cover
Contact Name
I Putu Udiyana Wasista
Contact Email
udiyanawasista@isi-dps.ac.id
Phone
+628179704492
Journal Mail Official
damar@isi-dps.ac.id
Editorial Address
Program Studi Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali 80235
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Damar Pedalangan
ISSN : -     EISSN : 27982823     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Damar adalah media publikasi artikel ilmiah dalam bidang ilmu teater tradisional seni pedalangan dan pewayangan. Sebagai akronim DAlang-MAya-Rahasia, DAMAR dalam pagelaran wayang adalah api energinya, bayu, urip, electron-proton-neutron, Agni(api)-Gangga(air)-Maruta (angin) (Agama) seperti matahari sumber pengetahuan dan kehidupan. Formulasi Dharma Pewayangan “Panunggalaning wayang ring jnana ening” [Pengetahuan murni ditemukan dalam wayang] adalah doktrin rahasia, situs interelasi kehidupan fisik dengan metafisik. Selain mengakomodasi seni rupa, desain dan seni pertunjukan, Damar Seni pedalangan dan pewayangan mengandung seni cipta konseptual, seni ripta /sanggit/ kawi dalang, dan seni widya/filsafat.
Articles 85 Documents
Fungsi Referensial dan Metalinguistik Campur Kode Bahasa Dalam Pementasan Wayang Cenk Blonk Lakon Ludra Murthi Putu Diki Laksamana putra; I Gusti Ngurah Gumana Putra
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Bali di era modern ini adalah masyarakat yang bilingualisme. Hal ini ditandakan dengan adanya penggunaan dua bahasa dalam komunikasi sehari hari yakni bahasa Bali sebagai bahasa ibu atau bahasa pertama, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua atau bahasa pergaulan nasional. Terlebih lagi, masyarakat Bali juga tidak dapat terlepas dari penggunaan bahasa asing seperti halnya bahasa Inggris, Jepang, dan lain sebagainya. Kondisi semacam ini disebut dengan multilingualisme. Multilingualisme adalah penggunaan lebih dari dua bahasa atau unsur bahasa dalam kehidupan masyarakat. Gejala ini terjadi di semua bidang kehidupan masyarakat Bali. Secara khusus, kehidupan berkesenian juga menjadi ajang terjadinya multilingualisme. Seni pertunjukan yang menggunakan bahasa sebagai medianya juga sangat berpotensi mengalami gejala ini. Ciri yang paling kental dilihat dari sini yaitu terjadinya campur kode bahasa. Campur kode merupakan akibat dari adanya saling ketergantungan bahasa dalam kehidupan multilingualisme. Campur kode memiliki pengertian sebagai penggunaan unsur bahasa berbeda dalam tuturan bahasa pertama yang digunakan. Unsur tersebut bisa berupa kata, istilah, maupun frase. Campur kode memiliki fungsi tertentu sehingga hal ini bisa terjadi. Fungsi yang paling menonjol di sini adalah fungsi referensial dan fungsi metalinguistik. Fungsi referensial mengacu pada fungsi campur kode ketika bahasa yang pertama digunakan tidak memiliki kata atau istilah sebagai rujukan pada suatu objek tertentu. Fungsi metalinguistik mengacu pada fungsi ketika penutur dengan sengaja menyelipkan unsur bahasa berbeda ke dalam bahasa pertama, meskipun sudah ada istilah dalam bahasa pertama untuk merujuk suatu objek tertentu.
Gerak Wantah Dan Gerak Maknawi Pada Pertunjukan Wayang Ental 3 Dimensi Karya Dalang I Gusti Made Darma Putra I Wayan Kembalyana Budi Swara; Dru Hendro
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wayang adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang telah ada selama berabad-abad. Seni wayang ini biasanya dipentaskan dengan memanipulasi boneka kayu atau kulit yang diproyeksikan padalayar putih menggunakan sinar lampu, disertai dengan dialog yang diucapkan oleh dalang. Wayang ental adalah salah satu bentuk seni wayang yang dibuat oleh Dalang Dr. I Gusti Made Darma Putra.S.Sn.,M.Sn . Wayang ental menggunakan boneka berbahan dasar ental yang dikarakterisasikan dengan bentuk menyerupai manusia. Boneka-boneka tersebut kemudian dipakai oleh dalang untuk memerankan cerita dengan teknik manipulasi yang sangat dinamis. Salah satu hal yang membedakan wayang ental dengan seni wayang lainnya adalah penggerakan dari wayang tersebut yang dimana caramenggerakan wayang itu dengan setiap wayang akan digerakan atau dimainkan oleh satu orang.
