cover
Contact Name
Apriana Vinasyiam
Contact Email
akuakultur.indonesia@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
akuakultur.indonesia@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Indonesia
ISSN : 14125269     EISSN : 23546700     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Akuakultur Indonesia (JAI) merupakan salah satu sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil penelitian serta kemajuan iptek dalam bidang akuakultur yang dikelola oleh Departemen Budidaya Perairan, FPIK–IPB. Sejak tahun 2005 penerbitan jurnal dilakukan 2 kali per tahun setiap bulan Januari dan Juli. Jumlah naskah yang diterbitkan per tahun relatif konsisten yaitu 23–30 naskah per tahun atau minimal 200 halaman.
Arjuna Subject : -
Articles 569 Documents
Recovery Gonad Betina dan Kontrol Produksi Sperma Secara Hormonal pada Ikan Heterobranchus longifilis Subagja, Jojo; Gustiano, Rudhy
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.891 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.159-162

Abstract

Two experiments were conducted in the IRD-Gamet Laboratory, Montpellier, France. The first experiment was to evaluate the recovery of Heterobranchus longifilis females' gonad after induced ovulation, under tropical condition.  Eggs diameter was used as indicator of the recovery rate following by induced breeding, hatching rate and abnormality of larvae. The results showed that the recovery was about 28 - 35 days after ovulation. The second experiment was carried out to improve milt production by hormone treatments, volume of intra testicular sperm and the numbers of spermatozoa were observed.  The results indicated that the treatmens did not prove any significant differences. Keywords: hormone, gonad, reproduction, Heterobranchus longifilis   ABSTRAK Dua kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium IRD-Gamet, Montpellier, Perancis.  Penelitian pertama dilakukan untuk mengetahui recovery gonad ikan Heterobranchus longifilis betina setelah ovulasi, di daerah tropis.   Diameter telur digunakan sebagai indikator recovery gonad, diukur pada saat sekitar 28-35 hari setelah ovulasi.  Penelitian kedua dilakukan untuk meningkatkan produksi sperma dengan memberikan perlakuan hormon.  Volume semen dan jumlah spermatozoa dievaluasi.  Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tidak memberikan hasil yang signifikan. Kata kunci: hormon, gonad, reproduksi, Heterobranchus longifilis
Toxicity Study of Trichlorfon Insecticide Towards Nile Tilapia Oreochromis sp. Supriyono, E.; Pong-Masak, P.R.; Naiborhu, P.E.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.191 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.163-171

Abstract

The study was conducted to study toxicity and accumulation levels of trichlorofon in Nile tilapia (Oreochromis sp.) in weight of 2.54±0.79 g.  Experiment was diveded into three steps, i.e., (1) determination of toxicity range for 48 hours, (2) devinitive test for 96 hours, and (3) bioaccumulation test for 96 hours.  Experiment  was performed using aquaria (volume 10 liter) with semi-static system.  Data was analyzed descriptively and probit test. The results of study indicated that Nile tilapia (8.33%) died after exposuring with trichlorofon 8 ppm for 24 hours, and all fish died when they were exposured with trichlorofon 50 ppm for 18 hours.  LC50 value at 96 hours was 8.52 ppm, while safe concentration levels was 0.43 ppm.  Accumulation rate of tricholorofon in the body Nile tilapia was 0.11% per day.  Keywords: toxicity, trichlorfon, Nile tilapia, Oreochromis sp.   ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat toksisitas dan akumulasi insektisida triklorfon pada ikan nila (Oreochromis sp.) dengan bobot 2,54±0,79 g.  Percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu uji penentuan kisaran selama 48 jam, uji definitif selama 96 jam dan studi bioakumulasi selama 96 jam.  Percobaan menggunakan akuarium kaca volume 10 liter dengan sistem semi statik.  Data dianalisis secara deskriptif dan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila mulai mati setelah diberikan triklorfon 8 ppm selama 24 jam, and semua ikan mati dengan pemberian triklorofon 50 ppm selama 18 jam.  Nilai LC50 96 jam sebesar 8,52 ppm, sementara  tingkat konsentrasi aman sebesar 0,43 ppm.  Terjadi peningkatan konsentrasi residu dalam tubuh ikan nila dengan laju penyerapan harian 0,11%.  Kata kunci: toksisitas, triklorfon, ikan nila, Oreochromis sp.
Effect of Enriched Feed by n-3 fatty acids and 2% of n-6 fatty acid on Danio rerio Reproduction Utomo, N.B.P; Nurmalia, L.; Mokoginta, I.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.623 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.173-181

