cover
Contact Name
Davit Nugraha
Contact Email
pharmacogenius@gmail.com
Phone
+6285314834050
Journal Mail Official
pharmacogenius@gmail.com
Editorial Address
Desa. Pamokolan, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Location
Kab. ciamis,
Jawa barat
INDONESIA
Pharmacy Genius
ISSN : -     EISSN : 29644771     DOI : https://doi.org/10.56359/pharmgen.v2i1
Core Subject : Health, Science,
A manuscripts submitted to Pharmacy Genius should be an original research article related to the field of the all scopes of Pharmaceutical Science such as: 1. Pharmaceutics, 2. Biopharmaceutics, 3. Drug Delivery System, 4. Physical Pharmacy, 5. Chemical Pharmacy, 6. Pharmaceutical Technology, 7. Pharmaceutical Microbiology and Biotechnology, 8. Pharmacology and Toxicology, 9. Pharmacokinetics, 10. Pharmaceutical Chemistry, 11. Pharmaceutical Biology, 12. Community and Clinical Pharmacy, 13. Regulatory Affairs and Management Pharmacy, 14. and Alternative Medicines.
Articles 55 Documents
Uji Aktivitas Antijamur Fungi Endofit Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap Jamur Candida albicans. Wulan Yuliani; Rian Ismail
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 1 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.751 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i1.172

Abstract

Pendahuluan: Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit. Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Spesies Candida albicans penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans dapat menyerang mulut, kulit, kuku, paru-paru. Tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) dapat digolongkan ke dalam bahan yang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, alternatif pengobatan atau pencegahan pada sariawan, keputihan, endometriosis, yang disebabkan oleh jamur Candida abicans. Tujuan: untuk mengetahui karakteristik makroskopik dan mikroskopik Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) terhadap Candida albicans, untuk mengetahui aktivitas antijamur fungi endofit yang terdapat pada Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) terhadap Candida albicans , untuk mengetahui fungi endofit Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) mempunyai aktvitas antijamur terhadap Candida albicans. Metode: jenis penelitian eksperimen, dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara Random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis fungi endofit tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) yang tumbuh dari penanaman selama 14 hari. Jika fungi endofit yang tumbuh < 3 jenis maka dibuat konsentrasi 1,5% dan 3%. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi agar sumuran dengan Candida albicans sebagai jamur uji serta 5 jenis fungi endofit tumbuhan sarang semut sebagai kelompok uji, serta kontrol positif nystatin dan kontrol negatif aquadest Hasil: Hasil yang akan didapatkan dari penelitian ini lebar daerah hambatan pertumbuhan jamur. Dari hasil penelitian didapatkan diameter fungi endofit kuning (X1) adalah (4,4 mm), fungi endofit putih (X2) adalah (5,1 mm), fungi endofit hijau (X3) adalah (5,0 mm), fungi endofit hitam (X4) adalah (4,8 mm), fungi endofit coklat (X5) adalah (4,9 mm), kontrol negatif (0 mm), Kontrol positif (6,1 mm). dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa fungi endofit tumbuhan sarang semut memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Candida albicans. Kesimpulan: Tidak ada jenis fungi endofit Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) yang paling baik sebagai antijamur terhadap Candida albicans.
Standarisasi Mutu Simplisia Rimpang Kunyit Dan Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn) Diren Handayani; Ernie Halimatushadyah; Krismayadi Krismayadi
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 1 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.643 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i1.173

Abstract

Pendahuluan: Kunyit mengandung banyak zat aktif salah satunya adalah antioksidan. Komponen antioksidan utama didalam kunyit adalah kurkuminoid. Kurkumioid terdiri atas senyawa kurkumin, demetokikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Senyawa kurkumin yang terkandung didalam kunyit merupakan senyawa metabolit terpenting. Tujuan: Penelitian ini dilakukan guna standarisasi mutu simplisia rimpang kunyit dilakukan dengan parameter spesifik dan non spesifik. Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode penelitian eksperimental dengan data yang didapatkan berupa data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tujuan pengujian. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia rimpang kunyit memiliki kadar air 8,11%, kadar abu 6,20%, kadar sari larut air 2,39%, kadar abu tak larut asam 0,75%, cemaran logam Pb dan Cd tidak terdeteksi, cemaran mikroba koliform negatif, cemaran mikroba TPC 3,6 x 104 kol/g, Kapang/khamir 2,1 x 104 kol/g dan positif mengandung senyawa metabolit flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan triterpenoid. Pemeriksaan mutu ekstrak kental kunyit, kadar abu tak larut asam dengan hasil 0,16% dan positif mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, tanin dan triterpenoid. Kesimpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan mutu ekstrak kental kunyit beberapa pengujian memenuhi persyaratan dan positif mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, tanin dan triterpenoid
Kombinasi Ekstrak Etanol Mesokarp Semangka (Citrullus lanatus (Thunb.)) dan Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Kadar Glukosa Darah dengan Metode GOD-PAP pada Tikus Diabetes Amelia Damayanti; Ikhwan Yuda Kusuma; Dina Febrina
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 1 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.123 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i1.174

