cover
Contact Name
Sutikno Wijaya
Contact Email
sutiknowijaya777@gmail.com
Phone
+628985035222
Journal Mail Official
sutiknowijaya777@gmail.com
Editorial Address
Jl. Aer Terang No.4, Lingkungan VI, Malalayang Satu Timur, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 27981797     EISSN : 27980642     DOI : https://doi.org/10.53674/teleios
Core Subject : Religion, Education,
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, merupakan wadah publikasi ilmiah dari hasil penelitian Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Transfromasi Indonesia dengan nomor ISSN 2798-0642 (Online) 2798-1797 (Print), serta telah memiliki DOI 10.53674, dan diperuntukkan bagi semua dosen maupun para peneliti di kalangan STT Transformasi dan Institusi lainnya. Jurnal Teleios terbit dua kali dalam setahun (Juni dan Desember). Jurnal Teleios menggunakan sistem double-blind review. Adapun yang menjadi Fokus dan Ruang Lingkup dalam Jurnal Teleios adalah: 1. Teologi Biblika 2. Teologi Historika 3. Teologi Sistematika 4. Teologi Praktika 5. Teologi Kharismatik 6. Pendidikan Agama Kristen
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani" : 10 Documents clear
Penangan Pastoral bagi Pasangan Suami Istri diambang Perceraian karena Biseksualitas Simon, Simon; Laukapitang, Yunus Daniel Anus; Hana, Sarce Rien
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.85

Abstract

Abstract: The basis of this paper is elaborated because it is factually stated in pastoral care, there are married couples who want to divorce because they are suspected by bisexual husbands. The LGBT phenomenon has indeed been rife and found in pastoral care, as a result of this households can divorce. With that background being the basis for this article to be written. This article is done with a literature study and observation approach, so this paper asks the formulation of the main question how concrete pastoral care is used for married couples who want to divorce because they are bisexual? The findings offered in this study are related to pastoral care for husbands and wives who want to divorce, through friendship-based pastoral counseling applied. Then pastoral-based intense mentoring and the elaboration of psychological science complement in helping to handle husband and wife who want to divorce because of bisexuality. By implementing this, shepherds habituate, monitor, become negotiators, companions and as referrers to help erode sexual preference for gender through the steps taken in handling it.Abstrak: Dasariah tulisan ini diuraikan karena secara faktual ditemukakan dalam pelayanan pastoral, adanya pasangan suami istri yang hendak bercerai karena ditenggarai oleh suami biseksual. Fenomena LGBT memang telah marak dan ditemuakan di dalam pelayanan pastoral, akibat dari hal ini rumah tangga dapat bercerai. Dengan latar-belakang itu menjadi dasariah artikel ini ditulis. Artikel ini dikerjakan dengan pendekatan studi literatur dan observasi, maka tulisan ini mengajukan rumusan pertanyaan utama bagaimana kongkrit penanganan pastoral yang digunakan bagi pasangan suami istri yang hendak bercerai karena biseksual? Temuan yang ditawarkan dalam penelitian ini terkait penanganan pastoral bagi suami istri yang hendak bercerai, melalui pastoral konseling berbasis persahabatan diterapkan. Kemudian pastoral berbasis pendampingan secara intens dan pengelaborasian ilmu psikologi melengkapi dalam membantu penangananan suami istri yang hendak bercerai karena biseksual. Dengan menerapkan ini, gembala menyahabati, memantau, menjadi negosiator, pendamping serta sebagai perujuk untuk membantu mengikis kesukaan seks kepada segender melalui langkah-langkah yang dilakukan dalam penanganannya.
Jalan Herodes atau Majus? Implikasi Kisah Kelahiran Kristus di Matius Matius 2:1-12 Bagi Penuntasan Amanat Agung Setianto, Yusak; Abrillian, Melvin; Wariki, Valentino
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.62

