cover
Contact Name
Dr. dr. Puspa Wardhani, SpPK
Contact Email
admin@indonesianjournalofclinicalpathology.org
Phone
+6285733220600
Journal Mail Official
majalah.jicp@yahoo.com
Editorial Address
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML)
ISSN : 08544263     EISSN : 24774685     DOI : https://dx.doi.org/10.24293
Core Subject : Health, Science,
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML) is a journal published by “Association of Clinical Pathologist” professional association. This journal displays articles in the Clinical Pathology and Medical Laboratory scope. Clinical Pathology has a couple of subdivisions, namely: Clinical Chemistry, Hematology, Immunology and Serology, Microbiology and Infectious Disease, Hepatology, Cardiovascular, Endocrinology, Blood Transfusion, Nephrology, and Molecular Biology. Scientific articles of these topics, mainly emphasize on the laboratory examinations, pathophysiology, and pathogenesis in a disease.
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 1 (2017)" : 20 Documents clear
ANTI DENGUE IGG/IGM RATIO FOR SECONDARY ADULT DENGUE INFECTION IN SURABAYA Aryati Aryati; Puspa Wardhani; Ade Rochaeni; Jeine Stela Akualing; Usman Hadi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1161

Abstract

Infeksi Virus Dengue (IVD) dibedakan menjadi infeksi primer dan sekunder berdasarkan respons antibodi yang dihasilkan. Infeksisekunder perlu dibedakan dari infeksi primer karena umumnya menimbulkan manifestasi klinis yang berat. Uji hemaglutinasi inhibisisebagai baku emas untuk menentukan infeksi primer atau sekunder dirasa tidak praktis karena membutuhkan sepasang sera denganselang waktu waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan mengetahui cut-off rasio IgG/IgM anti dengue untuk infeksi denguesekunder dewasa di Surabaya. Subjek adalah pasien IVD dengan hasil NS1 dan/atau PCR dengue positif. Rasio IgG/IgM anti-denguediperoleh dari pembagian nilai indeks IgG dan IgM metode ELISA. Nilai cut-off rasio ditentukan berdasarkan kurva ROC. Berdasarkanpola reaktivitas IgM dan IgG ELISA, 19 (31,1%) pasien dikelompokkan sebagai infeksi primer dan 42 (68,9%) infeksi sekunder. HasilPCR didominasi DEN-3. Nilai cut-off optimal rasio IgG/IgM ≥0,927 sebagai peramal infeksi sekunder memiliki kepekaan 66,7% dankekhasan 63,2%. Dianalisis pula nilai cut-off optimal IgM dan IgG anti dengue, yaitu IgM ≥1,515 dan IgG ≥2,034 sebagai peramalinfeksi sekunder memiliki kepekaan dan kekhasans masing-masing 85,7% dan 84,2%; 100% dan 100%. Disimpulkan bahwa rasioIgG/IgM ≥0,927 tidak dapat digunakan sebagai tolok ukur tunggal peramal infeksi sekunder sedangkan cut-off IgG ≥2,034 dapatdipertimbangkan sebagai peramal infeksi sekunder.
ANALYSIS OF BLOOD UREA NITROGEN/CREATININ RATIO TO PREDICT THE GASTROINTESTINAL BLEEDING TRACT SITE Arfandhy Sanda; Mutmainnah Mutmainnah; Ibrahim Abdul Samad
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1162

Abstract

Perdarahan saluran cerna merupakan keluhan pasien yang sering dijumpai dalam keseharian dan untuk penatalaksaannyadilakukan dengan menentukan lokasi perdarahan dan gejalanya. Berdasarkan lokasi perdarahan saluran cerna dibagi menjadi duayaitu perdarahan saluran cerna atas (SCBA) dan perdarahan saluran cerna bawah (SCBB), sedangkan gejala perdarahan dibagi menjadi3 yaitu hematemesis (muntah darah segar), melena (feses kehitaman) dan hematokezia (perdarahan lewat anus berwarna merah terang).Data penggunaan rasio BUN/kreatinin untuk menentukan lokasi perdarahan saluran cerna di Indonesia masih kurang sehingga penelititertarik untuk meneliti analisis rasio BUN/kreatinin untuk meramalkan lokasi perdarahan pada saluran cerna dengan tujuan untukdiagnosis dan penatalaksanaan yang lebih cepat. Penelitian ini dilakukan untuk meramalkan letak perdarahan saluran cerna yaituSCBA atau SCBB pada pasien rawat inap di RSUP Wahidin Sudirohusodo masa waktu Januari-Desember 2014. Penelitian dilakukansecara potong silang dengan menggunakan uji t-tidak berpasangan untuk menentukan kenasaban rasio BUN/Kreatinin dengan lokasiperdarahan saluran cerna. Selama masa waktu Januari-Desember 2014 diperoleh data sebanyak 144 pasien perdarahan saluran cernadengan perdarahan SCBA sebanyak 64 pasien (44%), serta perdarahan SCBB 80 pasien (56%). Pada perdarahan SCBA, nilai rerataBUN 33,2 mg/dL, nilai rerata kreatinin 1,06 mg/dL, dan rerata rasio BUN/Kreatinin 32. Terdapat kenasaban yang bermakna antaralokasi perdarahan saluran cerna dan nilai rasio BUN/kreatinin (t=6,394; p=0,001). Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagianatas memiliki rasio BUN/kreatinin lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah.
COMPARISON OF GLYCEMIC STATE IN PATIENTS WITH AND WITHOUT HYPERURICEMIA Corrie Abednego; Banundari Rachmawati; Muji Rahayu
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1153

