JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur (sebelumnya Jurnal Online Mahasiswa S1 Arsitektur UNTAN) adalah jurnal nasional yang berisi kumpulan naskah/ artikel hasil perancangan arsitektur yang fokus pada kegiatan "analisis dan sintesis" yang mendukung proses-proses perancangan arsitektur dan menghasilkan karya arsitektural. Substansi naskah dapat berupa kajian mengenai metode perancangan, proses analisis dalam perancangan, pengambilan keputusan dalam proses desain, proses penciptaan karya arsitektural, dan teori yang mendukung proses perancangan. Selain itu, JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur juga menerima (terbatas) naskah dengan pendekatan "penelitian" kajian arsitektural lainnya, seperti sejarah, teori, dan kritik arsitektur, teknologi bangunan, serta kota dan permukiman. JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur mempunyai ISSN 2746-5896 (media online)
Articles
421 Documents
RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KOTA SINGKAWANG
Komarudin, Nanang
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 6, No 2 (2018): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v6i2.27962
Kota Singkawang merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Kalimantan Barat. Menurut data BPS, Kota Singkawang pada tahun 2016 memiliki jumlah penduduk sebesar 211.508 jiwa. Sebanyak 84,8% penduduk Kota Singkawang tinggal di rumah sendiri, sementara sisanya masih menyewa atau mengontrak. Sebagian besar masyarakat yang tidak memiliki rumah tersebut merupakan golongan menengah ke bawah. Sesuai amanat UU No. 1 Tahun 2011, permasalahan tersebut merupakan kewajiban yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Hal ini sejalan dengan wacana Pemerintah dan anggota DPRD Kota Singkawang untuk membangun rumah susun sederhana sewa bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan mahasiswa. Pembangunan rusunawa tersebut memerlukan suatu perencanaan yang baik dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Perencaan rusunawa ini dibuat dengan mengusung konsep vertikal atau bertingkat. Konsep tersebut direncanakan untuk memaksimalkan lahan yang tersedia. Rusunawa ini terdiri dari empat blok bangunan yang terletak secara terpisah. Denah bangunan didominasi oleh ruangan-ruangan kamar dengan jenis atau tipe yang berbeda. Denah per lantai dibuat tipikal untuk menghemat biaya konstruksi dan operasional bangunan. Perancangan Rusunawa Singkawang ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti taman, kantin, mushala, lapangan olahraga, dan jogging track. Fasade bangunan dibuat sederhana sesuai dengan fungsi bangunan. Semua perencanaan tesebut dilakukan agar tercipta hunian yang layak dan nyaman bagi para penghuninya. Kata kunci: Tipikal, Vertikal, Sederhana
KAWASAN OLAHRAGA REKREASI PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PONTIANAK
SUDAGUNG, YUDHA BHASKARA
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 3, No 1 (2015): Maret
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v3i1.10179
Ruang terbuka hijau di Kota Pontianak yang termasuk dalam ruang terbuka hijau dengan lapangan olahraga pada umumnya dikategorikan sebagai olahraga dengan lingkup pendidikan dan prestasi. Akan tetapi, ruang terbuka hijau yang dikategorikan dalam lingkup olahraga rekreasi dinilai minim untuk mengakomodir kebutuhan dan minat masyarakat. Tujuan dari perancangan ini adalah menyelesaikan masalah maupun mengembangkan potensi pada kondisi eksisting yang diimplementasikan dalam desain guna menunjang aktivitas olahraga rekreasi dan aktivitas lainnya di Kota Pontianak dengan rancangan yang berbasis ekologis. Lokasi perancangan berada di lokasi Gelanggang Olahraga Khatulistiwa yang merupakan ruang terbuka hijau yang memfasilitasi olahraga prestasi. Metode perancangan yang digunakan yaitu tahap permulaan, persiapan, pengajuan usul, dan evaluasi. