cover
Contact Name
Apriana Vinasyiam
Contact Email
akuakultur.indonesia@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
akuakultur.indonesia@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Indonesia
ISSN : 14125269     EISSN : 23546700     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Akuakultur Indonesia (JAI) merupakan salah satu sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil penelitian serta kemajuan iptek dalam bidang akuakultur yang dikelola oleh Departemen Budidaya Perairan, FPIK–IPB. Sejak tahun 2005 penerbitan jurnal dilakukan 2 kali per tahun setiap bulan Januari dan Juli. Jumlah naskah yang diterbitkan per tahun relatif konsisten yaitu 23–30 naskah per tahun atau minimal 200 halaman.
Arjuna Subject : -
Articles 569 Documents
Preliminary study on domestication of coconut crab (Birgus latro) Sulistiono, .; Refiani, S.; Tantu, F.Y.; ., Muslihuddin
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.985 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.183-189

Abstract

Preliminary study on domestication of coconut crab (Birgus latro) had been done since June - November 2004 and December - 2005 February 2006.  Study was carried out in two locations namely Laboratory of Sekolah Tinggi Kelautan dan Perikanan, Palu to study adult crab, and Laboratory of Ecobiology of Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University to study crab in clomang stage.  Adult crabs were collected by using some fishing gears namely trap, net and directly using bamboo stick.  Domestication was done in rearing batch sized 1x1x1 m3 with artificial nests (30x15x15 cm3), and small batch for water (7x10x10 cm3).  While for clomang stage, crabs were reared in aquarium (80x40x40 cm3) with debris and small water batch.  Result showed that adult crab had a survival rate around 12.5-0%, and mortality around 50-87.5%.  A similar result was also in clomang stage, which was 12.5% for survival rate and 87.5% for mortality.  Adult coconut crab was preferred to feed coconut than other food likely vegetable and chick. Keywords: domestication, coconut crab, Birgus latro, food habit   ABSTRAK Penelitian awal mengenai kajian awal penangkaran kepiting kelapa (Birgus latro) dilakukan pada bulan Juni - November 2004 dan Desember 2005 Februari 2006.  Pelaksanaan penelitian di lakukan di dua tempat, yaitu Laboratorium Sekolah Tinggi Kelautan dan Perikanan, Palu untuk percobaan kepiting dewasa, dan Laboratorium Ekobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor,  untuk percobaan kepiting tahap klomang.  Kepiting dewasa ditangkap dengan menggunakan beberapa peralatan a.l. perangkap, jaring dan secara langsung dengan tongkat.  Penangkaran dilakukan di bak-bak peliharaan berukuran 1x1x1 m3 yang dilengkapi dengan tempat persembunyian (30x15x15 cm3), dan bak kecil tempat air (7x10x10 cm3).  Sedangkan kepiting tahap klomang dipelihara di akuarium (80x40x40 cm3) yang diberi daun/serasah dan tempat air.  Hasil uji coba penangkaran kepiting kelapa dewasa menunjukkan bahwa tingkat survival rate berkisar 12,5-50%, dan tingkat mortalitasnya sebesar 50-87,5%.  Keadaan yang serupa juga dijumpai pada stadia klomang dimana survival ratenya sebesar 12,5% dan mortalitasnya sebesar 87,5%.  Dari uji coba makanan yang diberikan, diketahui bahwa kepiting dewasa kebanyakan lebih menyukai kelapa, dibandingkan jenis makanan yang berupa sayur ataupun ayam. Kata kunci:  penangkaran, kepiting kelapa (Birgus latro), makanan.
Relation between broodstock number and spawning frequency and egg production of humpback grouper (Cromileptes altivelis) Syaifudin, M.; Aliah, R.S.; Muslim, .; Sumantadinata, K.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.057 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.191-196

