Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Standarisasi Mutu Simplisia Rimpang Kunyit Dan Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn) Diren Handayani; Ernie Halimatushadyah; Krismayadi Krismayadi
Pharmacogenius Journal Vol 2 No 1 (2023): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.643 KB) | DOI: 10.56359/pharmgen.v2i1.173

Abstract

Pendahuluan: Kunyit mengandung banyak zat aktif salah satunya adalah antioksidan. Komponen antioksidan utama didalam kunyit adalah kurkuminoid. Kurkumioid terdiri atas senyawa kurkumin, demetokikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Senyawa kurkumin yang terkandung didalam kunyit merupakan senyawa metabolit terpenting. Tujuan: Penelitian ini dilakukan guna standarisasi mutu simplisia rimpang kunyit dilakukan dengan parameter spesifik dan non spesifik. Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode penelitian eksperimental dengan data yang didapatkan berupa data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tujuan pengujian. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia rimpang kunyit memiliki kadar air 8,11%, kadar abu 6,20%, kadar sari larut air 2,39%, kadar abu tak larut asam 0,75%, cemaran logam Pb dan Cd tidak terdeteksi, cemaran mikroba koliform negatif, cemaran mikroba TPC 3,6 x 104 kol/g, Kapang/khamir 2,1 x 104 kol/g dan positif mengandung senyawa metabolit flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan triterpenoid. Pemeriksaan mutu ekstrak kental kunyit, kadar abu tak larut asam dengan hasil 0,16% dan positif mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, tanin dan triterpenoid. Kesimpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan mutu ekstrak kental kunyit beberapa pengujian memenuhi persyaratan dan positif mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, tanin dan triterpenoid
Counseling on Degenerative Diseases for Residents of Langkob Village, Majalaya Village, Cikalongkulon District, Cianjur Muhamad Shadam Gusbian; Syafrima Wahyu; Frida Octavia Purnomo; Krismayadi Krismayadi; Adinda Nur Syahfira; Alisa Kholisah; Ayu Ardhyani Pratiwi; Chindi Maria Marbun; Era Susanti; Lala Ananda Oktavia; Marvel Hamonangan; Putry Mauzen; Realmis Pujani Gulo; Aji Humaedi
Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023): Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat
Publisher : Progran Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpm.v4i1.223

Abstract

Penyakit degeneratif merupakan Penyakit kronis yang sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hipertensi, kolesterol dan reumatik adalah beberapa penyakit yang seringkali dikeluhkan oleh warga kampung langkob. Namun, dikarenkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga mengenai penyakit tersebut serta akses lokasi menuju puskesmas yang cukup jauh dan sulit dilalui, menyebabkan sulitnya warga untuk memeriksa kesehatannya secara rutin bahkan memilih membiarkan penyakit tersebut tanpa pengobatan. Tujuan program penyuluhan ini adalah mengedukasi masyarakat mengenai jenis, preventif dan pengobatan dini penyakit degenaratif, serta memberikan konseling sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit tersebut. Kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan, diskusi, tanya jawab dan kuisioner. Hasil Uji T-test dan probabilitas menunjukkan bahwa penyuluhan tersebut berdampak terhadap peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit degeneratif dengan nilai signifikansi berturut-turut adalah 0,000 (faktor wawasan) dan 0,05 (faktor pretest dan postest).
Standarisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum x africanum Lour.) Krismayadi , Krismayadi; Halimatushadyah, Ernie; Apriani, Dila; Cahyani, Mayassa Fitri
Pharmacogenius Journal Vol 3 No 2 (2024): Pharmacy Genius
Publisher : Yayasan Inspirasi El Burhani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56359/pharmgen.v3i2.333