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh suatu kawasan olahraga rekreasi yang belokasi di ruang terbuka hijau yang menggunakan konsep ekologis sebagai konsep utama sehingga alam menjadi penting sebagai basis desainnya. Kawasan dibagi atas empat segmen guna memudahkan dalam zonasi kawasan. Adapun fungsi yang diakomodir ke dalam kawasan yaitu fungsi penerima, fungsi olahraga, fungsi komersil, dan fungsi servis. Fasilitas dalam fungsi olahraga ditata dengan orientasi menghindari silau matahari dari arah barat dan timur. Tiap fungsi dibuat dengan menciptakan pengalaman ruang yang dekat dengan alam dengan pengaplikasian vegetasi peneduh di sekeliling fasilitas. Kata kunci: Olahraga Rekreasi, Ruang Terbuka Hijau, Kota Pontiana
AKADEMI KOMUNIKASI DI KOTA PONTIANAK
Asrihartati, Melly
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 6, No 2 (2018): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v6i2.31500
Dunia informasi dan komunikasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan hadirnya berbagai teknologi media massa sehingga manusia mendapatkan segala macam informasi yang dibutuhkan. Perkembangan media informasi tersebut menuntut akan adanya kebutuhan tenaga-tenaga profesional di bidang komunikasi, sementara itu sumber daya manusia yang menguasai pengetahuan tersebut masih sangat terbatas dan salah satu penyebabnya adalah keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan komunikasi. Maka dari itulah dibutuhkan tempat atau wadah sarana pendidikan untuk perkembangan komunikasi di Pontianak sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan komunikasi yaitu Akademi Komunikasi di Kota Pontianak. Lokasi Perancangan Akademi Komunikasi tentu membutuhkan ruang untuk menampung kegiatan pendidikan, praktek, dan pelayanan. Perancangan bangunan Akademi Komunikasi diambil dari bentukan yang formal dan teratur yaitu bentukan persegi yang mengalami pengurangan dan penambahan bentuk. Selain itu, bentuk bangunan mempertimbangkan faktor lingkungan sekitar seperti orientasi, iklim, arah matahari, kebisingan, view, sirkulasi dan peraturan setempat. Bentuk bangunan kemudian disesuaikan dengan 3 fungsi yaitu fungsi utama, penunjang, dan pelengkap. Fungsi-fungsi ini melahirkan 3 karakter yaitu keahlian, media, dan komunikasi sehingga bangunan terbagi menjadi 3 massa yaitu auditorium, bangunan pendidikan, dan bangunan pengelola. Kata kunci : akademi, komunikasi, akademi komunikasi
GELANGGANG OLAHRAGA ANGGAR DI KOTA PONTIANAK
Pahlevi, Dirga
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 7, No 1 (2019): Maret
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v7i1.32581
Anggar merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan senjata pada sebuah landasan khusus atau loper. Olahraga ini kerap mengharumkan nama Kalimantan Barat di tingkat nasional melalui prestasi-prestasi yang memuaskan. Namun kondisi ini tidak didukung dengan tersedianya fasilitas olahraga anggar yang memadai. Salah satu fasilitas yang dimaksud adalah tidak adanya gedung olahraga anggar di Kalimantan Barat. Oleh karena itu, maka diperlukan gedung olahraga anggar untuk meningkatkan prestasi tim anggar Kalimantan Barat melalui program pelatihan, pembinaan, dan pertandingan. Perancangan Gedung Olahraga Anggar ini harus dibuat dengan mengacu pada standar yang telah ditentukan agar program di atas berjalan dengan maksimal. Gedung Olahraga Anggar ini terbagi ke dalam tiga zona, yaitu fasilitas utama, pendukung, dan pengelola. Gedung ini dirancang responsif terhadap lingkungan alam dengan cara memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami. Gedung ini juga dirancang dengan menggunakan material yang dapat mereduksi panas matahari sehingga penghawaan di dalam ruangan tetap nyaman. Gedung ini didominasi warna yang cerah untuk memberikan kesan energik, santai dan menarik pada bangunan sebagai bagian dari konsep entertainment.