Abstract

This experiment was conducted to determine the optimum n-3 fatty acid level in the diet containing 2 % of n-6 fatty acid on the reproductive performance of zebra fish (Danio rerio). There experimental diets containing 0.0; 1.0; 1.5 % n-3 fatty acid with 2.0 % n-6 fatty acid was fed to the fish, three times daily, at satiation, for two months. In order to evaluate the gonadal development of the broodstock, two gonads og fish was used for histologis preparation in every 7 days. At the end of the second month, reproductive performance was evaluated through parameters of gonad somato indeks, fecundity, fertilization rate, hatching rate, yolk egg absorbtion rate, survival rate of 3 days old larvae. Sample of fish also was taken for proximate composition as the end of this experiment. Results shows that at the fifth weeks of this experiment, gonad of fish fed on 1.0 % of n-3 fatty acid and 2.0 % n-6 fatty acid already produce eggs with the some size, while others. Still produce small size of eggs. It was found also that the whole body of fish fed an diet with 1.0% n-3 fatty acid contain the highest protein level compare to two other diets. Based on the evaluation of reproduction performance parameters, it was concluded that the optimum dietary level of n-3 fatty acid with 2.0 % n-6 fatty acid for Danio rerio was 0.81 - 0.90 %. Keywords: essential fatty, acids, reproduction, zebra fish, Danio rerio   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar asam lemak n-3 optimum dalam pakan yang mempunyai kadar asam lemak n-6 tetap. Tiga macam pakan dengan kadar asam lemak n-3 berbeda yaitu 0.0; 1.0; dan 2.0 % diberikan pada ikan dengan bobot rata-rata 0.12 g. Pakan diberikan secara at satiation, 4 kali sehari selama 60 hari. Setiap 7 hari sekali diambil sampel ikan untuk pembentukan preparat histologi gonad dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan gonad. Pada akhir penelitian, induk dipijahkan dan dievaluasi performan reproduksi berdasarkan parameter. Gonad Somato Indeks, fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan dan kelangsungan hidup larva berumur 3 hari. Sampel tubuh ikan diakhir penelitian juga dievaluasi komposisi proksimatnya. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pada minggu ke-5 setelah pemberian pakan, gonad dari ikan yang diberi pakan asam lemak n-3 1.0 % mengandung telur-telur dengan ukuran yang seragam sedangkan ukuran telur ke dua perlakuan lainnya masih bervariasi. Kadar protein tertinggi juga terdapat pada tubuh ikan yang diberi pakan 1.0 % asam lemak n-3. Berdasarkan parameter performan reproduksi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kadar asam lemak n-3 optimum dalam pakan ikan zebra, Danio rerio adalah 0.81 - 0.90 %. Kata kunci: asam lemak, reproduksi, ikan zebra, Danio  rerio
Screening of probiotic bacteria and its role on artificial infection of Vibrio harvey in white shrimp (Litopenaeus vannamei) Sukenda, .; Sihombing, A.J.; Novianti, Fitria; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.848 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.183-189

Abstract

Probiotic was screened from 28 strains of normal bacterial flora isolated from rearing water in a Litopenaeus vannamei farm based on its inhibitory activity against the growth of Vibrio harveyi.  Antibacterial activity was also tested in vivo to V. harveyi in L. vannamei.  The result showed that  the probiotic has a antibacterial effect on V. harveyi.  The in vivo test showed that shrimps injected with probiotic previously before challenged with V. harveyi has survival higher than control.  Probiotic isolate was suspected as Vibrio furnissi. Keywords:  biocontrol, inhibitory activity, Vibrio furnissi, Vibrio harveyi, Litopenaeus vannamei   AbstraK Bakteri probiotik ditapis dari 28 strain bacteria flora yang diisolasi dari air pemeliharaan udang vaname Litopenaeus vannamei berdasarkan aktivitas penghambatannya terhadap pertumbuhan Vibrio harveyi.  Aktivitas bakteri probiotik juga diuji secara in vivo terhadap V. harveyi pada udang putih.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri probiotik isolat memiliki kemampuan antibakteria terhadap V. harveyi.  Uji in vivo menunjukkan bahwa udang yang diinjeksi probiotik sebelum diuji tantang dengan V. harveyi memiliki kelangsungan hidup lebih tinggi daripada kontrol.  Isolat probiotik tersebut diduga adalah Vibrio furnissi. Kata kunci:  biokontrol, aktivitas penghambatan, Vibrio furnissi, Vibrio harveyi, Litopenaeus vannamei
Effect injection of Ginger Extract on Development and Nucleus position of “Sangkuriang” Catfish Clarias sp. eggs Junior, M. Zairin; Yustikasari, Y.; Arfah, H.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.553 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.191-195

