cover
Contact Name
Apriana Vinasyiam
Contact Email
akuakultur.indonesia@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
akuakultur.indonesia@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Indonesia
ISSN : 14125269     EISSN : 23546700     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Akuakultur Indonesia (JAI) merupakan salah satu sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil penelitian serta kemajuan iptek dalam bidang akuakultur yang dikelola oleh Departemen Budidaya Perairan, FPIK–IPB. Sejak tahun 2005 penerbitan jurnal dilakukan 2 kali per tahun setiap bulan Januari dan Juli. Jumlah naskah yang diterbitkan per tahun relatif konsisten yaitu 23–30 naskah per tahun atau minimal 200 halaman.
Arjuna Subject : -
Articles 569 Documents
The Effectiveness of Onion Extract Allium sativum to Prevent Koi Herpesvirus (KHV) Infection on Common Carp Cyprinus carpio Nuryati, Sri; Giri, P.; Hadiroseyani, Y.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.988 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.139-150

Abstract

Common carp is one of consumption fish that has delicious meat, high pritein level, and easy in farming. The serious problem in common carp farming is koi herpesvirus infection.  Onion extract potency to improve immune system was estimated to prevent disease infection.  The testing of the garlic extract through food could be used as efforts to increase endurance of common carp fish Cyprinus carpio to koi herpesvirus infection that was considered from blood parameter. Fish that was used was measuring 9-11 cm with the treatment of food containing  30, 50, and 70 gr/100 ml onion extract. Fish was acclimated for seven days  in 60×30×30 cm3 aquarium before used. Garlic extract diet in food gave increasing of fish immune system that was infected by koi herpesvirus. The increased of leucocytes of blood fish with onion extract diet was faster than possitive control. The dose of B treatment (50 gr/100 ml) was the best dose gave short incubation periode comparing other treatment. Survival rate (SR) of this B treatment was highest, i.e. 91.7%, while survival rate of negative control was 50%. Key word: common carp, Cyprinus carpio, onion, Allium sativum, koi herpesvirus   ABSTRAK Salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang banyak digemari oleh masyarakat adalah ikan mas Cyprinus carpio karena rasa dagingnya gurih, memiliki kadar protein tinggi dan cukup mudah dalam pemeliharaannya. Permasalahan yang muncul  saat ini adalah wabah Koi Herpes Virus (KHV). Potensi ekstrak bawang putih sebagai anti mikroba spektrum luas, diduga dapat mengobati dan mencegah penyakit ikan. Pengujian bawang putih secara in vivo melalui pakan dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas Cyprinus carpio terhadap infeksi penyakit KHV yang ditinjau dari gambaran darahnya. Ikan uji yang digunakan adalah ikan mas berukuran 9-11 cm dengan perlakuan pakan yang mengandung bawang putih sebanyak 30, 50, dan 70 gr/100 ml. Sebelum dilakukan penelitian ikan diadaptasikan selama 7 hari pada akuarium berukuran 60×30×30 cm3. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak bawang putih efektif untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas Cyprinus carpio yang diinfeksi oleh Koi Herpes Virus (KHV). Pengamatan gambaran darah ikan yang terinfeksi KHV setelah pemberian ekstrak bawang putih selama 30 hari dapat meningkatkan jumlah leukosit lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif. Peningkatan jumlah limfosit dalam darah mampu meningkatkan pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah leukosit ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah limfosit dan penurunan jumlah monosit. Perlakuan B (50 gr/100 ml) merupakan dosis yang paling baik karena masa inkubasi KHV terlewati lebih cepat dibanding perlakuan lain yang ditandai dengan penurunan jumlah leukositnya. Hal ini didukung oleh gejala klinis yang ringan dibandingkan kontrol positif dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi sebesar 91,7%. Sedangkan pada kontrol negatif kelangsungan hidupnya sebesar 50%. Kata kunci: ikan mas, Cyprinus carpio, bawang putih, Allium sativum, KHV dan Herpes
Effect of Dietary Vitamin C Ascorbic Acid on the Growth Performance and Immune Response of Betok Anabas testudineus Bloch Sunarto, .; Suriansyah, .; Sabariah, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.469 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.151-157