Abstract

Pendahuluan: Daun kemangi yang umum dan mudah dijumpai oleh masyarakat memiliki khasiat sebagai insektisida, larvasida, antipiretik, antimikroba dan antioksidan, senyawa aktif yang dimiliki daun kemangi, antara lain minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tanin, fenol serta eugeno. Tujuan: untuk mengkarakterisasi simplisia dan ekstrak daun kemangi (Ocimum x africanum Lour.) Metode: Simplisia daun kemangi berbentuk serbuk kering dengan warna hijau kecoklatan, bau khas, dan rasa pahit. Analisis kandungan menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Kadar air dalam serbuk simplisia mencapai <10%, dan kadar abu sebesar 12,5%. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% menghasilkan rendemen sebesar 9,2%, sesuai dengan standar Farmakope Herbal Indonesia. Ekstrak yang dihasilkan berwarna hijau pekat, berbau khas, dan pahit, serta mengandung senyawa metabolit sekunder yang sama dengan serbuk simplisia. Kandungan total flavonoid sebagai quersetin dalam ekstrak adalah 5,01%. Kadar air ekstrak tercatat sebesar 18,6%, kadar abu total 7,28%, kadar abu tidak larut asam 0,2%, serta kadar sari larut air dan larut etanol masing-masing 30,56% dan 52,80% Hasil: menunjukkan bahwa beberapa parameter ekstrak daun kemangi memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Kesimpulan: Ekstrak berwarna hijau pekat, berbau khas dan memiliki rasa pahit ini juga mengandung senyawa metabolit sekunder sama seperti serbuk simplisia daun kemangi, dan hasil kadar total flavonoid sebagai quersetin sebanyak 5,01%. Kadar air yang yang dihasilkan sebesar 18,6%, kadar abu total yang dihasilkan sebesar 7,28%, kadar abu tidak larut asam yang dihasilkan sebesar 0,2%, untuk kadar sari larut air dan larut etanol ekstrak daun kemangi sebesar 30,56% dan 52,80%. Beberapa nilai yang dihasilkan sesuai dengan standar nilai mutu ekstrak daun kemangi
Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus (Blume) Miq.) Sebagai Antibakteri Terhadap Propionibacterium Acnes Dengan Menggunakan Dua Pelarut Arianti, Varda; Fikriyan, Fatikhah; Lakoan, Milda Rianty; Krismayadi, Krismayadi
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 4 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i4.941

Abstract

Jerawat ialah masalah kesehatan kulit yang kerap dialami oleh masyarakat, dapat diakibatkan dari adanya infeksi Propionibacterium acnes. Penelitian pendukung terdahulu membuktikan bahwa ekstrak etanol daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.) mengandung zat metabolit sekunder yang memiliki peran sebagai antibakteri seperti alkaloid, saponin, terpenoid, flavonoid, dan tanin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak daun kumis kucing terhadap Propionibacterium acnes menggunakan etanol 96% dan n-heksana. Metode ekstraksi yang dipakai yaitu maserasi, serta menggunakan metode difusi cakram yang dilakukan 3 kali pengulangan untuk pengujian aktivitas antibakteri dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20%, 40%, 60%, 80%, kontrol positif klindamisin 0,1%, dan kontrol negatif n-heksana dan etanol 96%. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% daun kumis kucing pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60%, 80% terhadap Propionibacterium acnes memperoleh rata-rata sebesar 3,76 mm, 5,88 mm, 10,71 mm, 12.08 mm, 17,36 mm dan ekstrak n-heksana dengan rata-rata sebesar 3,68 mm, 5,30 mm, 7,75 mm, 12.03 mm, 17,21 mm. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa ekstrak etanol 96% dan n-heksana daun kumis kucing memiliki kemampuan antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes dengan konsentrasi terbaik yaitu 80%.
Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Krim Kondisioner Dari Limbah Biji Pepaya (Carica papaya L.) Nafisah, Asti; Adrianto, Dimas; Krismayadi, Krismayadi
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 4 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i4.942

Abstract

Biji pepaya (Carica papaya L.) mengandung senyawa triterpenoid yang dapat dimanfaatkan sebagai sediaan kondisioner. Kondisioner merupakan salah satu sediaan kosmetik yang dapat melindungi rambut setelah keramas sehingga rambut terlihat lebih lembut dan berkilau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder pada biji pepaya dan dapat melakukan pembuatan sediaan kondisioner dari biji pepaya (Carica papaya L.) sebagai salah satu upaya dalam pemanfaatan limbah biji pepaya. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan zat aktif berupa ekstrak biji pepaya. Penelitian ini meliputi proses pembuatan simplisia, uji kadar abu, uji kadar sari larut etanol, pembuatan ekstrak, skrining fitokimia, pembuatan dan evalusiasi sediaan kondisioner. Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa biji pepaya mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan triterpenoid. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu membuktikan bahwa limbah biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai sediaan kondisioner dan memenuhi persyaratan uji mutu sediaan, yaitu memiliki warna coklat muda hingga coklat kehitaman, bau khas biji pepaya, kental dan lembut, homogen, memiliki rentang pH 5,23–6,5 dengan nilai viskositas 2497 mPa’s atau 2497 Cp, dan memiliki tipe krim minyak dalam air (M/A).
Formulasi Dan Uji Tingkat Kesukaan Gummy Candy Dari Puree Terong Ungu (Solanum melongena) Sebagai Suplemen Makanan Khairunnisa, Alifa Fajar; Adrianto, Dimas; Krismayadi, Krismayadi
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 4 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i4.943

