cover
Contact Name
Apriana Vinasyiam
Contact Email
akuakultur.indonesia@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
akuakultur.indonesia@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Indonesia
ISSN : 14125269     EISSN : 23546700     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Akuakultur Indonesia (JAI) merupakan salah satu sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil penelitian serta kemajuan iptek dalam bidang akuakultur yang dikelola oleh Departemen Budidaya Perairan, FPIK–IPB. Sejak tahun 2005 penerbitan jurnal dilakukan 2 kali per tahun setiap bulan Januari dan Juli. Jumlah naskah yang diterbitkan per tahun relatif konsisten yaitu 23–30 naskah per tahun atau minimal 200 halaman.
Arjuna Subject : -
Articles 569 Documents
Effect of Salinity Adaptation Technique on Survival and Growth Rate of Patin Catfish, Pangasius sp. Nirmala, K.; Lesmono, D.P.; Djokosetiyanto, D.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.486 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.25-30

Abstract

This study was carried out to determine the effect of salinity adaptation techniques on growth and survival of patin catfish Pangasius sp. fry.  Fry of 1.5-2.0 inch in length were reared in the water with different of the initial salinity of 1, 2, 3, 4 and 5 ppt.  Salinity was then daily increased by duplicated the initial water salinity until fish died.  The results of study showed that fry could survive by initial salinity adaptation of 1 ppt and then increasing the salinity by 1 ppt/day to reach 27 ppt.  In the other treatments, all fry died after the salinity reach 18-25 ppt. Keywords: patin catfish, Pangasius, adaptation, salinity   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan patin Pangasius sp.  Benih patin ukuran 1,5-2 inci dipelihara pada salinitas awal berbeda, yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 ppt. Salinitas air pemeliharaan ditingkatkan kelipatan dari salinitas awal setiap hari hingga ikan mati.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaptasi salinitas awal 1 ppt dan peningkatan sebesar 1ppt/hari menyebabkan ikan dapat bertahan hidup sampai pada salinitas 27 ppt. Pada perlakuan lainnya, benih ikan mengalami kematian masal ketika salinitas mencapai 18-25 ppt. Kata kunci: ikan patin, Pangasius, adaptasi, salinitas
Effect of Thyroxine Hormone by Oral on Growth and Survival Rate of Coral Platy Xiphophorus maculates Junior, M. Zairin; Pahlawan, R.G.; Raswin, M.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.771 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.31-35

Abstract

Thyroxine is known as a hormone that can affect growth of fish by increasing the metabolic rate, feed efficiency and protein retention.  In this study, effect of thyroxine administration through feed on growth and survival of coral platy fish (Xiphophorus maculatus) was observed.  Dosage of thyroxine used was 0.2, 2 and 20 mg/kg of feed, and were combined with duration time of treatment i.e. 1, 2 and 3 weeks.  All treatments were performed triplicate.  The results of study show that higher growth in length (21.3 mm) and weight (244.5 mg) was obtained by administration of 20 mg thyroxine per kilogram of feed for two weeks and this treatment had no effect on the survival rate of coral platy fish Keywords: coral platy, Xiphophorus maculatus, tyroxine, growth   ABSTRAK Tiroksin diketahui sebagai hormon yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dengan jalan meningkatkan laju metabolisme tubuh, efisiensi makanan dan retensi protein. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh pemberian hormon tiroksin melalui pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan plati koral (Xiphophorus maculatus). Dosis tiroksin yang digunakan yaitu 0,2; 2 dan 20 mg/kg pakan, dan dikombinasikan dengan lama waktu perlakuan satu, dua dan tiga pekan. Semua perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hormon tiroksin sebesar 20 mg/kg pakan selama dua pekan memberikan pertumbuhan panjang dan pertambahan berat terbaik masing-masing 21,3 mm dan 244,5 mg dan tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan platy koral. Kata kunci: ikan plati koral, Xiphophorus maculatus, tiroksin, pertumbuhan
Effect of 17α-Methyltestosterone Hormone Manipulation in Various Water Temperatures on Sex Ratio of Guppy (Poecilia reticulata Peters) Arfah, H.; Kadriah, A.K.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.057 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.37-40