Abstract

Pendahuuan: Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terdapat sekumpulan gangguan metabolisme yang ditandai dengan perubahan metabolisme lipid dan protein yang disebabkan oleh hiperglikemia, sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Kulit semangka mengandung senyawa fenolik yang  bekerja menghambat proses oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas. Disisi lain, bawang putih mengandung antioksidan berupa senyawa allisin yang dapat meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa plasma.   Tujuan: untuk mengetahui ada atau tidaknya efek kombinasi dan dosis efektif kombinasi ekstrak etanol mesokarp semangka (Citrullus lanatus (Thunb.)) dan bawang putih (Allium sativum L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes.   Metode: Metode pada penelitian ini adalah GOD-PAP, hewan uji tikus sebanyak 30 ekor dibagi 6 kelompok perlakuan, kemudian diukur kadar glukosa darah selama 14 hari. Hasil penelitian berdasarkan analis1is SPSS menunjukkan bahwa keseluruhan dosis kombinasi ekstrak etanol mesokarp semangka dan bawang putih memiliki efek sebagai menurunkan kadar glukosa darah.   Hasil: Pada dosis kombinasi mesokarp semangka 400mg/kg BB tikus dan bawang putih dosis 500 mg/kg BB tikus (kelompok 5) rerata sebesar 134,71 mg/dL memiliki efek paling mendekati kontrol positif (glibenklamid) rerata sebesar 145,03 mg/dL dalam menurunkan glukosa darah pada tikus yang diinduksi aloksan berdasarkan analisis One Way ANOVA tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi esktrak etanol mesokarp semangka dan bawang putih menghasilkan efek yang dapat menurunkan glukosa darah.
Isolasi Dan Identifikasi Kafein Dari Daun Teh Hijau, Teh Hitam Dan Teh Olong Menggunakan Spektrofotometri UV Vis Siti Rahmah; Agus Setiawan; Anna L Yusuf
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 1 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.123 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i1.238

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Teh merupakan salah salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia yang dibuat dari tanaman teh (Camellia sinensis L.) yang diambil bagian daun dan pucuknya. terdapat empat jenis teh utama yaitu teh hijau, teh hitam, teh oolng dan teh putih. Keempat jenis teh tersebut dibedakan berdasakan proses fermentasinya. Tanaman teh memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai antikanker, antioksidan, antimikroba, antibakteri. Tanaman teh mempunyai kandungan salah satunya yaitu kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, namun dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki jika dikonsumsi secara berlebihan seperti insomnia, gelisah, delirium, takikardia, ektrasistole, pernapasan meningkat, tremor otot dan diuresis. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kandungan kafein dari teh hijau, teh hitam dan teh oolong. Metode: Metode penelitian yang digunakan ialah menyiapkan sampel dengan proses refluks menggunakan aquades lalu di panaskan, kemudian dilakukan isolasi kafein untuk mendapatkan kristal kafein, setelah itu ditimbang kadar % (b/b) dari kafein. Selanjutnya di identifikasi menggunakan spektrofotometer uv-vis. Analisis data dilakukan secara statistik dengan Anova One Way. Hasil: Hasil yang diperoleh dari proses ekstrakasi dan isolasi kafein dari daun teh hijau, teh hitam dan teh oolong, dengan melakukan reflikasi sebanyak tiga kali dan didapatkan hasil teh hijau sebesar 110 mg (0,055 %), 130 mg (0,065 %), 120 mg (0,060 %). Teh hitam sebesar 150 mg (0,075 %), 140 mg (0,070 %), 160 mg (0,080 %). Teh oolong sebesar 220 mg (0,110 %), 230 mg (0,115 %), 240 mg (0,120 %). Dari ketiga jenis  teh kandungan kafein paling tinggi yaitu teh oolong sebanyak 240 mg (0,120 %), dan yang terendah ada pada teh hijau yaitu sebesar 110 mg (0,055 %). Kesimpulan: Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan kafein pada masing-masing jenis teh berbeda yaitu pada teh hijau, teh hitam dan teh oolong.
Efek Media Informasi terhadap Persepsi Apoteker terhadap Risiko Infeksi Covid-19 dan Vaksin Covid-19 Ikhwan Yuda Kusuma; Alvin Ulinnuha; Awang Pardigantara; Bella Aisya Fitri; Gita Fitriyani
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 2 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i2.272