Abstract

Vitamin C has a function for increasing normal growth, preventing bone annomaly for seed health or reducing stress, accelerating wound recovery and improving immune system against bacterial infection. Enhancement of immune response using immunostimulant had been proven in aquaculture.  One of the immunostimulant that had been examined in several fish species was vitamin C. However, the immunostimulatory effect of vitamin C on betok remains to be proven.  This study was performed to know the effect of feeding fish by diets containing vitamin C in form of ascorbic acid on growth and immune response of betok in term of stress adaptation. Concentrations of vitamin C tested were 0 (control), 125 mg, 250 mg and 375 mg/kg diet. The results show that supplementation of vitamin C in diet can increase daily growth rate and feed efficiency of betok.  Daily growth rate of treated fishes (1.37-1.49%) were higher than that of control (1.14%).  Feeding efficiency was also higher in treated fishes (39.73-48.07%) compared to that of control (33.73%). There was no significantly difference in survival rate of treated fish (93.33-96.67%) and control (93.33%).  Survival rate of fish reared at 15oC as a stress test was also examined.  Results showed that survival rate of fish increases by increasing the level of vitamin C in diet. Number of fish died in stress test was 10 in control, 7 fish in 125 mg/kg, 5 fish in 250 mg/kg and 3 fish in 375 mg/kg.  Thus, inclusion of vitamin C in diet improved ability of fish to adapt to an extreme environment condition. Keywords: Vitamin C, ascorbic acid, growth, immune response, Anabas testudineus   ABSTRAK Vitamin C berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan normal, mencegah kelainan bentuk tulang untuk kesehatan benih atau mengurangi stress, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan pertahanan atau kekebalan tubuh melawan infeksi bakteri. Peningkatan respon imun dengan  pemberian imunostimulan telah dibuktikan dalam akuakultur. Salah satu immunostimulan yang telah diuji pada beberapa spesies ikan adalah vitamin C. Namun demikian, pengaruh imunostimulatori vitamin C pada ikan betok belum diteliti.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian pakan yang mengandung vitamin C dalam bentuk ascorbic acid terhadap pertumbuhan dan respons imun dalam arti daya tahan terhadap stres pada ikan betok. Dosis vitamin C adalah 0 (kontrol), 125 mg, 250 mg dan 375 mg/kg pakan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dalam pakan dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan pada ikan betok.  Laju pertumbuhan harian pada ikan perlakuan (39.73-48.07%) lebih tinggi daripada ikan (33.73%). Kelangsungan hidup ikan tidak berbeda antara perlakuan (93.33-96.67%) dan kontrol (93.33%).  Kelangsungan hidup ikan yang dipelihara pada suhu 15oC sebagai uji stress as a stress juga diamati.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan meningkat dengan meningkatnya kadar C dalam pakan.  Jumlah ikan yang mati dalam uji stres adalah 10 pada kontrol, 7 pada perlakuan 125 mg/kg, 5 ekor pada perlakuan 250 mg/kg dan 3 ekor pada perlakuan 375 mg/kg.  Dengan demikian, penambahan vitamin C dalam pakan meningkatkan kemampuan ikan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan esktrim. Kata kunci : Vitamin C, ascorbic acid, pertumbuhan, respons imun, Anabas testudineus
Use of Chitosan to Prevent Aeromonas hydrophila Infection on Catfish Clarias sp. Sukenda, .; Jamal, L.; Wahjuningrum, D.; Hasan, A.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.728 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.159-169