Abstract

Hiperurisemia merupakan keadaan asam urat yang meningkat dalam serum. Beberapa penelitian melaporkan hiperurisemia menyebabkankerusakan sel beta pankreas dengan mekanisme apoptosis melalui jalur NF-kB serta berhubungan dengan komplikasi mikrovaskular danmakrovaskular pada pasien diabetes. Perbedaan status glikemia (glukosa darah puasa/GDP dan glukosa darah 2 jam post-prandial/GD2PPdan HbA1c) pada pasien dengan dan tanpa hiperurisemia belum banyak diketahui. Tujuan penelitian untuk membuktikan perbedaan statusglikemia pada pasien dengan dan tanpa hiperurisemia. Penelitian retrospektif, 110 pasien yang dibagi menjadi kelompok hiperurisemia dantanpa hiperurisemia. Glukosa darah puasa dan 2 jam PP diperiksa menggunakan metode heksokinase, asam urat dengan metode urikase,HbA1c dengan metode elektroforesis kapiler. Data diuji normalitas data dan perbedaan antara variabel, dianalisis dengan uji Mann-Whitney.Subjek 58 laki-laki dan 52 perempuan, nilai rerata umur pasien 56,36 ± 8,7 tahun. Pasien laki-laki, terdapat perbedaan bermakna statusglikemia (GDP, GD2PP, HbA1c) terhadap kelompok hiperurisemia dan tanpa hiperurisemia, p< 0,05. Pasien perempuan, terdapat perbedaanbermakna status glikemia (GDP dan GD2PP), p< 0,05 serta HbA1c tidak terdapat perbedaan bermakna pada pasien hiperurisemia dan tanpahiperurisemia dengan p=0,084. Terdapat perbedaan bermakna pada status glikemia pasien laki-laki dan perempuan terhadap kelompokhiperurisemia dan tanpa hiperurisemia, kecuali HbA1C pada perempuan. Dibutuhkan penilaian terhadap diet pasien yang dapat mempengaruhikadar asam urat.
ELEVATED SERUM S100B PROTEIN LEVEL AS A PARAMETER FOR BAD OUTCOME IN SEVERE TRAUMATIC BRAIN INJURY PATIENTS Ridha Dharmajaya; Dina Keumala Sari; Ratna Akbari Ganie
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1159

Abstract

Beratnya suatu cedera kepala akibat trauma akan membuat gangguan saraf pusat. Kerusakan saraf ini dapat dinilai dengan petandabiokimia yang tepat. Pemakaian petanda biokimia terhadap kerusakan otak mendapatkan perhatian yang banyak terutama ProteinS100B. Protein S100B adalah suatu ikatan kalsium dan protein yang meningkat cepat sesaat setelah cedera kepala. Kesulitannya adalahuntuk memastikan, berapa lama Protein S100B ini harus diukur. Jika berhubungan dengan kerusakan otak, ia tidak selalu terjadi pada24 jam pertama. Dapat terjadi pada 48–72 jam pasca cedera kepala, bahkan 120 jam pada kecederaan tersebut. Penelitian ini bertujuanuntuk mendapatkan kenasaban antara Protein S100B dengan GOS sebagai faktor peramalan yang akurat, mudah, tidak menyakitkan,untuk cedera kepala berat. Pengambilan serum darah untuk pemeriksaan kadar Protein S100B dilakukan pada 24, 48, 72 dan 120 jampasca trauma. Selanjutnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Keluaran pasienpasca perawatan dinilai menggunakan penggolongan Glasgow Outcome Scale (GOS), tiga bulan pasca kecederaan. Hasil pengukurankadar Protein S100B pada 120 jam pasca cedera kepala berat menunjukkan hubungan berlawanan yang kuat terhadap keluaran pasien.Pasien cedera kepala berat dengan kadar Protein S100B 120 jam pasca trauma yang tinggi, memiliki hasil keluaran yang buru
CORRELATION BETWEEN VISCERAL ADIPOSE TISSUE-DERIVED SERPIN WITH FASTING BLOOD GLUCOSE LEVEL IN OBESITY Novi Khila Firani; Agustin Iskandar; Anik Widijanti; Nonong Eriani
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1150

