cover
Contact Name
Khairul Amin
Contact Email
khairulamin@lakaspia.org
Phone
+628116855377
Journal Mail Official
sinthop@ar-raniry.ac.id
Editorial Address
Jalan Mata Ie Lorong Permai X Ni. 74 Perumahan Bukit Permai Geu Gajah Darul Imarah, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Kode Pos 23352, Indonesia
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya
ISSN : -     EISSN : 29868475     DOI : -
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya is a double-blind peer-reviewed journal published by Lembaga Aneuk Muda Peduli Ummat in collaboration with Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia. The journal publishes research articles, conceptual articles, and book reviews of education, religious, social, and cultural studies. The articles of this journal are published bi-annually in January-June and Juli-December.
Articles 71 Documents
Dayah Modern Ar-Risalah dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya Ruhamah, Ruhamah
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 1 (2023): Januari-Juni
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i1.2957

Abstract

Dayah Modern Ar-Risalah is a formal educational institution that not only focuses on the study of religious sciences but also acts as an agent for the spread of Islam, playing a role in inheriting Islamic traditions developed from the social experiences of the community. This research aims to investigate the background and role of Dayah Modern Ar-Risalah in the Datar Luas community, Krueng Sabee, Aceh Jaya. A qualitative method with a descriptive approach is used in this study. The results of the research indicate that Dayah Modern Ar-Risalah influences the community by enhancing the use of the Arabic and English languages and integrating worldly and hereafter knowledge. Dayah also plays a role in educating the community to have a belief in Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah, avoid shirk (polytheism), bid'ah (religious innovations), superstitions, and understand liberal and deviant ideologies, as well as prevent the influence of drugs. This research indicates that Dayah Modern Ar-Risalah has a positive impact on various aspects of the Datar Luas community's life, including education, the economy, and religious life. Abstrak Dayah Modern Ar-Risalah adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama, tetapi juga bertindak sebagai agen penyebaran Islam yang berperan dalam mewariskan tradisi Islam yang dikembangkan dari pengalaman sosial masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki latar belakang dan peran Dayah Modern Ar-Risalah dalam masyarakat Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya. Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dayah Modern Ar-Risalah mempengaruhi masyarakat dengan meningkatkan penggunaan bahasa Arab dan Inggris serta mengintegrasikan ilmu duniawi dan ukhrawi. Dayah juga berperan dalam mendidik masyarakat untuk memiliki keyakinan ahlus-sunnah wal-jama'ah, menghindari syirik, bid'ah, khurafat, dan memahami aliran liberal dan sesat, serta mencegah pengaruh narkoba. Penelitian ini mengindikasikan bahwa Dayah Modern Ar-Risalah berdampak positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Datar Luas, termasuk pendidikan, ekonomi, dan kehidupan keagamaan.
Perkawinan Negen Dadua sebagai Wujud Kesetaraan Gender dalam Masyarakat Hukum Adat Bali Wedanti, I Gusti Ayu Jatiana Manik; Windia, I Wayan P; Sudantra, I Ketut
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.3229

Abstract

This article examines the concept of Negen Dadua marriage in Bali, a unique form of marriage recognized within Balinese Customary Law. This concept has emerged as a solution to inheritance and lineage issues, particularly in families without male children. The research method employed is normative-conceptual, utilizing primary and secondary legal sources. The analysis reveals that Negen Dadua marriage, recognized under national and Balinese customary law, accords both husband and wife the status of purusa, allowing them to maintain responsibilities and rights within their respective families. This study finds that Negen Dadua marriage not only complies with Balinese Customary Law and Hindu religion but also reflects a shift towards gender equality. It offers a solution to the inequity in inheritance and social roles between men and women. This indicates a positive development in social and legal awareness of gender equality in Bali, especially in family law. This marriage form, embodying gender equality, presents an efficient solution to inheritance issues without disadvantaging any party. The article concludes that Negen Dadua marriage is a manifestation of gender equality within the Balinese Customary Law community and represents a progressive step towards recognizing women's rights. Abstrak Artikel ini mengkaji Perkawinan Negen Dadua di Bali, yang merupakan bentuk perkawinan alternatif dalam Hukum Adat Bali. Konsep ini muncul sebagai solusi untuk masalah pewarisan dan keturunan, terutama di keluarga tanpa anak laki-laki. Metode penelitian adalah normatif konseptual, menggunakan sumber hukum primer dan sekunder. Analisis menunjukkan bahwa perkawinan negen dadua, diakui dalam hukum nasional dan adat Bali, memberikan status purusa kepada kedua suami dan istri, memungkinkan mereka mempertahankan tanggung jawab dan hak dalam keluarga masing-masing. Studi ini menemukan bahwa perkawinan negen dadua bukan hanya mematuhi Hukum Adat Bali dan agama Hindu, tetapi juga mencerminkan pergeseran menuju kesetaraan gender, menawarkan solusi untuk ketidaksetaraan dalam pewarisan dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan. Ini mengindikasikan perkembangan positif dalam kesadaran sosial dan hukum tentang kesetaraan gender di Bali, khususnya dalam hukum keluarga. Perkawinan ini, sebagai wujud kesetaraan gender, menawarkan solusi efisien untuk masalah pewarisan tanpa merugikan pihak mana pun. Artikel ini menyimpulkan bahwa perkawinan negen dadua adalah manifestasi dari kesetaraan gender dalam masyarakat Hukum Adat Bali dan merupakan langkah maju menuju pengakuan hak-hak perempuan.
Adaptation of Wetland Farming Communities to Modernization: Case Study in Jelapat 1 Village, Indonesia Ruswinarsih, Sigit; P, Reski; Norkamaliah, Norkamaliah; Situmorang , Tesaleonika
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 3 No. 1 (2024): January-June
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v3i1.3981

