cover
Contact Name
I Putu Udiyana Wasista
Contact Email
udiyanawasista@isi-dps.ac.id
Phone
+628179704492
Journal Mail Official
damar@isi-dps.ac.id
Editorial Address
Program Studi Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali 80235
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Damar Pedalangan
ISSN : -     EISSN : 27982823     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Damar adalah media publikasi artikel ilmiah dalam bidang ilmu teater tradisional seni pedalangan dan pewayangan. Sebagai akronim DAlang-MAya-Rahasia, DAMAR dalam pagelaran wayang adalah api energinya, bayu, urip, electron-proton-neutron, Agni(api)-Gangga(air)-Maruta (angin) (Agama) seperti matahari sumber pengetahuan dan kehidupan. Formulasi Dharma Pewayangan “Panunggalaning wayang ring jnana ening” [Pengetahuan murni ditemukan dalam wayang] adalah doktrin rahasia, situs interelasi kehidupan fisik dengan metafisik. Selain mengakomodasi seni rupa, desain dan seni pertunjukan, Damar Seni pedalangan dan pewayangan mengandung seni cipta konseptual, seni ripta /sanggit/ kawi dalang, dan seni widya/filsafat.
Articles 85 Documents
Potensi Pertunjukan Wayang Kulit Rakyat Pakeliran Karikatur: Muktapala(Pan Balang Tamak) Sebagai Katarsis Di Era Pandemi I Kadek Bhaswara Dwitiya; Ni Komang Sekar Marhaeni; I Ketut Kodi
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertunjukan Wayang Kulit Rakyat Pakeliran Karikatur: Muktapala (Pan Balang Tamak) Oleh Dalang I Nyoman Sutama., S.Sn Dari Desa Payangan merupakan pertunjukan wayang yang atraktif dalam ranah pertunjukan wayang Bali. Penelitian ini dianalisis menggunakan konsep kuasa simbolik dan disandingkan dengan keterkaitan emosional masyarakat di era pandemic. Penelitian ini menghasilkan pandangan baru tentang strategi alternalif dalam menentukan dan memilih sesuatu yang digunakan dalam pertunjukan wayang, sehingga dalam perkembangannya mampu diterima sebagai bentuk legalitas dalang dan pertunjukannya di tengah masyarakat. Dalang Sutama sebagai creator wayang karikatur tanpa sadar menjadi disposisi dalam dunia wayang melalui bentuk pertunjukan dan wacana di tengah pandemic.
Struktur Dramatik Pertunjukan Wayang Parwa Lakon Erawan Rabi Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi I Putu Ardiyasa; I Dewa Ketut Wicaksandita; Sang Nyoman Gede Adhi Santika
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini adalah sebuah kajian Lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, yang disajikan oleh dalang Rai Mesi. Permasalahan penelitian yang dibahas yaitu mengenai struktur dramatik lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, oleh dalang Rai Mesi. Untuk membedah masalah, peneliti memakai Metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Berkenaan dengan objek penelitian berupa rekaman kaset tape recorder, maka data-data diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Lakon Irawanmemilikistruktur dramatik yang menarik, terdiridari (1) babak I: eksposisi, konflik; (2) babak II: komplikasi; eksposisi (3) babak III: komplikasi, klimaks; (4) babak IV: resolusi dan konklusi. Tensi dramatik ini tersusun dalam alur yang terbuka, maju, dan tunggal, karena lakon Irawan Rabi terdapat satu alur cerita tanpa ada selipan cerita lain.
