cover
Contact Name
Ferawati Suzalin
Contact Email
ferawati@poltekkespalembang.ac.id
Phone
+6281377677902
Journal Mail Official
jpharm@poltekkespalembang.ac.id
Editorial Address
Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Farmasi Jl. Sukabangun 1 No.1159, Suka Bangun, Kec. Sukarami, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30151
Location
Kota palembang,
Sumatera selatan
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Farmasi
ISSN : 28293711     EISSN : 28292162     DOI : https://doi.org/10.36086/jpharm.v4i2.1238
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Kesehatan Farmasi JKPharm diterbitkan oleh Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang
Articles 122 Documents
Keputusan Pembelian Lotion Anti Nyamuk Pada Dosen dan Pegawai Poltekkes Kemenkes Palembang Tedi Tedi; Shella Kharisma
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.598 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v1i1.637

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang : Keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumber-sumber yang ada dengan menetapkan tujuan pembelian. Keputusan pembelian dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain : produk dan nonproduk (harga, tempat, dan promosi), dan faktor internal seperti pengetahuan, sosial ekonomi dan pendapatan dapat mempengaruhi keputusan pembelian lotion anti nyamuk. Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah survey analitik dengan mengggunakan metode Proporsional stratified random sampling dengan cara menentukan responden berdasarkan kriteria inklusi. Sampel pada penelitian ini adalah Dosen dan pegawai Poltekkes kemenkes Palembang dengan jumlah sampel 70 orang. Uji statistic menggunakan analisis multivariat. Hasil : Variabel produk, harga, promosi, pendapatan, dan sosial ekonomi mempengaruhi keputusan pembelian produk Lotion anti nyamuk. Sedangkan variabel pengetahuan tidak mempengaruhi keputusan pembelian produk Lotion anti nyamuk, dari hasil analisis diperoleh bahwa variabel produk memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan pembelian produk Lotion anti nyamuk. Kesimpulan : Variabel produk yang berpengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian produk Lotion anti nyamuk. Kata Kunci : Produk, Lotion anti nyamuk dan Keputusan Pembelian
Perbandingan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Mengatasi Diare Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Desa Lingkis Kecamatan Jejawi Kabupaten OKI Sarmalina Simamora; Indri Septiani
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.352 KB) | DOI: 10.36086/jkpharm.v3i2.827

Abstract

Background: Diarrhoea is a disease that is still a reasonably high health problem in Indonesia. Especially in toddlers, low maternal knowledge can be detrimental and even cause death. The aims of this study to identify whether or not there is a comparison of the knowledge of mothers under five on how to deal with diarrhoea before and after counselling in Lingkis Village, Jejawi District, OKI Regency. Methods: This is the Pre-Experimental research with a One Group Pretest-Posttest design. This research was conducted in March- May 2021. The sample were all mothers of toddlers whose toddlers had or were having diarrhoea who came to the integrated service post (Posyandu) in Lingkis village totalling, 38 respondents. Jejawi District, OKI Regency. With the provision of counselling in statistical tests using Wilcoxon analysis. Results: From the results of the Pretest and Posttest questionnaires tested with Wilcoxon analysis, there was an increase in knowledge after counselling with a value of Sig.2-tailed = 0.000 (P<0.05). The average value of respondents before counselling was 55.26, and the average value of respondents after counselling was 76.31. Conclusion: There is an increase in the knowledge of mothers under five in dealing with diarrhoea after counselling in Lingkis Village, Jejawi District, OKI Regency
Uji Cemaran Mikroba Pada Kosmetik Eye Liner Dengan Metode Alt (Angka Lempeng Total) Muhammad Nizar; Ira Ulfa Yunika
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.784 KB) | DOI: 10.36086/jkpharm.v3i1.893