Abstract

Modernization can bring progress on the one hand, but on the other hand, modernization may not provide the expected benefits, such as increasing dependence on expensive agricultural inputs and climate change which has an impact on agricultural practices. The main theme of the research is wetland farming communities facing the flow of modernization to outline farming community strategies in adapting wetland farming practices. This research uses a qualitative approach with a case study method based on considering the specificity of the theme according to the characteristics of the research area in Jelapat 1 Village, Tamban District, Barito Kuala Regency. Informants were selected purposively using the criteria of character, membership of farmer groups, and willingness to become informants. Data was collected using observation methods, in-depth interviews, and documentation to obtain valid and varied data. Data were analyzed through data reduction, data presentation, and conclusion drawing stages. For data credibility, triangulation techniques were used. The research results show that farmers in Jelapat 1 Village face water conditions that always inundate agricultural land, which is difficult to control due to strong natural factors. The challenges faced by farmers besides pasang pandit are also dwarf pests and birds. Concerning modernization, it can be concluded that farmers in Jelapat 1 Village use traditional knowledge in adapting agricultural practices in wetlands, namely, arranging planting patterns, making simple water channels, selecting superior seeds that suit wetland criteria, and using organic fertilizer. This phenomenon indicates the conservation of local wisdom in wetland farming in Jelapat 1 Village by the farming community.
Penggunaan Cadar di Kalangan Mahasiswi: Studi Tentang Makna, Motivasi, dan Diskriminasi Soleman, Soleman; Khairan, Khairan; Syahputra, Nanda; Alfia, Reni Septri; Mahmani, Sri; Munawita, Munawita
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.3987

Abstract

This article aims to describe the meanings, motivations, and discrimination related to the use of veils among students at UIN Ar-Raniry. This research utilizes a qualitative descriptive approach, and data were obtained from various sources, including field observations, direct interviews with informants, and relevant scholarly literature. The findings of this study indicate that female students interpret the use of veils in various ways, such as self-defense, an expression of obedience to God, and an understanding of Islamic law. They also view the veil as a means to protect themselves from unwanted attention, as part of their journey of religious conversion, and as a way to maintain modesty and behavior in accordance with Islamic teachings. Motivations behind the use of veils by female students include a desire to draw closer to Islamic teachings, self-protection, and social influence. This reflects a combination of psychological, social, and spiritual factors in their decision to wear the veil. This study also reveals that some female students experience discrimination and negative stereotypes as a result of wearing veils, including being perceived as extremists or terrorists. These experiences indicate that the use of veils in an academic environment can also trigger prejudice and negative social reactions. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna, motivasi, dan diskriminasi terkait penggunaan cadar di UIN Ar-Raniry. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan data diperoleh dari berbagai sumber, termasuk observasi lapangan, wawancara langsung dengan informan, dan literatur ilmiah yang relevan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa mahasiswi memaknai penggunaan cadar secara beragam seperti pertahanan diri, ekspresi ketaatan kepada Tuhan, dan pemahaman terhadap hukum Islam. Mereka juga melihat cadar sebagai cara untuk melindungi diri dari perhatian yang tidak diinginkan, sebagai bagian dari perjalanan hijrah mereka, dan sebagai sarana untuk menjaga kesopanan serta perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Motivasi di balik pemakaian cadar oleh mahasiswi meliputi keinginan mendekatkan diri pada ajaran Islam, perlindungan diri, dan pengaruh sosial. Ini mencerminkan perpaduan faktor psikologis, sosial, dan spiritual dalam keputusan mereka untuk bercadar. Kajian ini juga menunjukkan bahwa beberapa mahasiswi juga mengalami diskriminasi dan stereotip negatif akibat pemakaian cadar, termasuk dianggap sebagai ekstremis atau teroris. Pengalaman tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan cadar dilingkungan akademis juga dapat memicu prasangka dan reaksi sosial yang negatif.
Konsep Ketuhanan dalam Perspektif Al-Baidhawi Furqan, Furqan
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.3990