Abstract

This study was conducted to determine percentage of male progeny of guppy (Poecila reticulata Peters) broodstock immersed in water containing various dose of 17α-Methyltestosterone (MT) and different temperature.  Immersion of broodstock was carried out at 10th day after spawning.  Dosage of MT used was 0, 0.5 and 1 mg per liter of water, while the water temperature was 27, 30 and 33oC, for 24 hours immersion.  The result of study showed that the combination of hormone treatment 1mg/L and temperature 27oC produced higher percentage of male progeny (92.7%).  Increasing water temperature in combination with dose of hormone treatment can reduce percentage of male progeny. Keywords: guppy, Poecilia reticulata, 17α-Methyltestosterone, temperature, sex reversal, monosex   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nisbah kelamin jantan keturunan induk ikan gapi (Poecila reticulata Peters) yang telah direndam hormon 17α-Metiltestosteron (MT) dengan berbagai tingkatan dosis yang dikombinasikan dengan temperatur air yang berbeda-beda.  Perendaman induk dilakukan pada hari kesepuluh setelah pemijahan.  Dosis hormon yang digunakan adalah 0, 0,5 dan 1 mg/L air, sementara suhu air perendaman adalah 27oC, 30oC dan 33oC, dengan lama perendaman 24 jam.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan hormon 1 mg/L dengan temperatur 27ºC menghasilkan rataan persentase ikan gapi kelamin jantan tertinggi yaitu 92,7%. Peningkatan temperatur yang dikombinasikan dengan dosis hormon ternyata mengakibatkan penurunan persentase anak berkelamin jantan. Kata kunci: ikan gapi, Poecilia retiulata, 17α-Metiltestosteron, temperatur, seks reversal, monoseks
Growth of Spirulina platensis Cultured with Inorganic Fertilizer (Urea, TSP and ZA) and Chicken Manure Utomo, N.B.P; Winarti, .; Erlina, A.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.784 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.41-48

Abstract

This experiment was conducted to compare the effectiveness of inorganic fertilizer and chicken manure on population growth and nutrient content of Spirulina platensis. It was found that Spirulina platensis cultured in inorganic medium reached a maximum population on day-9 with a density of 614.77x103 Sin/ml, containing 56.39% of crude protein and 17.92% of lipid. On the other hand, Spirulina platensis cultured in 250 ppm of chicken manure reached a maximum population on day-4 with a density of 434.32x103 Sin/ml, containing 45.39% of crude protein and 12.50% of lipid. Keywords: spirulina, Spirulina platensis, culture, inorganic fertilizer, chicken manure, population maximum   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efektivitas pupuk inorganik (urea, TSP dan ZA) dan kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrien Spirulina platensis.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Spirulina platensis dikultur menggunakan pupuk inorganik mencapai puncak populasi pada hari ke-9 dengan kepadatan 614,77x103 Sin/ml, mengandungkan protein kasar 56,39% dan lemak 17,92%. Sementara itu, Spirulina platensis dikultur menggunakan kotoran ayam 250 ppm mencapai puncak populasi pada hari ke-4 dengan kepadatan 434,32x103 Sin/ml, kandungan protein kasar 45,39% dan lemak 12,50%. Kata kunci: spirulina, Spirulina platensis, kultur, pupuk inorganik, kotoran ayam, populasi maksimal
Effect of Different Feeding Method on Feed Conversion and Growth of Common Carp (Cyprinus carpio) in Floating Net Cage Utomo, N.B.P; Hasanah, P.; Mokoginta, I.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.483 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.49-52

