MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan isu-isu Teologi dan Kepemimpinan Kristen, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta. Focus dan Scope penelitian MAGNUM OPUS adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Kepemimpinan Kristen MAGNUM OPUS menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi dari segala institusi teologi, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review.
Articles
25 Documents
Pemimpin Transformatif dalam Pendidikan Kristen
Marbun, Purim
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (492.618 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v1i2.47
This paper aims to explain the essence of transformative leaders carried out by Christian leaders in the field of education both formal and informal. This research is based on the background of the problem of the minimal changes made by leaders due to competent competence. The research method used in this paper is a literature study by examining various literatures related to the topics discussed. Leadership basically explains a number of skills and abilities of leaders in carrying out leadership tasks. Specifically for Christian leaders, this task is done not with mere ability but based on gifts and talents given by God. The results of transformative leadership in education create breakthroughs, changes in values and systems and have an impact on themselves and the people they lead. and bring them to recognize the work of God in their lives and leadership. Abstract Tulisan ini bertujuan menjelaskan esensi dari pemimpin transformatif yang dilakukan oleh pemimpin kristen dalam bidang pendidikan baik formal maupun informal. Penelitian ini didasakan pada latar belakang masalah minimnya perubahan-perubahan yang dilakukan pemimpin disebabkan kompetensi yang tidak mumpuni. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini ialah studi kepustkaan dengan mengkaji berbagai literatur yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Kepemimpinan pada dasarnya menjelaskan sejumlah kecakapan dan kemampuan pemimpin dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan. Secara khusus bagi pemimpin Kristen, tugas ini dilakukan bukan dengan kemampuan semata melainkan berdasarkan karunia dan talenta yang diberikan Allah. Hasil kepemimpinan transformatif dalam pendidikan terciptanya terobosan, perubahan nilai dan sistem serta berdampak bagi diri sendiri dan orang yang yang dipimpinnya. dan membawa mereka mengakui karya Allah dalam hidup dan kepemimpinan mereka.
Reinterpretasi Misi pada Ruang Publik Pluralisme: Analisis Matius 28:19-21
Walean, Jefrie
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 3, No 1: Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (375.626 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v3i1.134
  This study examines the concept of mission and reinterpretation of mission in the public sphere. This study aims to reinterpret the text of Matthew 28:19-21 in the public sphere and then position the missiological substance in a relevant way. This research is expected to provide socio-theological understanding in pluralism to churches and believers so that they have a responsibility in the mission but need to review the concept of mission in the public sphere. The author uses qualitative research. This study concludes that the interpretation of the mission in the description of the text of Matthew 28: 19-21 must be understood comprehensively and seeks to place the mission contextually without leaving the joints of diversity.  AbstrakPenelitian ini mengkaji konsep misi dan reinterpretasi misi di ruang publik. Penelitian ini bertujuan mereinterpretasikan teks Matius 28:19-21 di ruang publik selanjutnya memosisikan substansi misiologis secara relevan. Penelitian ini diharapkan memberi pemahaman sosio-teologis dalam kemajemukan kepada gereja dan orang percaya agar memiliki tanggung jawab dalam misi namun perlu mengkaji ulang konsep misi di ruang publik. Penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa interpretasi misi dalam uraian teks Matius 28: 19-21 harus dipahami secara komprehensif dan berusaha untuk menempatkan misi secara kontekstual tanpa meninggalkan sendi-sendi keberagaman.   Â
Trinitas dalam Konsep Sang Logos Bersama Sang Theos Menurut Yohanes 1:1
Untoro, Tri
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 1, No 1 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (442.264 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v1i1.24
Trinity or often also so called the Trinity is a discussion of theology that continues to cause dynamics. Various accusations and theological attacks have come about this understanding of the Trinity. This article is a qualitative study of literature using the method of text analysis in John 1: 1. By using the word study approach to the words logos and theos in John 1: 1, an understanding is obtained that the two concepts refer to two distinct, but one-person, or different existences. Thus the concept in John 1: 1 refers to the existence of a trinity of God. Abstract Trinitas atau sering juga disebut tritunggal adalah bahasan teologi yang terus menimbulkan dinamika. Berbagai tudingan dan serangan teologi datang terkait pemahaman Allah Trinitas ini. Artikel ini merupakan kajian kualitatif literatur dengaan menggunakan metode analisis teks pada Yohanes 1:1. Dengan menggunakan pendekatan studi kata pada kata logos dan theos dalam Yohanes 1:1 tersebut maka diperoleh pengertian bahwa kedua konsep itu menunjuk pada dua pribadi atau eksistensi yang berbeda namun sehakikat. Dengan demikian konsep tersebut dalam Yohanes 1:1 menunjuk pada keberadaan Allah trinitas.
