualsulteng@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota palu,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Multilingual
ISSN : 14124823     EISSN : 26206250     DOI : -
MULTILINGUAL aims at providing a media or forum for researchers, faculties, and graduate students to publish their research papers in the field of linguistic and literary studies. The scope of MULTILINGUAL includes linguistic, applied linguistic, interdisciplinary linguistic studies, theoretical literary studies, interdisciplinary literary studies, literature and identity politics, philology, and oral tradition. MULTILINGUAL is published by Balai Bahasa Sulawesi Tengah, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Arjuna Subject : -
Articles 135 Documents
LEKSIKOLOGI SASTRA DALAM MANTRA CARA MENANAM TEMBUNI NFR Casim Casim
Multilingual Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v18i2.119

Abstract

Lexicology has a very important role in the study of spells, especially in the study of meaning (style). This paper focuses on: 1) the vocabulary used in the spell how to Cara Menanam Tembuni and translation; 2) mantra studies how to Cara Menanam Tembuni by examining meaning in language style. This type of research is descriptive qualitative research methods of text analysis. The data obtained are examined using descriptive analysis approach. From the results of a study on how to plant the placenta spells found: 1) the vocabulary used in the spell of how to grow the afterbirth is the Java Language Ngoko-Chromo among: meneng, jabang bayi, siro, beko, marang, bopo, biyung, sedulur, inggih; 2) spells by planting the placenta contained a tautolog-style parallelism assertion language (meneng-meneng, sugih-sugih, wani-wani, siro-siro, sedulur-sedulur, inggih inggih inggih; alliteration (meneng-meneng, wani-wani, sedulur-sedulur); and inversion (meneng-meneng jabang bayi siro).Keywords: Lexicology Literature, Mantra, Vocabulary, Meaning
KAJIAN VITALITAS SASTRA LISAN DAMPELAS M. Asri. B,
Multilingual Vol 19, No 1 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i1.136

Abstract

Abstrak   Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dengan tujuan untuk mengetahui daya hidup atau  tingkat kesehatan sastra lisan Dampelas. Penelitian ini berancangan deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang memuat kajian vitalitas sastra lisan Dampelas.  Artinya, data diolah secara kuantitatif (statistik sederhara/jumlah/prensentase), selanjutnya akan dideskripsikan secara kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah 29 responden masyarakat Dampelas. Data diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner.  Untuk menentukan kriteria vitalitas sastra lisan Dampelas digunakan analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan penghitungan frekuensi dan persentase. Hasil perhitungan untuk menentukan daya hidup atau  tingkat kesehatan sastra lisan Dampelas didasarkan pada indikator: (a) penutur,(b) kontak bahasa dan sastra,(c) bilingualisme, (d) posisi dominan masyarakat penutur/pengguna sastra  (e) ranah penggunaan bahasa dan sastra, (f) sikap bahasa dan sastra,(g) regulasi, (h) pembelajaran di sekolah, (i) dokumentasi, dan (j) tantangan baru. Berdasarkan hasil itu,  dapat dikemukakan bahwa sastra lisan Dampelas (modade dan modate) sudah dalam kondisi  terancam punah  (endangered). Kata Kunci:  Kajian vitalitas, sastra lisan  Dampelas AbstractThis research was conducted in DampelasSub-district, Donggala District, and Province of Central Sulawesi with purpose to know life force or health level of Dampelasoral literature. This research designedin descriptive qualitative and quantitative which contained vitality of Dampelasoral literature. Itmeant, the data were processed through quantitative (simple statistic/numbers/presentation),furthermore it could bedescribed through qualitative. The data sources of this research were 29 respondents of Dampelassociety. The datawere gotten from observation results and questionnaires. To determine criteria of vitality of Dampelasoral literature was used analyzing of descriptive quantitative based on calculation of frequency and percentage.The calculation results to determine the life force or the health level of Dampelasoral literature based on indicator: (a) speaker, (b) language and literature contact, (c) bilingualism, (d) dominant position of speaker society/literature user, (e) realm of using language and literature, language attitude and literature, (g) regulation, (h) learning in the school, (i) documentation and (j) new challenging. Based on this research, it could bestated that Dampelas oral literature (modate and modate) had in an endangered condition. Kata Kunci:   Vitality study,  of dampelas, oral literature
BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALU NFN Tamrin; NFN Nursyamsi
Multilingual Vol 19, No 1 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i1.139