Abstract

This experiment was conducted to evaluate the effectiveness of two feeding methods commonly used in cage culture of carp Cyprinus carpio at Jatiluhur Lake. The results showed that the application of "at satiation feeding method" was more effective than "fixed method" (8% of body weight) indicating with food conversion ratio of 1.79 versus 1.84 and daily growth rate of 3.79% versus 3.42%. Keywords: common carp, Cyprinus carpio, FCR, at satiation, growth, cage culture   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dua metode pemberian pakan yang umum digunakan dalam budidaya keramba jaring apung untuk ikan mas di Waduk Jatiluhur.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan secara satiasi lebih efektif dibandingkan dengan pemberian pakan sebanyak 8% dari bobot biomassa, dengan nilai konversi pakan sebesar 1,79 yang lebih kecil dibandingkan perlakuan pakan sebanyak 8% (1,84) dan pertumbuhan harian sebesar 3,79% (vs. 3,42%). Kata kunci: ikan mas, Cyprinus carpio, FCR, at satiation, pertumbuhan, keramba jaring apung
Effect of Alkalinity on Survival Rate and Growth of Siam Patin Catfish (Pangasius sp.) fry Djokosetiyanto, D.; Dongoran, R.K.; Supriyono, E.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.569 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.53-56

Abstract

This study was conducted to examine the effect of alkalinity on survival and growth of Siam patin catfish (Pangasius sp.).  Fish larvae were reared in aquaria in density of 4 fishes per liter.  Water alkalinity examined was 15 ppm CaCO3 as control, and 25, 50, and 75 ppm CaCO3 as treatments.  During first 7 days, larvae were fed on nauplii Artemia sp. 4 times daily and continuing fed on Tubifex sp. for 23 days.  The results of study showed that higher survival rate was obtained in treatment 50 ppm CaCO3 (94.16%).  Higher daily growth rate was also achieved by that treatment. Keywords: Siam patin catfish, Pangasius, Alkalinity, CaCO3   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alkalinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan patin Siam (Pangasius sp.).  Larva ikan patin dipelihara dalam akuarium dengan kepadatan 4 ekor/L.  Alkalinitas air yang digunakan adalah 15 ppm CaCO3 sebagai kontrol, dan perlakuan 25, 50 serta 75 ppm CaCO3. Selama 7 hari pertama, pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sp. setiap 4 jam sekali dan diteruskan dengan cacing sutera (Tubifex sp.) selama 23 hari.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup larva tertinggi diperoleh pada perlakuan alkalinitas 50 ppm CaCO3  (94,16%).  Laju pertumbuhan harian tertinggi juga diperoleh pada perlakuan alkalinitas 50 ppm CaCO3 (6,65%).   Kata kunci: ikan patin Siam, Pangasius, Alkalinitas dan CaCO3
Utilization Efficiency of Yolk Egg on Maanvis (Pterophyllum scalare) Embryos and Larvae in Different Incubation Temperatures Budiardi, T.; Cahyaningrum, W.; Effendi, I.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.837 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.57-61