Abstract

Abstract: The church today often experiences difficulties completing the Great Commission because most only move from one congregation to another. This research aims to explore the responses of the magi and Herod to the news of Christ's birth in Matthew 2:1-12 which is associated with the completion of the Great Commission. The research method used is descriptive qualitative based on a literature study. The study results show that the story offers two paths: the "way of the magi," which supports the Great Commission, and the "Herod's way," which rejects the Great Commission. So, the conclusion is that the church or congregation needs to avoid Herod's way and follow the magi's path. The reason is that someone who chooses this path will be ready to sacrifice to spread the Good News, just like the magi who sacrificed their wealth, energy, and time to seek and worship Him and preach the news about the King of the Jews. They are figures to emulate, not Herod, who is always selfish and even blocks the excellent news from the world.Abstrak: Gereja masa kini seringkali mengalami kesulitan dalam menuntaskan Amanat Agung karena sebagian besar mereka hanya memindahkan jemaat yang satu ke jemaat yang lain. Itulah sebabnya, penelitian ini bertujuan untuk menelusuri respons orang majus dan Herodes terhadap berita kelahiran Kristus di Matius 2:1-12 yang dikaitkan dengan penuntasan Amanat Agung. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif berbasis studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisah tersebut menawarkan dua jalan, yaitu “jalan majus” yang mendukung Amanat Agung dan “jalan Herodes” yang menolak Amanat Agung. Jadi, kesimpulannya adalah gereja atau jemaat perlu menghindari jalan Herodes dan mengikuti jalan majus. Alasannya karena seseorang yang memilih jalan ini akan siap berkorban demi penyebaran Kabar Baik, sama seperti para majus yang mengorbankan harta, tenaga, dan waktu demi mencari dan menyembah-Nya serta memberitakan kabar tentang Raja orang Yahudi. Merekalah tokoh yang patut diteladani, bukan Herodes yang selalu mementingkan dirinya sendiri dan bahkan menghalangi berita sukacita tersebut dari dunia.
Filsafat Pendidikan Agama Kristen sebagai Landasan dalam Proses Pembentukan Iman Siswa Ruru, Aprianto; Bilo, Dyulius Thomas
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.68

Abstract

This research aims to explore the role of Christian religious education philosophy in the process of forming students' faith. The research results show that teaching the philosophy of Christian religious education has a positive impact on the formation of students' faith. Students who are involved in teaching tend to have a deeper understanding of Christian teachings and develop a closer personal relationship with God. Additionally, this research also shows that committed teachers provide adequate Christian religious education and empower students to question and reflect on their faith in this process. The approach used in this research is a descriptive approach. Descriptive research is research that aims to provide descriptions, explanations and validation according to the phenomena that occur and formulate problems worthy of being raised, contain scientific value and are not too broad and use factual data. The implication of this research is that the philosophy of Christian religious education plays an important role in the formation of students' faith.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendalami peran filsafat pendidikan agama Kristen dalam proses pembentukan iman siswa. Dari hasil penelitian menunjukkan pengajaran filsafat pendidikan agama Kristen berdampak positif pada pembentukan iman siswa. Siswa yang terlibat dalam pengajaran, cenderung memiliki pemahaman lebih dalam tentang ajaran Kristen dan mengembangkan hubungan pribadi yang lebih erat dengan Tuhan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa guru yang berkomitmen memberikan pendidikan agama Kristen yang memadai dan memberdayakan siswa untuk bertanya dan merenungkan iman mereka dalam proses ini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskripsif. Penelitian deskripsif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan deskripsi, penjelasan, juga validasi sesuai dengan fenomena yang terjadi dan merumuskan masalah layak untuk diangkat, mengandung nilai ilmiah dan tidak bersifat terlalu luas serta menggunakan data yang bersifat fakta. Implikasi penelitian ini adalah filsafat pendidikan agama Kristen berperan penting dalam pembentukan iman siswa
Hikmat berdiri Sebagai Hukum Perjanjian: Solusi Alternatif untuk Penyelesaian Sengketa Keuangan menurut Amsal 6:1-5 Manurung, Well Therfine Renward; Sualang, Farel Yosua
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.63

