Jurnal Arsitektur Kolaborasi			
            
            
            
            
            
            
            
            Jurnal Kolaborasi Arsitektur merupakan jurnal yg dipublikasikan dengan cara OJS (open journal system) oleh Universitas Pandanaran Semarang. Jurnal ini mengakomodasi publikasi peneliti-peneliti yg meneliti di bidang arsitektur, urban design, built environment, building technologi, heritage dan tourism. Jurnal Arsitektur Kolaborasi terbit dua kali dalam setahun yaitu di awal bulan April dan Oktober.
            
            
         
        
            Articles 
                42 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            PENERAPAN ARSITEKTUR FUTURISTIK DAN FUNGSIONALIS PADA BANGUNAN MUSEUM LE GRANDE LOUVRE 
                        
                        Bryan Richard; 
Josephine Roosandriantini                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v2i2.33                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Arsitektur modern merupaka arsitektur yang muncul di Inggris saat revolusi industri pada abad ke-19 dan arsitektur modern muncul karena adanya kebosanan terhadap bentuk arsitektur klasik yang dinilai terlalu berlebihan dengan banyaknya ornamen yang menghiasi bangunan dan karena arsitektur klasik dinilai kurang efektif dalam penggunaan ruang di dalam bangunan sehingga banyak ruang yang terbuang hanya untuk ornamen. Arsitektur modern sendiri memiliki ciri khas dimana bentuk bangunan tersusun atas bentuk geometris, tidak ada atau minim ornamen, mengutamakan penataan ruang dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Bangunan yang akan dijadikan objek penelitian adalah museum Le Grande Louvre, Paris, Prancis dikarenakan museum ini memiliki material dan bentuk yang menonjol dibandingkan dengan bangunan sekitarnya yang berupa benteng. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi unsur-unsur arsitektur modern dan aliran arsitektur modern yang digunakan pada bangunan museum Le Grande Louvre. Penelitian ini akan berfokus pada bentuk bangunan, material bangunan, denah dan sirkulasi ruang pada bangunan museum dengan menggunakan metode literatur. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan terhadap bangunan museum Louvre ditemukan unsur-unsur arsitektur modern pada bangunan seperti penggunaan material pabrikasi berupa besi, kaca, beton, penggunaan bentuk geometri pada bangunan sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa museum Louvre ini menggunakan arsitektur modern pada bangunannya.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            EKISTIK DALAM PERMUKIMAN MASYARAKAT PEMASAK GULA NIRA LONTAR DI DESA OETUTULU SEBAGAI PENGUAT LINGKUNGAN MASYARAKAT KOMUNITAS 
                        
