cover
Article Per Year (5 Year)
All
Home Page
OAI Link
Editorial Team
Contact
Reviewer
Google Scholar
Contact Name
T. Thyrhaya Zein
Contact Email
lingtersa@usu.ac.id
Phone
+6282370549058
Journal Mail Official
lingtersa@usu.ac.id
Editorial Address
Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Gedung Pusat Bahasa Jalan Abdul Hakim No.1, Medan 20155, Sumatera Utara, Indonesia Atau Jl. Universitas No.19, Padang Bulan, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20155 Fakultas Ilmu Budaya - USU
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
LINGTERSA: Jurnal Linguistik, Terjemahan, Sastra
Published by TALENTA PUBLISHER
ISSN : 27755622     EISSN : 29641713     DOI : https://doi.org/10.32734/lingtersa.v4i1.10713
Core Subject : Humanities, Education, Art,
Arts Humanities Education Languange, Linguistic, Communication & Media
LINGTERSA adalah jurnal peer-reviewed dengan dewan editorial yang terdiri dari ilmuwan ahli di bidang Linguistik, Kesusastraan, dan Terjemahan. Jurnal ini dipublikasikan oleh Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Bertujuan untuk menyediakan wadah bagi para peneliti dan pemerhati bahasa, kesusastraan, dan terjemahan.
Arjuna Subject : Seni dan Humaniora - Bahasa dan Linguistik
Articles 5 Documents
 1 
Search results for , issue "Vol. 3 No. 1 (2022): LINGTERSA" : 5 Documents clear
MORFOLOGI INFLEKSIONAL DAN DERIVASIONAL PADA BAHASA BALI STANDAR Beratha, Ni Luh Sutjiati
Linguistik, Terjemahan, Sastra (LINGTERSA) Vol. 3 No. 1 (2022): LINGTERSA
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.917 KB) | DOI: 10.32734/lingtersa.v3i1.8556

Abstract

Bahasa Bali tergolong ke dalam rumpun bahasa Austronesia yang berasal dari Bahasa Bali Kuna kemudian berkembang menjadi bahasa Bali (yang dalam artikel ini disebut Bahasa Bali Standar (BBS), dan merupakan bahasa ibu orang Bali. Artikel ini membahas tentang morfologi infleksional dan derivasional BBS. Morfologi adalah bidang yang mempelajari pembentukan kata termasuk terciptanya kata-kata baru, dan terbentuknya kata bergantung pada bentuk dasar yang dilekati afiks. Data untuk BBS diambil dari Kesusastraan Bali yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Bahasa. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori morfologi bracketing paradox yang dikembangkan oleh Leiber (2009), dan Plag (2002). Teori ini digunakan untuk menjelaskan bentuk sistematik pada pembentukan kata berdasarkan makna. Hasil analisis data menunjukkan bahwa infleksi dibedakan dari derivasi dalam hal produktivitas. Kaidah morfologi derivasional pada BBS adalah relatif produktif, dan sepenuhnya produktif. Sebaliknya kaidah infleksi hampir selalu sepenuhnya produktif. Mofologi infleksional memiliki ciri-ciri: tidak pernah mengubah kategori kata, menambah arti gramatikal, penting dalam sintaksis, dan biasanya sepenuhnya produktif. Sedangkan morfologi derivasional ciri-cirinya adalah dapat mengubah kategori, biasanya menambah makna leksikal, membentuk leksem baru, tidak produktif sampai produktif sepenuhnya, afiks derivasional bisa terjadi dalam bentuk infleksi.
SLANG WORDS HARNESSING THE LESBIAN COMMUNITY IN BONDOWOSO DISTRICT Wahyuningsih, Agung Tri; Nadhifah, Siti; Anam, Syamsul
Linguistik, Terjemahan, Sastra (LINGTERSA) Vol. 3 No. 1 (2022): LINGTERSA
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.523 KB) | DOI: 10.32734/lingtersa.v3i1.8784

Abstract

Lesbians are primarily residents of the Greek island of Lesbos. The term gained currency after Sappho, a poet from Lesbos around 600 BC, depicted the state of a female's blistering emotional and erotic lodestone toward another female [1]. While there has been an increase in tolerance and a decrease in discrimination in recent years, and some studies have been conducted on lesbianism and lesbian-related linguistic features, lesbianism and lesbian-related linguistic features have received significantly less attention than gay men's homosexuality [2]. Taking up this issue, this research is determined to elucidate the specific language variation used by the Bondowoso district's lesbian community. As the concept of lesbian-specific words is reformed and deconstructed, this investigation seeks to unearth the meaning of the language variety referred to as slang. Additionally, to complete this research, some sociological factors influencing the use of slang [3] are examined. The interview is conducted to elicit information about the sociological factors that contribute to speakers' use of slang in their community. The result indicates that the majority of slang words are derived from English and refer to gender roles, physical characteristics/appearance, types of relationships, and sexual activities. Bondowoso's lesbian community adapts slang terms used by lesbians worldwide phonologically. Sociological factors and reasons indicate that this queer society views self-identification as a lesbian as the most significant identity because it has ramifications for other attributions.
VARIASI BAHASA TETUN DALAM KOMUNIKASI MASYARAKAT DESA BUILARAN DILIHAT DARI SEGI PEMAKAI DAN TEMPAT: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Mauk, Vincentius; Laksono, Kisyani; Mintowati; Pairin, Udjang; Darni; Suhartono
Linguistik, Terjemahan, Sastra (LINGTERSA) Vol. 3 No. 1 (2022): LINGTERSA
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.721 KB) | DOI: 10.32734/lingtersa.v3i1.8785