Abstract

Abstract: Proverbs is a book which contains wisdom and is a very important book in the Old Testament besides the other books of wisdom. An important piece of wisdom in Proverbs 6:1-5 is the practical advice regarding an inexperienced person becoming a guarantor for others, thereby exposing himself to risks such as financial ruin, poverty or even debt. This research uses qualitative terms such as: analysis from the perspective of biblical theology, exegesis with an interpretative approach (interpretative design), specifically thematic study, in order to explore and obtain the meaning of words and the implementation of the phrases "fellow insurer", "agreement", "entangled and caught", "words of mouth", "escape" in a financial dispute. This article presents new insight on the concept of insurers, such as: Firstly, the concept of insuring is a risky concept for someone who becomes an insurer because an insurer will be under the power of the debtor. Secondly, liability is a form of insuring because it is a taking on of obligation and not a physical standing-in. Thirdly, the concept of insuring must pay attention to the factors of agreement and the competence of the parties to the agreement. Fourthly, an insuring agreement must provide a financial dispute resolution option, so that the parties can make a new agreement. Insurances that have occurred can be canceled with an agreement mechanism where the lender and the recipient of the loan release their rights and obligations.Abstrak: Amsal merupakan kitab hikmat sangat penting di dalam Perjanjian Lama selain kitab-kitab hikmat lainnya. Hikmat penting dalam Amsal 6:1-5 adalah pengaturan praktik menanggung utang sesama oleh seseorang yang tidak berpengalaman, sehingga kemudian membawa risiko bagi dirinya seperti kehancuran finansial, kemiskinan atau bahkan perbudakan utang. Penelitian ini menggunakan kaidah kualitatif yang meliputi: pengkajian dari sudut pandang teoligi biblika, eksegesis dengan pendekatan interpretative (interpretative design) khususnya studi tematik, sehingga pada akhirnya dapat menggali dan memperoleh makna kata serta implementasi frasa “penanggung sesama”, “persetujuan”, “terjerat dan tertangkap”, “perkataan mulut”, “lepaskan diri” dalam suatu sengketa finansial. Artikel ini memberi pemahaman yang baru mengenai konsepsi penanggungan, yaitu: pertama, konsepsi penanggungan merupakan suatu konsep yang beresiko bagi seseorang yang menjadi penanggung karena seorang penanggung akan berada dibawah kuasa dari pemberi hutang. Kedua, kewajiban merupakan wujud dari penanggungan karena dalam konsepsi ini yang terjadi adalah substitusi pihak yang melakukan kewajiban bukan penanggungan badan (fisik). Ketiga, konsepsi penanggungan harus memperhatikan faktor kesepakatan dan kecakapan para pihak dalam melakukan persetujuan. Kempat, dalam suatu persetujuan penanggungan harus menyediakan opsi penyelesaian sengketa keuangan, sehingga para pihak dapat melakukan persetujuan baru. Penanggungan yang telah terjadi dapat dibatalkan dengan mekanisme kesepakatan di mana pihak pemberi dan penerima pinjaman melepaskan hak dan kewajiban mereka.
Implementasi Kode Etik Guru PAK dan Pengaruhnya terhadap Budaya Kerja di Lingkungan Kota Sentani Jayapura - Papua Gainau, Markus S; Pentury, Yolanti Wise
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.81

Abstract

Abstract: The Code of Ethics for Christian Religious Education (PAK) serves as a guideline that directs efforts to create a work culture in alignment with the will of God. This research aims to elaborate the ethical code applied by PAK teachers and its impact on the work culture in the Sentani City environment. The methodology employed in this study was a qualitative descriptive approach. Data collection was conducted by recording interviews with 12 PAK teachers in Sentani City and through observations at two Christian schools in the city, namely, Pengharapan Elementary School and Kononia Christian High School. The collected data was then processed using transcription techniques, where spoken text was transformed into written form. The subsequent process involved reduction, wherein relevant text was retained while irrelevant portions were discarded. The results of this reduction were then indexed and presented as data for analysis. The findings of this research indicate that the implementation of the ethical code has an impact on the work culture, encompassing values of integrity, professionalism, responsibility, and exemplary behavior. However, the culture of innovation remains underdeveloped among PAK teachers, primarily due to slow adaptation to information and communication technology. This has the potential to affect the competence and professional development of teachers.Abstrak: Kode Etik Pendidikan Agama Kristen (PAK) berfungsi sebagai pedoman yang mengarahkan dalam upaya menciptakan budaya kerja yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan kode etik yang diterapkan oleh guru-guru PAK dan dampaknya terhadap budaya kerja di lingkungan Kota Sentani. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam wawancara dengan 12 guru PAK di Kota Sentani serta melakukan observasi di dua sekolah Kristen di kota tersebut, yaitu Sekolah Dasar Pengharapan dan SMA Kristen Kononia. Data yang terkumpul kemudian diproses dengan teknik transkripsi, di mana teks lisan diubah menjadi bentuk tertulis. Proses selanjutnya adalah reduksi, di mana teks yang relevan dipertahankan sedangkan yang tidak relevan dibuang. Hasil dari reduksi ini kemudian diindeks dan disajikan sebagai data yang akan dianalisis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kode etik berdampak pada budaya kerja yang mencakup nilai-nilai integritas, profesionalisme, tanggung jawab, dan keteladanan. Namun, budaya inovasi menjadi aspek yang kurang berkembang di kalangan guru PAK, terutama karena adaptasi terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang berjalan lambat. Hal ini berpotensi memengaruhi kompetensi dan pengembangan kompetensi para guru
Pernikahan Kristen: Persetujuan Orang Tua atau Keputusan Pribadi menurut Alkitab Setiawan, Agus; Hermanto, Yanto Paulus
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.69