Peran Sastra Bali Dalam Perwujudan Nilai Budaya Pada Cerita Pewayangan I Putu Gede Suryanata; Ni Komang Sekar Marhaeni
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya sastra merupakan komponen penting dalam suatu pertunjukan karena dua hal tersebut memanglah saling terkait antara satu dan yang lainnya. Seorang seniman seni pertunjukan alangkah baiknya mengetahui karya sastra yang ada. Untuk memperkaya diri sebagai seniman khususnya Dalang, karena dalang dalam pertunjukannya terdapat ajaran-ajaran kebaikan yang dimana terdapat dalam berbagai sastra, yang bisa dimasukkan dalam kanda atau digunakan sebagai lelucon bagi dalang agar tidak kekurangan bahan dalam pentas, seorang seniman khususnya dalang wajib mengetahui seluk beluk karya sastra yang akan dibawakan. Untuk mendapatkan taksu yang menggugah hati penonton, penyatuan jiwa seniman terhadap sastra juga penting, untuk menimbulkan ikatan batin dalang dalam pementasan yang dituangkan dalam gerak ,bahasa dan suara seorang dalang untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pertunjukan.
Signifikansi Peran Antagonis Dalam Pementasan Taman Penasar Kota Denpasar Tahun 2023 I Komang Wahyu Widiantara; Sang Nyoman Gede Adhi Santika
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taman penasar adalah salah satu bentuk kesenian yang menggabungkan beberapa unsur seperti tembang pupuh, peneges, penegteg pabligbagan dan iringan musik dengan instrumen geguntangan yang mendominasi. Taman penasar dicetuskan oleh Keluarga Keseniam Bali (KKB) RRI Denpasar. Taman yang berarti sebuah tempat yang indah dengan berbagai ragam hias didalamnya, penasar yang berarti dasar pondasi atau penerjemah dalam fungsinya. Maka Taman penasar dapat dikatakan sebuah pertunjukan yang kompleks dan memiliki dasar literasi yang jelas untuk dibahas didalamnya. Dalam pertunjukan ini, selain menampilkan seni olah vocal di dalamnya juga terdapat sebuah seni peran untuk mendukung jalannya pertunjukan. Seni peran merupakan salah satu bagian penting dalam karya seni dimana seseorang berbuat seolah-olah menyerupai orang lain atau sosok yang bukan dirinya sendiri. Adapun salah satu upaya untuk mendalami seni peran sendiri biasa dimulai dengan cara mengapresiasi keragaman prilaku, gaya bicara, kedudukan, kebiasaan, kejiwaan dan ciri fisik seseorang disekitar untuk melatih kepekaan dan pola piker. Seni peran biasa dimainkan dalam sebuah pertunjukan teater ataupun drama untuk memerankah para tokoh yang diangkat dalam alur cerita sehingga pendalaman karakter masing-masing peran harus dipersiapkan secara matang. Seni peran juga disebut dengan akting dimana seseorang bertindak atau memperagakan seseorang yang bukan dirinya. Untuk menghasilkan seni yang bernilai tinggi akting dilakukan dengan teknik tertentu dan konsep yang jelas.
Visualisasi Rupa Dan Ciri Khas Tokoh Raja, Dewa, dan Punakawan Pada Wayang Kulit Bali I Dewa Gede Jana Majaya; I Gusti Made Darma Putra
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Diera modern ini pertunjukan wayang kulit Bali masih sangat eksis sebagai sarana hiburan bagi masyarakat Bali. Meskipun dengan adanya gerakan wayang inovatif ini menyebabkan generasi muda gemar menonton wayang kulit Bali tetapi disisi lain pengetahuan generasi muda tentang penokohan wayang masih sangat kurang .Oleh sebab itu perludilakukanya pengenalan tokoh tokoh wayang kulit Bali kepada generasi muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengkomparasi perbedaan bentuk wayang kulit Bali pada tokoh raja, dewa, dan punakawan. Agar generasi muda mampu membedakan dan mengenal tokoh wayang kulit Bali. Penelitian ini menggunakan jenis metode kualitatif pada penelitian ini di lakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi yang di lakukan di Banjar Lumajang, Desa samsam, Kecamatan Kerambitan Kabupaten tabanan. Hasil dari penelitian ini adalah dapat diketahui bahwa perbedaan tokoh pada wayang kulit raja ,dewa dan punakawan dapat dilihat melalui gelungan atau hiasan kepala yang dikenakan, selain itu juga dapat dilihat pada atribut yang dikenakan dari tokoh wayang tersebut, serta bila dilihat dari karakter tokoh wayang dapat dibedakan melalui bentuk mata dan proporsi tubuh dari wayang tersebut.