                        Jeni Messakh; 
Rhodys Ndoen; 
Poetri Yaumil Achir                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 2 No 2 (2022): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v2i2.34                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Keseimbangan dan keberlanjutan dalam suatu proses kehidupan adalah hal terpenting yang menjadi faktor utama guna memenuhi kebutuhan hidup manusia selanjutnya. Keseimbangan yang diharapkan adalah hubungan baik antara manusia yang satu dengan manusia lainnya, manusia bersama masyarakat dan masyarakat komunitasnya serta antara manusia dengan alam itu sendiri. Kehidupan Permukiman Masyarakat desa Oetutulu lebih di kenal oleh masyarakat Kabupaten Rote Ndao karena menjadi komunitas masyarakat penghasil nira lontar menjadi gula lokal. Potensi dari masyarakat desa Oetutulu ini tidak dimiliki oleh desa lainnya di Kabupaten Rote Ndao, karena hanya masyarakat desa Oetutulu yang bisa memasak nira lontar olahan menjadi gula lokal dengan 3 jenis yaitu: gula lempeng, gula semut dan gula air. Kajian penelitian ini adalah bagaimana melihat keseimbangan yang telah terjadi selama proses kehidupan dalam masyarakat dan keberlanjutan dari masyarakat desa Oetutulu sebagai komunitas masyarakat penghasil nira lontar olahan menurut prinsip teori Ekistik dengan 5 elemen ekistik yang dianutnya yaitu : 1. elemen nature; 2. elemen man; 3. elemen shell; 4. elemen society serta elemen yang terakhir adalah 5. Network, sehingga dari hasil analisis yang dilakukan maka akan diperoleh dari ke- 5 elemen ekistik tersebut elemen mana yang paling dominan memberikan pengaruh paling paling besar terhadap kesejahteraan dalam kehidupan permukiman masyarakat desa Oetutulu untuk tetap menjadi komunitas masyarakat penghasil nira lontar olahan menjadi gula lokal. Kemudian meyelaraskannya dengan komponen masyarakat komunitas dari Allan dan Crow ( 4 komponen) sebagai penguat komunitas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk menjadi sebuah masyarakat komunitas dengan menampilkan ciri dan kekhususan tertentu bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba namun ada unsur-unsur pendukung yang melatar belakanginya sehingga nama besar komunitas masyarakat itu tetap terjaga. Dalam studi kasus ini temuannya adalah dari 5 elemen ekistik yang dipelopori oleh Dioxidis yang dipakai sebagai tolak ukur penelitian ini, maka yang memberi kontribusi terbesar adalah elemen Nature (alam), karena kehidupan dan kelestarian pohon lontar yang juga disebut sebagai pohon Alhayat (Pohon kehidupannya suku Rote) adalah yang menjadi komoditi utama dari komunitas masyarakat pemasak nira pohon lontar. Setelah 5 elemen ekistik dikaji maka kita akan melihat hubungannya dengan komponen masyarakat komunitas dari Alan dan Crow (4 komponen). Bila kelima elemen ekistik hadir, kemudian tercipta keselaran dengan 4 komponen komunitas, pada akhirnya memberikan keseimbangan satu sama lain maka, meskipun waktu akan berubah terus kedepannya dengan generasi yang baru, namun komunitas ini akan tetap ada dan memiliki nama sebagai masyarakat pemasak gula nira lontar dari desa Oetutulu.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            STRUKTUR ATAP GREEN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN 
                        
                        Yolla Kawuwung; 
LMF Purwanto                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i1.35                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Struktur atap green menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan lingkungan sangat erat sekali. Bangunan yang berkembang saat ini lebih memilih atap dengan bahan material yang mudah di dapat. Harga terjangkau dan akibatnya kondisi lingkungan terasa panas dan semakin jauh dari rasa nyaman. Atap green mulai di terapkan di beberapa kota, menunjukkan bahwa banyak manfaat yang akan diperoleh. Atap yang dijadikan taman, membantu penyerapan air dimana prosesnya harus memakai teknologi yang berkembang saat ini, untuk itu dalam penelitian penulisan secara metode deskriptif kualitatif dipilih untuk melihat pengalaman-pengalaman pembangunan dengan menggunakan atap green yang menjadi contoh bahwa lingkungan akan terasa sehat apabila mulai memakai atap green dengan melihat strukturnya yang ramah akan lingkungan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            TIPOLOGI PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PERKOTAAN INDONESIA BERDASARKAN PENANGANAN: Slums Area 
                        
                        Ahmad Rijal Lutfian Wijanarko; 
Andarita Rolalisasi; 
Ibrahim Tohar                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i1.37                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Pemukiman kumuh (slum area) yaitu pemukiman yang belum layak untuk dihuni dikarena belum memenuhi aspek persyaratan untuk hunian, rumah tinggal dan permukiman. Area permukiman atau kawasan kumuh adalah wajah dari kemiskinan, karena biasanya pada pemukiman atau kawasana kumuh, masyarakatnya miskin atau memiliki pendapatan rendah dan banyak sekali kita jumpai di kawasan permukiman perkotaan. Angka pengangguran yang tingga sampai pendapatan yang dibawah kebutuhan seharai hari mengakibatkan atau menciptakan angka kemiskinan yang tinggi. Sehingga kemiskinan termasuk salah satu faktor utama penyebab terciptanya pemukiman kumuh di kawasan wilayah permukiman perkotaan, dimana para pelaku masyarakat tidak mampu untuk membeli tanah atau rumah. Pada dasarnya, kemiskinan dapat diatasi dengan pencegahan peningkatan pemukiman kumuh, perkembangan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan pemerataan dan peningkatan kesempatan kerja. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa kota kumuh yang memiliki tipologi masing-masing. Tipologi ini tercipta dikarenakan, kawasan permukiman kumuh di Indonesia memiliki beberapa ciri khas masing-masing yang beragam.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            IDENTIFIKASI FISIK BANGUNAN PADA KAJIAN AWAL OLAH DESAIN ARSITEKTUR PUSAKA 
                        
