Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Jurnal Kolaborasi Arsitektur merupakan jurnal yg dipublikasikan dengan cara OJS (open journal system) oleh Universitas Pandanaran Semarang. Jurnal ini mengakomodasi publikasi peneliti-peneliti yg meneliti di bidang arsitektur, urban design, built environment, building technologi, heritage dan tourism. Jurnal Arsitektur Kolaborasi terbit dua kali dalam setahun yaitu di awal bulan April dan Oktober.
Articles
42 Documents
PENGGUNAAN METODA ETNOGRAFI DALAM PENELITIAN ARSITEKTUR
Choirul Amin;
LMF Purwanto
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (67.971 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i1.1
Metoda penelitian Etnografi adalah sebuah teknik atau langkah langkah penelitian yang lazimnya atau biasanya dipergunakan dalam ilmu Antropologi dan Ilmu Sosial. Apakah metoda penelitian etnografi dapat dipergunakan dalam penelitian arsitektur?, dalam jurnal ini peneliti mencoba mencari korelasi bagaimana sebuah metoda etnografi dapat dipergunakan dalam sebuah penelitian Arsitektur. Metoda penelitian Etnografi biasanya dilakukan secara kualitatif, untuk membahas atau cara meneliti sebuah obyek penelitian yang sifatnya erat dengan perilaku manusia, berupa adat istiadat dan kebiasaan masyarakat dalam suatu bangunan, atau kelompok bangunan atau pada sebuah kawasan yang terus menerus dilakukan sebagai hasil dari pengejawantahan suatu kebiasaan yang berkembang dari pola piker manusia yang disebut kebudayaan. Kebudayaan sendiri merupakan suatu unsur dasar dalam ilmu Arsitektur, dimana didalamnya mempelajari tentang pelaku – aktifitas – kebutuhan ruang hingga akhirnya menjadi program perencanaan dan perancangan yang kemudian diwujudkan dalam sebuah manifestasi karya Arsitektur. Tanpa kebudayaan sebuah karya arsitektur hanyalah sebuah artefak tanpa konsep dan makna sehingga tidak berbunyi dan berarti apa apa karena tidak ada isi berkaitan dengan perilaku penghuni didalamnya. Dari hal hal tersebut dapat disimpulkan bahwasanya penelitian ilmu arsitektur yang menggunakan metoda penelitian etnografi sangat dapat dipakai dan dipergunakan pada penelitian arsitektur, terutama pada kajian atau ruang lingkup kebudayaan. Hasil dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa penelitian dengan metoda etnografi dapat dipakai dalam sebuah penelitian arsitektur terutama dalam ruang lingkup arsitektur budaya.
KONSEP BANGUNAN CERDAS PERUMAHAN SUBSIDI DENGAN ARSITEKTUR KINETIK BERBIAYA RENDAH
Yoseph Liem;
LMF Purwanto;
Prasasto Satwiko
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (67.967 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i1.2
Arsitektur kinetik dan penerapannya telah banyak dibicarakan dan dibahas oleh akademisi bidang arsitektur, namun terkait fenomena ini masih belum banyak yang menggali dan menganalisis isu ini terutama penerapannya pada rumah bersubsidi, belum ada yang mengedepankan konsep bangunan cerdas untuk bangunan perumahan bersubsidi. Dengan demikian isu ini menjadi sangat penting untuk ditelaah lebih dalam. Penelitian yang bersifat teoritik ini bertujuan menelaah kondisi perumahan subsidi di Kota Kupang yang ada dan bagaimana penerapan konsep bangunan cerdas dengan arsitektur kinetik berbiaya rendah. Penelitian untuk menemukan kemungkinan penerapan konsep bangunan cerdas di perumahan bersubsidi dengan arsitektur kinetik berbiaya rendah untuk meminimalisir pemanfaatan energi listrik di perumahan subsidi. Temuan kajian dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan menjadi rancangan baru dalam upaya memaksimalkan fungsi bangunan cerdas pada perumahan bersubsidi dengan biaya rendah.