Abstract

Immunostimulation effect of chitosan against motile aeromonas septicemia caused by Aeromonas hydrophila were examined in catfish (Clarias sp.). Experimental fish were injected with 2, 4 and 6 μg/g fish of chitosan.  All fish were subsequently challenged by 105 CFU/ml of live A. hydrophila by injection method.  Negative control injected with PBS and positive control injected with only A. hydrophila were included in the experiment. Results showed that total count of eritrocyte, leucocyte,  level of hematocrite, haemoglobin and phagocytic index higher at fish injected with chitosan previously compared with control as well as lymphocyte, neutrophile, monocyte, and trombocyte.  Either survival rate or growth  of fish injected with chitosan were found to increase in accordance with dose of chitosan. Kata Kunci : chitosan, Aeromonas hydrophila, immunostimulant, Clarias sp.   ABSTRAK Efek imunostimulasi dari kitosan melawan Motile Aeromonad Septicemia yang disebabkan oleh A. hydrophila dilihat pada ikan lele (Clarias sp.). Ikan uji disuntik dengan larutan kitosan dengan dosis  2, 4 and 6 μg/g, yang selanjutnya diuji tantang dengan bakteri  A. hydrophila 105 CFU/ml melalui penyuntikan intramuskular.  Kontrol negative disuntik dengan PBS dan control positif disuntik hanya dengan bakteri  A. hydrophila disertakan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa jumlah eritrosit, lekosit, level hematokrit, hemoglobin dan indeks fagositik lebih tinggi pada ikan-ikan yang diberi kitosan sebelumnya dibandingkan dengan tanpa pemberian kitosan sebelumnya.  Begitu pula dengan kadar limfosit, netrofil, monosit dan trombosit.  Sintasan dan pertumbuhan ikan yang diberi kitosan meningkat sejalan dengan dosis kitosan yang diberikan. Kata kunci: kitosan, Aeromonas hydrophila, immunostimulan, Clarias sp.
Effect of Different Protein and Protein-Energy Ratio in Diet on Growth of Common Carp (Cyprinus carpio) Fingerling Setiawati, M.; Sutajaya, R.; Suprayudi, M. Agus
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.903 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.171-178

Abstract

Aquaculture activity including culture of common carp (Cyprinus carpio) is now facing on high price of feed.  Feed cost can reach more than 50% of production cost so that increase in feed price decreases in farmer benefit. Toward increasing in benefit, it needs efficiency on production cost.  This can be achieved by using a diet containing suitable protein and protein-energy ratio for the need of fish cultured.  Diet containing different protein levels (28% and 31%) and protein-energy ratios (8 and 10), and a commercial feed as a control were compared to determine protein content and protein-energy ratio suitable for common carp fingerlings.  The results showed that food efficiency was differed among the treatments, while relative growth rate was similar.  Diet containing protein of 31.15% with protein-energy ratio of 7.81, and protein of 28.08% with protein-energy ratio of 9.12 were resulting higher food efficiency compared to that of diet containing 31.15% protein with 7.81 protein-energy ratio and 28.27% protein with 8.28 protein-energy ratio. Keywords: common carp, Cyprinus carpio, protein-energy ratio, food efficiency   ABSTRAK Kegiatan budidaya ikan termasuk ikan mas (Cyprinus carpio) saat ini dihadapkan pada kenyataan mahalnya harga pakan buatan. Kebutuhan biaya pakan dalam proses produksi mencapai lebih dari 50% sehingga menurunkan tingkat keuntungannya. Untuk meningkatkan keuntungan, diperlukan efisiensi biaya produksi yang salah satunya dengan memproduksi pakan yang mengandung kadar protein dan rasio protein terhadap energi pakan  yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan dengan kadar protein (28 and 31%) dan rasio protein-energi (8 dan 10) yang berbeda diuji untuk mengetahui kandungan protein dan rasio protein-energi yang sesuai untuk fingerling ikan mas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fingerling ikan mas yang yang diberi pakan dengan kadar protein dan rasio protein energi yang berbeda menghasilkan tingkat efisiensi pakan yang berbeda, namun tidak mempengaruhi tingkat pertumbuhan relatifnya. Pakan dengan kadar protein 31,15% dengan rasio protein energi 7,81 dan kadar protein 28,08% dengan rasio protein energi 9,12 menghasilkan nilai efisiensi pakan yang lebih baik daripada pakan yang mengandung kadar protein 31,15% dengan rasio protein energi 7,81 dan kadar protein 28,27% dengan rasio protein energi 8,28. Kata kunci: ikan mas, Cyprinus carpio, rasio energi protein, efisiensi pakan
Inhibitory Mechanism of Robiotic Bacteria on The Growth of Vibrio harveyi in Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Larvae Widanarni, .; Ayuzar, E.; Sukenda, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.175 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.179-188