Wayang Bali dan Aktivisme Sosial: Studi Kasus Retorika Dan Wayang Sampah Daur Ulang Dalam Teaser Sinematografi Pahayu Gumine I Gusti Agung Bayu Senopati; I Dewa Ketut Wicaksandita
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini menyajikan studi kasus tentang penggunaan wayang Bali dalam konteks aktivisme sosial melalui produksi sinematografi berjudul "Pahayu Gumine." Penelitian ini memeriksa bagaimana retorika dan simbolisme wayang Bali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan ekologis dalam film tersebut. "Pahayu Gumine" menggabungkan unsur-unsur wayang tradisional dengan konsep "wayang sampah daur ulang," di mana jenis wayang, latar belakang sinematik, dan segenap unsur estetik wayang Bali (tetikesan, ukuran wayang, bahan, ekspresi dalang), serta retorika (alternasi gaya bahasa, makna kalimat, intonasi, dan penekanan) mampu berkolaborasi dengan gerakan penari dan iringan musik kontemporer mampu membahasakan properti alami berupa gunungan sampah di tempat pembuangan akhir, serta membangun kesan ketidak pedulian dan keacuhan manusia akibat penggunaan plastik berlebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ini berhasil menciptakan pengalaman audiovisual yang kuat dan menyampaikan pesan-pesan yang relevan tentang pelestarian lingkungan dan keberlanjutan. Wayang Bali memainkan peran penting dalam memperkuat narasi film ini, menggabungkan budaya tradisional dengan isu-isu kontemporer. Artikel ini juga membahas dampak kreatif dan budaya dari penggabungan wayang dengan sinematografi modern serta kontribusi seni pertunjukan dalam mendukung aktivisme sosial. Studi kasus ini menggambarkan bagaimana seni tradisional seperti wayang dapat menjadi alat yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan sosial dan ekologis dalam konteks budaya kontemporer.
Lakon Arjuna Tapa Dalam Perspektif Filsafat Wayang I Ketut Sudiana
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertunjukkan wayang bukan hanya tontonan seperti yang sering disebut dengan “shadow play”. Melainkan dibalik tontonan itu mengandung tuntunan yang mengarah pada pendidikan moral sebagai mutu seni dan kandungan isi yang disajikan. Kandungan isi dari wayang ditampilkan lewat simbol-simbol. Melalui “bahasa” simbol dapat ditafsirkan nilai-nilai apa yang akan menjadi unsur tuntunan dari pertunjukkan wayang. Karya ilmiah ini membahas filsafat wayang yang didukung dengan penghayatan sastra Kekawin Arjuna Wiwaha serta implementasinya dalam lakon wayang Arjuna Tapa. Penelitian ini menggunakan teori hermeneutika dan semiotika untuk menafsirkan dan mengkaji simbol yang ada dalam sastra lakon wayang, Karena asal mula adanya wayang adalah sebuah simbol.Melalui metode kepustakaan, listening dan heuristika, akan diidentifikasi dan diteliti simbol-simbol yang mendasari filsafat wayang. Tujuannya adalah menggali dan menyusun aspek filsafat wayang sebagai sebuah ilmu akademik, yang bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan dalam bidang filsafat wayang. Berdasarkan analisis data primier melalui informasi kepustakaan dapat dihasilkan bahwa jika ditinjau dari kefilsafatan secara umum menyangkut bidang ontologi, epistemologi dan aksiologi, wayang adalah “lawat hidup” yang mengandung pengertian “cermin kehidupan” manusia dengan segala permasalahan yang dihadapinya.