Abstract

Gizi buruk di Indonesia masih menjadi polemik utama. Ketidaksukaan masyarakat terhadap buah dan sayur menjadi faktor meningkatnya angka gizi buruk. Terong ungu merupakan tanaman yang memiliki kandungan gizi berlimpah namun tingkat kesukaan masyarakat masih sangat kurang, supaya kandungan gizi yang dimiliki dalam terong ungu dapat bermanfaat bagi masyarakat maka perlu diolah menjadi suatu sediaan yang cukup populer di semua umur yaitu gummy candy. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan responden dan evaluasi sediaan gummy candy puree terong ungu. Formulasi gummy candy puree terong ungu terdiri dari 4 formula yaitu 0%, 10%, 15%, dan 20%. Hasil penilaian uji tingkat kesukaan menunjukkan bahwa formula 1 gummy candy dengan konsentrasi puree terong ungu 10% merupakan formula terbaik dengan perolehan skor warna 7,77, rasa 6,87, aroma, 6,93, dan tekstur 7,43. Evaluasi sifat fisik gummy candy menghasilkan aroma khas buah, rasa manis sedikit asam, warna kuning, dan tekstur kenyal. Evaluasi kimia gummy candy memiliki kadar air rentang 18,58 sampai 19,92 dan nilai pH 5,00 sampai 5,90 memenuhi syarat SNI 3547.2-2008. Hasil uji stabilitas ± 1 bulan pada suhu dingin atau kontrol 4℃ cenderung stabil. Analisis data menggunakan SPSS versi 16 dengan uji Kruskal -Wallis (p>0,05) dan uji lanjutan Mann-Whitney (p<0,05).
Analisis Staphylococcus aureus Pada Tester Kosmetik Sediaan Lipstik Cair Dan Padat Di Gerai Kosmetik Daerah Kelapa Gading Dengan Uji Angka Lempeng Total Putri, Nanda Agustin Adhila; Adrianto, Dimas; Krismayadi, Krismayadi
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 4 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i4.947

Abstract

Pendahuluan: Ketersediaan sampel produk memungkinkan konsumen untuk membuat pilihan yang lebih tepat ketika membeli produk yang diinginkan, sehingga dalam memilih lipstik, konsumen dapat mencoba dan menguji warna lipstik tersebut sebelum membelinya, memastikan bahwa warna dan tipe lipstik sesuai dengan kebutuhan mereka. Terkadang konsumen tidak memperhatikan cara pemakaian dan penyimpanan yang baik, sehingga lipstik mudah tercemar bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya cemaran mikroba pada tester lipstik cair dan padat. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen (eksperimental) yang melibatkan tindakan atau perlakuan di laboratorium. Hasil: Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil persentase bakteri Staphylococcus aureus pada tester lipstik cair dan padat, yaitu berkisar antara < 1 x 104 sampai 6,2 x 104 CFU/ml didapatkan persentase sebanyak 40%, untuk kisaran hasil 1,5 x 106 sampai 4,2 x 106 CFU/ml didapatkan hasil persentase sebanyak 60%. Kesimpulan: Dari semua 6 sampel tester lipstik cair dan tester lipstik padat tidak memenuhi syarat BPOM yaitu tidak lebih dari 103 CFU/ml, sedangkan untuk hasil dari pewarnaan gram bakteri Staphylococcus aureus pada tester lipstik cair dan padat pada 6 sampel didapatkan 5 sampel yang positif dan 1 sampel negatif.
Skrining fitokimia dan stadarisasi berbagai ekstrak daun bayam hijau (Amaranthus hybridus L.) di pasar serdang dengan beberapa parameter spesifik Tidar, Fijar Rivaldo; Arianti, Varda; Adrianto, Dimas; Krismayadi, Krismayadi
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 5 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i5.959