Pentingnya Komunitas Sel dalam Pertumbuhan Gereja: Sebuah Permodelan dalam Kisah Para Rasul
Baskoro, Paulus Kunto;
Arifianto, Yonatan Alex
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 2, No 2: Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.52220/magnum.v2i2.87
The church as a place of fellowship for believers has a responsibility to create, maintain and develop koinonia relationships that can lead to church growth. Through this paper, the author can describe the importance of the cell community in bringing about the value of close fellowship and kinship so that it can lead to church growth. Using the descriptive qualitative method, it can be concluded that the cell community is a system that must be implemented. Where this group will be able to run well if the community applies the characteristics of strengthening, caring, sharing, and belonging to each other in the concept of shared interests, as well as being a role in serving others. The community in the Acts of the Apostles or the early church became a community that lived in respect for others. The cell community in the Acts model becomes a role model for the church that will develop in church growth. AbstrakGereja  sebagai tempat bersekutu orang-orang percaya memiliki tanggung jawab untuk menciptakan, memelihara dan mengembangkan hubungan koinonia yang dapat membawa pada pertumbuhan gereja. Melalui tulisan ini penulis dapat mendeskripsikan bahwa pentingnya komunitas sel dalam membawa dampak bagi nilai pesekutuan dan kekekuargaan yang erat sehingga dapat membawa pada pertumbuhan gereja. Menggunkan metode kualitatif deskriftif dapat disimpulkan bahwa komunitas sel mempakan suatu sistem yang harus dilaksanakan.  Dimana kelompok ini akan dapat berjalan dengan baik, jika dalam komunitas tersebut menerapkan karakteristik menguatkan, memperhatikan, berbagi serta saling memiliki dalam konsep kepentingan bersama, juga menjadi role dalam melayani sesama. Komuntas dalamKisah Parah Rasul atau gereja mula-mula menjadi  komunitas yang hidup dalam menghargai sesama. Komunitas sel dalam permodelan Kisah Para Rasul tersebut menjadi suatu role model bagi  gereja yang akan berkembang dalam pertumbuhan gereja.
Ibadah yang Benar menurut Amos 5:4-6 dan Relevansinya bagi Tugas dan Panggilan Gereja di Masa Kini
Utomo, Bimo Setyo
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 2, No 1: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (438.71 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v2i1.73
The church as God's people in its presence in this world is inseparable from society, where the church, as the organizer of worship, is also called to carry out its task or prophetic role in society. This happened also in the context of the prophet Amos when served in North Israel, where the worship at that time seemed to be going well and lively, but contrary to it; their attitude to life has deteriorated considerably. So in this research, the meaning of worship according to Amos 5: 4-6 will be examined with the aim of developing it to get relevance to the duties and vocation of the church today. The method used in this research is qualitative, by applying the descriptive analysis method to the text of Amos 5: 4-6, so that the meaning of worship seeking the true God is found. The result of this research is that worship should be interpreted as a relationship between people's love for God which reflects good deeds in daily life. The church must also reflect on the meaning of worship in its duties and vocation by living out the meaning of worship in daily life, being more involved and engaging in community life, and also as a church calling to repent and become better. AbstrakGereja sebagai umat Allah dalam kehadirannya di dunia ini tidak terpisah dari masyarakat, dimana gereja selaku penyelenggara ibadah, dipanggil juga untuk mengamalkan tugas atau peran kenabiannya dalam masyarakat. Hal ini terjadi juga dalam konteks nabi Amos melayani di Israel Utara, dimana ibadah kala itu nampak berjalan baik dan semarak, tetapi bertolak belakang dengan itu; sikap hidup mereka sangat merosot. Maka pada penelitian ini akan diteliti makna ibadah yang benar menurut Amos 5:4-6 dengan tujuan untuk mengembangkannya untuk mendapatkan relevansi bagi tugas dan panggilan gereja di masa kini. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan menerapkan metode deskriptif analisis pada teks Amos 5:4-6, sehingga didapati makna tentang ibadah mencari Tuhan yang benar. Hasil dari penelitian ini adalah ibadah harus dimaknai sebagai hubungan kasih umat kepada Tuhan yang mencerminkan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Gereja juga harus merefleksikan makna ibadah ini dalam tugas dan panggilannya dengan menghidupi makna ibadah dalam kehidupan sehari-hari, lebih berperan dan terlibat dalam kehidupan bermasyarakat dan juga sebagai panggilan gereja untuk bertobat dan menjadi lebih baik lagi.