Abstract

Abstract: Marriage is an important decision in life, especially in the Christian faith, and both parties must be fully involved in the decision-making process. However, parental consent is not always given, which can cause tension and conflict within the family due to differences in culture, religion, social status, or other factors. This research focuses on the issue of parental approval versus personal decisions in Christian marriage based on Biblical views. The purpose of this study is to identify factors that shape attitudes toward parental consent versus personal decisions in marriage and to explore how the Bible views this issue. The research methodology used is a library research method, which includes collecting and analyzing data from books, journals, and official websites related to Christian marriage, parental consent in marriage, and personal decisions to marry. Although the Bible does not explicitly require parental consent for marriage, it recognizes the importance of family, community, and civil authority as structures that support marriage. The novelty of this research lies in its exploration of the complex and multifaceted nature of Christian marriage, parental consent, and the personal decision to marry, as well as its contribution to the ongoing discussion of this important issue.Abstrak: Pernikahan adalah keputusan penting dalam hidup, khususnya dalam iman Kristen, dan kedua belah pihak harus terlibat penuh dalam proses pengambilan keputusan. Namun persetujuan orang tua tidak selalu diberikan sehingga dapat menimbulkan ketegangan dan konflik dalam keluarga karena perbedaan budaya, agama, status sosial, atau faktor lainnya. Penelitian ini berfokus pada persoalan persetujuan orang tua versus keputusan pribadi dalam pernikahan Kristen berdasarkan pandangan Alkitab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang membentuk sikap terhadap persetujuan orang tua versus keputusan pribadi dalam pernikahan dan untuk mengeksplorasi bagaimana Alkitab memandang masalah ini. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan, yang meliputi pengumpulan dan analisis data dari buku, jurnal, dan website resmi terkait pernikahan Kristen, persetujuan orang tua dalam pernikahan, dan keputusan pribadi untuk menikah. Meskipun Alkitab tidak secara eksplisit mewajibkan izin orang tua untuk menikah, Alkitab mengakui pentingnya keluarga, komunitas, dan otoritas sipil sebagai struktur yang mendukung pernikahan. Kebaruan penelitian ini terletak pada eksplorasinya terhadap sifat pernikahan Kristen yang kompleks dan beragam, izin orang tua, dan keputusan pribadi untuk menikah, serta kontribusinya terhadap diskusi berkelanjutan mengenai isu penting ini.
Narasi Kepemimpinan Perempuan: Studi Naratif Kisah Debora dan Yael dalam Hakim-hakim 4:1-24 Paembongan, Raka Saden Priya L
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.80

Abstract

Abstract: Every organization has a leader, and leaders are trusted to lead their members to achieve certain goals. Sometimes leaders are still tainted by the social gap from a gender perspective, that men are superior to women. This fact can be seen from some churches and social organizations that prohibit women from becoming leaders, especially in the biblical narrative in both the Old and New Testaments in 1 Corinthians 14:34. Therefore, Judges 4:1-23 tries to see that there is equality in leadership carried out by women, especially Deborah, and also Jael in leading the Israelites to defeat the Canaanites. The research method is narrative criticism of the text of Judges 4:1-23, which looks at the flow of the narrative, including the character and setting of the text, and there is also a literature study from a feminist perspective. The results showed that Deborah succeeded in leading the Israelites to defeat the Canaanites from her religious side, which spread to her political and social side as a prophetess and then became the leader of the Israelites as a whole. God blessed Deborah and Jael in defeating the Canaanites, thus proving that women as leaders can succeed solely because of God's extension to them.Abstrak: Setiap organisasi mempunyai namanya seorang pemimpin, dan pemimpin dipercaya untuk memimpin anggotanya mencapai tujuan tertentu. Terkadang pemimpin masih dinodai dengan adanya kesenjangan sosial dari perspektif gender, bahwa laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Fakta tersebut bisa dilihat dari beberapa gereja maupun organisasi sosial yang melarang perempuan menjadi pemimpin, terutama dalam narasi Alkitab baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam 1 Korintus 14:34. Oleh karena itu, Hakim-Hakim 4:1-23 mencoba untuk melihat bahwa adanya kesetaraan dalam kepemimpinan yang dilakukan oleh perempuan terkhususnya Debora, dan juga Yael dalam memimpin bangsa Israel mengalahkan bangsa Kanaan. Metode penelitian yang dilakukan adalah kritik naratif teks Hakim-Hakim 4:1-23, yakni melihat alur narasi, termasuk karakter dan latar teks, dan juga ada studi pustaka dari perspektif feminis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debora berhasil memimpin bangsa Israel mengalahkan bangsa Kanaan dari sisi religiusnya, yang menjalar kepada sisi politis dan sosialnya sebagai nabiah lalu menjadi pemimpin bangsa Israel seutuhnya. Allah memberkati Debora dan Yael dalam mengalahkan Kanaan, sehingga terbukti bahwa perempuan menjadi pemimpin bisa berhasil semata-mata karena perpanjangan tangan Allah kepadanya.
Mengulik Pemahaman tentang Gender menurut Kejadian 1:27 sebagai Refleksi Teologi Pentakosta Tradisional terhadap LGBT Purnomo, Catur Sigit; Manurung, Kosma
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.65