Abstract

Bahasa daerah dalam sebuah kelompok masyarakat memiliki variasi bahasanya yang dapat dilihat dari segi pemakai dan tempat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variasi bahasa Tetun dalam komunikasi masyarakat desa Builaran dilihat dari segi pemakai dan tempat. Metode penulisan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kajian sosiolinguistik. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi, catat, dan wawancara. Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data adalah model interaktif Miles dan Hubermen, sedangkan untuk pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika dilihat dari: (1) segi pemakai/penutur, variasi bahasa Tetun dalam komunikasi masyarakat desa Builaran setiap hari lebih nampak pada siapa yang bicara dan kepada siapa yang diajak bicara dan para penutur tahu menempatkan diri dimana mereka berada dan kapan waktunya mereka melakukan komunikasi. (2) segi tempat, bahwa dalam peristiwa komunikasi pada masyarakat desa Builaran juga memunculkan variasi bahasa Tetun sesuai dengan dialek asal penutur. Dalam hal ini, tempat yang dimaksudkan bukan lokasi sedang berlangsungnya dialog, akan tetapi tempat asal penutur yang menghasilkan sebuah dialek. Simpulannya bahwa variasi bahasa Tetun yang terjadi pada masyarakat desa Builaran dapat dilihat dari segi penutur/pemakai dan segi tempat yang terjadi secara alamiah dan dipengaruhi oleh budaya setempat.
EXPRESSIVES ILLOCUTIONARY IN MEME OF COVID-19 Juanda
Linguistik, Terjemahan, Sastra (LINGTERSA) Vol. 3 No. 1 (2022): LINGTERSA
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.547 KB) | DOI: 10.32734/lingtersa.v3i1.8786

Abstract

This study discusses illocutionary expressive in the comic of COVID-19. Expressive speech acts are actions that express what is felt by the speaker, for example, such as statements of likes, dislikes, pain, sorrow, upset, and so on. The method used is descriptive method. The data sources used include https://twitter.com/ warstek.com/status/1239762134579343360?s=20. The results obtained are a form of disappointment with regulations during COVID-19 such as the lockdown rules, the rules for returning to the village, disappointment in seeing the conditions of lectures on campus, fear when watching news on television, and disappointment because the lockdown was extended. The impact of this research as a form of expression of public aspirations through mass media is increasingly open.
ENGGANO LANGUAGE VIABILITY: DIGLOSSIA LEAKAGE PHENOMENON AND ENDANGERED LANGUAGE DEFENSE STRATEGY IN ENGGANO Dian Saputra Taher, Muhammad
Linguistik, Terjemahan, Sastra (LINGTERSA) Vol. 3 No. 1 (2022): LINGTERSA
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.628 KB) | DOI: 10.32734/lingtersa.v3i1.8847

Abstract

The Enggano language is experiencing a threat of extinction due to the leak of diglossia among its speakers in Enggano Island, Bengkulu. Diglossia leakage is when a language is not spoken because of its most minor prestige level compared to other more superior languages. The conservation and revitalization efforts are needed because of the lack of the society's optimization in maintaining the Enggano language. This research aimed to analyze the speakers' conditions, language choice, and forms of diglossia leakage among the speakers and devise the most appropriate Enggano language conservation and revitalization strategy model. The research used diglossia leakage theory, language extinction, and language conservation and revitalization. This research used an ethno-sociolinguistic approach through interviews, questionnaires, and study literature. The data analysis is mixed between correlation test, reduction, display, verification data, and conclusion. The research obtained results as follows; correlation coefficient score of 0,949 with sig.0,023, so there is a significant and strong relationship between attitudes in the speakers' language selection with the existence of Enggano language use. The forms of diglossia leakage are code-switching, code-mixing, and the loss of the speech level in four phases. The language conservation and revitalization model collaborates with cultural institutions through the critical stakeholders, primary and secondary.

Page 1 of 1 | Total Record : 5

 1 

Filter by Year

2022 2022


Reset
Filter By Issues
All Issue Vol. 6 No. 2 (2025): LINGTERSA Vol. 6 No. 1 (2025): LINGTERSA Vol. 5 No. 2 (2024): LINGTERSA Vol. 5 No. 1 (2024): LINGTERSA Vol. 4 No. 2 (2023): LINGTERSA Vol. 4 No. 1 (2023): LINGTERSA Vol. 3 No. 2 (2022): LINGTERSA Vol. 3 No. 1 (2022): LINGTERSA Vol. 2 No. 2 (2021): LINGTERSA Vol. 2 No. 1 (2021): LINGTERSA