Abstract

Latar Belakang : Untuk mengetahui angka lempeng total dalam sediaan eye liner yang telah dipakai berulang-ulang. Eye liner merupakan jenis kosmetik yang banyak digunakn dikalangan remaja dan dewasa. Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, yang sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Untuk mengetahui apakah sifat dan karakteristik eye liner masih dapat diterima, perlu dilakukan uji cemaran mikroba yang terdapat pada kosmetik eye liner dengan metode ALT (Angka Lempeng Total). Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif dengan pengujian ALT (Angka Lempeng Total). Hasil : Pada hasil penelitian ini dapat diperoleh angka lempeng total yang tedapat dari nilai terkecil 0 Koloni/ml dan sampai terbesar 2,8 ͯ 103 koloni/ml . Kesimpulan : Sediaan eye liner yang telah dipakai berulang- ulang ada yang memenuhi persyaratan keamanan dan ada yang tidak memenuhi persyaratan keamanan. Abstract Background: To know the total number of plates in eye liner preparations that have been used repeatedly. Eye liner is a type of cosmetics that is widely used among adolescents and adults. A stable cosmetic preparation is a preparation that is still within acceptable limits during the period of storage and use, which is the same characteristics and characteristics as it had when it was made. To determine whether the properties and characteristics of the eye liner are still acceptable, it is necessary to test microbial contamination found in the eye liner cosmetics with the ALT method (Total Plate Number). Method: This type of research is descriptive non-experimental research with ALT testing (Total Plate Number). Results: In the results of this study can be obtained the total number of plates that are available from the smallest value of 0 Colonies / ml and up to the largest 2,8 ͯ 103 colonies / ml. Conclusion: Eye liner preparations that have been used repeatedly have met safety requirements and some do not meet safety requirements.
Formulasi dan Evaluasi Spray Gel Anti Jerawat Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) dengan Variasi Konsentrasicarbopol 940 Sebagai Gelling Agent Dewi Marlina; Fadly Fadly; Zafira Fathya
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.858 KB) | DOI: 10.36086/jkpharm.v3i2.899

Abstract

Latar Belakang : Spray gel merupakan bentuk pengembangan sediaan gel. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan dalam memfomulasikan sediaan spray gel adalah konsentrasi pembentuk gel yaitu carbopol 940 yang merupakan polimer pembe ntuk gel yang sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi carbopol 940 yang dapat menghasilkan spray gel yang stabil dan memenuhi persyaratan dengan zat aktif kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang berfungsi sebagai anti jerawat. Metode : Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan esktrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai zat aktif yang diformulasikan dalam sediaan spray gel dengan memvariasikan konsentrasi carbopol 940. Konsentrasi zat aktif yang digunakan dalam setiap formula adalah 1% serta konsentrasi carbopol 940 sebesar 0,4% pada formula I, 0,5% pada formula II dan 0,6% pada formula III. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan pada suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test) meliputi pH, viskositas, homogenitas, daya sebar, kondisi semprotan, warna, bau, dan iritasi kulit. Hasil : Berdasarkan hasil yang didapat, pH dan daya sebar sediaan pada kedua uji penyimpanan suhu kamar maupun uji dipercepat (cycling test) mengalami kenaikan namun masih memenuhi syarat. Ditinjau dari homogenitas, kondisi semprotan, warna, bau, dan iritasi kulit semua formula stabil dan memenuhi syarat selama penyimpanan suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test). Adapun formula yang paling optimal adalah formula I dengan konsentrasi carbopol 940 sebesar 0,4%. Kesimpulan : Ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan spray gel yang stabil dan memenuhi syarat. Formula yang paling optimal dengan konsentrasi carbopol 940 sebesar 0,4%. Kata Kunci : Anti Jerawat, Spray Gel, Kayu Secang, Carbopol 940, Gelling Agent ABSTRACT Background : Spray gel is a form of development of gel preparations. One of the components that need to be considered in formulating spray gel preparations is the concentration of gelling agent, namely carbopol 940 which is a gelling polymer that is often used. This study aims to determine the concentration of carbopol 940 which can produce a stable spray gel and meet the requirements with the active substance of sappan wood (Caesalpinia sappan L.) which functions as an anti-acne. Methods : This study used an experimental method, with sappan wood extract (Caesalpinia sappan L.) as the active substance formulated in spray gel preparations by varying the concentration of carbopol 940. The concentration of the active substance used in each formula was 1% and the concentration of carbopol 940 was 0,4% in formula I, 0,5% in formula II and 0,6% in formula III. Then the preparation was evaluated at room temperature and accelerated test (cycling test) including pH, viscosity, homogeneity, dispersion, spray conditions, color, odor, and skin irritation. Results : Based on the results obtained, the pH and dispersion of the preparation in both the room temperature storage test and the cycling test increased but still met the requirements. In terms of homogeneity, spray conditions, color, odor, and skin irritation, all formulas were stable and met the requirements during storage at room temperature and accelerated test (cycling test). The most optimal formula is formula I with carbopol 940 concentration of 0,4%. Conclusion : Secang wood extract (Caesalpinia sappan L.) can be formulated into a spray gel preparation that is stable and meets the requirements. The most optimal formula with carbopol 940 concentration of 0,4%. Keywords : Anti Acne, Spray gel, Sappan Wood, Carbopol 940, Gelling Agent
Formulasi dan Evaluasi Gel Antijerawat Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus Calamus L.) Dengan Variasi Konsentrasi Carbopol 940 Sebagai Gelling Agent Ferawati Suzalin; Dewi Marlina; Selvi Agustini
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.952 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v3i1.901