BIOWALL SEBAGAI PLECTIC ARCHITECTURE DALAM KONTEKS FILOSOFIS
Tri Susetyo Andadari
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (67.98 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i1.3
Penelitian ini didasarkan atas isu banyaknya ketidakoptimalan (kegagalan) desain arsitektur, termasuk desain biowall, akibat proses desain yang dilakukan secara segmented. Proses desain segmented tersebut dilakukan secara parsial tanpa mempertimbangkan sistem transdisipliner yang menyeluruh dan tidak mengintegrasikan teknologi komputasi. fakta tersebut cukup memprihatinkan, mengingat fenomena yang terjadi pada saat ini adalah bahwa dalam dunia teknologi arsitektur digital sudah memasuki generasi kelima dalam sejarah perkembangan software, dimana software-software walaupun dibuat secara source lain untuk kebutuhan lintas disiplin ilmu, bisa terkoneksi langsung dan digunakan untuk satu kebutuhan. Terkait dengan biowall, fenomena ini tentu bisa dimanfaatkan oleh arsitek untuk keperluan desain dan penelitian yang lebih global dan kompleks. Namun realita tren yang terjadi saat ini adalah bahwa biowall hanya dipandang sebagai bagian dari konsep green building saja, belum sampai pada pemahaman plectic architecture yang mengusung konsep kesederhanaan dan kerumitan. Penelitian dengan metode studi literatur dengan analisis deskriptif evaluatif ini, bertujuan untuk menguraikan seluas-luasnya isu terkait biowall sebagai plectic architecture dalam kajian ranah filosofis berdasarkan ontologi, epistemologi dan aksiologinya. Hasil akhir menunjukkan bahwa secara ontologi, biowall sebagai plectic architecture merupakan konsep vegetasi vertikal dengan pemahaman pemikiran menyeluruh meliputi pemahaman terkait simplicity dan complexity biowall, penerapan chaos theory pada biowall, penerapan complex adaptive system pada biowall, penerapan second-order cybernetic pada biowall dan penerapan smart material pada biowall. Secara epistemologi bahwa biowall sebagai plectic architecture memungkinkan dilakukan dengan prosedur penelitian transdisipliner berbasis teknolog komputasi. Dan secara aksiologi, biowall dengan konsep plectic architecture diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih kompleks menyangkut banyak aspek bagi kehidupan makhluk hidup, dari sekedar konsep biowall yang sekarang ini berjalan.
SIMULASI ECOTECT PADA PENCAHAYAAN DIDALAM RUANGAN DENGAN MENGUNAKAN ROSTER
Rizka Tri Arinta;
Muhammad Fikri;
Pandu Pradewa
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (67.986 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i1.4
Beradaptasi dengan dunia digital saat ini, sebuah desain bangunan yang merespon iklim setempat sudah mampu diukur dengan menggunakan simulasi. Proses ini membantu perancangan bangunan menjadi lebih matang dan terukur. Pencahayaan alami menjadi faktor utama pembahasan penelitian ini. Mulai dari pengukuran besaran cahaya (lux) hingga pada karakter cahaya yang didapatkan dari penggunanaan material roster. Biasa diaplikasikan sebagai Secondary skin (selubung bangunan) guna merupakan pelindung fisik bangunan dari paparan cuaca seperti hujan dan sinar matahari. Sehingga penggunaan roster ini perlu untuk dilihat keefektifannya dalam optimalisasi cahaya masuk ke dalam ruang serta karakter cahaya yang masuk kedalam ruang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif berbasis simulasi bangunan dengan menggunakan perangkat lunak ECOTECT, aplikasi ini menjadi satu alat analisis lingkungan yang memungkinkan arsitek dan desainer untuk mensimulasikan proses pembangunan pada fase konseptual. Dalam pengukuran kualitas cahaya pada analisa yang telah dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi Autodesk Ecotec, penggunaan material secondaryskin terhadap ruangan masih efektif terhadap cahaya yang masuk kedalam ruangan dimana sebagian besar ruangan mendapatkan pencahayaan alami sebesar 120 lux. Dalam tampilan simulasi ditandai dengan indikator warna biru pada lantai ruangan tempat tidu yang menjadi objek penelitian ini. Mayoritas pencahayaan pada ruangan sebesar 130 lux sudah cukup untuk memenuhi standar SNI.