Abstract

Abstract: In this post-modern era, the issue of gender has become increasingly complex. Within Christianity itself, there is a debate about whether the gender issue can be tolerated and accepted within a religious context or not. Churches also tend to differ in their implementation of policies related to this issue, ranging from rejection, indifference, to acceptance. From this dilemma, it is interesting to understand how Pentecostals, in particular, view this matter. This article seeks to examine how the Bible, especially Genesis 1:27, perceives the concept of gender and how this perspective can be applied to LGBT individuals from a Pentecostal standpoint. Through textual analysis and careful literature review, this article investigates the Bible's viewpoint on the LGBT community and offers an interpretation in the form of a divine gender concept according to the Bible. The Pentecostal reflection found includes an emphasis on gender, sexual organs in relation to the divine reproductive system, the holiness of a believer's life, and the need for a divine community to provide support in implementing the divine gender concept in a holistic manner.Abstrak: Pada zaman post-modern ini, isu mengenai gender menjadi semakin rumit. Dalam Kekristenan sendiri, terdapat pertentangan apakah isu mengenai gender ini dapat ditoleransi dan diterima dalam konteks keagamaan atau tidak. Gereja pun cenderung berbeda dalam menerapkan kebijakan terkait isu ini, mulai dari yang menolak, mengabaikan hingga menerima. Dari dilema ini, maka menarik untuk memahami bagaimana kaum Pentakostal, menilik hal ini. Artikel ini berupaya mengkaji bagaimana Alkitab, terutama kitab Kejadian 1:27, memandang konsep gender dan bagaimana pandangan ini dapat diterapkan pada orang-orang LGBT dari sudut pandang kaum Pentakostal. Menerapkan analisis teks serta menggunakan kajian literatur secara seksama, artikel ini menyelidiki cara pandang Alkitab terhadap komunitas LGBT dan membuat interpretasi berupa konsep gender yang ilahi menurut Alkitab. Refleksi Pentakostal yang ditemukan mencakup penekanan pada gender, organ seksual dalam hubungannya dengan sistem reproduksi ilahi, kesucian hidup orang percaya, serta perlunya komunitas yang ilahi untuk memberikan dukungan dalam rangka menerapkan konsep gender yang Ilahi secara holistik.
Pengaruh Mentoring terhadap Identitas Diri Remaja Peserta Program Future Center Yayasan PESAT Cluster Kalimantan Barat Tasuab, Irna Ireni; Santosa, Santosa; Tabrani, Ahmad
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.66