Abstract

This article aims to understand the concept of divinity in Al-Baidhawi's interpretation, analyze its distinctive characteristics and methodology, and explore its impact on the religious life of Muslims. The method used is philosophical and historical factual, prioritizing a hermeneutical approach to interpret Al-Baidhawi's work in its original context. The research findings indicate that Al-Baidhawi, in his work "Anwar Al-Tanzil wa Asrar Al-Ta’wil", employs an analytical approach and combines the bi al-Ma’thūr and bi al-Ra’yi methods of interpretation. His interpretation encompasses linguistic, hadith, philosophical, and Sufi aspects, providing a comprehensive view of the attributes of Allah and the relationship between humans and the Creator. Al-Baidhawi considers the concept of divinity as the foundation for all religious sciences, emphasizing the importance of interpretation in understanding the Qur'an. His interpretation also demonstrates a balance between intellectual and spiritual dimensions, guiding Muslims to experience the presence of Allah in all aspects of life. This study concludes that Al-Baidhawi's interpretation offers a significant contribution to the understanding of the concept of divinity, not limited to theoretical aspects but also practical, directing Muslims to lead a life enlightened by faith and devotion to Allah. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk memahami konsep ketuhanan dalam tafsir Al-Baidhawi, menganalisis ciri khas dan metodologi penafsirannya, serta mengeksplorasi dampak pemahamannya terhadap kehidupan beragama umat Islam. Metode yang digunakan adalah kefilsafatan dan historis faktual, mengutamakan pendekatan hermeneutik untuk menafsirkan karya Al-Baidhawi dalam konteks aslinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Baidhawi, dalam karyanya "Anwar Al-Tanzil wa Asrar Al-Ta’wil", menggunakan pendekatan analitis dan menggabungkan metode tafsir bi al-Ma’thūr dan bi al-Ra’yi. Tafsirnya mencakup aspek kebahasaan, hadis, filsafat, dan tasawuf, memberikan pandangan komprehensif tentang sifat-sifat Allah dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Al-Baidhawi memandang konsep ketuhanan sebagai fondasi bagi semua ilmu keagamaan, menekankan pentingnya tafsir dalam memahami Al-Qur'an. Penafsirannya juga memperlihatkan keseimbangan antara dimensi intelektual dan spiritual, mengarahkan umat Islam untuk mengalami kehadiran Allah dalam aspek kehidupan. Kajian ini menyimpulkan bahwa tafsir Al-Baidhawi memberikan kontribusi penting dalam pemahaman konsep ketuhanan yang tidak terbatas pada aspek teoretis, tetapi juga praktis yang dapat mengarahkan umat Islam untuk menjalani kehidupan yang tercerahkan oleh keimanan dan pengabdian kepada Allah.
Husaini M. Hasan dan Konsep Islamic State dalam Konteks Sosial Politik Aceh Bustami, Bustami; Katimin, Katimin; Harahap, Elly Wanisyah
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.3995