Abstract

One of methods could be applied to continuously meet the need of fish fry including catfish (Clarias sp.) is artificial propagation by inducing ovulation and spawning.   As an alternative of existing method, in this study, ginger extract was intramuscularly injected to induce development of catfish eggs.  Ginger is known as an important regulator of the balance of arachidonat cycle.  The dose of ginger extract injected was 0, 0.5, 1.0 and 1.5 mL/kg broodstock.  The results of study showed that injection 100% of ginger extracts in all doses was insignificantly inducing development of egg diameter and its nucleus position of catfish.  Other chemicals exist in ginger extract might be functions as an obstacle for egg development of catfish. Keywords: catfish, Clarias sp., ginger, ovulation, egg   ABSTRAK Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan benih ikan termasuk lele (Clarias sp.) secara kontinyu adalah penggunaan teknologi pembiakan buatan melalui perangsangan ovulasi dan pemijahan. Sebagai alternatif teknik yang sudah ada, dicobakan perangsangan perkembangan telur ikan lele menggunakan bahan ekstrak jahe yang dilakukan melalui penyuntikan secara intramuskular. Jahe telah dikenal sebagai suatu pengatur penting atas keseimbangan siklus arakidonat. Dosis ekstrak jahe yang disuntikkan adalah 0, 0,5, 1 dan 1,5 mL/kg induk. Penyuntikan 100% ekstrak jahe pada semua dosis perlakuan belum dapat merangsang perkembangan diameter dan posisi inti sel telur ikan lele sangkuriang. Adanya bahan lain yang terdapat pada jahe diduga sebagai penghambat bagi perkembangan telur ikan lele. Kata kunci: Ikan lele, Clarias sp., jahe, ovulasi,  sel telur
Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage Sulistyowati, D. Tri; Sarah, .; Alifuddin, H.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.119 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.197-204

Abstract

One of attractive ornamental fish species that is from Amazon, South America, is genus Corydoras.  This fish has simple body ornament but unique that has black line in its eye and black spot at caudal.  The color of C. panda eggs at just after fertilization tends to dark brown and to be transparence after embryo formed.   Corydoras larvae possess big yolk egg without oil globule.  Larva presents at the bottom of aquarium and position of yolk is beneath of larvae.  Egg hatched about 51 hours after fertilization and organogenesis process taken 46 hours.  Pro-larvae stage finish after 5-day-old that is marked by no yolk remained. Keywords: organogenesis, embryo, larva, Corydoras panda   ABSTRAK Salah satu ikan hias yang berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan adalah Corydoras. Ikan ini memiliki corak tubuh yang sederhana namun unik terdapat garis hitam pada mata dan spot hitam pada pangkal ekor yaitu spesies Corydoras panda. Warna telur ikan Corydoras panda pada awal fertilisasi cenderung coklat gelap dan menjadi semakin terang setelah terbentuknya embrio. Larva Corydoras memiliki ukuran kuning telur besar tetapi tidak memiliki butir minyak.  Larva berada di dasar akuarium dengan posisi kuning telur berada di bawahnya. Telur ikan Corydoras panda akan menetas 51 jam pasca pembuahan dengan proses organogenesis selama 46 jam. Masa pre-larva berakhir setelah larva berumur 5 hari yang ditandai dengan habisnya kuning telur. Kata kunci: Organogenesis, embrio, larva, Corydoras panda
Effect of Spirulina platensis Supplementation by Different Concentration in Diet on Red Color Intensity of Kohaku Koi (Cyprinus carpio L.) Utomo, N.B.P; Carman, O.; Fitriyati, F.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.063 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.1-4