Peran Khotbah Gembala Sidang dalam Pertumbuhan Rohani Jemaat
Santoso, Dwi Setio Budiono
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (460.013 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v1i2.39
Preaching is a work that proclaims God's will through His Word. Preaching the Word of God is expected to have a positive influence on the spiritual life of the listener, which is to bring change to those who listen. Preaching is the pastor's main work related to his calling in service in the church. This study aims to show that there is a relationship between the sermon by the pastor and the growth of the congregation. This research uses a qualitative approach with a descriptive method of 50 members of the congregation at GPdI Tamanan, Bondowoso. The conclusion obtained is, there is a significant role of preaching in church growth. Abstract Berkhotbah merupakan pekerjaan yang mewartakan kehendak Allah melalui Firman-Nya. Pemberitaan Firman Tuhan itulah yang diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi kehidupan kerohaniaan pendengar, yaitu membawa perubahan bagi yang mendengarkannya. Berkhotbah merupakan pekerjaan utama gembala sidang terkait panggilan pelayanannya di gereja. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa ada hubungan antara khotbah yang dilakukan oleh gembala sidang terhadap pertumbuhan jemaat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiitatif dengan metode deskriptif terhadap 50 anggota jemaat di GPdI Tamanan, Bondowoso. Kesimpulan yang diperoleh adalah, ada peran khotbah yang signifikan dalam pertumbuhan jemaat.
Kepastian Keselamatan dalam Kisah Para Rasul 4:12 sebagai Pendorong Pekabaran Injil
Arifianto, Yonatan Alex;
Stevanus, Kalis
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 3, No 1: Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (374.44 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v3i1.136
The salvation received by believers as a gift from God, is sometimes only accepted selfishly without prioritizing other people who have not accepted and know the truth of this salvation. believers think that mission is the job of church leaders and ministers only so there is no motivation in preaching the gospel of salvation. The author describes the study of the certainty of salvation as an incentive for believers to continue to preach the news of salvation for all mankind. Using descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that the certainty of salvation in Acts 4:12 is the driving force for evangelism. It is part of the actualization of the Great Commission of the Lord Jesus which will continue to be carried out until His second coming. By doing and understanding, first, understand that in the theological study and exegesis of Acts 4:12 found the value of salvation which is only found in the Name of Jesus Christ. Second, it leads believers to believe that Salvation is exclusive in Jesus Christ as part of the believer's faith and spirituality. The three believers can understand the nature and essence of evangelism which plays a very important role in educating believers to keep the spirit of preaching the gospel. The four believers are required to actualize the Great Commission as an indicator of believers in the role of evangelism. This is done as part of God's plan to make believers God's co-workers who bring good news to those who do not know the truth in Acts 4:12. AbstrakKeselamatan yang diterima oleh orang percaya sebagai anugrah Tuhan, terkadang hanya diterima secara egois tanpa mementingkan orang lain yang belum menerima dan mengenal kebenaran keselamtan tersebut. orang percaya mengangap bahwa misi adalah tugas para pemimpin dan pelayan gereja saja sehingga tidak adanya motivasi dalam memberitakan injil keselamatan. Penulis mendeskripsikan kajian kepastian keselamatan sebagai pendorong orang percaya untuk terus memberitakan kabar keselamatan bagi seluruh manusia. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature maka dapat disimpulkan bahwa kepastian keselamatan dalam Kisah Para Rasul 4:12 sebagai pendorong pekabaran Injil. Merupakan sebagai bagian dari aktualisasi Amanat Agung Tuhan Yesus yang terus dikerjakan sampai kedatanganNya kedua kali. Dengan mengerjakan dan memahami, yang pertama, menegerti bahwa dalam kajian teologis dan eksegese Kisah Para Rasul 4:12 ditemukan nilai keselamatan yang hanya ditemukan di dalam Nama Yesus Kristus. Kedua, Hal tersebut membawa orang percaya untuk mengimani bahwa Keselamatan eksklusif dalam Yesus Kristus sebagai bagian dari iman dan kerohanian orang percaya. Ketiga ornag percaya dapat memahami adanya hakikat dan esensi penginjilan yang sangat berperan mengedukasi orang percaya untuk tetap semangat memberitakan Injil. Keempat orang percaya diwajibkan mengaktualisasi Amanat Agung sebagai indikator orang percaya dalam peran penginjilan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari rencan Tuhan menjadikan orang percaya kawan sekerja Allah yang membawa kabar baik bagi mereka yang belum mengenal kebenaran dalam Kisah para Rasul 4: 12.Â
Memahami Missio Dei sebagai Suatu Perjumpaan Misioner dengan Budaya
Amtiran, Abdon Arnolus
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 1, No 1 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (436.065 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v1i1.26
 Mission is the embodiment of the great commission, and the expression of all the Bible's message, both the Old and New Testaments, about the mission of saving human life from sin. However, there are things to consider in carrying out this divine mission, namely the metaphor between missionaries and culture. This study uses a qualitative approach with descriptive methods and literature analysis. The conclusion obtained, missiono Deo is always in contact with culture, so that culture does not need to be disputed if it can be a bridge into the gospel. Abstrak Misi merupakan perwujudan dari amanat agung, dan ekspresi dari keseluruah berita Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, tentang misi menyelamatkan kehidupan manusia dari dosa. Namun demikian ada hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan misi ilahi ini, yaitu perjumpamaan antara misioner dengn budaya. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan analisis literatur. Kesimpulan yang diperoleh, misio Deo selalu bersentuhan dengan budaya, sehingga budaya tidak perlu dipertentangkan jika itu dapat menjadi jembatan masuknya Injil.