Abstract

Abnormalitas jaringan lemak pada kegemukan berhubungan dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan, antara lain terjadinyaresistensi insulin. Adipositokin merupakan protein yang dihasilkan jaringan lemak, salah satunya adalah Visceral Adipose Tissue-DerivedSerpin (Vaspin). Beberapa penelitian menunjukkan vaspin berhubungan dengan kepekaan insulin. Belum diketahui apakah dalam setiappeningkatan derajat kegemukan terdapat perubahan hasilan vaspin, yang berhubungan dengan perubahan kadar glukosa darah, sebagaimanifestasi gangguan kepekaan insulin. Rancangan penelitian adalah potong silang, dengan jumlah sampel 60 orang usia dewasa,yang terbagi berdasarkan patokan WPRO (2000), yaitu 10 orang non-kegemukan, 10 orang kegemukan I dan 40 orang tergolongkegemukan II. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa menggunakan metode heksokinase. Pemeriksaan kadar vaspin menggunakanmetode sandwich ELISA. Telitian menunjukkan kadar vaspin di kelompok kegemukan II dan I lebih tinggi dibandingkan kadar vaspinpada non-kegemukan (p=0,00). Kadar vaspin di kegemukan II dan I tidak berbeda bermakna. Kadar glukosa darah puasa di kelompokkegemukan II dan I lebih tinggi dibandingkan kadar glukosa darah puasa di non-kegemukan (p=0,017), namun kadar glukosa darahsebagian besar subjek penelitian masih dalam taraf normal. Hasil uji kenasaban Spearman menunjukkan ada kenasaban positif yangbermakna kadar vaspin terhadap kadar glukosa darah, namun kekuatannya rendah (r=0,384, p=0,001). Terdapat hubungan yangbermakna kadar vaspin dengan kadar glukosa darah puasa di kegemukan. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut menggunakan subjekpenelitian kegemukan dengan mengukur indeks kepekaan insulin, untuk memperjelas hubungan antara vaspin, sebagai adipositokinyang berperan dalam kepekaan insulin, terhadap kadar glukosa darah.
SERUM ZINC AND C-REACTIVE PROTEIN LEVELS AS RISK FACTORS FOR MORTALITY IN SYSTEMIC INFLAMMATORY RESPONSE SYNDROME Dwi Retnoningrum; Banundari Rachmawati; Dian Widyaningrum
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1147

Abstract

Kondisi Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) berkebahyaan terjadinya sepsis dan kegagalan multi organ. Inflamasidapat menyebabkan terjadinya redistribusi zinc ke jaringan sehingga terjadi penurunan kadar zinc plasma. Kadar CRP pada SIRSmeningkat sebagai respons peningkatan protein tahap akut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kadar zinc dan CRP serummerupakan faktor kebahayaan kematian di pasien SIRS. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort prospektif di 30pasien SIRS berusia 27–64 tahun. Kadar zinc serum diperiksa dengan metode atomic absorbance spectrophotometer (AAS) dan CRPserum dengan metode latex agglutination immunoassay menggunakan alat autoanaliser. Kejadian kematian subjek dinilai setelah 28hari perawatan. Data dilakukan uji statistik Chi-Kwadrat, bila tidak memenuhi maka dilakukan uji alternatif Fisher. Besarnya nilaifaktor kebahyaan dilakukan perhitungan kebahayaan relatif. Rerata kadar zinc dan CRP berturut-turut 81,24 ± 8,72 μg/dL, dan 8,13± 8,12 mg/dL. Kematian dalam 28 hari adalah 33,3%. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar zinc plasma < 80 μg/dL bukanmerupakan faktor kebahayaan terjadinya kematian (p=0,114), sedangkan kadar CRP ≥ 10 mg/dL merupakan faktor kebahayaanterjadinya kematian di pasien SIRS (RR=3,28, 95% CI 1,33-8,13, p=0,015). Kadar zinc plasma bukan merupakan faktor kebahayaanterjadinya kematian pada SIRS, sedangkan kadar CRP merupakan faktor kebahayaan terjadinya kematian di pasien SIRS.
MACROPHAGE AUTOPHAGY IN IMMUNE RESPONSE Jusak Nugraha
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1164