Abstract

This study was performed to determine the efficiency of yolk egg utilization in embryos and larvae, hatching rate, incubation time to hatch, and growth rate of maanvis (Pterophyllum scalare) larvae incubated at room remperature, 27oC, and 30oC.  Results of study showed that yolk egg utilization efficiency of embryos and larvae incubated at 30oC was 73.70% and 0,18%, respectively, and no different with that of room and 27oC incubation temperatures.  Hatching rate of eggs incubated at 30oC (84.75%) was also same with that of other treatments.  However, incubation time to hatch (27.41 hours) was shorter than that of other treatments.  The growth rate by length of larvae (2.16%) and survival rate (75.28%) incubated at 30oC was also higher compared with that of other treatments.  Thus, in general, optimum temperature for egg hatching and larval rearing of maanvis was 30oC. Keywords: maanvis, Pterophyllum scalare, egg yolk, larvae, embryo, temperature   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemanfaatan kuning telur pada embrio dan larva, derajat penetasan, lama inkubasi telur hingga menetas, dan laju pertumbuhan serta kelangsungan hidup larva ikan maanvis (Pterophyllum scalare) yang diinkubasi pada suhu ruang, 27oC dan 30oC.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai efisiensi pemanfaatan kuning telur bila diinkubasi pada suhu 30oCsebesar 73,70% pada fase embrio dan 0,18% pada fase larva, dan tidak berbeda dengan suhu ruang dan 27oC.  Demikian juga dengan derajat penetasan telur  (84,75%) tidak berbeda dengan perlakuan lainnya.  Sementara itu, lama inkubasi telur hingga menetas (27,41 jam) lebih cepat dibandingkan dengan suhu inkubasi perlakuan lainnya. Demikian juga dengan laju pertumbuhan panjang (2,16%) dan kelangsungan hidup larva (75,28%) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian, secara umum suhu optimal untuk penetasan dan pemeliharaan larva ikan maanvis adalah 30°C. Kata kunci: ikan maanvis, Pterophyllum scalare, kuning telur, larva, embrio, suhu
Effect of Different Feeding on Feed Conversion and Growth of Common Carp (Cyprinus carpio) in Floating Net Cage Culture at Jatiluhur Dike Utomo, N.B.P; Kumalasari, F.; Mokoginta, I.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.257 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.63-67

Abstract

This experiment was conducted to evaluate the effectiveness of two feeding methods commonly used in cage culture of carp Cyprinus carpio at Jatiluhur Lake, Purwakarta. Common carp in mean weight of 24.29±4.29 gram were reared in floating net cage 7×7×3 m3, for 70 days rearing.  Fish were fed on a commercial diet containing 30% protein at 5 times daily.  Experimental treatment was feeding technique, i.e., by 6% of body weight, and at satiation for the second treatment.  The results showed that the application of "at satiation feeding method" was more effective than "fixed method" (6% of body weight) indicating with food conversion ratio of 1.86 versus 1.91. Production of fish fed on the diet using at satiation method for 70 days was 1,241 kg/cage. Keywords: common carp, Cyprinus carpio, FCR, floating net cage, at satiation   ABSTRAK Salah satu cara untuk menekan biaya dalam usaha budidaya ikan secara intensif adalah dengan penggunaan pakan secera efisien agar ikan tumbuh optimal dan pakan yang terbuang seminimal mungkin. Penelitian dilakukan di Waduk Jatiluhur, Purwakarta.  Ikan mas (Cyprinus carpio) ukuran bobot awal rata-rata 24,29±4,29 gram dipelihara dalam jaring apung ukuran 7×7×3 m3, selama 70 hari.  Ikan diberi pakan dengan frekuensi yang sama sebanyak 5 kali/hari. Perlakuan pada penelitian ini adalah teknik pemberian pakan, yaitu ikan pada jaring pertama diberi pakan sebanyak 6% dari bobot biomassa, sementara pada jaring kedua ikan diberi pakan sekenyangnya (at satiation).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan metode sekenyangnya (at satiation) menghasilkan nilai FCR sebesar 1,86 yang relatif lebih efisien dibandingkan dengan sebanyak 6% berdasarkan bobot biomassa (1,91). Produktivitas akhir ikan dengan pemberian pakan sekenyangnya 70 hari pemeliharaan dalam jaring apung di waduk Jatiluhur mencapai 1.241 kg. Kata kunci: ikan mas, Cyprinus carpio, FCR, Keramba jaring apung, at satiation
Effect of Linear Alkylbenzene Sulfonate on Mortality, Hatching Rate of Eggs and Abnormality of Catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) Larvae Supriyono, E.; Lisnawati, L.; Djokosetiyanto, D.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.96 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.69-78

