cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Media Veteriner
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 87 Documents
The IPB-I Reagent As An Alternative Tool To Detect Subclinical Mastitis Mirnawati Sudarwanto
Media Veteriner Vol. 5 No. 1 (1998): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.546 KB)

Abstract

Mastitis subklinis hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan mikrobiologi dan penghitungan jumlah sel radang terhadap contoh susu. Penyakit ini sangat merugikan peternak karena produksi susu menurun dan seringkali berkembang menjadi mastitis klinik atau kronis yang berakibat penyingkiran sapi lebih awal. Melakukan deteksi dini dengan pereaksi terhadapcontoh susu dapat memperkecil resiko tersebut. Ujimastitis subklinis di lapang yang ada sampai saat ini,seperti Calijbrnia Mastitis Test (CMT), masih jarangdilakukan karena harga pereaksinya cukup lnahal dansulit diperoleh di pasaran. Untuk memperoleh suatuteknik yang cepat dan pereaksi untuk uji mastitis subklinis di lapang yang relatif lebih mudah, murah dan bahan-bahannya mudah diperoleh di pasaran, maka dikembangkanlah pereaksi yang diberi nama "IPB- I ". Dari penelitian ini diperoleh data bahwa sensitivitas IPB- I, CMT, Whiteside Test (WST), Aulendorfer Mastitis Probe (AMP) mod- 1 dan AMP mod-2 berturut-turut 0,99; 0,92; 0,94; 0,92 dan 0,94. Sedangkanspesifisitasnya berturut-turut 0,92; 0,37; 0,32; 0,47 dan0,89. Nilai prediksi (predictive valz~e)I PB- I, CMT, WST, AMP mod-1 dan AMP mod-2 berturut-turut 0,95; 0,99; 0,97; 0,99 dan 0,97. Nilai Keterhandalan IPB-I lebih tinggi dibandingkan dengan pereaksi lainnya. Namun nilai prediksi untuk pereaksi masih harus diperbaiki.
Morphology and Histomorphometry of Testis And Epididymis of Kacang Goat (Capra sp.) and Local Sheep (Ovis sp.) Citra Noviana; Arief Boediono; Tutik Wresdiyati
Media Veteriner Vol. 7 No. 2 (2000): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.511 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi dan histomorfometri testis dan epididymis kambing kacang (Capra sp.) dan domba lokal (Ovis sp.) dengan umur 1-1,setahun. Secara makroskopik, keliling, berat dan volume testis kambing kacang lebih kecil (P
Hemorrhagic Septicaemia In Alabio Ducks Infected With Pasteurella multocida By Various Routes Wiwin Winarsih; Hermonoadi Huminto; Bibiana Widiyati Lay; Ramdani Ramdani
Media Veteriner Vol. 7 No. 1 (2000): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.775 KB)

Abstract

Seratus ekor itik Alabio yang berumur lima rninggu dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan rute infeksi yaitu intravena (i.v.), intramuskular (i.m.) intratrakhea (i.t.) dan kontrol (K). Kelompok perlakuan diinfeksi dengan bakteri P. multocida yang diisolasi dari itik dengan dosis 2x 105   cfu mL. Semua itik dinekropsi setelah satu, tiga, enam, 12 dan 24 jam infeksi. Itik-itik dari Kelompok i.v. menunjukkan septikemia hemorhagika, sedang itik dari Kelompok i.m. dan i.t. menunjukkan kerusakan yang sama tiga jam p.i. Semakin lama waktu pengamatan, semakin parah proses kerusakannya. Pada Kelompok Kontrol tidak ditemukan kerusakan
Comparative Microanatomy of The Local Goat and Sheep Pancreas Islets With a Special Reference to The Distribution and Relative Frequency of Glucagon Producing Cells I Ketut Mudite Adnyane; Savitri Novelina; Dwi Kesuma Sari; Tutik Wresdiyati; Srihadi Agungpriyono
Media Veteriner Vol. 8 No. 1 (2001): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.089 KB)