Pakeliran Layar Lebar “Kumbakarna Lina” I Made Siman Budayasa; Dru Hendro; I Gusti Putu Sudarta; I Gusti Made Darma Putra
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurunnya minat masyarakat untuk mengapresiasi pertunjukan wayang menjadikan penata iba dengan apa yang terjadi pada dunia pewayangan saat ini, hal ini juga diperparah dengan pandemi global yang tengah melanda dunia saat ini. Padahal seperti yang telah diketahui, pertunjukan wayang sarat dengan mutu tinggi dan makna. Maka dari itu penata menciptakan wayang Ramayana inovatif dengan judul “Kumbakarna Lina”, memadukan dengan teknologi saat ini, dengan menggunakan pencahayaan proyektor, layar lebar dan diiringi semar pagulingan, sehingga garapan ini dapat dikatakan pakeliran Layar Lebar “Kumbakarna Lina”. Dalam garapan ini pastinya menggunakan metode untuk proses penggarapan yang lebih sistematis, metode yang penggarap gunakan adalah metode yang diajukan oleh Alma Hawkins, yaitu: a. Tahapan Ekploration (Eksplorasi), b. Tahapan Improvisasi (Percobaan), c. Tahapan Forming (Pembentukan). Dengan adanya garapan ini diharapkan masyarakat awam tertarik untuk mengapresiasi pertunjukan wayang dan dapat mengambil makna yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Teater Wayang Silsilah “Kuru Wangsa” Made Alit Widi Ariadnyana; Ni Komang Sekar Marhaeni; Dru Hendro
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan kehidupan masyarakat, sangat berpengaruh dengan perkembangan Teater Indonesia. Karena Teater di Indonesia hadir tidak langsung sama dengan bentuknya seperti sekarang. Seperti Teater Wayang Silsilah dengan judul Kuru Wangsa yang berlandaskan dan berpegang teguh dengan keberadaan leluhur yang tentunya dalam kalangan masyarakat Indonesia tidak lepas dari leluhur yang mengukir sejarah dalam peradabannya. Pertunjukan ini di pentaskan secara Live dengan kemasan Tradisi, Inovasi dan modern. Dalam garapan ini menggunakan metode untuk proses penggarapan yang lebih sistematis, metode yang penggarap gunakan adalah metode creative thinking into art creativity oleh Prof. Nyoman Sedana, yaitu: a. Tahapan Research and Discovery (Penelitian dan penemuan) b. Analysis and Intepretation (Analisis dan tafsir} c. Idea Formulation (Perumusan ide) d. Experimentation and Refinement (Percobaan dan perbaikan/penghalusan) e. Action Plan and Implementation (Rencana aksi dan pelaksanaan). Penggarap berharap tulisan ini dapat membangkitkan eksitensi di kalangan masyarakat luas.
Pakeliran Inovatif “Niwatakwaca Antaka” Ida Bagus Gede Jaya Dwija Putra; I Made Marajaya; I Gusti Ngurah Gumana Putra
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Garapan Pakeliran Inovatif dengan judul Niwatakwaca Antaka merupakan sebuah kreasi seni pertunjukan yang menggabungkan unsur tradisional dan modern dari pertunjukan wayang Bali. Tujuan penciptaan garapan ini adalah untuk mengunggulkan wujud pementasan yang inovatif dan memberikan pengalaman yang berbeda bagi penonton. Metode penciptaan garapan ini dilakukan dengan memnafaatkan triadik pendiptaan seni yaitu a) exploration (explorasi); b) improvitation (improvisasi); c) forming (pembentukan) dengan mengambil dasar lakon/cerita Niwatakwaca Antaka yang mengisahkan tentang matinya Raksasa Niwatakwaca yang mengusik ketenangan di surga. Cerita ini juga memunculkan tokoh Arjuna sebagai pahlawan yang berhasil mengalahkan Niwatakwaca dengan memanahnya pada bagian mulut. Hingga pada akhirnya Arjuna berhasil memperoleh Dewi Supraba sebagai hasil kesuksesannya mengembalikan ketentraman di Surga. Dalam penciptaan garapan Niwatakwaca Antaka, pencipta menggunakan teknik penggabungan elemen tradisional seperti gamelan Bali, kostum tradisional, dan gerakan wayang dengan unsur modern seperti penggunaan teknologi canggih dalam tata lampu dan efek suara. Hasil penciptaan garapan ini adalah sebuah pertunjukan Pakeliran Inovatif dengan judul “Niwatakwaca Antaka” yang memberikan pengalaman yang unik bagi penonton. Dalam garapan ini, penonton dapat menyaksikan pertunjukan wayang Bali yang telah dikemas dengan sentuhan modern yang inovatif. Selain itu, cerita yang disampaikan yaitu gugurnya Niwatakawaca di tangan Arjuna hingga dipinangnya Dewi Supraba dapat dipetik sebagai pembelajaran bagi khalayak atau audiens penonton dari berbagai kalangan.
Wayang Klupak “Manik Angkeran” I Gede Juli Ermawan; I Nyoman Sedana; I Ketut Sudiana
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Laporan akhir projek independen pada Sanggar Paripurna selama satu semester berintikan skrip karya seni Wayang Klupak dengan lakon yang diangkat adalah cerita Manik Angkeran. Terinspirasi dari ritual ngulapin dalam pemujaan ibu pertiwi dengan sarana Wayang Klupak di Batubulan, penciptaan Wayang Klupak ini dideskripsikan berlandasan grand teori kawi dalang yang diformulasikan dan disempurnakan terus oleh I Nyoman Sedana sejak 2002 dalam disertasinya di University Of Georgean, USA. Merujuk tiga rumusan masalah : (1) Tahapan pembuatan wayang ini berlandaskan pada sub teori Catur Datu Kawya (empat sumber kreativitas seni). (2) kebaharuan dan keunikan daya pikat Wayang Klupak. (3) upaya pemanfaatan serta pemasaran Wayang Klupak dengan judul garapan Manik Angkeran.