Abstract

 A speaker can influence the speech partner to do what is meant by the speaker. By raising the case of directive speech acts in the interaction of buying and selling in ManondaInpres Market, Palu city,the research aimed to describe the pattern and function of directive speech acts in interactions between sellers and buyers in InpresManonda Traditional Markets Palu City. The method used is a pragmatic approach with observation, recording, note taking and recording techniques, then analyzed based on the pattern of speech acts and functions. The findings based on the data analysisindicate that the form of directive speech acts in the interaction of buying and selling in InpresManonda Traditional Market, Palu City, namely inviting, ordering, banning, advising, giving advice, and asking. The directive speech acts function in buying and selling interactions in InpresManonda Market, Palu City, namely inviting, instructing, prohibiting, and asking. Abstrak Seorang penutur dapat memengaruhi mitra tuturnya untuk melakukan hal apa yang dimaksud oleh penutur. Dengan mengangkat kasus bentuk tindak tutur direktif dalam interaksi jual-beli di Pasar Inpres Manonda, Kota Palu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola dan fungsi tindak tutur direktif dalam interaksi antara penjual dan pembeli di pasar tradisional Inpres Manonda, Kota Palu. Metode yang digunakan adalah pendekatan prgamatik dengan teknik observasi, rekam, dan catat kemudian dianalisis berdasarkan pola bentuk dan fungsi tindak tutur. Hasil analisis menunjukkan bahwa bentuk tindak tutur direktif dalam interaksi jual-beli di pasar tradisional Inpres Manonda, Kota Palu, yaitu mengajak, memerintah, melarang, menasihati, memberi saran, dan meminta. Fungsi tindak tutur direktif dalam interaksi jual-beli di Pasar Tradisional Inpres Manonda, Kota Palu, yaitu mengajak, memerintah, melarang, menasihati, dan meminta
METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA) VERBA “MEMASAK” DALAM BAHASA JAWA JEMBERAN NATURAL SEMANTIC METALANGUAGE (NSM) OF VERB "COOKING" IN JAVANESE JEMBERAN LANGUAGE Nadhifa Indana Zulfa Rahman
Multilingual Vol 19, No 1 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i1.143

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep memasak masyarakat Jember yang cukup komples karena sumber daya alam hasil laut dan buminya melimpah. Untuk itu diperlukan analisis MSA untuk menyederhanankannya. Data diperoleh dari wawancara di grup Whatsapp keluarga dari Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara secara online dan mencatat di kartu data. Melalui wawancara tersebut, ditemukan dua belas data, yaitu godhog ‘rebus’, lup ‘celup’, kukus, goreng, eseng ‘tumis’, sangan ‘sangrai’, nggeng ‘didiamkan di atas api kecil’, dang ‘tanak’, tim, pepe ‘jemur’, rageni ‘fermentasi’, asap. Dalam menentukan subkategori verba “mamasak”, perangkat yang digunakan adalah makna asali dari pendekatan Metabahasa Semantik Alami. Berdasarkan analisis MSA, istilah-istilah memasak tersebut dikelompokkan berdasarkan teknik, sarana, dan hasilnya. Semua leksikon yang memiliki makna “memasak” di atas pola sintaksis MSA: X melakukan sesuatu kepada Y sehingga terjadi sesuatu pada Y (matang). Penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan yang mengayakan khazanah penelitian MSA verba-verba bahasa Indonesia. 
PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL HARTA PUSAKA CINTA KARYA DESNI INTAN SURI Musfeptial NFR
Multilingual Vol 19, No 1 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i1.153

Abstract

This paper is entitled Minangkabau Woman in Novel Harta Pusaka Cinta by Desni Intan Suri. The aim of this research is to describe the Minangkabau ideal female character in the novel. The theory used is the character theory of characters in literary works and the theory of cultural preservation. This research uses descriptive method. Data analysis showed that there were three different characters, namely Andung Rabiah, Friska Aisyaharni and, and Chintiya Rubert. Culturally the three are Minangkabau women. Andung Rabiah figure who was born and raised in the colonial era with a strong foundation of religious and customary education, so there is a balance between world science and the afterlife. It was different only with the figure of Friska Aisyaharni, she felt that the religious lessons she had received and the cultural life of the traditional jointed religion she received was considered by Friska as the fetter of the freedom she wanted. In the meantime, Chintiya Rubert who was born with a very secular western culture actually got his identity when he met his grandmother in Ampek Angkek.Keywords: female, ideal, minangkabau.
REDUPLIKASI DALAM BAHASA BUGIS DIALEK SINJAI NFN Herawati
Multilingual Vol 19, No 1 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i1.130