Abstract

Penelitian ini memanfaatkan teknik pewarnaan standardan khusus, impregnasi perak Grimelius, untukmenggambarkan morfologi komparasi pankreas kambing dandomba lokal dengan tinjauan khusus pada distribusi danfrekuensi sel-sel penghasil hormon glukagon pada bagianendokrin pankreas. Pankreas domba mempunyai lobulasiyang lebih jelas daripada pankreas kambing ditandai dengansepta interlobaris yang jelas, tetapi batas antara bagianendokrin (pulau Langerhans) dan bagian eksokrin tidak jelaspada domba. Sebaliknya pankreas kambing mempunyaibagian endokrin yang jelas batasnya dengan bagian eksokrin.Pulau Langerhans tersebar diantara eksokrin pankreas,dengan frekuensi terbanyak didapatkan pada pankreas bagiankanan (head), diikuti bagian kiri (tail) dan tengah (body).Pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang lebihbanyak dibanding dengan pankreas domba. Sel-sel penghasilhormon glukagon pada pankreas berbentuk polimorfik, bulat,oval, segitiga atau seperti tetes air dengan butir-butirsitoplasma yang terletak bipolar. Sel-sel ini berdistribusipada bagian perifer dari pulau Langerhans. Jumlah sel-selglukagon berbanding lurus dengan jumlah pulau Langerhanspada pankreas. Perbedaan yang diamati, mencakupperbedaan morfologis, sebaran serta jumlah pulauLangerhans dan sel-sel glukagon, sangat mungkindisebabkan oleh perbedaan dalam jenis dan pola makankedua hewan tersebut.
The Study on Aflatoxin Accumulation in Visceral Organs of Chicken Received Corticosteroid and Antibiotic U. Patriana; E.S. Pribadi
Media Veteriner Vol. 3 No. 1 (1996): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2371.403 KB)

Abstract

Seratus lima puluh ekor ayam petelur jantan digunakan dalam penelitian ini. Ayam-ayam tersebut dibagi ke empat kelompok besar yang terdiri dari Kelompok pertama adalah kelompok yang menerima aflatoksin dan antibiotik (45 ekor). Kelompok kedua adalah kelompok yang menerima aflatoksin dan kartikosteroid (45 ekor), Kelompok ke tiga adalah kelompok yang menerima afklatoksin saja (45 ekor) dan kelompok ke empat adalah kelompok kontrol. Masing-masing kelompok besar dibagi lagi menjadi tiga kelompok kecil dan tiap kelompok yang berbeda memperoleh aflatoksin dengan dosis 150, 250, dan 350 ppb di dalam media tepung beras melalui pakan. Pengamatan dilakukan terhadap bobot organ jeroan, perubahan patologi anotomi dan kandungan aflatoksin dalam masing-masing organ jeroan. Bobot organ kelompok yang menerima aflatoksinlebih berat dibandingkan yang tidak dan kelompok yang menerima obat antibiotika dan kortikosteroid lebih ringan dibandingkan yang tidak. Terjadi perubahan patologi dari organ hati, limpa dan bursa Fabrisius pada semua kelompok yang mendapatkan aflatoksin. Kandunagn aflatoksin di organ hati meningkat dan peningkatan  pada kelompok yang mendapatkan antibiotika dan kortikosteroid lebih rendah dibandingkan kelompok yang hanya menerima aflatoksin. Kandungan aflatoksin di organ limpa dan busra Fabrisius menurun dan penurunan lebih cepat pada kelompok yang mendapatkan antibiotika dan kartikosteroid.
The Effect Of Feeding Concentrate On The Digestibility And N-Balanced Of Java Deer (Cervus timorensis) W.R Farida; Wirdateti M.S.A. Zein
Media Veteriner Vol. 3 No. 1 (1996): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.78 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat (makanan penguat) ke dalam ransum terhadap daya cerna dan N-balance pada Rusa Jawa (Cewus tzmorensis). Empat ekor Rusa Jawa betina digunakan dalam penelitian ini. Rancangan penelitian yang digunakan adalah bujur sangkar latin (4x4). Selama penelitian masing-masing rusa ditempatkan di dalam kandang metabolisme. Penelitian dilaksanakan dalam 4 periode, setiap periode terdiri dari 10 hari masa adaptasi pakan dan 6 hari masa pengumpulan feses dan urin. Keempat ekor rusa masing-masing mendapat ransum secara bergantian pada setiap periode. Ransum yang diberikan adalah : Ransum I (kontrol) = 3000 g rumput gajah + 2000 g ketela rambat + 50 g garam dapur + 15 g mineral: Ransum I1 = 3000 g rumput gajah + 1500 g ketela rarnbat + 500 g pelet + 50 g garam dapur + 15 g mineral; Ransum 111 = 3000 g rumput gajah + 1500 g ketela rambat + 250 g bungkil kedele + 250 g dedak + 50 g garam dapur + 15 g mineral; dan Ransum IV = 3000 g rumput gajah + 1250 g ketela rambat + 500 g bungkil kedele + 250 g dedak + 50 g garam dapur + 15 g mineral. Hasil penelitian menunjukkan kecernaan protein dan lemak meningkat sangat nyata (p
The Effect of Stage of Estrous Cycle on The Development of Bovine Embryo Matured and Fertilized in Vitro I. Djuwita; B. Purwantara; Y. Sukra; M. Fahrudin; A. Winarto
Media Veteriner Vol. 3 No. 1 (1996): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1408.686 KB)