Signifikansi Narasi-Vokal Dan Gerak Yoga Dalam Membangun Karakter Tokoh Pada Suasana Mistik Adegan Setra Pertunjukan Teater Pakeliran Puyung Bolong Telah Ilang Karya I Gusti Putu Sudarta I Dewa Ketut Wicaksandita
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam konteks pertunjukan Teater Pakeliran Puyung Bolong Telah Ilang karya I Gusti Putu Sudarta, penggunaan narasi vokal dan gerakan yoga berpengaruh signifikan dalam pembangunan karakter tokoh serta penciptaan latar mistik adegan Setra pada pertunjukannya. Dengan memanfaatkan teori peran teater dan praktik yoga, penelitian ini mendokumentasikan peran kunci teknik narasi vokal dan gerakan yoga dalam menghadirkan dimensi karakteristik yang dalam dan autentik bagi para pemain, serta dalam membentuk atmosfer mistik yang mempengaruhi persepsi penonton. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui observasi mendalam terhadap pementasan "Puyung Bolong Telah Ilang." Teori kawi dalang dan teori drama digunakan untuk menganalisis pengaruh teknik narasi vokal dan gerakan yoga terhadap pembentukan karakter tokoh, sementara pendekatan yoga digunakan untuk memahami bagaimana praktik yoga memperkaya interpretasi para pemain terhadap latar mistik adegan Setra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik vokal dan gerakan yoga secara efektif menghasilkan karakter tokoh yang lebih mendalam dan kompleks, memungkinkan pemain untuk menjelajahi dimensi psikologis karakter dengan lebih baik. Selain itu, penggunaan gerakan yoga juga membantu menciptakan atmosfer mistik yang memperkaya pengalaman penonton, mengaitkan mereka secara lebih mendalam dengan naratif dan pesan pertunjukan. Hal ini mengindikasikan bahwa integrasi narasi vokal dan gerakan yoga memiliki signifikansi yang substansial dalam mengembangkan pertunjukan Teater Pakeliran modern yang inovatif, serta memberikan kontribusi positif terhadap pemahaman dan apresiasi seni pertunjukan tradisional Bali dalam konteks kontemporer.
Wayang Bondres Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Inovatif Cenk Blonk Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna Danaswara, I Putu Gede Budhi; Purnamawati, Ni Diah; Sudiana, I Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1859

Abstract

Penelitian ini mengangkat tiga pokok masalah yaitu : 1) Bagaimana bentuk wayang - Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? 2) Bagaimana fungsi wayang Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? 3) Bagaimana makna wayang Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang wayang Bondres dalam pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk yang merupakan suatu inovasi yang dilakukan oleh seniman dalang Cenk Blonk dengan memunculkan terobosan baru yaitu wayang Bondres yang merupakan salah satu pembaharuan dalam dunia seni pertunjukan wayang kulit khususnya wayang kulit inovatif sehingga wayang kulit inovatif sebagai seni yang popular. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan teori estetika. Metode-metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Seluruh data diolah menggunakan teknik deskriptif.
Penyampaian Pesan Dan Nilai-Nilai Kepemimpinan Melalui Seni Pertunjukan Wayang Kulit Bali Inovatif Wibawa, I Made Anom; Putra, I Gusti Ngurah Gumana; Widnyana, I Kadek
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1861

Abstract

Seni pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu jenis kesenian Bali yang hingga saat ini masih terus berkembang dan digemari oleh masyarakat. Banyaknya seniman dalang dengan berbagai karya inovatifnya mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat luas khususnya para pecinta pertunjukan wayang. Hal ini dikarenakan oleh kemampuan yang mumpuni dari seniman dalang dalam memenangi pangsa pasar yang ada. Inovasi dan kratifitas terus dikembangkan sehingga mampu menarik minat masyarakat untuk menikmatinya. Inovasi menyangkut kemampuan seniman dalang dalam mengembangkan ide-ide baru guna meningkatkan kualitas pertunjukkannya secara teknis. Kreatifitas menyangkut kemampuan seniman dalang dalam meracik sebuah lakon berdasarkan pakem dan sumber-sumber yang exist hingga saat ini, sehingga menghasilkan konten yang kreatif dan menarik. Kreatifitas dalam menciptakan dan mengelola konten tersebut tidak hanya berasal dari pemikiran sendiri. Ada kalanya, bahkan sering seorang seniman dalang mendapatkan inspirasi dari kejadian maupun fenomena sosial masyarakat yang bergerak dinamis. Merefleksikan sebuah karya lakon pertunjukan wayang dengan fenomena sosial yang ada, tentu saja mampu menciptakan atmosfer yang hangat bagi masyarakat penikmat. Masyarakat yang menikmati, tentunya akan merasa akrab segala sesuatu yang disampaikan dalam lakon. Selain sebagai sarana hiburan, pada kesempatan ini pula seniman dalang dapat menyampaikan pesan-pesan moral dan pendidikan yang bernilai adi luhung kepada khalayak. Saran, masukan, dan kritik sosial pun dapat disuarakan kepada pihak tertentu dengan halus tanpa memicu ketersinggungan dan konflik yang dapat meresahkan. Salah satu aspek sosial yang disoroti adalah aspek yang menyangkut nilai-nilai kepemimpinan. Bagaimana hakikat seorang pemimpin, adalah suatu pesan yang perlu disampaikan agar dinamika masyarakat dengan pemimpinnya tidak mengalami permasalahan. Dengan adanya kreatifitas ini, lakon yang disajikan akan padat dan sarat akan nilai-nilai yang dapat mengarahkan kita kepada perubahan yang positif, dengan sebuah balutan hiburan yang bernilai tinggi dalam berbagai segi.