Abstract

This study was performed to determine spawning frequency, number of ovulated egg and spawning time of humpback grouper (Cromileptes altivelis) broodstock in hatchery.  Broodstock of 20-83 fish in weight of 1.5-2.0 kg were reared in circular concrete tank 225 m3.  The results showed that increasing in number of broodstock increases spawning frequency (R2= 0.694), and ovulated eggs number was also increased (R2= 0.828).  Spawning of humpback grouper can occur in the third to fourth week in every month. Keywords: reproductive biology, spawning, Cromileptes altivelis   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pemijahan, jumlah telur dan waktu pemijahan populasi induk ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) di hatchery.  Jumlah induk yang bervariasi antara 20-83 ekor dengan ukuran 1,5-2 kg ditempatkan dalam bak beton bulat, kapasitas 225 m3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah induk, maka frekuensi pemijahan yang diperoleh juga semakin meningkat (R2=0,694), dan produksi telur juga semakin meningkat (R2=0,828). Pemijahan kerapu tikus dapat berlangsung setiap bulan, di mana waktu pemijahan terjadi pada kuarter keempat hingga kuarter ketiga. Kata kunci: Biologi reproduksi, Pemijahan, Cromileptes altivelis
Polychaete species infected pearl oyster Pinctada maxima at Padang Cermin Water, Lampung Hadiroseyani, Y.; Djokosetiyanto, D.; Iswadi, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1276.385 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.197-204

Abstract

This study was conducted to determine polychaetes infecting pearl oyster Pinctada maxima reared at Padang Cermin Bay, Lampung.  There were 9 genera of polychaetes harboured on the shell of pearl oysters from Teluk Padang Cermin Lampung.  Those are Eunice, Lysidice, Nereis, Phylodoce, Polycirrus, Polydora  Salmacing,  Streblosoma and Syllis which attached on external surface of the shell and some of them were burrowed into the shell. Keywords:  polychaeta, pearl oyster, Pinctada maxima   Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis polikaeta yang menyerang tiram mutiara Pinctada maxima yang dipelihara di Teluk Padang Cermin, Lampung.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 genus polikaeta yang menyerang tiram mutiara, yaitu  Eunice, Lysidice, Nereis, Phylodoce, Polycirrus, Salmacing,  Streblosoma dan Syllis ditemukan menempel pada permukaan luar cangkang tiram mutiara. Lysidice, Nereis, Phylodoce, dan Syllis juga ditemukan pada lapisan dalam cangkang. Polydora hanya terdapat pada lapisan dalam cangkang. Kata kunci:  polikaeta, tiram mutiara, Pinctada maxima
Use of Chitosan to Control Vibrio harveyi Infection on White Shrimp Litopeneaus vannamei Sukenda, .; Tri Anggoro, Y.; Wahjuningrum, D.; Rahman, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.411 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.205-209

Abstract

Immunostimulation and antibacterial effect of chitosan against vibriosis were examined in white shrimp (Litopenaeus vannamei).  Control shrimps were injected with 0.05 μl of sterile sea water, while experimental shrimps were injected with 2, 4 and 6 μg per g shrimp of chitosan.  All shrimps were subsequently challenged by 106 CFU/ml of live Vibrio harveyi by injection method.  Survival rate of shrimps injected with chitosan were found to slightly increase in accordance with dose of chitosan, even not statistically significant.  Total haemocyte count and phagocytic index at experimental shrimps were over than control shrimps up to three days post injection.  Number of V. harveyi in the intestine of experimental shrimps were lower than control shrimps indicates an antibacterial activity of chitosan to combat infection. Keywords: chitosan, Vibrio harveyi, haemocyte, phagocytic index, Litopenaeus vannamei   ABSTRAK Efek imunostimulasi dan antibakterial dari kitosan melawan vibriosis dilihat pada udang putih (Litopenaeus vannamei).   Udang control disuntik dengan 0,05 μl air laut steril, sedangkan udang uji disuntik dengan kitosan 2, 4 dan 6 μg per g udang.  Semua udang diuji tantang dengan 106 CFU/ml bakteri Vibrio harveyi hidup dengan metode penyuntikan.  Sintasan udang yang disuntik dengan kitosan meningkat berbarengan dengan peningkatan dosis kitosan, meskipun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.  Jumlah total hemosit dan indeks fagositosis pada udang lebih tinggi dibandingkan kontrol sampai tiga hari pasca penyuntikan.  Jumlah V. harveyi dalam saluran pencernaan dari udang uji lebih rendah dibandingkan udang kontrol, hal ini  menunjukkan aktifitas antibacterial dari kitosan dalam melawan infeksi. Kata kunci: kitosan, Vibrio harveyi, hemosit, indeks fagositosis, Litopenaeus vannamei
Production of Paracheirodon innesi on Different Densities in Recirculating System Budiardi, T.; Gemawaty, N.; Wahjuningrum, D.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.985 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.211-215