Abstract

The objective ofthis study is to examine the effect of stage of estrous cycle on in vitro development of bovine embryo matured and fertilized in vitro. Cow ovaries were collected from slaughter house and were kept in a physiological solution. Oocytes were aspirated using GI8 neddle connected to 10 mL syringe containing phosphate buffer saline (PBS). After being washed, oocytes were matured in vitro in Tissue Culture Medium (TCM) 199 a physiological in 5% CO2 incubator at 39°C for 20-22 hours. In vitro fertilization was done in BO (Brackett and Oliphant) solution for 8 hrs, using frozen semen. Embryos were further cultured in either TCM-199 supplemented with 5% cow superovulated serum or chemically defined-serum free medium. If ovaries were classified due to their estrous stages, i.e. luteal and follicular, both cleavage (fertilization) and development rates did not show any differences (p < 0,5) in both treatment. The cleavage rate of oocytes collected from the follicular and luteal stages were 75.0% and 75.6%. respectively even though was lower if compared to that withaout classification (83.5 %). The development rate were 20,0% and 23,0%, higher, compare to that without classification, i.e. 13.0%. Nevertheless, if chemically defined-serum free medium was used, the two treatments showed differences (p < 0,5) in both cleavage and development rates. The ratio between luteal and follicular stages were 68,0% : 80,0% and 53,6%: 65,7% for cleavage and development rates, respectively.
The Pathological Chabges of Male Goat Infected by Haemonclus contortus (Rudolphi, 1803) Estuningsih S.; Retnani E.B.; Esfandiari A.
Media Veteriner Vol. 3 No. 2 (1996): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.897 KB)

Abstract

Pathological aspects of abomasum, intestine, liver, spleen, heart , bone marrow and lymphnode caused by H. contortus were examined. Twelve bucks. six to eight month of ages were divided into 4 groups. which were infected by 0 (DO). 200 (D200). 400 (D400). and 600 (D600) h r d stage larvae of H. contortus. Larvae was administered orally 3 times a week for 8 weeks. Patological aspects including macro and microscopic findings were studied for enteritis, abomasitis, extramedullary haemopoietic centre forming, germinal centre activity of spleen and lymphnode and activity of bone marrow.
Patah Tulang Radius Pada Seekor Kuda Poni Mini Muda R. Soenarti; Sjahfri Sikar; Wirasmono Soekotjo
Media Veteriner Vol. 4 No. 1 (1997): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1186.636 KB)

Abstract

Patah tulang tungkru / radius pada seekor kuda jarang sekali dan hampir tidak pernah ditangani lebih lanjut. Pada umumnya jalan pintas yang ditempuh dalam menangani patah tulang tungkai pada kuda adalah euthanasia. Pertimbangan yang mendasari tindakan tersebut antara lain (i) kuda akan segera memanfaatkan sisi tun@ yang sakit jika 'dirasa' telah kuat untuk menumpu kembali dan secara medis akan mengurangi kesempurnaan kesembuhan, (ii) pertimbangan ekonomis. Dalam kasus ini, pada seekor kuda poni mini yang mengalami fraktur os radius dilakukan pemasangan pin tulang
Morphology Of The Gut Endocrine Cells In The Gastrointestinal Tract Of The Lesser Mouse Deer (Tragulus javanicus) Srihadi Agungpriyono
Media Veteriner Vol. 4 No. 1 (1997): Media Veteriner
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1378.941 KB)

Abstract

The ultrastructure of endocrine cells in the gastrointestinal tract of the lesser mouse deer (Tragulus javanicus), the smallest ruminant, was studied using electron microscopy. The cells possess components such as rough endoplasmic reticulum, golgi complexes and mitochondria and characterized prominently by the presence of cytoplasmic secretary granules. The secretary granules were polymorphous, rounded, oval or spindle shaped and varied greatly in size and electron density from one cell type to another. The granules were generally concentrated in the intranuclear region of the cells. Two types of endocrine cells could be observed. Open type cells were oval, triangular or spindle in shape, showed apical lurninal contact by means of microvilli. Closed type cells were generally round or triangular in shape. The endocrine cells were located in the basal portions, close to either capillaries or submucosal nerve fibers. The morphology of the endocrine cells was discussed in relation to their possible functions.