Abstract

Three probiotics named SKT-b, 1Ub, and Ua had inhibitory activity against the growth of Vibrio harveyi. These strains were mutated by rifampicin resistant. The inhibitory effect of SKT-b,1Ub, and Ua on the growth of V. harveyi was investigated by concomitant incubation of the two bacteria in a culture shrimp larvae. Colony forming unit of V. harveyi, probiotic and total of bacteria in dead, live larvae and water culture was monitored, and survival rate of larvae was investigated. Shrimp inoculated probiotic previously had survival rate higher than control (without probiotic). Number of V. harveyi in treatment without probiotic inoculation also higher compared to treatment with probiotic inoculation in dead, live larvae and water culture.  It demonstrated possible inhibition of probiotic bacteria on V. harveyi through competition for adherence sites or nutrition source. Partial sequencing of 16S-rRNA gene showed that 1Ub was similar to Pseudoalteromonas piscicida, whereas SKT-b and Ua were similar to Vibrio alginolyticus. Keywords: probiotic bacteria, inhibitory mechanism, V. harveyi, tiger shrimp   ABSTRAK Tiga isolat bakteri probiotik yaitu 1Ub, SKT-b dan Ua telah diuji memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan V. harveyi secara in vitro. Ketiga isolat ini kemudian diberi penanda resisten rifampisin (RfR) melalui mutasi spontan untuk mempelajari mekanisme penghambatannya pada larva udang windu.  Efek penghambatan dari 1Ub, SKT-b dan Ua terhadap pertumbuhan V. harveyi diamati melalui pemberian secara bersamaan antara bakteri probiotik dan V. harveyi tersebut dalam air pemeliharaan larva udang.  Jumlah sel bakteri probiotik, V. harveyi dan total bakteri baik pada larva mati, larva hidup dan air pemeliharaan diamati dan kelangsungan hidup larva dihitung.  Nilai kelangsungan hidup udang pada perlakuan yang diinokulasi bakteri probiotik lebih tinggi daripada kontrol (tanpa penambahan bakteri probiotik). Jumlah sel V. harveyi pada perlakuan tanpa penambahan probiotik juga lebih tinggi, dibanding pada perlakuan dengan penambahan probiotik baik pada larva mati, larva hidup maupun air media pemeliharaan. Hal ini menunjukkan adanya penghambatan bakteri probiotik terhadap V. harveyi yang kemungkinan melalui kompetisi tempat pelekatan atau sumber nutrisi. Hasil analisis sekuen sebagian gen 16-rRNA menunjukkan bahwa isolat 1Ub termasuk spesies Pseudoalteromonas piscicida, sedangkan SKT-b dan Ua termasuk spesies Vibrio alginolyticus.  Kata kunci: bakteri probiotik, mekanisme penghambatan, V. harveyi, udang windu
Effect of Rearing Density on Growth and Survival Rate of Balashark (Balantiocheilus melanopterus Blkr.) Fry at Recirculation Culture System Effendi, I.; Ratih, T.D.; Kadarini, T.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.858 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.189-197