Abstract

Latar Belakang: Gel merupakan salah satu bentuk sediaan yang bisa digunakan untuk mengobati jerawat.Basis gel yang biasa digunakan adalah carbopol 940 karena dengan konsentrasi kecil yaitu 0,5%-2% dapat menghasilkan gel yang jernih dengan viskositastinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi carbopol 940 yang optimal untuk menghasilkan gel yang stabil dan memenuhi persyaratan. Gel yang dibuat menggunakan zat aktif daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) dengan kandungan senyawa aktif flavonoid dan saponin Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan esktrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) sebanyak 3,6% sebagai zat aktif dan memvariasikan carbopol 940 sebagai gelling agent dengan konsentrasi 0,75% pada formula I, 1% pada formula II dan 1,25% pada formula III. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan pada suhu kamar dan uji dipercepat (Cycling Test) meliputi pH, daya sebar, sineresis/swelling, homogenitas, warna dan bau serta iritasi kulit Hasil: Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pH sediaan pada kedua uji penyimpanan mengalami kenaikan, dan hasil pengujian daya sebar sediaan pada suhu kamar serta uji dipercepat mengalami penurunan namun masih memenuhi syarat. Semua sediaan gel antijerawat tidak mengalami peristiwa sineresis/swelling dan memiliki homogenitas yang baik, gel antiijerawat juga tidak mengalami perubahan warna, bau serta tidak mengiritasi kulit baik pada penyimpanan suhu kamar maupun uji dipercepat Kesimpulan: Ekstrak daun jeringau hijau (Acorus calamus L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan gel antijerawat yang stabil dan memenuhi persyaratan serta dapat bertahan selama 12 bulan dengan konsentrasi carbopol 940 yang paling optimal sebesar 1% Kata Kunci: Gel, Ekstrak Daun Jeringau Hijau (Acorus calamus L.), Carbopol 940
Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Kulit Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Dengan Variasi Pva Sebagai Gelling Agent Dewi Marlina; Fadly Fadly; Dhiny Zsa Zsa Aulia
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.81 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v3i1.902

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Masker gel peel-off adalah sediaan transparan atau semi transparan yang dapat langsung digunakan pada kulit wajah. Namun dalam pembuatan sediaan gel sering didapat sediaan yang tidak stabil yang ditandai dengan adanya pemucatan warna atau munculnya warna, timbul bau, perubahan, atau pemisahan fase, sineresis, perubahan konsistensi, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi PVA yang optimal untuk menghasilkan masker gel peel-off yang stabil dan memenuhi syarat. Masker gel peel-off dibuat menggunakan zat aktif ekstrak kulit petai (Parkia speciosa Hassk.) dengan kandungan flavonoid dan polifenol yang berupa senyawa tannin sebagai antioksidan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dimana ekstrak kental kulit petai diformulasikan menjadi sediaan masker gel peel-off dengan variasi konsentrasi PVA. Konsentrasi zat aktif yakni 3,8% dan variasi konsentrasi PVA yang digunakan adalah 12%, 13%, dan 14%. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan pada suhu kamar dan uji dipercepat (cycling test) meliputi pH, homogenitas, daya sebar, waktu mengering, swelling/sineresis, iritasi kulit, warna, dan bau. Hasil: Rendemen sebesar 6,53%. Berdasarkan hasil yang didapat, pH sediaan pada kedua uji penyimpanan mengalami kenaikan. Ditinjau dari daya sebar, waktu mengering, swelling/sineresis, iritasi kulit, warna, dan bau seluruh formula memenuhi syarat selama penyimpanan suhu kamar maupun cycling test. Adapun formula yang paling optimal adalah formula II dengan konsentrasi PVA 13% Kesimpulan: Ekstrak kental kulit petai dengan persentase kadar 3,8% dapat diformulasikan menjadi masker gel peel-off yang stabil dan memenuhi syarat. Formula yang paling optimal adalah formula II dengan variasi PVA 13%. Kata Kunci: Masker Gel Peel-Off, Kulit Petai, Gelling Agent, PVA. ABSTRACT Background: Peel-off gel mask is a transparent or semi-transparent preparation that can be used directly on facial skin. However, in the manufacture of gel preparations, unstable preparations are often found which is characterized by the presence of discoloration or appearance of color, the appearance of odors, changes or phase separation, syneresis, changes in consistency, formation of gases and other physical changes. This study aims to determine the optimal concentration of PVA to produce a gel mask peel-off that is stable and meets the requirements. The peel-off gel mask is made using the active ingredient of petai skin extract Which contains flavonoids and polyphenols in the form of tannin compounds as antioxidants. Methods: This study used an experimental method, in which the thick extract of petai skin Was formulated into a peel-off gel mask with various concentrations of PVA. The concentration of the active substance was 3.8% and the variation in the concentration of PVA used was 12%, 13%, and 14%. Then performed an evaluation of the preparation at room temperature and an accelerated test (cycling test) including pH, homogeneity, dispersibility, drying time, swelling/syneresis, skin irritation, color, and odor. Result: The yield was 6.53%. Based on the results obtained, the pH of the preparation in the two storage tests increased. Judging from the dispersibility, drying time, swelling/ syneresis, skin irritation, color, and odor, all formulas meet the requirements during room temperature storage and cycling test. The most optimal formula is formula II with a concentration of 13% PVA. Conclusion: The thick extract of petai skin With a percentage level of 3.8% can be formulated into a stable and eligible peel-off gel mask. The most optimal formula is formula II with a variation of 13% PVA. Keywords: Peel-Off Gel Mask, Petai Skin, Gelling Agent, PVA.
Perbandingan Rendemen Dan Kandungan Kimia Ekstrak Daun Jambu Mete (Anacardium Occidentale L.) Dengan Beberapa Jenis Pelarut Minda Warnis; Leti Artika
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.887 KB) | DOI: 10.36086/jkpharm.v3i1.907