Abstract

The objective of this research was to know production of neon tetra Paracheirodon innesi reared in recirculating system with density 20, 40 and 60 litre-1. Fish with 1.80 ± 0.04 cm lenghts were cultured in 30 x 20 x 20 cm aquarium in recirculating system, during 28 days. Result of this research showed that density of fish rearing affected  survival rate (p0.05) was observed on body lenght, growth of body lenght and coefficient of varians. Keywords: Density, production, growth, survival rate dan Paracheirodon innesi   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi ukuran L yang dipelihara pada sistem resirkulasi dengan kepadatan 20, 40 dan 60 ekor/L. Benih ikan neon tetra yang digunakan berukuran sedang (medium) dengan panjang awal 1,80 ± 0,04 cm. Ikan ini dipelihara pada akuarium dengan ukuran 30cm x 20cm x 20cm selama 28 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepadatan pemeliharaan memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup (p0,05). Kata kunci : Padat penebaran, produksi, pertumbuhan, kelangsungan hidup, neon tetra dan Paracheirodon innesi
Feeding Broodstock on a Diet Containing Vitamin E and Fish Oil Improve Eggs and Larval Quality of Nile tilapia (Oreochromis niloticus) Darwisito, S.; Junior, M. Zairin; Sjafei, D.S.; Manalu, W.; Sudrajat, A. Oman
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.407 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.1-10

Abstract

The experiment was conducted to determine the effect of dietary vitamin E and n-3 fatty acids on the gonad maturation, egg and larva quality of Nile tilapia. Fish were treated by various combinations of dietary dosage of vitamin E (50, 100, 150, and 200 mg/kg feed) and fish oil (10, 20, 30, and 40 g/kg feed). Three hundreds and twenty pairs of broodstock fish (female at stage of maturity II) were selected and used for this experiment. Fish were fed on the experimental diets three times a day at satiation. The tested of parameters such as gonad somatic index, egg diameter, fecundity, number of spawned fish, hatching rate, and survival rate. Results of the experiment indicated that supplementation of vitamin E and fish oil stimulated gonad development and increased fecundity, hatching rate and survival rate of Nile tilapia larva. Combination of vitamin E 150 mg/kg feed and fish oil 30 g/kg feed significantly improved egg and larva quality of Nile tilapia. Thus, combination of vitamin E in 150 mg/kg diet with fish oil in dose 30 g/kg diet give the best reproduction performance. Keywords: Nile tilapia,  fish oil, vitamin E, reproduction performance   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kadar kombinasi vitamin E dan asam lemak esensial n-3 untuk pematangan gonad, kualitas telur dan larva ikan nila. Adapun dosis dari masing-masing perlakuan terdiri dari 4 taraf. Untuk vitamin E yaitu: 50 mg/kg, 100 mg/kg, 150 mg/kg,  dan 200 mg/kg pakan  sedangkan minyak ikan yaitu: 10 g/kg, 20 g/kg, 30 g/kg dan 40 g/kg pakan. Ikan uji yang digunakan sebanyak 320 ekor induk betina dan 320 ekor induk jantan dan diseleksi.  Setiap hari ikan diberi pakan uji 2 kali sehari (pagi dan sore) secara at satiation. Selama periode pemeliharaan parameter yang diamati meliputi: indeks gonad somatik, diameter telur, fekunditas, jumlah induk yang memijah, derajat tetas telur, dan ketahanan hidup larva. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pakan dengan kombinasi dosis vitamin E 150 mg/kg dan minyak ikan 30 g/kg memberi respons terhadap perkembangan gonad, fekunditas, derajat tetas telur dan ketahanan hidup larva ikan nila.  Kombinasi vitamin E 150 mg/kg dan minyak ikan 30 g/kg pakan memberi pengaruh signifikan dalam meningkatkan kualitas telur dan larva ikan nila. Dengan demikian, kombinasi vitamin E 150 mg/kg dan minyak ikan 30 g/kg pakan adalah memberi hasil terbaik pada performa reproduksi. Kata kunci: ikan nila, minyak ikan, vitamin E, performa reproduksi
Vitamin C Content in Daphnia sp. Enriched with L-ascorbic Acid Ethyl Cellulose at Different Enrichment Period Jusadi, D.; Meylani, I.; Utomo, N.B.P.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.668 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.11-17