Abstract

Otofagi adalah mekanisme yang digunakan oleh sel untuk menyerap, membuang dan mendaur ulang sampah. Makrofag dapatberfungsi untuk menangkap, mengonsumsi dan mencerna antigen eksogen, keseluruhan mikroorganisme, partikel yang tidak larut danbahan endogen misalnya: sel inang yang sekarat atau rusak yang dipajankan oleh limfosit. Saat ini makrofag dapat dibagi menjadi duajenis aktivasi: Aktivasi klasik (M1); Aktivasi alternatif (M2) yang memiliki efek berbeda. Aktivitas M1 meningkatkan respons Th1 misalmenyebabkan peradangan, pembunuhan patogen intraselular, DTH (tipe hipersensitivitas tertunda) dan kerusakan jaringan. AktivitasM2 menyebabkan peningkatan respons Th2 sebagai imunomodulator, deposisi matriks dan remodeling jaringan. Peran makrofagpada infeksi M.tuberculosis akan menentukan kondisi inang. Jika makrofag dapat melakukan fungsi fagositosis M.tuberculosis akandimusnahkan dan inang tidak terinfeksi. Mycobacterium TB yang patogen dapat dengan mudah menghindari fagositosis dan berhasilmenghambat otofagi makrofag. Peningkatan otofagi akan meningkatkan efikasi BCG maupun vaksin lainnya dan dengan menggunakanpendekatan merangsang otofagi untuk membasmi TB sangat berguna sehingga pengobatan berbasis otofagi untuk TB dapat segeradiwujudkan.
CORRELATION PERCENTAGE OF S AND G2/M WITH PERCENTAGE OF LYMPHOBLASTS IN PEDIATRIC ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA Erawati Armayani; Yetti Hernaningsih; Endang Retnowati; Suprapto Ma&#039;at Ma&#039;at; I Dewa Gede Ugrasena
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1155

Abstract

Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) merupakan keganasan klonal di sumsum tulang/Bone Marrow (BM). Angka bertahan hidup5 tahun saat ini >85%, tetapi 15-20% relaps sehingga perjalanan penyakit jelek. Perjalan penyakit jelek jika setelah tahap induksilimfoblas menetap di Darah Tepi (DT) dan BM >5% serta tahap S BM >6%. Tahap G2/M merupakan petunjuk prognosis ALL anak,selain itu sebagai target pengobatan. Tujuan penelitian menganalisis kenasaban persentase tahap S dan G2/M dengan persentaselimfoblas DT pasien ALL anak sebelum dan sesudah kemoterapi induksi. Jenis penelitian analitik observasional longitudinal (kohor)di ALL anak kasus baru diperiksa sebelum dan sesudah induksi. Persentase limfoblas secara mikroskopis. Persentase fase S dan G2/MflowcytometryBD Facs Callibur. Kenasaban bermakna hanya persentase tahap S dan limfoblas sebelum induksi (r=0,449; p=0,007).Kelainan gen ALL pada ekspresi cyclins dan CDK sehingga hilang kendali checkpoint siklus sel, merangsang transisi tahap G1 menjaditahap S. Persentase tahap S tidak berbeda pada remisi dan meninggal (p=0,138). Persentase tahap G2/M berbeda antara remisi danmeninggal (p=0,006) dan bernasab dengan luaran kemoterapi induksi (koefisien Eta= 0,744), G2/M ≥1,26% meramalkan remisi.Terdapat kenasaban antara persentase siklus sel tahap S dengan persentase limfobas sebelum kemoterapi induksi. Persentase siklus seltahap S memberikan gambaran siklus sel pada sel limfoblas. Terdapat kenasaban antara persentase siklus sel tahap G2/M dengan luarankemoterapi induksi tahap G2/M menjadi faktor peramal luaran kemoterapi induksi ALL. Perlu penelitian lanjutan dengan sampel BM,subtipe dan pengamatan semua tahap kemoterapi.
DIAGNOSTIC CONCORDANCE BETWEEN NEXT-GENERATION AND HIGH SENSITIVE TROPONIN-I IN ANGINA PECTORIS PATIENTS Erna R Tobing; Jusak Nugraha; Muhammad Amminuddin
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1158