SENTRA GALERI KERAJINAN TENUN KALIMANTAN BARAT DI KOTA PONTIANAK
Eriyanty, Elen;
Affrilyno, Affrilyno;
Caesariadi, Tri Wibowo
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 8, No 2 (2020): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v8i2.42451
Local residents of West Borneo have expertise in producing variety of traditional crafts, one of which is woven fabrics, which is no less competitive with other regions. But there are several problems regarding the lack of facilities and infrastructure, such as less productive weaving processes, exhibitions that are held irregularly, difficulty of marketing products and no place for discussion. Therefore, the need of a place to product, exhibit, and market the products of West Borneo woven fabrics called "Center of West Borneo Weaving Craft Gallery in Pontianak" is essential. The design process starts from the analysis of functions which are divided into 3 groups, such as the main function group is commercial function, the extension function group is to produce recreation, education and performance function, while the other support function group is to produce management and service functions. The design applies theme of contemporary architecture as an approach that will support the creation of spaces that have harmonization, interactive, innovative and iconic concepts. The appeal of the idea design building shape is the philosophy of the analogy from winding’s tool which is divided into three parts and produces the main building, workshop building and multipurpose building. The number of floors for each building is almost the same which is two floors, except for the multipurpose building, which is one floor. The line movement from height of the building mass illustrates the existence of sustainability by creating an environment that represents aesthetic value and the harmonization of local culture to modernization.
VIHARA THERAVADA DI KOTA SINGKAWANG
Wagito, Wagito
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 5, No 1 (2017): Maret
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v5i1.20899
Penyebaran berbagai agama di Indonesia telah ada sejak jaman pemerintahan kerajaan Kutai dan Tarumanegara. Dalam perkembangannya pengikut berbagai Agama ini semakin banyak, salah satunya adalah Agama Buddha. Namun di Provinsi Kalimantan Barat terutamanya Singkawang yang memiliki pemeluk agama Buddha yang banyak Menurut Departemen agama Provinsi Kalimantan Barat, penganut agama Buddha mengalami peningkatan, pada tahun 2007 penganut agama budha berjumlah 312.201 jiwa, akan tetapi jumlah vihara yang ada sekarang belum mampu menampung semua kegiatan peribadatan yang ada. Metode perancangan yang ditempuh dengan cara mengumpulkan data melalui teknik observasi dan dokumenter, kemudian proses analisis data dari berbagai aspek yaitu kondisi eksisting tapak, progam ruang berdasarkan pelaku dan prosedur kegiatan, zonasi ruang secara makro dan mikro, bentuk kawasan dan bentuk bangunan yang sesuai dengan kondisi alam setempat. Dari hasil analisis yang didapat selajutnya akan dikombinasikan kedalam konsep sehingga memperoleh skematik desain yang menghasilkan visualisasi rancangan secara jelas. Konsep rancangan yang dihasilkan adalah meyediakan fasilitas dan tempat ibadah untuk umat Buddha yang menunjang kegiatan peribadatan di Vihara, dan menyediakan fasilitas untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peribadatan, dengan fungsi utama peribadatan dan dengan fungsi edukasi untuk pembelajaran Dhamma usia dini. Kata kunci: Vihara, Theravada, Singkawang
PESANTREN AS-SALAM KOTA PONTIANAK
Achmadi, Iwan
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 4, No 2 (2016): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v4i2.16819
Pesantren merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan di pesantren mendalami ilmu agama Islam dan telah diakui sebagai lembaga yang ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Hingga kini lembaga pendidikan pesantren masih bertahan dan menyesuaikan kebutuhan pendidikan saat ini. Globalisasi secara tidak langsung memberikan dampak terhadap perkembangan bidang pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan perekonomian. Salah satu tantangan dari perkembangan tersebut adalah pembangunan ekonomi di Indonesia. Banyak lulusan tidak mendapatkan pekerjaan karena jumlah lapangan pekerjaan yang minim, sehingga banyak pengangguran. Salah satu lembaga pendidikan yang mampu menjawab tatangan perubahan zaman adalah pesantren. Pesantren dapat dikembangan dengan penambahan pendidikan agama, umum, dan kewirausahaan didalam sistem pendidikannya. Pesantren As-salam merupakan pesantren yang terletak di Kota Pontianak yang menerapkan kurikulum agama Islam dan pengetahuan umum didalamnya. Dibutuhkan perancangan di dalam kawasan pondok pesantren As-salam yang dapat mendukung aktifitas pembelajaran ilmu pengetahuan agama, ilmu pengetahuan umum, dan pendidikan kewirausahaan. Kegiatan keseharian di pesantren berada di dalam satu kawasan antara santri dan santriwati maka diperlukan penataan kawasan agar keduanya tidak bertemu satu dan lainnya, analogi hijab digunakan di dalam penataan kawasan agar mencegah terjadinya ikhtilat atau bertemunya laki-laki dan perempuan (yang bukan mahramnya) di suatu tempat. Kata kunci: Pesantren As-salam, Kota Pontianak, Konsep Hijab