                        Wahyu Utami; 
Najli Eka Rahmi; 
Sutra Maenak HRG; 
Ivan Bahri Prasetia Zebua; 
Wansismar Tumanggor                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i1.38                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Bangunan pusaka atau pada undang undang disebut dengan bangunan cagar budaya mempunyai arti penting yang melekat dalam waktu lama, sudah sewajarnya harus dilestarikan, tanpa menafikkan akan adanya penambahan atau adaptasi dengan metode yang tepat untuk optimalisasi fungsi. Olah desain dibutuhkan pada tahapan pengembangan bentuk, karena tuntutan fungsi dan upaya pelestarian sebagai bagian dari penataan ruang kota.  Masih adanya pertentangan pemahaman pelestarian dan minimnya contoh metode desain yang bisa digunakan menjadikan permasalahan dalam pengembangan desain bangunan bersejarah.  Oleh karena itu, dalam tulisan ini dibahas tentang Olah Desain Arsitektur Pusaka (ODAP) atau Infill Design in Heritage Architecture (IDHA) atau istilah lainnya adalah Adaptive Reuse in Heritage Architecture (ARHA), dengan tiga contoh kasus bangunan bersejarah di Kota Medan, yaitu eks Warenhuis, eks Deli Maatschappij Hospitaal dan eks Radio Republik Indonesia Kota Medan.   Metode penelitian yang digunakan dalam tahapan olah desain adalah Evidence Based Design (EBD) dengan pendekatan Post Ocupation Evaluation (POE) yang mengkaji arti penting bangunan masing-masing sebagai dasar penentuan rekomendasi perlakuan pada bangunan serta ide-ide desain pada tahap pengembangan bentuk desain. 
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ASPEK MONUMENTAL GEREJA BLENDUK DI KOTA SEMARANG 
                        
                        Choirul Amin; 
Adi Sasmito                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i1.39                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Gereja Blenduk merupakan suatu salah satu bangunan tua yang cukup ikonik di Kota lama Semarang, dimana keberadaannya tidak lepas dari perkembangan Kota Semarang, yakni keterkaitan dengan periode waktu pembangunannya pada waktu pendudukan Belanda di Indonesia, serta fungsinya sebagai sebuah bangunan peribadatan umat kristiani, dan juga letaknya yang stategis di jantung Kota lama Semarang. Aspek Monumentalitas sebuah bangunan dapat ditinjau dari beberapa aspek yang dapat dikategorikan untuk memperkuat kedalaman makna filosofis bangunan tersebut, seperti Kekhasan Arsitektur, Sejarah, Asimilasi Budaya, Fungsi Bangunan, Landmark Kawasan, Kesan Lingkungan, Lokasi, Image di masyarakat dan Hirarki bangunan terhadap kawasan sekitar. Tujuan dan maksud dari penelitian ini adalah membuktikan seberapa dalam aspek monumentalitas sebuah bangunan Gereja Blenduk. Ruang lingkup dari obyek material penelitian ini adalah bangunan Gereja Blenduk di kawasan Kota Lama Semarang, sedangkan pada ruang lingkup formal dalam penelitian ini adalah pembuktian seberapa dalam aspek monumentalitas bangunan Gereja Blenduk pada kawasan lingkungan Kota Lama Semarang. Hasil yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah mendapatkan bukti kedalaman atas aspek monumentalitas pada bangunan Gereja Blenduk di kawasan lingkungan Kota Lama Semarang.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PERANCANGAN ART CENTER DENGAN PENDEKATAN OLAH DESAIN ARSITEKTUR PUSAKA DI KAWASAN BERSEJARAH KOTA MEDAN 
                        