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Tanaman jambu mete merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Secara empiris daunnya berkhasiat sebagai obat sariawan, antifungi, obat luka bakar, dan penurunan gula darah. Khasiat dari tanaman disebabkan oleh kandungan kimia dari tanaman tersebut, yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai. Tingkat kepolaran pelarut menentukan jenis dan jumlah senyawa yang dapat diekstrak dari bahan, pelarut akan mengekstrak senyawa-senyawa yang mempunyai sifat kepolaran yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan rendemen dan kandungan kimia ekstrak daun jambu mete dengan kepolaran pelarut yang berbeda. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu mengukur perbandingan rendemen dan kandungan kimia ekstrak daun jambu mete dengan kepolaran pelarut yang berbeda. Hasil: Didapatkan rendemen ekstrak n-heksan 4,10%; rendemen ekstrak etil asetat 6,47%; dan rendemen ekstrak etanol 13,88%. Hasil uji kandungan kimia menunjukkan ekstrak n-heksan mengandung steroid dan tanin, ekstrak etil asetat mengandung terpenoid dan tanin, sedangkan ekstrak etanol mengandung flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid, dan tanin. Kesimpulan: Ekstrak etanol menghasilkan rendemen dan kandungan kimia yang lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan n-heksan. Kata kunci: Rendemen, kandungan kimia, ekstrak daun jambu mete, kepolaran pelarut
Uji Resistensi In Vitro Salmonella Typhi Yang Diisolasi Dari Penderita Demam Tifoid Terhadap Berbagai Antibiotik Dengan Metode Difusi Cakram Kirby-Bauer Sarmadi Sarmadi; M Nizar; Erliza Putri
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.792 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v3i1.938

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang : demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Salah satu pengobatan demam tifoid adalah pemberian antibiotic. Beberapa jenis antibiotic yang sering digunakan dalam terapi demam tifoid adalah antibiotik ampisilin, kotrimoksazol, ceftriakson, ciprofloxacin dan kloramfenikol. Akan tetapi, penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan berpotensi menimbulkan resistensi sehingga menimbulkan banyak masalah dalam penanganan pasien demam tifoid. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Pengambilan sampel dilakukan di RS Bhayangkara dengan mengambil darah penderita demam tifoid sebanyak 3cc-5cc, dimasukkan dalam media gall dan di inkubasi selama maksimal 3 hari. Kemudian jika bakteri pada media tersebut tumbuh, dilakukan uji resistensi isolate bakteri Salmonella Typhi terhadap cakram antibiotic uji. Lalu di ukur diameter zona hambatnya serta di kategorikan menjadi kategori sensitive, intermediate dan resisten. Hasil : berdasarkan hasil penelitian, pada sampel pasien ke 6 uji resistensi isolate bakteri Salmonella Typhi terhadap antibiotic ampisilin, kotrimoksazol, ceftriakson, ciprofloxacin dan kloramfenikol menunjukkan hasil yang intermediate pada antibiotic ampisilin sedangkan keempat antibiotic lainnya menunjukkan hasil yang masuk kategori sensitive. Sedangkan pada sampel pasien ke 7 dan 8 uji resistensi isolate bakteri Salmonella Typhi terhadap antibiotic uji semuanya menunjukkan hasil sensitive. Dan untuk sampel pasien ke 10 menunjukkan hasil resistensi pada antibiotic ampisilin sedangkan untuk antibiotic kotrimoksazol, ceftriakson, ciprofloxacin dan kloramfenikol menunjukkan hasil sensitif. Kesimpulan : antibiotic ampisilin menunjukkan hasil yang resisten dan intermediate yaitu pada sampel pasien ke 10 dan 6 sedangkan antibiotik kotrimoksazol, ceftriakson, ciprofloxacin dan kloramfenikol menunjukkan hasil sensitive pada keempat sampel.
Formulasi Dan Evaluasi Balsam Aromaterapi Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix D.C) Dengan Variasi Cera Alba Sebagai Stabilizing Agent Ratnaningsih Dewi Astuti; Debby Putri Millenia
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.532 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v3i1.959