PENERAPAN PRINSIP NATURE IN THE SPACE DAN NATURE OF THE SPACE PADA HEALTHY PLAZA AVENUE DI KOTA BARU PARAHYANGAN
Rizal Pardamean Sihite;
Nurtati Soewarno
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 9, No 2 (2021): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v9i2.48407
Humans are essential can not be separated from nature because humans rely heavily on nature for their survival. Currently including natural elements in the design of a building has become a lifestyle and trend, as seen in some commercial buildings, such as Hotels, Shopping Malls that take the theme of nature. Healthy Plaza Avenue is a planned shopping center to fulfill facilities in Kota Baru Parahyangan, a new residential neighborhood that has a vision of an independent green city. Healthy Plaza Avenue design method starts from problem formulation, data collection, design process, and design products. Nature in the space and Nature of the space are two of the three categories of biophilic design principles that are considered to be appropriately applied to the design of Healthy Plaza Avenue. The application of the principles of Nature in the space and nature of the space is seen in the Atrium by placing ornamental plants and shade trees equipped with waterways that boil in the Event Plaza. While in the outside area is a planned Rain Garden that serves in addition to adding beauty also as a catchment and recycling area for the needs of the building. In addition, hanging plants are also placed on the façade of the building to reflect the green elements so that Healthy Plaza Avenue can be harmonious with the environment. It is hoped that the concept of Nature in the Space and Nature of the Space can be in line with the vision of Kota Baru Parahyangan as an independent city that maintains its environmental beauty.
PUSAT KREATIVITAS ANAK DI PONTIANAK
Adilla Chairiah;
Lestari Lestari;
Irwin Irwin
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 9, No 2 (2021): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v9i2.47541
Children are the future successors of the nation who must be equipped with supporting knowledge and education. One of the factors that influence the development of children are children’s creativity. Creativity is important for children because creativity is useful as a human need to be creative, creativity allows children to express themselves and thoughts in solving problem and many more. Creativity activities in schools are limited, namely 4-5 hours due to strict curriculum (Kemendikbud, 2012). The facilities that support the development of children's creativity in Pontianak is quite limited. This condition shows that Pontianak needs facilities that support the development of children's creativity, namely the Child Creativity Center in Pontianak. The design method starts from identifying the problem by looking at the issues, data collecting consists of primary data and secondary data, and then the data is analyzed which produced pre design drawing. The emphasis on the design is child-friendly which includes aspects of safety, comfort, freedom and stimulates children's potential. This concept produces a mass building design with a circular shape that has been transformed. The use of the right colors, shapes, materials and dimensions is the core of the design of the Children's Creativity Center in Pontianak.
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INKLUSI DI KOTA PONTIANAK
Aulia Mustika Ratu;
Muhammad Ridha Alhamdani;
Rudiyono Rudiyono
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 9, No 2 (2021): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26418/jmars.v9i2.48615
Indonesia is a country that pays attention to the education of its young generation. The school education unit plays a very important role in the education of children. Indonesia already has a program in the form of Child-Friendly Districts/Cities (KLA). KLA is a district/city with a development system that guarantees the fulfillment of children's rights and special protection for children that is carried out in a planned, comprehensive, and sustainable manner to achieve Child-friendly Indonesia (IDOLA) which is expected to be achieved in 2030. Pontianak city crowned as a Child Friendly City (KLA) at the first level since 2017 which subsequently up to become Madya. In this regard, the Pontianak City Government runs the Child Friendly School program as effort to realize the fulfillment of children's rights and protection for 8 hours of children being in school, and also the aim of being a forum that facilitates equitable educational needs for all children, both those with special needs, and with disabilities that presented in the form of Inclusive Junior High Schools. The Inclusive School design method used the idea stage, the data collection stage, the analysis stage, the synthesis stage, and the design stage. The program used in the design of the Inclusive Junior High School is the Child-Friendly School (SRA). The result is a child-friendly inclusive school design by applying the philosophy of “Behind Weaknesses There Are Advantages”. This is indicated by the facilities that accommodate activities in schools, both macro, and micro.