PENERAPAN FASAD KINETIK PADA TEKNOLOGI VERTIKAL GARDEN (GREENSCREEN PANEL) DALAM UPAYA KENYAMANAN THERMAL RUANG DALAM HUNIAN
Wawan Destiawan;
LMF Purwanto
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (67.978 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i1.5
Pertumbuhan teknologi di Indonesia dalam bidang robotic diawali semenjak tahun 80an, pemanfaatan mesin otomatis sudah dicoba paling utama melali beberapa industry strategis. Dalam perkembangannya robot digunakan bagaikan penunjang guna serta estetika pada bangunan, dalam perihal ini ialah pada kulit luar ataupun fasad. Fasad adalah komponen terluar dari bangunan yang berfungsi sebagai perantara, melindungi dari cuaca luar, dan mengatur dapat tidaknya sinar matahari. Vertical garden ialah suatu teknologi yang sanggup tingkatkan mutu area jadi lebih baik. Dalam skala ruang teknologi, vertical garden sanggup merendahkan temperatur sehingga menghasilkan kenyamanan termal yang baik, dalam skala bangunan bisa berperan bagaikan penghalang panas matahari dikarenakan adanya ruang ini bagaikan secondary skin pada fasad bangunan. Area hijau yang tadinya jadi aspek penunjang kestabilan hawa saat ini ini bergeser guna jadi perumahan. Adanya teknologi vertikal garden juga diharapkan dapat menghasilkan atmosfer area rumah tinggal menjadi nyaman, serta atmosfer yang bagus dengan ruang area mikro. Pergerakan fasad principle berlangsung ketika uji coba membalas secara tepat menggunakan cryptography pada pemrograman yang sudah sebelumnya ditetapkan, dan juga dapat membalas secara kilat. Pergeseran fasad dikerjakan dan dites dengan menggunakan microcontroller Arduino. Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan dengan jajak pustaka. Adapun susunan karya tulis ini terdiri dari kerangka pikir, ide, agregasi informasi serta data, pengolahan serta analisis informasi, rumusan pemecahan, serta pengambilan simpulan serta anjuran. Dengan konsep vertikal garden diharapkan sanggup menanggulangi keterbatasan lahan di perumahan spesialnya di kota– kota besar dapat jauh lebih baik dibanding halaman konvensional.
PENEMPATAN FASILITAS PARKIR PENGUNJUNG PADA ARENA BALAP MOBIL FORMULA
Aditya Sudanta;
Gatoet Wardianto
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (67.978 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i1.6
Balap mobil Formula semakin populer di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberikan persetujuan pembangunan Arena Balap Mobil Formula di kota Jakarta. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam rancangan Arena Balap Mobil Formula adalah penyediaan fasilitas parkir bagi pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan penempatan fasilitas parkir bagi para pengunjung di Arena Balap Mobil Formula ketika diselenggarakan acara balapan. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metoda Kualitatif Deskriptif dan teknik analisa Deskriptif Komparatif dengan melakukan pengamatan pada beberapa arena Balap Mobil Formula yang telah digunakan dalam serial balap tahunan. Tiga Arena Balap Formula diambil sebagai obyek komparasi yaitu Sirkuit Silverstone di Silverstone Inggris, Sirkuit Catalunya di Barcelona Spanyol, dan Sirkuit C.O.T.A (Circuit of the Americas) di Texas Amerika.
FILSAFAT ILMU ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA PADA BANGUNAN SOBOKARTTI SEMARANG
Djudjun Rusmiatmoko;
L.M.F. Purwanto
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (855.571 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i2.8
Banyak ragam bangunan arsitektur di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai macam suku, adat, budaya, agama, sejarah, filsafat ilmu masing-masing daerah. Jaman penjajahan di Indonesia juga mempunyai pengaruh perkembangan arsitektur, terutama jaman kolonial Belanda. Semarang salah kota di ndonesia mempunyai khas bangunan yang berkarakter karena filsafat ilmu arsitektur diterapkan dalam desain bangunan tetap konsisten serta tetap membawa nilai tradisional yang tinggi. Sekitar tahun 1930 an terdapat bangunan bersejarah di Kota Semarang yaitu Sobokartti yang merupakan karya Herman Thomas Karsten yang merupakan salah satu arsitek Belanda populer di Indonesia saat itu. Bangunan Sobokartti merupakan salah satu bangunan cagar budaya di kota Semarang karena mempunyai nilai sejarah dan nilai filsafat ilmu arsitektur Jawa yang melekat pada bangunan Sobokartti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan nilai filsafat ilmu arsitektur Jawa yang terdapat pada bangunan Sobokartti. Peneliti menggunakan metode kualitatif deduktif untuk dapat menemukan makna filsafat ilmu arsitektur tradisional Jawa. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa nilai dari arsitektur tradisional Jawa masih diterapkan pada bangunan Sobokartti di jaman kolonial Belanda dan sampai sekarang dapat dinikmati bangunannya dari aspek arsitekturnya.