Abstract

Kohaku koi (Cyprinus carpio) is one of the fancy koi that has a high price.  Red color intensity of kohaku determines its market price.  This study was performed to verify the effect of Spirulina platensis supplementation in diet  with different dosages (1, 3 and 5%) on red color intensity of kohaku koi.  The result of study show that inclusion of Spirulina platensis in the diet increased intensity of koi color.  Feeding with  1% of Spirulina platensis enriched paste diet for 5 weeks resulted in  a brighter red color compared to other treatments and control.   Alteration of red color intensity has not been followed by its patch length.  No effect of Spirulina supplementation on koi growth by weight and length were observed. Keywords: Spirulina platensis, color, kohaku, koi, Cyprinus carpio   ABSTRAK Ikan koi kohaku (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan koi yang memiliki harga tinggi.  Kecerahan warna merah ikan koi kohaku menentukan harga jualnya.  Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan Spirulina platensis in the diet dengan dosis berbeda (1, 3 dan 5%) terhadap kualitas warna merah koi kohaku.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan Spirulina platensis melalui pakan dapat meningkatkan kualitas warna pada ikan koi. Pemberian pakan berupa pasta yang diperkaya dengan Spirulina platensis sebanyak 1% selama 5 minggu menghasilkan warna merah lebih cerah dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol. Perubahan warna yang terjadi tidak diikuti oleh perubahan panjang bercak warnanya. Penambahan Spirulina pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang ikan koi. Kata kunci: Spirulina platensis, warna, kohaku, koi, Cyprinus carpio
Effect of Heating at Various Temperatures for 30 Minutes on Pathogenicity of White Spot Syndrome Virus (WSSV) in Tiger Prawn (Penaeus monodon Fabr.) Priatni, D.; Alifuddin, M.; Djokosetiyanto, D.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.669 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.5-12

Abstract

White spot syndrome virus (WSSV) is a strong pathogenic virus which spread very rapidly and can cause tiger shrimp mass mortality within a short period.  Enhancement of shrimp immunity by infecting inactivated WSSV is one of the efforts to overcome WSSV infection in shrimp.  In this study, inactivated WSSV were prepared by heating them with various temperatures namely 45, 50, 55 and 60oC for 30 minutes. The results shows that infection with  heating inactivated WSSV at 45°C and 60°C for 30 min on PL-15 could increase their immunities.  The survival rate of inactivated WSSV-infected shrimp after challenge test with  WSSV virulent  reached 77%, while  no survive shrimp was observed in control.  This suggests that shrimp immunity could be improved by vaccination using  WSSV virus inactivated by heating. Keywords: WSSV virus, pathogen, tiger shrimp, heating   ABSTRAK White Spot Syndrome Virus (WSSV) merupakan virus yang sangat ganas bagi udang windu, dengan penularan yang sangat cepat dan menyebabkan kematian dalam waktu yang cepat. Peningkatan imunitas udang dengan meenginfeksikan WSSV inaktif merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi infeksi WSSV pada udang. Pada penelitian ini, inaktivasi WSSV dilakukan menggunakan pemanasan pada suhu berbeda, yaitu 45, 50, 55 dan 60oC selama 30 menit.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi PL-15 menggunakan virus WSSV yang telah diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu 45oC dan 60oC dapat meningkatkan daya tahan udang.  Kelangsungan hidup udang yang telah diinfeksi dengan WSSV hasil inaktivasi sebelum uji tantang dengan WSSV virulen mencapai 77%, sementara udang yang tidak diinfeksi dengan WSSV hasil inaktivasi adalah semua mati.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tahan udang dapat ditingkatkan melalui vaksinasi menggunakan WSSV yang telah diinaktivasi dengan pemanasan. Kata kunci: virus WSSV, patogen, udang windu, pemanasan
Changes of Ammonia, Nitrite and Nitrate at Recirculation System of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Rearing Djokosetiyanto, D.; Sunarma, A.; Widanarni, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.737 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.13-20