Abstract

Pendahuluan: Media berperan sebagai sumber informasi yang sangat penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai COVID-19. Namun karena jumlah sumber informasi yang begitu banyak, sehingga muncul misinformasi atau disinformasi yang membuat masyarakat memperoleh informasi yang salah tentang COVID-19, termasuk terkait vaksinasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efek media informasi terhadap persepsi apoteker tentang risiko infeksi COVID-19 dan vaksin COVID-19. Metode: Studi cross-sectional, berdasarkan kuesioner yang dilaporkan sendiri. Kuesioner dikembangkan pada platform berbasis web dan undangan dikirim kepada apoteker Kabupaten Banyumas untuk berpartisipasi dalam penelitian menggunakan aplikasi media sosial. Hasil: Sebanyak 54 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh dari kuesioner persepsi apoteker terhadap  peran media tentang COVID-19 dan Vaksin COVID-19, persepsi apoteker terhadap risiko infeksi COVID-19 persepsi apoteker terhadap vaksin COVID-19 memiliki r hitung pada kisaran > 0,632 artinya item pertanyaan pada kuesioner tersebut telah memenuhi uji validasi dan dinyatakan valid. Pada uji reliabilitas memiliki nilai r hitung > 0,632 artinya data tersebut reliabel. Kesimpulan: Persepsi apoteker terhadap peran media informasi tentang COVID-19 memiliki presentase berkisar antara 88,8% hingga 94,5%, sementara persepsi mereka terhadap risiko infeksi COVID-19 memiliki presentase rentang 77,7% hingga 100%.Hasil ini mengindikasikan perlunya penelitian lanjutan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi variasi persepsi apoteker, guna meningkatkan efektivitas strategi komunikasi terkait COVID-19 dan vaksinasi.
Uji Iritasi Dermal Sediaan Salep Kulit Dari Getah Buah Pepaya California (Carica papaya L.) Pada Hewan Uji Kelinci Nova Zahra; Davit Nugraha; Panji Wahlanto
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 2 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i2.274

Abstract

Pendahuluan: Getah pepaya memiliki fungsi sebagai pemecah protein yang disebut enzim Papain yang dihasilkan dari pepaya muda yang digores permukaan kulitnya. Jika papain bereaksi dengan suatu bakteria maka papain akan mengurai protein pada bakteri tersebut sehingga menyebabkan kematian pada bakteri tersebut. Tetapi getah pada papaya dapat menyebabkan rasa gatal bila bersentuhan dengan kulit. Reaksi gatal yang disebabkan getah tanaman papaya kemungkinan besar disebabkan oleh keberadaan protease. Salep merupakan bentuk sediaan yang memiliki konsistensi yang sesuai untuk pengobatan penyakit kulit. Tujuan: Untuk pengobatan topikal yang berkhasiat terhadap penghambatan mikroba di kulit, maka sebagai salah satu alternatif dapat dibuat dalam sediaan bentuk salep. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan mengambil getah pepaya kemudian dilakukan isolasi pada getah papaya dengan menggunakan larutan natrium bisulfit 0,7%. Dibuat sediaan salep dengan konsentrasi getah sebesar 2%, 5% dan 10% dan dilakukan evaluasi fisik pada sediaan salep meliputi uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat dan dilakukan evaluasi uji iritasi dermal. Hasil: Hasil evaluasi menunjukan semua uji yang dilakukan telah memenuhi standar. Analisis data uji pH dilakukan dengan uji normalitas dan uji homogenitas dengan hasil P≥0,05 yang artinya semua data terdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA P≤0,05 artinya terdapat perbedaan rata-rata pada setiap formulasi. Analisis data daya sebar dan daya lekat dilakukan dengan uji normalitas dan uji homogenitas dengan hasil P≥0,05 yang artinya semua data terdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA P≥0,05 artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata pada setiap formulasi. Untuk uji iritasi yang dilakukan, dapatkan skor nilai sebesar 0 yang berarti sediaan tidak mengiritasi Kesimpulan: kesimpulan penelitian ini bahwa semua sediaan salep kulit yang telah dibuat sudah sesuai denga standar uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar dan daya lekat. Skor iritasi yang diperoleh menunjukan skor 0 yang berarti sediaan tidak mengiritasi.
Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus L) Dengan Variasi Konsentrasi Carbopol 940 Chela Tiara Dewi; Panji Wahlanto; Davit Nugraha
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 2 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i2.275