Abstract

Linear alkylbenzene sulfonate (LAS) surfactant in the water can affecting fish in all developmental stages.  This study was aimed to observe the effect of LAS on mortality, hatching rate of eggs, and abnormality of patin catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) larvae.   Fertilized eggs were incubated in water containing LAS at the dosages of 0.0, 0.5, 1.5, 3.0, 9.0, and 18.0 mg/L.  Eggs mortality was observed every 6 hours until larvae hatched (24 hours).  The results of study showed that the exposure of 18.0 mg LAS per liter water could put to death all the fertilized eggs and larvae be abnormal.  The exposure of LAS at concentration of 9.0 mg/L could kill 98% of eggs and hatching rate was only 2%.  The abnormality in larvae was bending in the body and tails. Keywords: patin catfish, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS, abnormality   ABSTRAK Surfaktan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) yang masuk ke dalam perairan sangat berpengaruh terhadap ikan dari stadia awal hidup ikan sampai dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh LAS terhadap mortalitas, daya tetas telur dan abnormalitas larva ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage).  Telur ikan patin yang telah dibuahi di rendam dalam air yang mengandung LAS dengan konsentrasi 0,0; 0,5; 1,5; 3,0; 9,0 dan 18,0 mg/L.  Mortalitas telur dicatat setiap 6 jam sampai menetas (24 jam).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi LAS sebesar 18,0 mg/L dapat mengakibatkan mortalitas telur dan abnormalitas pada larva secara total.  Konsentrasi LAS sebesar 9,0 mg/L dapat mematikan telur hingga 98% dan hanya menghasilkan daya tetas sebanyak 2%. Abnormalitas pada larva berupa pembengkokan pada tubuh dan ekor. Kata kunci: ikan patin, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS dan abnormalitas
Effect of Ultraviolet Radiation on Pathogenity of White Spot Syndrome Virus in Giant Tiger Prawn (Penaeus monodon Fab.) Subkhan, M.; Alifuddin, M.; Taslihan, A.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.26 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.79-87

Abstract

This experiment was conducted to examine the effect of UV irradiation on pathogenity of white spot syndrome virus (WSSV) in black tiger shrimp (Penaeus monodon Fab.).  A hundred ml of WSSV virus suspension (200 μg/ml) were placed at 30 cm under UV light 10 Watt.  Radiation on WSSV virus was performed for 15, 30, 45, and 60 minutes.  Black tiger sjrimp in density of 260 tails/L were immersed in 1000 ml of irradiated virus suspension (20 μg/ml) to test their pathogenities.  The results of study showed that duration of UV irradiation on WSSV virus was reverse correlated to their pathogenities.  In constrast, survival of black tiger shrimp was linear correlated to duration of UV inactivation of virus.  Higher survival rate of shrimp (65.52%) after challenge test was obtained by irradiation of virus for 60 min. Keywords:  WSSV, virus, pathogen, ultraviolet, black tiger prawn, Penaeus monodon   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh radiasi UV terhadap patogenitas virus White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada udang windu (Penaeus monodon Fab).   Suspensi virus WSSV dengan konsentrasi 200 μg/ml sebanyak 100 ml ditempatkan 30 cm diradiasi menggunakan UV 10 Watt.  Radiasi dilakukan selama 15, 30, 45, dan 60 menit.  Udang dengan kepadatan 260 ekor/L direndam dalam 1000 ml suspensi virus (20 μg/ml) hasil radiasi untuk menguji patogenitasnya.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama radiasi UV pada virus WSSV berbanding terbalik dengan tingkat patogenitasnya.  Sementara itu, lama inaktivasi virus dengan UV berbanding lurus terhadap kelangsungan hidup udang.  Kelangsungan hidup udang windu tertinggi (65,52%) setelah uji tantang diperoleh dengan meradiasi virus selama 60 menit. Kata kunci: WSSV, virus, patogen, ultraviolet, udang windu,  Penaeus monodon

Page 7 of 57 | Total Record : 569


Filter by Year

2002 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 1 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 2 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 1 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 1 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 2 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 2 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 1 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia More Issue