Abstract

AbstractThe purpose of the research is to identify the forms of reduplication in Sinjai Bugineses dialect and also its meaning and its function. This research is a qualitative descriptive research. Data source is the forms of reduplication of the Sinjai Buginese dialect used in daily communication. Data collection techniques uses read and note techniques, while the data analysis method uses sharing method by Immediate Constituent Analysis technique. The result of this study founds some forms of reduplication in Sinjai Buginese dialect as follows: (a) full reduplication, (b) partial reduplication, (c) reduplicative affixes, and (d) initial reduplication. Reduplication can be used to form new words, e.g to form nouns, while it may be used to denote a number of things such as number (plurality, distribution, collectivity), distribution af an argument, tense, aspect, intensity, conditionality, reciprocity, and pretense. Keywords: reduplication, Bugis language, meaning, Sinjai dialect AbstrakPenggunaan bahasa Bugis di Kabupaten Sinjai selain sebagai alat komunikasi sehari-hari, juga sebagai sarana pendukung kebudayaan penuturnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk-bentuk reduplikasi dalam bahasa Bugis dialek Sinjai beserta fungsi dan maknanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa bentuk-bentuk reduplikasi yang digunakan oleh penuturnya dalam kehidupan sehari-hari. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat, sedangkan metode analisis data menggunakan metode agih dengan teknik pilah unsur langsung. Berdasarkan hasil analisis diperoleh gambaran bentuk-bentuk reduplikasi dalam bahasa Bugis dialek Sinjai, yaitu: (a) reduplikasi seluruh, (b) reduplikasi sebagian, (c) reduplikasi berimbuhan, dan (d) reduplikasi berubah bentuk. Reduplikasi berfungsi membentuk nomina sedangkan maknanya adalah menyatakan perbuatan frekuentatif, perbuatan untuk beberapa saat lamanya, perbuatan yang dilakukan dengan tidak serius atau gerak sedikit, perbuatan saling, makna agak, makna benda yang menjadi objek atau alat, makna keadaan atau sifat yang disebut oleh bentuk dasar, makna bermacam-macam, makna kumpulan, makna menyerupai atau seperti, makna tiap-tiap, makna intensitas, makna perbandingan sangat atau paling, dan makna hanya atau cuma.Kata Kunci: reduplikasi, bahasa Bugis, makna, dialek Sinjai
KESALAHAN BERBAHASA DALAM KETERAMPILAN MENULIS PEMELAJAR BIPA DI UNIVERSITAS MAEJO, CHIANG MAI, THAILAND Hertiki Hertiki
Multilingual Vol 19, No 1 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i1.133

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memaparkan kesalahan berbahasa Indonesia pada hasil tulisan pemelajar BIPA di Universitas Maejo, Chiang Mai – Thailand. Masalah pada penelitian ini adalah kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam menulis kalimat pada satu paragraf. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitan ini. Penelitian ini mengarah pada kesalahan berbahasa Indonesia, seperti ejaan, penggunaan kalimat yang tidak sesuai dan juga kata serapan asing. Video dan foto juga digunakan dalam penelitian ini. Sebagai informasi tambahan, ada 7 pemelajar BIPA di Maejo University yang mengambil kelas BIPA saat ini: mahasiswa jurusan Pertanian, mahasiswa jurusan Pariwisata dan mahasiswa jurusan Arsitektur. Kuesioner juga diberikan kepada para pemelajar BIPA untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap pembelajaran bahasa Indonesia yang telah dilaksanakan di Universitas Maejo dalam kurun waktu 1 November 2019 – 30 Desember 2019.
Afiksasi dalam Bahasa Mori Siti Fatinah
Multilingual Vol 19, No 2 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i2.161