Abstract

Pendahuluan: Masker gel peel-off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti membran elastis. Basis yang digunakan untuk pembuatan gel yaitu Carbopol 940. Salah satu tanaman yang secara empiris dan berdasarkan ilmiah memiliki khasiat antioksidan adalah daun katuk (Sauropus androginus L.). Penelitian ini. Tujuan: Untuk memformulasikan sediaan masker gel peel-off dengan ekstrak daun katuk dengan perbandingan basis carbopol 940 1%, 1,5%, 2% dan melakukan uji evaluasi sediaan masker gel peel-off memenuhi standar. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Evaluasi sediaan masker gel peel-off meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, viskositas, waktu kering. Hasil: Hasil penelitian menujukan bahwa ekstrak daun katuk dapat diformulasikan dalam sediaan masker gel peel-off dan dapat memenuhi uji evaluasi sediaan. Ketiga formulasi yang telah dibuat memenuhi syarat uji homogenitas hasi yang didapat homogen. Uji organoleptik pada ketiga formulasi tersebut didapat bau khas daun katuk, warna hijau tua pekat, teksturnya gel semi padat. Uji pH pada formulasi 1-3 mendapatkan hasil rata-rata pH 5,2. Uji daya sebar pada formulasi 1-3 mendapatkan hasil rata-rata 5,2. Hasil uji viskositas pada ketiga formulasi mendapatkan hasil 11,812 mPas. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian bahwa pengunaan carbopol 940 sebagai basis tidak mempengaruhi pada uji evaluasi sediaan masker.
Uji Aktivitas Antibakteri Granulasi Getah Buah Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Luluatul Fuadah; Davit Nugaraha; Anna L Yusuf
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 2 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i2.276

Abstract

Pendahuluan: Staphylococcus aureus merupakan bakteri komensal sekaligus patogen oportunistik yang dapat dijumpai pada kulit manusia. Sekitar ± 60% individu sehat dapat menjadi pembawa S. aureus secara intermiten pada beberapa lokasi di tubuhnya. Kolonisasi ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya infeksi kulit. Hal tersebut diatas mendorong pengobatan alternatif yang aman dan tidak menimbulkan resistensi untuk menanggulangi infeksi bakteri Staphylococus aureus. Getah pada pepaya mengandung enzim papain dan substansi antibacterial yaitu carpain. Kedua senyawa ini mempunyai efek positif dalam penyembuhan infeksi kulit. Papain merupakan enzim proteolitik yang bekerja dengan cara mengkatalisis reaksi hidrolisis pada ikatan peptida pada protein Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya hambat getah buah papaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode: Jenis penelitian adalah eksperimental dengan metode difusi dengan cara cakram kertas. Metode ini lebih dikenal dengan metode Kirby-Bauer. Getah yang telah diambil kemudian dilakukan isolasi menggunakan larutan natrium metabisulfit 0,7 %. Dibuat sediaan larutan dengan konsentrasi ekstrak getah buah pepaya yang berbeda yaitu 4%, 5%, dan 6%. Hasil: Hasil dari pengukuran diameter hambatan dari sampel terlihat jelas bahwa setiap konsentrasi sampel memberikan ukuran diameter hambatan yang berbeda-beda. Pada perlakuan konsentrasi 4%, zona penghambatan pada bakteri uji Staphylococcus aureus rata- rata berdiameter 4 mm dengan interpretasi lemah. Pada perlakuan konsentrasi 5%, zona penghambatan pada bakteri uji Staphylococcus aureus rata- rata berdiameter 5 mm dengan interpretasi lemah. Pada perlakuan konsentrasi 6%, zona penghambatan pada bakteri uji Staphylococcus aureus rata- rata berdiameter 10 mm dengan interpretasi sedang. Kesimpulan: Getah buah pepaya (Carica papaya L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi yaitu : 4%, 5%, dan 6%, dan aktivitas antibakteri getah buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus memberikan zona hambat tertinggi pada konsentrasi 6% dengan rata-rata diameter zona yaitu 10 mm interpretasi sedang.
Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Tindakan Swamedikasi Batuk di Dusun Sidamukti Kecamatan Langkaplancar Yunia Purwati; Panji Wahlanto; Nia Kurniasih
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 2 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i2.278