Abstract

Population of balashark (Balantiocheilus melanopterus, Blkr.) in nature has been decreased.  Therefore, domestication is needed to recover the stock and meet the market demand.  This study was conducted to determine rearing density producing the best survival and growth rate of fish.  Fry of balashark in length of 1.5 cm and body weight of 0.2 g were reared at density of 1, 2, 3 and 4 fish/l in recirculation aquarium 50×50×40 cm3 system.  During experiment, fish were fed on Tubifex two times daily at 15% body weight or 0.168 g/fish.  Sampling of fish length and body weight was done every two weeks by 10% of population.   Data were analyzed using ANOVA and polynomial orthogonal test.  The results indicated that daily growth rate by weight (Y1) of fish decreased by increasing the rearing density (X).  Response of daily growth rate related to rearing density was negatively linear as Y1= 7.3563 - 0.253X.  Daily growth rate by length was also decreased by increasing the rearing density.  Their response was also negatively linear as Y2 = 0.7411 - 0.0358X. Food efficiency of was decreased by increasing the rearing density at 0.69, 0.61, 0.53 and 0.36%, respectively.  Survival rate of fish in each treatment was relatively similar, ranged from 95.0 to 98.5%.   Thus, best growth and survival rate were obtained by rearing fish at density of 1 fish/l. Keywords: balashark, Balantiocheilus melanopterus, density, growth, survival rate   ABSTRAK Populasi benih ikan balashark (Balantiocheilus melanopterus, Blkr.) dialam menurun. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya budidaya (domestikasi) untuk memulihkan stok dan memenuhi permintaan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat penebaran yang memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan terbaik dalam sistem budidaya. Benih ikan balashark yang berukuran rata-rata 1,5 cm dan bobot 0,2 g ditebar dengan kepadatan 1, 2, 3 dan 4 ekor/liter dalam akuarium berukuran 50×50×40 cm3 yang dirancang dalam suatu sistem resirkulasi. Selama pemeliharaan, benih ikan ini diberi cacing sutera dua kali sehari sebanyak 15% bobot tubuh atau 0,168 g per ekor. Pengukuran panjang dan bobot ikan dilakukan dua minggu sekali sebanyak 10% populasi. Data diuji dengan sidik ragam dan uji respon dengan polinomial orthogonal. Laju pertumbuhan berat harian (Y1) benih ikan balashark semakin menurun dengan bertambahnya padat penebaran (x), respon yang diberikan laju pertumbuhan berat harian terhadap padat tebar adalah linier negatif mengikuti persamaan Y1 = 7,3563 - 0,253x. Laju pertumbuhan panjang harian (Y2) benih ikan balashark juga semakin menurun dengan bertambahnya padat penebaran (x). Respon yang diberikan juga berupa linier negatif mengikuti persamaan Y2 = 0,7411 - 0,0358 x. Efisiensi pemberian pakan benih ikan balashark untuk padat penebaran 1-4 ekor/liter masing-masing pemberian adalah 0,69, 0,61, 0,53 dan 0,36%.  Tingkat kelangsungan hidup ikan relatif sama, berkisar antara 95,0 sampai 98,5%. Dengan demikian pertumbuhan dan kelangsungan hidup terbaik diperoleh pada padat tebar 1 ekor/l. Kata kunci: balashark, Balantiocheilus melanopterus, kepadatan, pertumbuhan, kelangsungan hidup
Effect of Different Fatty Acid Sources of Diet on Growth Performance of Botia Botia macracanthus Bleeker Sunarto, .; Sabariah, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.182 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.199-204

Abstract

Fish requires essential fatty acid for growth. Freshwater fish needs linoleat fatty acid (n-6) or combination of linoleat and a-linolenat acids (n-3).  Fish oil contains higher level of n-3, corn oil is rich of n-6, while coconut oil is rich of saturated fatty acids.  This study was conducted to determine the effect of fatty acid sources in diet on growth performance of botia Botia macracanthus. Sources of fatty acid examined were coconut oil (control), corn oil, fish oil, and corn oil + fish oil + coconut oil. The results of study show that daily growth rate of fish fed on diet containing mix of corn-coconut-fish oils (8.39%) and only corn oil (8.15%) was higher (p
The Used of Paci-Paci Leaves Extract Leucas sp. to Prevent Mycotic Disease Nuryati, Sri; Suparman, M.A.; Hadiroseyani, Y.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.282 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.205-212