Pakeliran Layar Lebar Inovatif “Bima Tapa Agni” Kadek Ari Sukma Prananda; I Made Sidia; I Bagus Wijna Bratanatyam
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pakeliran Layar Lebar Inovatif “Bima Tapa Agni” merupakan karya seni layar lebar inovatif yang muncul sebagai wujud karya seni pewayangan eksperimental yang memadukan kerangka cerita pewayang yang mengandung nilai-nilai tradisi dalam konsep garap modern. Konsep karya layar lebar inovatif digunakan untuk mengembangkan seni tradisional pewayangan khususnya gaya Bali yang menonjolkan aspek inovasi pada cerita, dengan memadukan teknologi inovasi yang tertuang dalam bentuk layar lebar. Adapun tahapan metode penciptaan dalam mewujudkan konsep tersebut ialah tahap penjajagan (Eksplorasi), tahap percobaan (Improvisasi), dan tahapan pembentukan (Forming). Karya yang dihasilkan dari konsep tersebut adalah karya seni pewayangan modern yang mengangkat cerita "Bima Tapa Agni". Dalam karya ini, penggarap menggabungkan unusr wujud wayang tradisional Bali dengan teknologi layar lebar yang memperlihatkan latar belakang yang menarik dan teampak realistik. Proses kreatif dalam pembuatan karya ini melibatkan kolaborasi antar beberapa pemain wayang (dalang), musisi, penata suara, dan teknisi layar lebar. Mereka menggunakan berbagai teknik dan pendekatan untuk menghasilkan visual yang sesuai dengan tema cerita yang diangkat. Para dalang juga menggabungkan unsur-unsur modern, seperti penggunaan media elektronik dalam memunculkan screen latar kekinian pada media layar lebar dan teknik bermain wayang yang tidak biasa, dengan unsur-unsur tradisional pewayang gaya Bali, dalam menciptakan sebuah karya yang unik dan menarik. Secara keseluruhan, karya ini menceritakan tentang perjalanan lanjutan dari kisah Bima Nawa Ruci, di mana Bima melakukan tapa brata dengan alasan untuk mencari jatidirinya yang dilakukan di Gunung Pastika dengan sarana api.
Produksi Penciptaan Karya Wayang Sinema “Ambassador The Peace” I Made Rival Raynata Astika; Ni Komang Sekar Marhaeni; I Kadek Widnyana
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Eksistensi pertunjukan wayang kulit khususnya di Bali sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari tahun ketahun, sehingga banyak model pertunjukan wayang yang bernuansa inovatif. Akan tetapi seiring berjalannya waktu pertunjukan wayang sudah minim penonton, sehingga penata berinisiatif untuk mengajak masyarakat kembali gemar menonton pertunjukan wayang. Melalui pertunjukan Wayang Sinema “Ambassador The Peace” ini penata berharap mengundang masyarakat dari kalangan anak-anak hingga dewasa kembali gemar menonton pertunjukan wayang inovatif lainnya. Proses penciptaan dalam garapan Wayang Sinema “Ambassador The Peace” menggunakan metode Sumber Kawi Dalang yang diajukan oleh Prof. I Nyoman Sedana, dengan tahapan sebagai berikut ; a. Alam imajinasi keindahan, sebelum penata berkeinginan mengangkat cerita ini penata pernah mengalami kejadian nyata. Penata memulai mengandalkan imajinasinya untuk mengkaitkan cerita yang sama persisnya dengan kejadian tersebut, b. Ide dan Rasa, setelah penata berimajinasi, penata segera menuangkan ide konsep garapan sampai pada akhirnya memutuskan untuk mengangkat konsep Cinemathographie, c. Media atau Sarana, pada pembentukan karya sangat dibutuhkan. Media yang dipakai sudah pastinya yaitu wayang, d. Skill dan Bakat keterampilan khusus, penata menunjukan skill membuat beberapa wayang seperti salah satunya wayang pemurtian yang bisa digerakan dengan teknik tali. Hasilnya adalah sebuah karya seni pertujukan wayang sinema “Ambassador The Peace”. Dengan mengadopsi gaya visual modern yang menghandalkan permaian screen modern yang dipadukan dengan efek musik yang ditata sedemikan rupa, menjadi elemen penunjang objek utama yaitu pertunjukan wayang Bali yang diproduksi dan dikemas secara sinematik.