Abstract

This article explores the concept of an Islamic state in Aceh within a historical and political context. Utilizing qualitative methods that combine biographical studies and documentary analysis, the research focuses on the role of Husaini M. Hasan in the Aceh Merdeka Movement and his efforts to implement Islamic Sharia in Aceh. Tracing Aceh's history from the colonial era to the modern day, the article depicts how Aceh has strived to maintain its Islamic identity within the framework of the Republic of Indonesia. The study elucidates the relationship between Aceh's desire to implement Islamic Sharia and its aspirations for unique regional autonomy and national identity. This analysis reveals how political thought and Islamic ideology shape the social and political identity of Aceh and its interaction with Indonesia's national politics. The study concludes that the Islamic State in Aceh is not a concept of an independent nation but a form of special autonomy within the Republic of Indonesia, emphasizing the need for a holistic and contextual approach to understanding and addressing issues related to Islamic Sharia, politics, and social identity in Aceh. Abstrak Artikel ini mengeksplorasi konsep Islamic State di Aceh dalam konteks historis dan politik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis studi biografis dan analisis dokumenter, berfokus pada peran Husaini M. Hasan dalam Gerakan Aceh Merdeka dan perjuangannya untuk penerapan syariat Islam di Aceh. Artikel ini memaparkan bagaimana Aceh, sejak masa kolonial hingga era modern, telah berjuang mempertahankan identitas Islamnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan menganalisis berbagai wawancara dan dokumen, penelitian ini menunjukkan bagaimana keinginan Aceh untuk menerapkan syariat Islam berkaitan dengan aspirasinya untuk otonomi regional dan identitas nasional yang unik. Pemikiran politik dan ideologi Islam berperan dalam pembentukan identitas sosial dan politik Aceh, serta berinteraksi dengan politik nasional Indonesia. Kajian ini menyimpulkan bahwa Islamic State di Aceh bukanlah konsep negara merdeka, melainkan bentuk khusus otonomi dalam NKRI. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih holistik dan kontekstual dalam memahami dan menangani isu-isu yang berkaitan dengan syariat Islam, politik, dan identitas sosial di Aceh.
Muamalah dalam Islam: Memahami Konsep 'Ariyah dan Aplikasinya Suarni, Suarni
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.4074

Abstract

The concept of 'Ariyah in Islam, within the framework of Muamalah (human interaction), holds a significant place in the social and economic aspects of Muslim life. This paper aims to explore the etymological and terminological dimensions of 'Ariyah and its practical implications in Islamic law. Employing a qualitative approach, this study draws on religious texts, including the Qur'an and Hadith, as well as scholarly works on Islamic jurisprudence. The analysis reveals that 'Ariyah, etymologically, is associated with the idea of borrowing and returning, and terminologically refers to the practice of utilizing another's possessions without compensation. This concept encompasses values of generosity and unconditional giving, with slight variations across Islamic schools of thought. The validity of 'Ariyah transactions in Islamic law depends on certain pillars and conditions, such as the declaration of borrowing, the ownership status of the lender and borrower, and the nature of the borrowed item. The concept of 'Ariyah aligns with the broader Islamic ethos of assistance and reciprocal cooperation, particularly in the practice of lending. Abstrak Konsep 'Ariyah dalam Islam, dalam kerangka Muamalah (interaksi manusia), memiliki tempat yang signifikan dalam aspek sosial dan ekonomi kehidupan Muslim. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi dimensi etimologi dan terminologi dari 'Ariyah dan implikasi praktisnya dalam hukum Islam. Menggunakan pendekatan kualitatif, studi ini mengacu pada teks-teks agama, termasuk Al-Qur'an dan Hadits, serta karya-karya ilmiah tentang jurisprudensi Islam. Analisis mengungkapkan bahwa 'Ariyah, secara etimologi terkait dengan ide peminjaman dan pengembalian, dan secara terminologi merujuk pada praktik memanfaatkan kepemilikan orang lain tanpa kompensasi. Konsep ini mencakup nilai-nilai kemurahan hati dan pemberian tanpa syarat, dengan sedikit variasi lintas mazhab Islam. Keabsahan transaksi 'Ariyah dalam hukum Islam bergantung pada rukun dan syarat tertentu, seperti deklarasi peminjaman, status kepemilikan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman, serta sifat barang yang dipinjam. Konsep 'Ariyah ini sejalan dengan etos Islam yang lebih luas tentang bantuan dan kerja sama timbal balik, terutama dalam praktik peminjaman.
Relasi Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Islam Djuned, Muslim
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.4080