Abstract

Injury of fish caused by handling of fry transportation and harvesting could impact mycosis. Effort on controlling by using chemotherapeutic could impact on pollution of environtment and even  carcinogenic effect. One of alternative substances  can be used in both preventing and controlling safely is paci-paci, Leucas sp. This method based on phytopharmacy.  The aim of this research is to test the prevention of paci-paci leaves extract to mycotic disease .  This research used five treatments: possitive control; the doses of paci-paci  extract were 0 gr/l (negative control); 0.5 gr/l; 1 gr/l and 1.5 gr/l by using the gurami, Osphronemus gouramy Lac. That was measuring 7-9 cm. The method that was used is the short-term submersion (short baths) for 24 hours.  Paci-paci extract can reduced the fungal infection and hindered the growth of Saprolegnia sp. colonies.  Descriptively, the paci-paci extract (the treatment of the extract 0.5 gr/l; 1 gr/l; 1.5 gr/l) could prevent the Saprolegnia sp. infection with the successive prevalence 33.3 %; 22.2 %; 0 %. Keyword: Osphronemus gouramy, paci-paci, Leucas sp. and mycosis   ABSTRAK Luka-luka pada tubuh ikan baik yang disebabkan penanganan pada saat pengangkutan maupun panen benih berpeluang menimbulkan penyakit mikotik yang disebabkan oleh cendawan. Upaya pengendalian menggunakan obat-obatan kimia berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan bahkan ada yang bersifat karsinogenik. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan dengan aman dalam upaya pencegahan dan pengendalian tersebut adalah paci-paci, Leucas sp. yang merupakan metode berbasis fitofarmaka. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekstrak daun paci-paci pada pencegahan penyakit mikotik. Penelitian ini menggunakan lima perlakuan yaitu kontrol positif; dosis ekstrak 0 gr/l (kontrol negatif); 0,5 gr/l; 1 gr/l dan 1,5 gr/l dengan menggunakan ikan gurame, Osphronemus gouramy Lac. yang berukuran 7-9 cm. Metode yang digunakan yaitu perendaman jangka pendek (short baths) selama 24 jam. Dengan metode tersebut ternyata ekstrak paci-paci dapat mengurangi timbulnya infeksi dan menghambat pertumbuhan koloni cendawan Saprolegnia sp. Ini ditunjukkan dengan semakin menurunnya nilai prevalensi dan diameter koloni jika dibandingkan dengan kontrol positif. Secara deskriptif, ekstrak paci-paci (perlakuan ekstrak 0,5 gr/l; 1 gr/l; 1,5 g/l) dapat  mencegah  serangan   Saprolegnia sp. dengan prevalensi berturut-turut 33,3 %; 22,2 %; 0 %. Kata kunci: Gurame, Osphronemus gouramy, Paci-paci, Leucas sp. dan mikotik
Early Information About Bio-physical Quality of Seaweed Culture (Eucheuma cottonii) in Waworada Bay, Bima Regency Sirajuddin, M.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.33 KB) | DOI: 10.19027/jai.8.1-10