Abstract

Daphnia with a density of 10,000 ind./l medium were enriched with either 0.1, 0.5 or 1 g l-ascorbic acid ethyl cellulose (VC) per l culture medium. In this triplicate experiment, Daphnia were enriched with VC in a 12 litre aquaria for 0, 3, 6 or 9 h. Results showed that the maximum VC content in Daphnia enriched with 0.1, 0.5 and 1 g VC/l medium was 347, 471 and 482 mg VC/g Daphnia (dry basis), respectively. This VC content was obtained after 5 h, 5 h 12 min and 5 h 18 min of enrichment period.  During 9 h enrichment period, the survival rate of Daphnia enriched with 0.1, 0.5 and 1 g VC/l medium was decrease linearly from 100% to 55.6%, 50.1% and 47.9%, respectively. Keywords: Daphnia, vitamin C, enrichment   ABSTRAK Dalam penelitian ini,  Daphnia dengan padat tebar 10.000 ekor/l diperkaya dengan vitamin C (VC) pada tiga dosis yang berbeda, yaitu dosis 0,1, 0,5 dan 1 g VC/l media untuk masing-masing penelitian 1, 2 dan 3.  Daphnia diperkaya dalam wadah volume 12 liter selama 0, 3, 6 dan 9 jam.  Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Hasil analisa respon menunjukkan bahwa waktu pengkayaan yang optimum untuk masing-masing dosis pengkayaan 0,1, 0,5 dan 1 g VC/l media secara berturut-turut adalah 5 jam, 5 jam 12 menit dan 5 jam 18 menit dengan kadar VC masing-masing sebesar 347, 471 dan 482 mg VC/g Daphnia.  Tingkat kelangsungan hidup Daphnia sp. menunjukkan terjadinya penurunan secara linier dengan semakin bertambahnya waktu pengkayaan.  Tingkat kelangsungan hidup Daphnia sp. setelah 9 jam masa pengkayaan ialah sebesar 55,63%, 50,12% dan 47,92% untuk dosis 0,1, 0,5 dan 1 g VC/l media.  Kata kunci: Daphnia, vitamin C, pengkayaan
Production of M-Size Neon Tetra Fish Paracheriodon innesi in Recirculation System with Density of 25, 50, 75 and 100 litre-1 Budiardi, T.; Solehudin, M.A.; Wahjuningrum, D.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.846 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.19-24

Abstract

Quality and quantity of freshwater were important factors in aquaculture. The farmers of neon tetra fish (Paracheriodon innesi) usually rear them in aquarium with simple methods, so that gave low productivity. Increasing density could be increased the production and its continuity and also more efficient in land and water. Rearing of neon tetra with density of 25, 50, 75 and 100 litre-1 in recirculation system were no influence for fish body length, growth of body length and coefficient of variants (p>0,05). But those densities of fish rearing affected survival rate, end density and profit (p0,05), namun berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, kepadatan akhir dan keuntungan (p
Oral Administration of 17α-Methyltestosterone Increased Male Percentage of Freshwater Crayfish Cherax quadricarinatus Carman, O.; Jamal, M.Y.; Alimuddin, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.216 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.25-32