Abstract

High rearing density of fish in an intensive culture system require  high amount of feed which may result in the accumulation of organic materials in the water to a higher level. The accumulation of organic materials can  be toxic for fish, generate mineralization of nutrient from organic materials and cause high oxygen expenditure.  Recirculation system is an aquaculture system which aimed to maintain water quality at an appropriate level for fish to survive and grow,   Theammonia concentration in recirculation system with biofilter tended to decrease sharply while there was only a slightly decrease in that without biofilter. Conversion efficacy of ammonia nitrogen (NH3-N)  and nitrite nitrogen (NO2-N) of   biofilter compiled with aeration system was 46.20% and 30.68%, while in an unaerated system was 39.31% and 8.53%, respectively.  The use of aquatic plant was found to be an effective way to reduce nitrate nitrogen (NO3-N).  A higher conversion efficacy of nitrate (50.15%) in the tank containing aquatic plant was observed by using aeration before biofilter. Keywords: ammonia, nitrite, nitrate, recirculation system, red tilapia, Oreochromis sp.   ABSTRAK Padat penebaran tinggi pada sistem budidaya intensif menuntut tingginya jumlah pakan yang diberikan kepada ikan sehingga mengakibatkan penumpukan bahan organik dalam wadah. Akumulasi bahan organik akan menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa-senyawa yang beracun bagi ikan, mineralisasi nutrien dari bahan organik dan penyerapan oksigen yang tinggi. Untuk mempertahankan kualitas air sehingga tetap layak bagi ikan, digunakan sistem resirkulasi dalam proses pemeliharaannya. Kecenderungan penurunan konsentrasi ammonia terlihat tajam pada filter biologis pada unit yang menggunakan filter biologis, sedangkan tanpa filter biologis hanya terjadi penurunan konsentrasi ammonia yang kecil sehingga efektifitas pengubahannya menjadi kecil.  Efektivitas pengubahan ammonia (NH3-N) pada filter biologis pada unit tanpa perlakuan aerasi hanya sebesar 39,31% dengan efektivitas pengubahan nitrit (NO2-N) sebesar 8,53%. Sedangkan pada unit yang meggunakan proses aerasi sebelum filter biologis, efektivitas pengubahan ammonia dan nitrit masing-masing mencapai 46,20% dan 30,68%. Penggunaan tanaman akuatik efektif untuk menurunkan konsentrasi nitrat (NO3-N). Efektifitas pengubahan nitrat pada wadah tanaman akuatik tertinggi sebesar 50,15% dicapai oleh unit yang menggunakan sistem aerasi sebelum filter biologis. Kata kunci: ammonia, nitrit, nitrat, resirkulasi, nila merah,  Oreochromis sp.
Effect of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium as a Vitamin C Source in Different Doses on Growth of Patin Pangasius Hypophthalmus Fingerlings Jusadi, D.; Dewantara, B.A.; Mokoginta, I.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.333 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.21-29

Abstract

This study was aimed to determine optimum dose of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium in the diet of patin, Pangasius hypophthalmus fingerlings.  Five isoprotein and isocaloric diets containing different dose of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium, i.e. 0, 25, 75 and 100 mg/kg diet were used in this experiment.  Fish with an average size of 5.00±0.11 g were maintained at a density of 15 fish per aquarium.  Fish were fed three times a day at satiation, for 40 days.  The results of study shows that vitamin C content in fish body increased as the vitamin C level of the diet increased.  Similar pattern to vitamin C content was also found in protein retention, lipid retention, daily growth rate, and feed efficiency (p< 0.05).  Thus, it can  be concluded that the most optimum dose of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium as vitamin C source for patin fingerlings in this experiment was 100 mg Vit C/kg diet. Higher dose of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium than 100 mg/kg diet however need to be further verified. Keywords: vitamin C, patin, Pangasius hypophthalmus.   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar optimum L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium dalam pakan ikan patin, Pangasius hypophthalmus ukuran sejari. Lima macam pakan isoprotein dan isokalori mempunyai kandungan L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium berbeda, berturut-turut 0, 25, 50, 75 dan 100 mg/kg pakan telah digunakan dalam penelitian ini. Benih berukuran rata-rata 5,00±0,11 g dipelihara dalam akuarium dengan kepadatan 15 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan tiga kali sehari, secara at satiation, selama 40 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin C tubuh meningkat sejalan dengan kadar vitamin C pakan. Demikian pula retensi protein, retensi lemak laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan mengikuti pola yang sama seperti kandungan vitamin C tubuh (p

Page 9 of 57 | Total Record : 569


Filter by Year

2002 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 1 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 2 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 1 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 1 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 2 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 2 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 1 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia More Issue