Abstract

One of the potential areas for developing mariculture in West Nusa Tenggara Province is Waworada Bay of Bima Regency. The aim of this research was to find out the early information about bio-physical quality in Waworada Bay for sustainable development of seaweed culture. PCA (Principal Components Analysis) was used to explore the characteristic distribution of biophysics parameters, and then explore the relationship between seaweed production and carragenan content with biophysics parameters. GIS analysis was also applied to determine the suitable area for seaweed culture. PCA analysis shows that the main parameters of growth seaweed culture was light penetration, water current, water deepness, pest, salinity, nitrate and Pb. As additional parameters were temperature, COD, DO, Phosphate, and pH. Biophysics parameters were found to have very important relationship with seaweed growth, production and carragenan content. Based on GIS analysis, 11,128 ha of 11,135 ha was very ideal for seaweed culture, and the remaining was unsuitable for seaweed culture. Keywords: seaweed, Eucheuma cottonii, biophysics, PCA, GIS, Waworada Bay   ABSTRAK Salah satu wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut di Nusa Tenggara Barat adalah Teluk Waworada Kabupaten Bima. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi awal kualitas biofisik Teluk Waworada untuk pengembangan budidaya rumput laut. PCA (Principal Components Analysis), digunakan untuk mengetahui distribusi karaktersitik parameter biofisik, hubungan antara parameter biofisik dengan produksi dan kandungan karaginan rumput laut dan penentuan parameter utama pengembangan budidaya rumput. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan lokasi digunakan analisa GIS (Geografis Information System). Hasil analisa PCA menunjukan bahwa korelasi antara variable terpusat pada dua sumbu utama dengan kontribusi sebesar 79%. Parameter biofisik hasil penelitian ini sangat penting untuk pertumbuhan, produksi dan karaginan rumput laut. Hasil analisa GIS terdapat 11.138 ha 11.128 sangat sesuai dan 0.0007 yang tidak sesuai.  Kata kunci: rumput laut, Eucheuma cottonii, biofisik, PCA, GIS, Teluk Waworada
The Rearing of Clown Loach (Chromobotia macracanthus) Larvae by Using Enriched Live Foods Chumaidi, .; Nurhidayat, .; Priyadi, A.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.1 KB) | DOI: 10.19027/jai.8.11-18

Abstract

The enrichment of natural live  food with unsaturated fatty acid can increase survival and growth rate of fish larvae. The purpose of  this experiment was to know the effect of various natural live food with or without nutrient enrichment on survival and growth rate of clown loach (Chromobotia macracanthus) larvae.  The experiment was done indoor by using plastic jars filled 5 L water and aerated continuously.  Twenty clown loach larvae of four days old, 5.58 ± 0.12   mm in average length,  were stocked in plastic jars and  were reared for 28 days. The treatment were: a) Artemia nauplii as control;  b) rotifer without enrichment;  c) enriched rotifer, d) Moina nauplii without enrichment, and e) enriched Moina nauplii.  As enrichment agent, we used 200 mg of tuna eggs powder and 200 mg of baker's yeast which dissolved and  aerated in 2 L of water for one hour.  Proximate analysis for amino  and fatty acids content were done before the treatment, at 5 days old and at 32 days old (juvenile).  The result showed that higher survival (80.00%) and growth rate (average body length 12.80±1.85 mm) could be achieved by feeding clown loach larvae with enriched Moina nauplii. Keywords: clown loach larvae,  live feed, nutrient enrichment   ABSTRAK Pengkayaan asam lemak tak jenuh dari pakan hidup dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan larva ikan.  Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pakan hidup dengan atau  tanpa diperkaya nutrisinya terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan botia (Chromobotia macracanthus).  Penelitian dilaksanakan di dalam ruangan tertutup menggunakan wadah plastik yang berisi media air 5 L serta diaerasi terus menerus.  Larva umur empat hari dengan panjang rata-rata 5,58 ± 0,12 mm ditebar sebanyak 20 ekor per wadah.  Pemeliharaan larva dilakukan selama 28 hari. Perlakuan perbedaan jenis pakan hidup dengan atau tanpa diperkaya, yaitu : a) naplii Artemia (kontrol), b) rotifer tanpa diperkaya nutrisinya, c) rotifer diperkaya nutrisinya, d) nauplii Moina tanpa diperkaya nutrisinya dan e) nauplii Moina diperkaya nutrisinya.  Pengkayaan pakan alami menggunakan tepung telur tuna dan ragi roti masing-masing 200 mg dalam 2 L media air yang diaerasi selama 1 jam. Analisis proksimat, asam amino dan asam lemak pakan alami  dan larva umur empat hari dilakukan sebelum penelitian dan juvenil botia 32 hari dianalisis pula.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintasan (80,00%) dan pertumbuhan (panjang mutlak 12,90 ± 1,85 mm) yang tinggi dapat diperoleh dengan memberikan nauplii Moina yang diperkaya pada larva botia Kata kunci: larva ikan botia, pakan alami, pengkayaan nutrisi

Filter by Year

2002 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 1 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 2 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 1 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 1 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 2 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 2 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 1 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia More Issue