Abstract

Pendahuluan: Swamedikasi yaitu suatu usaha untuk mengobati diri sendiri menggunakan obat bebas atau dengan obat bebas terbatas. Batuk adalah suatu refleks fisiologi proktektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Tujuan: Tujuan dilakukannya penelitiaan ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat Di Dusun Sidamukti terhadap tindakan swamedikasi batuk. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-ekspeerimental dengan menggunakan survey langsung serta tidak melakukan perlakuan apapun. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner. Metode penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif analisis dengan desain cross sectional. Hasil: Hasil penelitian ini yaitu responden yang berpengetahuan baik sebanyak  84,6% dari semua responden dengan kategori pengetahuan baik semuanya melakukan tindakan swamedikasi batuk dengan tepat, responden dengan kategori pengetahuan cukup sebanyak 10,3% responden dari responden dengan kategori pengetahuan cukup sebanyak 6 responden melakukan tindakan swamedikasi dengan tepat dan 2 responden lainnya melakukan tindakan swamedikasi dengan tidak tepat, dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 5,1% semua responden dengan kategori pengetahuan kurang melakukan tindakan swamedikasi batuk dengan tidak tepat. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai signifikansi yaitu sebesar 0,00 dimana hasil ini menunjukan terdapat pengaruh dari tingkat pengetahuan terhadap tindakan swamedikasi batuk karena nilai signifikansinya yang kurang dari 0,05. Kesimpulan: terdapat pengaruh dari pengetahuan terhadap tindakan swamedikasi batik di Dusun Sidamukti Kecamatan.
Formulasi dan Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L ) dan Uji Iritasi Dengan Basis Minyak Zaitun (Olive Oil ) Dini Umayati; Davit Nugraha; Siti Rahmah Kurnia Ramdan
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 2 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i2.279

Abstract

Pendahuluan: Secara empirik bagian tanaman jambu biji yang dapat berkhasiat sebagai obat tradisional adalah daun dan buahnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi dari sediaan sabun mandi cair dari ekstrak daun jambu biji ( psidiium guajava L ) Untuk mengetahui formulasi dengan ekstrak daun jambu biji mana yang memenuhi standar. Metode: Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L) sebagai bahan utama dalam pembuatan sabun dikonsentrasi tiga formulasi, formulasi 1 (1%), formulasi 2 (1,4%),dan formulasi 3(1,8%). ekstrak daun jambu (Psiidium guajava L), mendapatkan formulasi dari tiap masing-masing konsentrasi ekstrak daun jambu biji (Psiidium guazava L), di lakukan pengevaluasian yang terdiri dari uji organoleptik yang meliputi melihat bentuk dari sediaan sabun mandi cair tersebut, (warna, kejernihan, bau), kemudian di lakukan uji ph, dengan menggunakan PH meter dan di lihat uji tinggi busa, dan uji viskositas, yang menguji kekentalan sabun. Hasil:  Dalam formulasi, bahan tambahan yang digunakan yaitu Minyak zaitun, KOH, NaCMC, Asam Stearat, BHT, konsentrasi bahan-bahan tersebut sama untuk F1,F2 dan F3. Minyak zaitun dengan konsentrasi 15% membantu sabun menjadi kualitas tinggi memiliki warna kekuningan sabun. KOH dengan konsentrasi 16% berfungsi sebagai membantu proses saponifikasi dan mempengaruhi karakteristik mutu sabun diantaranya kadar asam lemak bebas dan alkali bebas. NaCMC dengan konsetrasi 1% berfungsi sebagai pengisi dan pengental. Asam Stearat dengan konsentrasi 0,5 % berfungsi sebagai menetralkan basis sabun. BHT dengan konsentrasi 1% berfungsi sebagai pencegah bau tengik Kesimpulan:  Dari ke empat Formula sediaan sabun mandi cair ekstrak daun jambu biji untuk F0 tidak memenuhi syarat uji iritasi basis sabun dan F1 (ekstrak 1 gram) memenuhi syarat uji Organoleptis, uji pH, uji stabilitas busa, Uji iritasi memenuhi karakteristik sabun cair . Untuk FII (ekstrak 1, 4 gram) tinggi busanya tidak stabil dan belum memenuhi syarat stabilitas busa dan untuk FIII (ekstrak 1,8 gram) memiliki pH sabun dengan rentang yang tinggi dan belum memenuhi standar SNI pH yaitu 9-11.