Abstract

Bayam hijau atau Amaranthus hybridus L merupakan tanaman herbal yang digunakan sebagai bahan makanan atau obat-obatan karena banyak mengandung serat dan mineral. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik ekstrak daun bayam hijau dengan membandingkan tiga pelarut, yaitu aquadest, etanol, dan nheksana melalui parameter standar spesifik dan skrining fitokimia. Hasil identitas ekstrak aquadest daun bayam hijau memiliki bentuk kental, bau tajam, warna hitam, dan rasa yang pahit dengan hasil rendemen 6,06%. Sementara identitas ekstrak etanol daun bayam hijau didapati hasil rendemen 7,18% dengan bentuk ekstrak kental, bau khas, warna hitam kehijauan, dan rasa yang pahit. Identitas ekstrak nheksana daun bayam hijau didapati bentuk sedikit keras, bau khas, warna hitam, dan bau pahit dengan hasil rendemen 4,58%. Pada kadar sari larut air, persentase ekstrak aquadest (19,5%), ekstrak etanol (25,5%), dan ekstrak n-heksana (13%). Pada kadar sari larut etanol, persentase ekstrak aquadest (38,5%), ekstrak etanol (39,5 %), dan ekstrak n-heksana (39%). Hasil skrining fitokimia dari ketiga ekstrak, ekstrak aquadest dan ekstrak etanol daun bayam hijau mengandung flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan alkaloid. Sementara pada ekstrak n-heksana hanya dapat menarik senyawa flavonoid, steroid, dan alkaloid. Etanol merupakan pelarut paling efektif dikarenakan etanol merupakan pelarut polar yang dapat menarik senyawa polar maupun non polar.
Pemanfaatan limbah sekam padi (Oryza sativa L.)  sebagai pengisi pada tablet yang dibuat dengan granulasi kering Ayuni, Helda Riska; Adrianto, Dimas; Krismayadi, Krismayadi
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 5 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i5.968

Abstract

Limbah Sekam padi mengandung mikrokristalin selulosa yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi tablet menggunakan metode granulasi kering. Tablet merupakan sediaan yang banyak digunakan dalam sediaan farmasi dibandingkan sediaan lain karena pemberiannya dilakukan secara oral. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dan bertujuan untuk membandingkan variasi formula yang berbeda pada bahan pengisi  sekam padi (Oryza sativa L.) dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25% dengan bahan pengisi yang biasa digunakan pada granulasi kering yaitu Pregelatine starch dengan konsentrasi 20%. Penelitian ini meliputi proses proses pembuatan bahan pengisi sekam padi, proses granulasi kering, uji evaluasi granulasi berupa uji organoleptis, uji waktu alir, uji sudut diam, dan uji indeks kompresibilitas dan uji evaluasi stabilitas tablet berupa uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, dan uji waktu hancur. Pada formula III  dengan konsentrasi kulit besar 25% memiliki hasil maksimal dengan kekerasan 6,8 kg/cm2, kerapuhan 0.76%, dan waktu hancur 8 menit. Analisis data menggunakan deskriptif dan uji One Way Anova dengan software SPSS 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula III dengan konsentrasi 25% yang paling baik selama pengamatan enam minggu dilihat dari hasil uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan dan uji waktu larut yang paling memenuhi persyaratan.
Identifikasi kandungan boraks pada sediaan bakso sapi kemasan di Pasar Kecamatan Koja dengan menggunakan kertas turmerik dan spektrofotometer Uv-Vis Amelia, Andina Reza; Maulina, Devi; Adrianto, Dimas; Krismayadi, Krismayadi
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 6 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i6.1113

Abstract

Sediaan bakso sapi kemasan adalah salah satu produk makanan beku yang digemari oleh masyarakat. Namun, konsumsi makanan beku dapat meningkatkan risiko kesehatan. Hal ini disebabkan banyaknya jenis pengawet yang digunakan oleh para produsen dan penjual. Boraks merupakan senyawa kimia yang sering digunakan sebagai pengawet dan pengenyal dari berbagai macam jenis makanan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 033 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan, boraks merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi adanya boraks pada bakso sapi kemasan yang dijual di Pasar Kecamatan Koja. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan kertas turmerik dan kuantitatif menggunakan Spektrometer UV-Vis pada sampel bakso sapi kemasan di pasar Kecamatan Koja. Uji validasi yang dilakukan adalah uji akurasi, dan uji presisi. Hasil analisa boraks dengan kertas turmerik menunjukan adanya perubahan warna pada sampel A, B, dan E sedangkan hasil analisa dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukan bahwa 3 dari 5 sampel bakso sapi kemasan yang diuji positif mengandung boraks. Kadar tertinggi yang teridentifikasi pada sampel terdapat pada terdapat pada sampel E dengan kadar 82,26 ± 0,573 ppm ppm. Kadar yang terukur pada sampel A yaitu 28,798 ± 0,314 ppm dan sampel B mencapai 18,080 ± 0,446 ppm.