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Balsam merupakan salah satu bentuk sediaan yang dapat digunakan sebagai aromaterapi. Zat penstabil yang biasa digunakan dalam sediaan balsam adalah cera alba dengan konsentrasi 5-20% menghasilkan balsam yang stabil dan memiliki daya pelepasan obat yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi cera alba yang optimal untuk menghasilkan balsam yang stabil dan memenuhi persyaratan dengan ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C) yang mengandung sitronelal sebagai zat aktifnya. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C) sebanyak 3% sebagai zat aktif dan memvariasikan cera alba sebagai stabilizing agent dengan konsentrasi 15% pada formula I, 16% pada formula II dan 17% pada formula III. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan pada suhu kamar dan uji dipercepat (Cycling test) meliputi pH, homogenitas, daya Sebar, bau, warna dan iritasi kulit. Hasil: Hasil evaluasi menunjukkan pH sediaan pada uji penyimpanan suhu kamar dan uji dipercepat (Cycling test) mengalami kenaikan, dan hasil pengujian daya sebar sediaan pada kedua uji penyimpanan mengalami penurunan tetapi masih memenuhi syarat. Semua sediaan balsam aromaterapi memiliki homogenitas yang baik, balsam aromaterapi ini juga tidak mengalamai perubahan warna, bau serta tidak menyebabkan iritasi kulit baik pada penyimpanan suhu kamar maupun uji dipercepat (Cycling test). Kesimpulan: Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C) dapat diformulasikan menjadi sediaan balsam aromaterapi yang stabil dan memenuhi syarat serta dapat bertahan selama 12 bulan dengan konsentrasi cera alba yang paling optimal sebesar 15%. Kata kunci : Balsam, aromaterapi, ekstrak daun jeruk purut, cera alba
Peresepan Obat Kortikosteroid Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuk Linggau Sarmalina Simamora; Zulia Lestari
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.854 KB) | DOI: 10.36086/jpharm.v3i1.965

Abstract

Latar Belakang : Obat kortikosteroid diresepkan sebagai antiinflamasi, antialergi, pengobatan artritis dan asma. Obat kortikosteroid mempunyai banyak efek samping yang membahayakan apabila digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang, terutama pada anak-anak dan lansia, juga mempunyai potensi interaksi dengan obat-obat lain. Metode : Penelitian adalah penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriftif retrospektif, dilakukan pada bulan Mei-Juni 2020 di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau, dengan sampel data sekunder yaitu lembar resep yang terdapat obat kortikosteroid. Jumlah sampel 162 lembar resep. Hasil : Persentase peresepan obat kortikosteroid dalam periode Juli-Desember 2019 sebanyak 405 lembar resep (27,80%). Obat kortikosteroid yang banyak diresepkan adalah metilprednisolon sebesar 33,73% dengan jumlah item obat kortikosteroid 166 item (26,69%). Diagnosa terbanyak yaitu Faringitis Akut 23,45%. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki 40,12% dan perempuan 59,88%. Kelompok usia yang paling banyak mendapat peresepan obat kortikosteroid adalah kelompok umur dewasa (15-64 tahun) berjumlah 124 orang (76,54%). Peresepan obat kortikosteroid yang berpotensi terjadinya interaksi obat sebesar 25,9%. Kesimpulan : Peresepan obat kortikosteroid di Puskesmas Simpang Periuk ditujukan pada pengobatan inflamasi dan antialergi sesuai dengan indikasi dari sebagian besar obat kortikosteroid, akan tetapi dapat pula terjadi potensi interaksi obat pada kombinasi obat kortikosteroid dengan jenis obat yang lain meliputi interaksi farmakodinamik atau interaksi farmakokinetik.

Page 1 of 13 | Total Record : 122