                        Najli Eka Rahmi; 
Wahyu Utami                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i1.40                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Kota Medan mempunyai beberapa kawasan yang mampu menceritakan perkembangan fisik kotanya, salah satunya Kawasan Kesawan dengan deretan bangunan lama. Daya tarik yang tidak bisa dilepaskan dari gaya arsitektur bangunan kolonialnya serta letak startegis di pusat kota. Namun beberapa bangunan tidak optimal dikelola dan dimanfaatkan, salah satunya adalah bangunan yang dulunya merupakan Gedung Warenhuis. Setidaknya sampai tahun 2021, kerusakan masih banyak terlihat dari bentukan fisiknya. Bangunan tersebut mempunyai gaya dan detail yang menarik, lokasi bangunan berada disudut mempunyai keuntungan untuk fungsi yang mempunyai nilai sosial budaya dan ekonomis, mengingat Kota Medan mempunyai nilai sejarah yang tinggi serta terkenal dengan kekayaan seninya. Berdasarkan potensi serta kajian teoritis tentang pelestarian, dibutuhkan olah desain tapak dan bangunan eks Warenhuis dan Borsumij untuk adaptasi bangunan agar menjadi optimal dalam pengelolaan dan penggunaannya. Tujuan dari perancangan Art Center untuk menyediakan ruang bagi masyarakat dalam mempelajari dan mempertunjukkan bidang kesenian yang dimiliki Kota Medan, serta melestarikan bangunan cagar budaya sebagai identitas kawasan. Metode yang digunakan pada olah desain gedung Warenhuis adalah EBD (evidence-based design). EBD dilaksanakan dengan membandingkan data yang ada serta praktik desain lapangan, lalu dianalisis kembali agar mengumpulkan bukti ilmiah yang kemudian digunakan dalam desain. Pada tulisan ini lebih difokuskan pada tahapan pengkajian potensi bangunan serta deskripsi awal penzoningan berdasarkan kegiatan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            IDENTIFIKASI SENSE OF PLACE DI KAWASAN WISATA BUKIT AHUAWALI BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG 
                        
                        Tutun Seliari; 
Galeh Primadani; 
Bahnur Salimin                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i1.41                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Bukit Ahuawali yang berlokasi di Desa Ahuawali, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara, merupakan salah satu destinasi wisata berbasis alam yang berada di kawasan konservasi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Place (tempat) adalah sebuah keharusan dalam pariwisata, dimana sebuah tempat menjadi sebuah tujuan/destinasi dalam pariwisata. Sense of place merupakan konsep multidimensi yang menyiratkan hubungan emosional manusia dan tempat dan mempunyai fungsi untuk mengenali keunikan dari suatu tempat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi konsep sense of place di Bukit Ahuawali berdasarkan persepsi pengunjung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, wawancara dan pengumpulan data kuantitatif melalui kuesioner yang kemudian dianalisis secara deskritif kualitatif. Hasil dari penelitian ini aspek sense of place di Bukit Ahuawali berupa elemen fisik: pemandangan menjadi hal yang paling sangat menarik dari elemen fisik lainnya yang berada pada kategori menarik meliputi penataan fasilitas, jalur tracking, penanda/signage, dan vegetasi/tanaman. Elemen aktivitas di Bukit Ahuawali berada pada kategori menarik menurut responden. Camping, menikmati alam, interaksi sosial, dan mendaki/tracking menjadi aktivitas utama yang dilakukan oleh responden. Elemen image/makna, mayoritas responden sangat setuju menjadikan Bukit Ahuawali sebuah destinasi yang populer. Persepsi responden sebelum kunjungan dan setelah kunjungan, melebihi dari ekspektasi ketika melakukan kunjungan dan beraktivitas di Bukit Ahuawali. Hal tersebut menunjukkan tingkat kepuasan pengunjung yang cukup tinggi terhadap Bukit Ahuawali sebagai sebuah destinasi. Permasalahan tentang sampah menjadi salah satu hal yang diungkap oleh responden sehingga memerlukan strategi pengelolaan yang lebih baik.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PENERAPAN PENDEKATAN NEO VERNAKULAR PADA PERANCANGAN FASILITAS PENGEMBANGAN UMKM BIDANG KULINER DI KABUPATEN LAMONGAN 
                        