Abstract

Abstract: Mentoring is a process of trusting relationships in which the process of guidance, emotional support, goal achievement support, training, and teaching are included. This study aims to describe: adolescent self-identity, the mentoring process, and how strong the influence of mentoring on the development of adolescent self-identity. The study was conducted on 52 adolescents in the category of junior high school students participating in the Future Center program of the PESAT Foundation in the West Kalimantan cluster. The research method used is the quantitative research method. Data collection using questionnaires. The results of the first hypothesis research obtained a Lower Bound Interval confidence value of 58.32 and an Upper Bound Interval confidence value of 63.38, or the influence of mentoring in the strong category. The results of the second hypothesis test obtained a Lower Bound Interval confidence value of 40.27 and an Upper Bound Interval confidence value of 43.38, or it can be concluded that the self-identity of adolescents in the category is sufficient. The third hypothesis test obtained an r-value of 0.664 or in the strong category. Based on the results of the correlation coefficient, mentoring has a strong effect on adolescent self-identity. In the Model Summary table for R square (R²) of 0.441, which is then in percentage to 44.1%. This means that the percentage of the contribution of mentoring influence on the self-identity of adolescents participating in the Future Center program of the PESAT Foundation West Kalimantan cluster in the category of junior high school students is 44.1% and 55.9% is influenced by other variables. Mentoring has an important role in building adolescent identity. Therefore, it is necessary to equip mentors with knowledge and skills to assist youth participants in the Future Center program in West Kalimantan.Abstrak: Mentoring merupakan proses hubungan saling percaya yang di dalamnya termuat proses pembimbingan, pemberian dukungan emosional, dukungan pencapaian tujuan, pelatihan dan pengajaran. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: identitas diri remaja, proses mentoring dan seberapa kuat pengaruh mentoring terhadap perkembangan identitas diri remaja. Penelitian dilakukan pada 52 remaja kategori pelajar SMP peserta program Future Center Yayasan PESAT di cluster Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian hipotesis pertama diperoleh nilai convidedance Interval Lower Bound sebesar 58,32 dan nilai convidedance Interval Upper Bound sebesar 63,38, atau pengaruh mentoring pada kategori kuat. Hasil uji hipotesis kedua, diperoleh nilai convidedance Interval Lower Bound sebesar 40,27 dan nilai convidedance Interval Upper Bound sebesar 43,38, atau dapat disimpulkan bahwa identitas diri remaja pada kategori cukup. Uji hipotesis ketiga diperoleh nilai r sebesar 0,664, atau pada kategori kuat. Berdasarkan hasil koefisien korelasi maka mentoring berpengaruh kuat terhadap identitas diri remaja. Sedangkan pada tabel Model Summary untuk R square (R²) sebesar 0,441, yang kemudian di presentase menjadi 44,1%. Artinya bahwa presentase sumbangan pengaruh mentoring terhadap identitas diri remaja peserta program Future Center Yayasan PESAT cluster Kalimantan Barat kategori pelajar SMP sebesar 44,1% dan 55,9% dipengaruhi oleh variabel lain. Mentoring memiliki peran penting dalam membangun identas remaja. Oleh sebab itu, perlu memperlengkapi para mentor dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mendampingi remaja peserta prgram Future Center di Kalimantan Barat
Revitalisasi Pendidikan Kristen di Anticipating Era: Studi Eksposisi Efesus 5:15-16 Gulo, Rezeki Putra; Salurante, Tony
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i2.74

Abstract

Abstract: This study uses a qualitative method; Conduct literature reviews on various literature such as the Bible, articles, books and other references. This article presents ideas about the urgency of revitalizing Christian education in the anticipating era as an offer of thought for church members and students in using digital technology. Seeing the current digital space which is full of challenges and crucial problems such as misuse of technology, God's people are expected to have a deep, contextual and biblical perspective and biblical principles. By exposing the narrative of Ephesians 5:15-16, this research produces several theological principles that can be used as a guide in revitalizing Christian education in the anticipating era, namely: Be thorough and critical, be wise, and use your time well. These three principles contain deep theological meaning and are relevant if used as a thinking paradigm by church members and students in harmonizing Christian religious values in the anticipating era.Abstrak: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif; Melakukan kajian pustaka diberbagai literatur seperti Alkitab, artikel, buku, dan referensi lainnya. Artikel ini menyajikan gagasan tentang urgensi revitalisasi pendidikan Kristen di era anticipating sebagai sebuah tawaran pemikiran bagi warga gereja dan peserta didik dalam menggunakan teknologi digital. Melihat ruang digital saat ini yang penuh dengan tantangan dan masalah krusial seperti penyalahgunaan teknologi, umat Allah diharapkan memiliki cara pandang serta prinsip alkitabiah yang mendalam, kontekstual, dan biblikal. Dengan mengeksposisi narasi Efesus 5:15-16, penelitian ini menghasilkan beberapa prinsip teologis yang bisa dijadikan sebagai panduan dalam merevitalisasi pendidikan Kristen di era anticipating, yakni: Teliti dan kritis, bijaksana, dan menggunakan waktu dengan baik. Ketiga prinsip ini mengandung makna teologi yang mendalam serta relevan apabila dijadikan sebagai paradigma berpikir oleh warga gereja dan peserta didik dalam menyelaraskan nilai-nilai agama Kristen di era anticipating.

Page 1 of 1 | Total Record : 10