Abstract

Cherax quadricarinatus is one of freshwater crayfish species that has enormous potential for expanding its farming in future.  Application of monosex male culture using steroid sex hormone administration method during the period of sex differentiation or early developmental stage might be increased efficiency in farming.  This study was aimed to increase male of C. quadricarinatus by oral administration of diet containing 17α-methyltestosterone (MT) towards production efficiency.  Two-week-old of Cherax quadricarinatus were fed ad libitum on diets containing various dose of MT, i.e., 25, 50, 75, 100 and 150 mg/kg diet or diet containing no MT as control, 3 times daily for 30 days.  After MT-treatment, crayfish were fed frozen Chironomus sp.  and shrimp diet.  Sex ratio, survival and growth rate (by length and weight) were observed at the end of experiment.  Sex was determined by visual observation; the male sex organ is located at the fifth walking leg while the female is at the third.  Data was analyzed by F and BNT tests.  The results of study show that administration of MT was significantly changed the male ratio of crayfish.  Treatment dose of 50 mg/kg diet was effective to increase male sex percentage from 24.93% (control) to be 59.96%. Growth was also significantly being improved, while survival rate was insignificant.  Thus, oral administration of MT is an effective way to increase male sex percentage of crayfish, although other methods and the time of hormone administration are needed to be verified to obtain maximal results. Keywords: monosex, 17α-methyltestosterone, sex reversal, Cherax quadricarinatus   ABSTRAK Salah satu jenis lobster air tawar yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan usaha budidayanya adalah Cherax quadricarinatus. Aplikasi teknik budidaya tunggal kelamin (monoseks) dengan metode pemberian hormon seks steroid yang diberikan pada saat diferensiasi kelamin atau masa perkembangan awal ikan diduga dapat meningkatkan efisiensi usaha.  Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan persentase C. quadricarinatus jantan menggunakan metode seks reversal melalui pemberian pakan yang mengandung 17α-metiltestosteron (MT) sebagai upaya efisiensi produksi.  C. quadricarinatus umur 2 minggu diberi pakan yang mengandung MT dengan dosis 25, 50, 75, 100 dan 150 mg/kg pakan atau tanpa hormon secara ad libitum, 3 kali sehari selama 30 hari.  Setelah perlakuan lobster uji diberi pakan alami Chironomus sp. beku dan pakan udang. Parameter yang diamati meliputi nisbah kelamin, kelangsungan hidup dan pertumbuhannya (panjang dan berat mutlak), yang dilakukan pada akhir penelitian. Identifikasi jenis kelamin dilakukan secara visual; alat kelamin lobster jantan terdapat pada bagian pangkal kaki jalan kelima, yang betina terletak pada bagian dasar kaki jalan ketiga.  Data dianalisis menggunakan uji F dan BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hormon MT berpengaruh nyata terhadap persentase kelamin jantan lobster. Perlakuan dengan dosis 50 mg/kg pakan efektif untuk meningkatkan persentase jantan C. quadricarinatus dari 24,93% (kontrol) menjadi 59,96%.  Pertumbuhan panjang dan berat mutlak  juga menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, sementara kelangsungan hidup tidak berbeda.  Dengan demikian pemberian hormon MT melalui pakan cukup efektif untuk meningkatkan persentase lobster jantan yang dihasilkan, meskipun penggunaan metode lain dan waktu pemberian hormon MT masih perlu diteliti untuk memperoleh hasil maksimal.  Kata kunci: tunggal kelamin, 17α-metiltestosteron, seks reversal, Cherax quadricarinatus
Hormonal and Temperature Manipulation to Produce Male Homogametic (XX) in Developing Female Monosex Culture of Thai Catfish Pangasionodon hypopthalmus Arfah, H.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.579 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.33-38

Abstract

The female of Thai catfish Pangasionodon hypopthalmus had higher growth rate, about 25-30% than male fish, especially on growth phase-2 when the fish get sexually mature. Monosex female fish culture system can increase production efficiency in term of time and cost.  Experiment was performed to get male homogametic (XX) that will be used as functional male to produce female monosex (XX) population Result of hormonal and temperature manipulation on larvae shown that the highest percentage of male (67.7%) was obtained by 5 mg/liter 17-α-metiltestosteron treatment with temperature 33oC. Good temperature for larva rearing was 30oC. The result of fertility test on male fish was fertile, but progeny test was not performed homogametic (XX) character yet. Keywords: hormonal manipulation, male homogametic XX, monosex, Pangasionodon hypopthalmus   ABSTRAK Ikan patin Pangasionodon hypopthalmus betina memiliki laju pertumbuhan lebih cepat sekitar 25-30% daripada yang jantan, terutama pada fase pertumbuhan II saat ikan mulai matang kelamin. Budidaya ikan dengan sistem kultur monoseks ikan betina diduga akan meningkatkan efisiensi produksi dari segi waktu dan biaya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan jantan homogametik (XX) yang akan dimanfaatkan sebagai jantan fungsional untuk menghasilkan populasi monoseks betina (XX). Hasil manipulasi hormon dan suhu terhadap larva ikan patin menunjukkan bahwa presentase kelamin jantan tertinggi (67,7%) terjadi dengan dosis perendaman dalam hormone 17-α metiltestosteron 5 mg/liter dengan suhu inkubasi 33oC. Suhu yang baik untuk pemeliharaan larva ialah 30oC. Hasil uji fertilitas terhadap induk jantan bersifat fertile, namun uji progeny belum dapat menunjukkan sifat homogametik (XX). Kata kunci : manipulasi hormonal, jantan homogametik (XX), monoseks betina, ikan patin, Pangasionodon hypopthalmus

Filter by Year

2002 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 1 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 2 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 1 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 1 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 2 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 2 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 1 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia More Issue