PEMETAAN BUDAYA: ARSITEKTUR CINA DI DESA BABAGAN-LASEM JAWA TENGAH
Mutiawati Mandaka;
Ni Wayan Meidayanti Mustika
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (666.77 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i2.9
Dari sekian banyak negara di dunia yang memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi, Indonesia termasuk salah satu dari negara-negara tersebut. Banyak peninggalan bersejarah yang terdapat di wilayah Indonesia, salah satunya kebudayaan Cina. Cultural mapping merupakan sebuah pendekatan berbasis masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan pelestarian kawasan. Studi kasus yang diangkat pada cultural mapping kali ini adalah arsitektur Tionghoa di Desa Babagan Lasem. Lasem diangkat karena memiliki sejarah perkembangan salah satu permukiman Cina tertua di Indonesia. Tujuan paper ini adalah untuk mengetahuisejarah perkembangan kawasan Babagan, melakukan pemetaan arsitektur-arsitektur Tionghoa dan memberikan rekomendasi. Dengan pendekatan survey lapangan untuk pengambilan foto dan plot koordinat objek di lapangan dan didukung oleh data sekunder berupa penelusuran referensi-referensi terkait dengan desa Babagan Lasem. Hasil penelitian merekomendasikan ada delapan bangunan yang dapat dimasukkan kedalam pemetaan arsitektur Tionghoa yang ada di Desa Babagan yaitu klenteng Gie Yong Bio, rumah Om King Liang, omah Kim Jong, gedung Hoo Hap, omah Batik Dinar, omah om Jun, omah kerabat Djarum, omah Batik Sekar Kentjana. Dengan mengetahui signifikansi sejarah pembentukan Desa Babagan melalui arsitektur dan tata ruangnya, diharapkan hasilnya dapat digunakan untuk pemetaan yang bermanfaat untuk pemerintah desa, Pokdarwis dan akademisi (mengembangkan ilmu pengetahuan).
PENERAPAN PRINSIP BIOKLIMATIK PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL
Maria Rosita Maharani;
Eddy Prianto
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (689.993 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i2.10
Penerapan Prinsip Bioklimatik pada bangunan sangat penting, karena bioklimatik memperhatikan kenyamanan dan kesejahteraan pengguna, serta memberikan respon positif terhadap lingkungan sekitar bangunan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip bioklimatik harus diterapkan pada lingkup bangunan yang paling dekat dengan setiap manusia. Studi ini mengambil kasus pada sebuah bangunan tempat tinggal yang terletak di kawasan padat penduduk di pusat kota Semarang yang juga berada di kawasan pesisir pantai. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis objek berdasarkan prinsip bioklimatik, dengan harapan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi bangunan objek pada khususnya dan bangunan tempat tinggal lainnya pada umumnya untuk memperoleh rumah yang memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah sebagai objek penelitian ini mampu memenuhi 6 prinsip bioklimatik, yaitu dengan cara yang sederhana dan mudah diterapkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip bioklimatik sangat adaptif, dapat diterapkan pada lingkup bangunan terkecil dengan cara yang sederhana dan mudah bagi masyarakat.
IDENTIFIKASI KELAYAKAN OBYEK WISATA ALAM DENGAN PENDEKATAN 4A (ATTRACTION, AMENITY, ACCESIBILITY, DAN ANCILLIARY)
Ibnu Setyo Yuliardi;
Anityas Dian Susanti;
Ratri Septana Saraswati
Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Arsitektur Kolaborasi
Publisher : Universitas Pandanaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1034.701 KB)
|
DOI: 10.54325/kolaborasi.v1i2.11
Salah satu sektor krusial dalam rangka mendorong perekonomian nasional yaitu Pariwisata. Maka untuk itu pemerintah Indonesia saat ini serius menangani masalah potensi pariwisata yang ada di negara ini. Indonesia mempunyai potensi obyek pariwisata yang begitu besar karena indonesia merupakan sebuah negara maritim dan negara kepulauan. Kabupaten Semarang menyimpan banyak pesona wisata meliputi pesona alam yang masih alami dan juga menakjubkan, dan masih banyak masyarakat atau wisatawan dan investor pariwisata yang belum tahu akan potensi obyek wisata yang ada di Kabupaten Semarang salah satunya yaitu wisata alam. Pengembangan industri pariwisata di Kabupaten Semarang mempunyai dampak yang besar bagi perkembangan wilayah di area obyek wisata tersebut, sehingga dapat dikatakan sebagai “Industry Unggulan” yang bisa meningkatkan ekonomi daerah. Karena potensi wisata di Kabupaten Semarang cukup banyak, maka diadakan penelitian untuk mengidentifikasi kelayakan potensi wisata yang ada di Kabupaten Semarang dengan metode pendekatan 4A yaitu Attraction (Daya tarik), Amenity (Fasilitas), Accessibility (Aksesibilitas), dan Ancilliary (Lembaga pelayanan). Walaupun perkembanganpariwisata yang ada di Kabupaten Semarang belum berkembang dengan optimal, namun ada tujuan wisata yang sangat digemari wisatawan untuk berkunjung seperti Curug Lawe & Benowo Ungaran, Curug Semirang Ungaran, dan Ngipik Pass Ungaran.