Teater Pakeliran Inovatif “Cupak Gandrung Sorga” I Putu Pande Sapriawan; I Gusti Ngurah Gumana Putra; I Ketut Kodi
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Eksistensi Wayang Cupak selalu mengalami penurunan, sehingga membuat penggarap tertarik untuk ikut melestarikan dan mengembangkan Wayang Cupak. Keberadaan wayang kulit pada saat ini sudah mulai dikesampingkan bahkan hampir terlupakan oleh masyarakat peminatnya, walaupun dari segi fungsi wayang kulit memang dibutuhkan untuk pengiring atau wali dari keagamaan, namun dari segi hiburan wayang kulit saat ini kurang diminati. Tidak dipungkiri hal tersebut terjadi karena munculnya beberapa teknologi komunikasi seperti televisi dan bioskop yang lebih digemari oleh masyarakat masa kini. Berangkat dari hal tersebut para seniman, khususnya seniman dalang dituntut membuat suatu pembaharuan atau inovasi-inovasi baru dalam seni pewayangan agar dapat ikut bersaing di masa kini. Oleh karena masa kini adalah masa yang semuanya harus ada pembaharuan, sebagaimana zaman teknologi modern, atau juga disebut zaman pembaharuan. Seiring perkembangan zaman, para dalang yang inovatif dan kreatif memunculkan banyak kreasi-kreasi wayang baru seperti Wayang Calonarang, Wayang Babad, Wayang Rareangon, Wayang Tantri, dan Wayang Arja, Wayang Cupak, namun banyak di antara wayang-wayang kreasi tersebut tidak begitu bertahan lama. Penggarap menggarap Wayang Cupak dalam nuansa Teater yang berjudul “Cupak Suarga”, yang di maksud Teater adalah memasukkan Wayang Cupak ke dalam pertunjukan drama tari dan dipadukan dengan wayang, menggunakan sumber pencahayaan LCD Proyektor dengan Scenerry lighting dan penggunaan musik gamelan Bali. Dalam garapan ini pastinya menggunakan metode untuk proses penggarapan yang lebih sistematis, metode yang penggarap gunakan adalah metode yang diajukan oleh Prof. M. Alma Hawkins, yaitu: a. Tahapan Ekploration (Eksplorasi), b. Tahapan Improvisasi (Percobaan), c. Tahapan Forming (Pembentukan). Penggarap berharap dengan diwujudkannya garapan ini mampu menjadi pemantik untuk para dalang, terutama dalang muda agar dapat ikut serta melestarikan Wayang Cupak depannya.
Teater Pakeliran “Arya Pengalasan” I Gusti Made Darma Putra; I Nyoman Nasib Sulistiawan; I Gusti Putu Sudarta; Ni Diah Purnamawati
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wayang merupakan media pertunjukan dengan tujuan memberikan kontribusi di dunia Pedalangan dan manfaat untuk memberikan inspirasi bahwa dunia Pewayangan akan semakin berkembang. Salah satu manfaat yang masih diterapkan, utamanya di Bali, adalah sebagai media untuk mengenang kisah leluhur sesuai dengan tereh (keturunan). Manfaat itulah yang penggarap terapkan dalam garapan berjudul "Teater Pakeliran: Arya Pengalasan".“Teater Pakeliran: Arya Pengalasan” merupakan sebuah garapan untuk mengenang kisah perjalanan Ki Barak mencari ayahnya yaitu Raja Erlangga di Kerajaan Kediri. Ki Barak selanjutnya diberi gelar sebagai Arya Pengalasan oleh Raja Erlangga sebagai pengingat bahwa Ki Barak lahir dan tumbuh di hutan (alas=hutan). Pertunjukan wayang ini ini berkonsep ‘teater pakeliran’ yaitu suatu wujud garap seni pertujukan wayang yang dikemas estetis dengan penonjolan pada aparatus kelir yang dodifikasi serta pemunculan diorama pengkisahan melalui adegan teater. Metode penciptaan karya seni mengacu pada triadik metode/tahapan penciptaan karya, yaitu: a. Tahapan Ekploration (Eksplorasi), b. Tahapan Improvisation (Percobaan), c. Tahapan Forming (Pembentukan) oleh Alma M Howkins. Metode ini mengasilkan karya seni pertunjukan pedalangan Teater Pakeliran “Arya Pengalasan” dengan teknik garap aktor ber-akting di balik layar untuk menciptakan bayangan dengan bantuan lampu penyinaran yang berfungsi sebagai sumber cahaya untuk merefleksikan bayang wayang. Para aktor memakai sebuah properti kepala berbentuk wajah wayang dan semua dialog diucapkan oleh seorang dalang agar tetap mempertahankan khasanah seni pewayangan Bali. Terdapat dua hal yang diharapkan sebagai luaran dari garapan ini, yaitu: 1) Sebagai sebuah media untuk mengingatkan para pertisentana (keturunan) Arya Pengalasan mengneai kisah perajalanan dan wejangan hidup dari Ki Barak yang pada akhirnya bergelar Arya Pengalasan. 2) Sebagai sebuah tambahan baru bagi khasanah kesenian pewayangan di Bali.