Abstract

Angina pectoris merupakan gejala klinis Sindrom Koroner Akut (SKA) yang mengarah pada penyakit jantung koroner. Sindromkoroner akut terdiri dari Unstable Angina dan Infark Miokard Akut (IMA). Kadar Troponin I (TnI) dapat mendukung penegakkandiagnosis IMA di pasien angina pectoris. Beberapa metode pemeriksaan TnI semakin berkembang diantaranya TnI high sensitive (TnI hs)dan TnI next-generation (TnI ng). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian diagnostik antara kadar TnI ng yang diperiksamenggunakan metode Fluorescent Enzyme Transfer Latex (FETL) [Alere Triage MeterPro®] dan TnI hs dengan metode ChemiluminescentImmunoassay (CLEIA) [Mitsubishi PathFast®] di pasien angina pectoris. Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr.Soetomo Surabaya masawaktu Maret-Juli 2016 dengan rancangan penelitian potong lintang. Sebanyak 82 subjek penelitian dengan gejala angina pectorisdiperiksakan kadar Troponin-I menggunakan kedua metode. Subjek penelitian sebanyak 44% didiagnosis SKA, dan 56% non SKA. Nilaikesesuaian koefisien kappa antara TnI ng dan TnI hs di pasien angina pectoris adalah 0,738 (p<0,01). Kepekaan dan kekhasan TnI ngterhadap TnI hs untuk diagnosis IMA dengan cut off 0,02 ng/mL adalah 94% dan 78%. Analisis kenasaban antara kadar TnI ng danTnI hs dengan koefisien kenasaban Spearman rho (ρ) adalah 0,826 (p<0,01). Terdapat kesesuaian diagnostik antara TnI ng dan TnI hsdi pasien angina pectoris. Kedua metode pemeriksaan TnI dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis di pasien anginapectoris. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui nilai prognosis TnI.
Author Guideline and Subcribes Form Dian Wahyu Utami
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v24i1.1798

Abstract

Page 2 of 2 | Total Record : 20


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2025) Vol. 31 No. 3 (2025) Vol. 31 No. 2 (2025) Vol. 31 No. 1 (2024) Vol. 30 No. 3 (2024) Vol. 30 No. 2 (2024) Vol. 30 No. 1 (2023) Vol. 29 No. 3 (2023) Vol. 29 No. 2 (2023) Vol. 29 No. 1 (2022) Vol 29, No 1 (2022) Vol 28, No 3 (2022) Vol. 28 No. 3 (2022) Vol. 28 No. 2 (2022) Vol 28, No 2 (2022) Vol. 28 No. 1 (2021) Vol 28, No 1 (2021) Vol 27, No 3 (2021) Vol. 27 No. 3 (2021) Vol. 27 No. 2 (2021) Vol 27, No 2 (2021) Vol. 27 No. 1 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol. 26 No. 3 (2020) Vol 26, No 3 (2020) Vol 26, No 2 (2020) Vol. 26 No. 2 (2020) Vol 26, No 1 (2019) Vol. 26 No. 1 (2019) Vol. 25 No. 3 (2019) Vol 25, No 3 (2019) Vol. 25 No. 2 (2019) Vol 25, No 2 (2019) Vol 25, No 1 (2018) Vol. 25 No. 1 (2018) Vol 24, No 3 (2018) Vol. 24 No. 3 (2018) Vol. 24 No. 2 (2018) Vol 24, No 2 (2018) Vol. 24 No. 1 (2017) Vol 24, No 1 (2017) Vol 23, No 3 (2017) Vol. 23 No. 3 (2017) Vol 23, No 2 (2017) Vol. 23 No. 2 (2017) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22, No 3 (2016) Vol 22, No 2 (2016) Vol 22, No 1 (2015) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 1 (2014) Vol 20, No 3 (2014) Vol 20, No 2 (2014) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2013) Vol 19, No 2 (2013) Vol 19, No 1 (2012) Vol. 19 No. 1 (2012) Vol 18, No 3 (2012) Vol. 18 No. 3 (2012) Vol 18, No 2 (2012) Vol 18, No 1 (2011) Vol. 18 No. 1 (2011) Vol 17, No 3 (2011) Vol 17, No 2 (2011) Vol 17, No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2010) Vol 16, No 2 (2010) Vol 16, No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2009) Vol 15, No 2 (2009) Vol 15, No 1 (2008) Vol 14, No 3 (2008) Vol 14, No 2 (2008) Vol 14, No 1 (2007) Vol 13, No 3 (2007) Vol 13, No 2 (2007) Vol 13, No 1 (2006) Vol 12, No 3 (2006) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12, No 1 (2005) More Issue