Abstract

Affixation in Mori language has various forms and functions. The research studies about  how the form and function of affixation in Mori language are. The research intends to describe the form and function of affixation in Mori language. The method used in collecting data is the participatory method. The data is analyzed using the intralingual correspondence method through the substitution technique. The result of research illuminates that the form of affixation in Mori language is classified as prefixation, infixation, suffixation, con-fixation, and affixation combined. There are eight prefixations found, such as moN-, meN-, poN-, te-, pe-, in-, poko-, and um-. MoN- and poN- prefixation are embedded either in the base form or prefixed word. Infixations found are -in- and -um. Infixation -in- is embedded either in the base form or in the affixed form. Suffixation found consists of three suffixation, namely -o, -a, and -i. in Mori language, confixation are three, they are a-a, po-a, and pe-a. Combinations of affixation are five, affixation of moN-ako, meN-ako, i-in, in-ako, and in-i. Affixation aforementioned functions to form verb and affixed noun. Besides, affixation also functions to change part of the speech of the base form and confirms the meaning of its base form.
AESTHETIC VALUE IN TITLE IN “HUJAN BULAN JUNI” BY SAPARDI DJOKO DAMONO AND “MALAIKAT JUGA TAHU” BY DEWI LESTARI Hendrike Priventa
Multilingual Vol 19, No 2 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i2.166

Abstract

Poetry is a form of literary genre that is full of aesthetic values. The aesthetic value is wrapped in the elements that make up the poetry. This article discusses a comparison of the aesthetic value of the poem “Hujan Bulan Juni” by Sapardi Djoko Damono and “Angels Also Know” by Dewi Lestari. Intertext studies can be used as a medium to find aesthetic values and determine whether literary works are aesthetic or not. The aesthetic value in the poetry "Rain in June" and "Angels Also Know" are shown in several aspects, namely the elements of sound, diction, and image. The linkage of authorship is also shown through the expansion of the use of elements of the poetry structure. The aesthetic value in both poems influences the process of forming new vehicles such as songs and films which are now more popular with the public.
BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI GAYA BAHASA SEBAGAI CERMINAN KEARIFAN LOKAL BAHASA KAILI Tamrin NFN; Nursyamsi NFN
Multilingual Vol 19, No 2 (2020): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v19i2.163

Abstract

AbstrakKearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnik tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Namun setakat ini, kearifan lokal tersebut seakan tenggelam tergerus oleh pengaruh budaya asing. Dengan mengungkapkan kearifan lokal pada ungkapan gaya bahasa dalam bahasa Kaili, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna kearifan lokal dalam ungkapan gaya bahasa dalam bahasa Kaili. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  penyediaan data,  analisis data, dan penyajian hasil analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kearifan lokal dalam bentuk ungkapan gaya bahasa  dalam bahasa Kaili yang  dapat dijadikan sebagai keraifan lokal masyarakat Kaili adalah gaya bahasa  berdasarkan makna seperti  eufemisme, persamaan atau simile,  metafora,  personifikasi,  eponim dan ironi. Fungsi dan  makna   dalam  ungkapan gaya bahasa  Kaili  masih tetap relavan  untuk dijadikan sebagai bentuk  kearifan lokal oleh masyarakat etnik Kaili.  Adapun fungsi  gaya bahasa tersebut sebagai alat pengendali  dan pengawas norma  sosial, alat komunikasi, alat pengendali masyarakat, alat pendidikan anak, serta sarana pemeliharaan  dan pemerkuat  kerukunan antarummat beragama dan antaretnik. Makna ungkapan tersebut   dijadiakan sebagai media kearifan lokal  oleh orang tua, pemuka agama,  tokoh masyarakat dalam menyampaikan nasihat,  larangan, dan ajaran agama.AbstractLocal culture was human intelligence which was owned by ethnicity community which was gotten through society experiences but now, the local culture as if downing  by effect of foreign culture. By using local culture in language style expression in kalinese language, this research purposed to describe form, meaning and function of local culture in expression of language style in kalinese language. The method which was used in this research was data provision of data, data analysis, and presentation of analysis result. The analysis result showed that  local culture in language expression form in kailinese language which could be made as local culture of kailinese was language style based on its meaning, such as eufemisme, similarity or smile, metaphor, personification, eponym, and irony. Function and meaning in expression of kailinese language style still relevant to be made as form of local culture by kailinese ethnicity society. As for its function of language style as tool of controller and supervisor of social norm, tool of communication, tool of society controller, tool of child education, maintenance facilities and strengthen of harmony between religious society and between interethnic. That meaning was made as media of local culture by parents, religious leader, public figure in giving advice, forbidden and religious teaching.  

Page 11 of 14 | Total Record : 135