Abstract

The environmental issue has become a global concern, predominantly due to environmental damage caused by human activities. This study aims to explore the concept of the environment in Islam and human responsibility as 'khalifah' (stewards) in maintaining ecological balance and sustainability. The article employs a qualitative method, focusing on literature studies involving Islamic sacred texts and secondary literature related to ecology, environmental law, and ethics in Islam. The study demonstrates that Islam teaches a mutualistic relationship between humans and the environment. Humans, as khalifah, bear significant responsibility in environmental management. Environmental protection is governed in Islamic teachings, encompassing environmental ethics, the concepts of taskhir (subjugation) and khalifah, as well as penalties for environmental offenders. The article emphasizes that environmental conservation is a collective responsibility that must be shouldered by all humans. A holistic approach grounded in Islamic values, integrating law, ethics, and environmental awareness, is essential to address current and future environmental issues. Abstrak Isu lingkungan hidup telah menjadi perhatian global, dengan kerusakan lingkungan yang dominan akibat aktivitas manusia. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep lingkungan hidup dalam Islam dan tanggung jawab manusia sebagai 'khalifah' dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Artikel ini menggunakan metode kualitatif, berfokus pada studi literatur yang melibatkan teks-teks sakral Islam dan literatur sekunder terkait ekologi, hukum lingkungan, dan etika dalam Islam. Kajian ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan hubungan mutualistik antara manusia dan lingkungan. Manusia, sebagai khalifah, memiliki tanggung jawab besar dalam pengelolaan lingkungan. Perlindungan lingkungan diatur dalam ajaran Islam, yang mencakup etika lingkungan, konsep taskhir dan khalifah, serta hukuman bagi pelaku kerusakan lingkungan. Artikel ini menekankan bahwa pelestarian lingkungan hidup adalah tanggung jawab bersama yang harus diemban oleh semua manusia. Pendekatan holistik yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam serta mengitegrasikan hukum, etika, dan kesadaran lingkungan diperlukan untuk mengatasi masalah lingkungan saat ini dan masa depan.
Desa Tangguh Bencana di Lereng Merapi: Kearifan Lokal dan Modal Sosial Masyarakat Glagaharjo Fatimahsyam
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.4165

Abstract

This article aims to identify and describe the role of social capital as a resource in enhancing the capacity and self-reliance of the Glagaharjo community in managing the volcanic eruption disasters of Mount Merapi. A qualitative approach was employed, utilizing non-probability sampling and Purposive Sampling for informant selection. Data collection involved interviews, observations, and documentation. The research results indicate that the Glagaharjo Village possesses a culture of mutual cooperation, knowledge of "Ilmu Titen," and "Merti Bumi," which establish bonds and cross-group cooperation involving women, youth, community leaders, people with disabilities, children, and the elderly in the Village Resilience to Disaster activities. This has effectively fostered community self-reliance in managing volcanic eruption disasters from Mount Merapi.These findings illustrate that social capital serves as a key factor in strengthening community capacity, building effective collaborations, and enhancing self-reliance in facing significant disaster threats. Abstrak Artikel ini bertujuan mengidentifikasi dan menggambarkan peran modal sosial sebagai sumber daya dalam meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat Glagaharjo dalam mengelola bencana erupsi Gunung Merapi. Pendekatan kualitatif digunakan dengan teknik penentuan informan menggunakan non-probability sampling dan spesifikasi Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan Glagaharjo memiliki budaya gotong royong, Ilmu Titen, dan Merti Bumi yang membangun ikatan dan kerja sama lintas kelompok, melibatkan perempuan, pemuda, tokoh masyarakat, disabilitas, anak, dan orang tua dalam kegiatan Desa Tangguh Bencana. Hal ini mampu menciptakan kemandirian masyarakat dalam mengelola bencana erupsi Gunung Merapi. Temuan ini menggambarkan bahwa modal sosial menjadi faktor kunci dalam memperkuat kapasitas masyarakat, membangun kolaborasi yang efektif, dan meningkatkan kemandirian dalam menghadapi potensi ancaman bencana yang signifikan.
The Role of Religion in Social Transformation: Challenge of Ushuluddin’s Studies in Globalization Era IT, Suraiya
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sinthop.v2i2.4271

Abstract

Religion has plays a major role in influencing cultures and shaping social behavior. Religion, the faith in God, with all of the spiritual wealth, can influence people and even improve them until perfection. The science of Ushuluddin studies the basics of Islamic religious beliefs (Iman), and all matters related to faith, or Tawhid. The science of monotheism is also called the science of Ushuluddin (the basics or main points of religion) or the Science of Kalam. Therefore it is called the science of Ushuluddin (the matter subject of religion). Ushuluddin has to answered the problem of the Muslim Ummah. The interpretation of Ushuluddin is how the human relationship with God and man to man to avoid inequality, the human beings should be able to put himself as a servant of God are always subjecting themselves stopper form the ritual worship. Religious education aims to help to develop the ability of thinking, to testify values and to have complete knowledge concerning the modern world, to process critical attitude for social values, in order to develop civilization within multicultural society. This research tries to analyze the impact of Religion in social transformation as a challenge of Ushuluddin’s studies of globalization.