                        Eva Khuriyah Nur Fithroh; 
Muhammad Faisal; 
Benny Bintardjo                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i2.42                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Perancangan Fasilitas Pengembangan UMKM Bidang Kuliner di Kabupaten Lamongan merupakan sebuah fasilitas yang mewadahi para usaha kecil di Lamongan. Sehingga pada suatu penerapan yang akan digunakan didalam adanya perancangan akan membuat konsep secara arsitektur neo vernakuler. Arsitektur neo venakuler sendiri memiliki karakteristik yang dimana mampu menerapkan unsur local dengan mengkombinasikan suatu adanya unsur modern sehingga menjadi satu kesatuan. Selain itu, arsitektur neo venakuler ini sudah terkenal dengan adanya bangunan yang secara langsung dibangun oleh masyarakat aslinya. Hal ini membuat penggunaan material lokalnya memiliki nilai didalam unsur adat maupun istiadat bahkan budaya yang secara sengaja disatukan dengan paduan bangunan itu sendiri. Didalam pembahasan mengenai pendekatan didalam penerapan suatu bangunan yang menggunakan konsep vernakuler ini nantinya akan menggunakan pendekatan kualitatif. Sehingga pendekataan yang menggunakan metode kualitatif akan mampu menghasilkan suatu gambaran tentang bagaimana penerapan didalam arsitektur neo vernakuler pada Perancangan Fasilitas Pengembangan UMKM Bidang Kuliner di Lamongan. Dalam hal ini memiliki tujaun agar dapat mengetahui tentang bagiaman konsep penerapan arsitektur neo vernakuler terhadap desain Perancangan Fasilitas UMKM bidang kuliner di Kabupaten Lamongan. Selain untuk mengetahui dalam pemahaman penerapan konsep arsitektur neo klasik sendiri juga terhadap Perancangan Fasilitas di dalam Pengembangan UMKM di Bidang Kuliner yang ada pada Lamongan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PENERAPAN ANALOGI LINGUISTIK PADA PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT DAN PELAYANAN DI JALAN TOL RUAS YOGYAKARTA-BAWEN 
                        
                        Nurheliza Mahardhika; 
Tigor Wilfritz Soaduon                        
                         Jurnal Arsitektur Kolaborasi Vol 3 No 2 (2023): Jurnal Arsitektur Kolaborasi 
                        
                        Publisher : Universitas Pandanaran 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.54325/kolaborasi.v3i2.43                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Kementerian PUPR terus mengadakan pembangunan infrastruktur dan  jalan tol menjadi satu bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Ruas tol yang telah memasuki suatu persiapan didalam pembangunannya yaitu Jalan Tol Yogyakarta-Bawen dengan panjang ruas 75,82 km. Pembangunan jalan tol harus memenuhi standar-standar yang sudah ditetapkan pemerintah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam peraturan pada nomor 28 tahun 2021 yang membahas mengenai adanya suatu TIP atau Tempat Istirahat dan Pelayanan di dalam jalan tol  pada pasal 3 menyebutkan jalan tol antar kota wajib menyediakan suatu TIP bagi kepentingan penggguna.  Kementrian PUPR juga terus mendorong Tempat Istirahat dan Pelayanan untuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar,menjadi etalase produk unggulan setempat melalui pemberdayaan UMKM dan juga dapat memberikan informasi mengenai potensi daerah dan obyek wisata daerah sekitar. Oleh karena itu dibutuhkan TIP yang dapat memenuhi standar dan mewadahi segala aktivitas pengguna jalan tol serta memenuhi gagasan Kementerian PUPR. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana desain TIP dapat mempresentasikan daerah sekitar dengan analogi linguistik. Dalam penelitian ini menggunakan suatu metode penulisan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dimana peneliti mengumpulkan data atau gambar atau ilustrasi yang akan di gunakan untuk mendeskripsikan maksud dari data dan gambar pembahasan. Hasil penelitian didapatkan bahwa perancangan TIP dengan menggunakan pendekatan analogi linguistik mampu mempresentasikan potensi dan keunggulan daerah sekitar.