Memaknai Metafora Kerajaan Allah dalam Kehidupan Gereja: Antara Utopia atau Existensi
Simanjuntak, Fredy;
Siagian, Fereddy
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 2, No 2: Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.52220/magnum.v2i2.93
The presupposition of God's Kingdom was initially eschatological in relation to the Kingdom of Israel. In the Gospels Jesus often uses the Metaphor of God's Kingdom in conveying His teachings. Jesus often reinterpreted the concept of the kingdom of God formed in the wrong Jewish tradition with hope for its geographical nature. On the contrary in the Church itself, especially the Pentecostal/charismatic school. Interpretations of this topic are often taught partially in certain parts and not as a whole. Not a few seminars are held that discuss the condition of the age to come which is only centered on the second coming of Christ but the discussion of the present is ignored. The emphasis tends to be more eschatological in the future but less responsible for daily life. Jesus' emphasis on the concept of the kingdom of God never replaced the present with a state of being far away in the future. In essence, the picture of the Kingdom of God taught by the Lord Jesus recorded by the Gospel is full of spiritual values and not talking about the visible. This study is a text analysis of Gospel texts to interpret what is said in the Gospel texts regarding the Kingdom of God.
Paradigma Pentingnya Pengajaran Doktrin Sebagai Bagian dari Total Quality Management dan Adaptasi Gereja
Purba, Eduward
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 2, No 1: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (411.446 KB)
|
DOI: 10.52220/magnum.v2i1.70
The church has not implemented many quality management (TQM) in its institutions because it is considered that this is only for companies that aim to profit. Whereas profit is not TQM orientation but customer satisfaction. The importance of TQM is due to the rapidly changing world and the presence of competitors from both similar and different institutions. One of the products offered by the church is teaching-based, especially the basic doctrines of the Christian faith. This is rarely done by the church, it can be seen from the absence of writings that discuss the doctrine of doctrine as part of church quality management and as an adaptation of the church in dealing with competitors. The approach used in this paper is a qualitative grounded research method; the reason is, that there has not been found a paper that presents the teaching of the basic doctrines of the Christian faith as part of the implementation of TQM in the Church. The results found that teaching the basic doctrines of the Christian faith has made the Church in general able to survive for thousands of years in the midst of various teaching attacks from both internal and external to the Church. The conclusion is that the teaching of the doctrine of the Christian faith is the main product of the Church in satisfying the congregation to ensure that the congregation remains part of the holy community, namely the Church, as well as being an important part of showing the quality of the Church.AbstrakGereja belum banyak yang menerapkan majemen mutu (TQM) di dalam lembaganya karena dianggap hal tersebut hanya untuk perusahaan yang bertujuan profit. Padahal profit bukan orien-tasi TQM tetapi kepuasaan pelanggan. Pentingnya TQM dikarenakan dunia yang cepat berubah dan hadirnya kompetitor baik dari lembaga sejenis maupun yang berbeda. Salah satu produk yang ditawarkan gereja adalah berbasis pengajaran, khususnya doktrin dasar iman Kristen. Hal ini jarang dilakukan gereja, terlihat dari belum adanya tulisan yang mengangkat bahasan peng-ajaran doktrin merupakan bagian dari manajemen mutu gereja serta sebagai adaptasi gereja dalam menghadapi kompetitor. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah kualitatif dengan metode grounded research; alasannya, karena belum ditemukan sebuah tulisan yang menyajikan pengajaran doktrin dasar iman Kristen merupakan bagian dari implementasi TQM di dalam Gereja. Hasil yang ditemukan bahwa, pengajaran doktrin dasar iman Kristen telah membuat Gereja secara umum dapat bertahan selama ribuan tahun di tengah berbagai serangan pengajaran baik dari internal dan eksternal Gereja. Kesimpulan yang diperoleh adalah, pengajaran doktrin iman Kristen merupakan produk yang utama dari Gereja dalam memuaskan jemaat untuk menjamin jemaat tetap menjadi bagian dari persekutuan kudus yaitu Gereja, selain juga merupakan bagian penting untuk menujukkan kualitas Gereja itu.