cover
Contact Name
I Putu Udiyana Wasista
Contact Email
udiyanawasista@isi-dps.ac.id
Phone
+628179704492
Journal Mail Official
damar@isi-dps.ac.id
Editorial Address
Program Studi Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali 80235
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Damar Pedalangan
ISSN : -     EISSN : 27982823     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Damar adalah media publikasi artikel ilmiah dalam bidang ilmu teater tradisional seni pedalangan dan pewayangan. Sebagai akronim DAlang-MAya-Rahasia, DAMAR dalam pagelaran wayang adalah api energinya, bayu, urip, electron-proton-neutron, Agni(api)-Gangga(air)-Maruta (angin) (Agama) seperti matahari sumber pengetahuan dan kehidupan. Formulasi Dharma Pewayangan “Panunggalaning wayang ring jnana ening” [Pengetahuan murni ditemukan dalam wayang] adalah doktrin rahasia, situs interelasi kehidupan fisik dengan metafisik. Selain mengakomodasi seni rupa, desain dan seni pertunjukan, Damar Seni pedalangan dan pewayangan mengandung seni cipta konseptual, seni ripta /sanggit/ kawi dalang, dan seni widya/filsafat.
Articles 85 Documents
Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali: Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa, Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul Wicaksandita, I Dewa Ketut; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi; Wicaksana, I Dewa Ketut; Putra, I Gusti Made Darma
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 1 (2024): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i1.3744

Abstract

Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali:Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa,Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul
Nilai-Nilai Keutaman Dalam Konflik dan Relosusi Pada Alur Dramatik Pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk Lakon Katundung Anggada Suryanata, I Putu Gede; Hendro, Dru; Marhaeni, Ni Komang Sekar
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4383

Abstract

Pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk lakon Katundung Anggada merupakan lakon carangan dengan penyajian konflik yang melibatkan isu sosial. Isu ini diselesaikan melalui resolusi yang merefleksikan nilai-nilai keutamaan tokoh Anggada melalui alur struktur dramatik pertunjukan wayang. Penelitian bertujuan menganalisis bentuk konflik serta resolusi dalam pertunjukan tersebut, dan bagaimana kedua elemen ini menghadirkan nilai dan pesan moral bagi audiens. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis struktur alur dramatik dan resolusi konflik lakon Katundung Anggada. Hasil penelitian menunjukkan pertama, bahwa konflik dan resolusi lakon Katundung Anggada dihadirkan dalam basis cerita carangan dengan latar waktu pasca runtuhnya Alengkapura. Diperkenalkannya tokoh anggada sebagai sosok kera bertubuh manusia (wenara) dengan sifat-sifat kejujudan, ketabahan, dan berpegang teguh pada kebenaran sebagai tokoh protagonis, diuji ketika ia menghadapi fitnah atas terjadinya kerusuhan di kerajaan Ayodya yang dipimpin Sri Rama akibat tuduhan Raksasa Sura Prenawa yang dikisahkan pasca perang Alengka dipungut dan diangkat oleh Sri Rama sebagai Patih di Ayodya. Konflik memuncak ketika hasutan Sura Prenawa berhasil membuat Sri Rama mengusir Anggada yang disinyalir akan melakukan pembalasan, di mana Sura Prenawa meyakinkan Rama bahwa Anggada masih menyimpan dendam akibat keterlibatan Rama dalam meninggalnya Subali ayah Anggada. Dengan sifat-sifat keutamaanya, Anggada didampingi para punakawan memilih mengasingkan diri dan memohon petunjuk Bhatari Durga, di mana resolusinya Anggada diminta untuk menyerang Ayodya dalam rupa raksasa dan berhasil mengalahkan kelicikan Sura Prenawa. Kedua Konfilk dan Resolusi dalam kisah Katundung Anggada yang dihadirkan secara dramatis dalam analisisnya mengandung nilai-nilai keutamaan yang memiliki dampak psikologis di anataranya nilai kejujuran, pengabdian, integritas, dan kebijaksanaan.
Konsep Harmoni Bhuana Agung - Bhuana Alit Pada Penyacah Parwa/Kanda Dan Signifikansinya Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali. Widiyantara, I Komang Wahyu; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi; Bratanatyam, I Bagus Wijna
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4384

Abstract

Penyacah Parwa/Kanda adalah adegan prolog dalam pertunjukan wayang kulit Bali, di mana dalang secara verbal menyampaikan narasi yang melibatkan personifikasi alam semesta, kerendahan hati, dan ringkasan cerita yang akan disajikan. Adegan ini penting sebagai representasi keselarasan antara manusia (bhuana alit) dan alam semesta (bhuana agung) dalam estetika yang dianut oleh seniman dalang. Dua tujuan penelitian yaitu menganalisis penerapan konsep harmoni Bhuana Agung dan Bhuana Alit dalam struktur pertunjukan wayang kulit serta mengeksplorasi signifikansinya terhadap pengalaman estetis dan pemahaman kultural audiens. Metode deskriptif kualitatif dipergunakan dalam penelitian ini, dengan didukung pengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang ditunjang teori estetika Hindu dan semiotika. Hasil penelitian yaitu pertama, Estetika Hindu melihat harmoni dalam seni pertunjukan sebagai hubungan kausal antara kesucian, kebenaran, dan keindahan. Penyacah Parwa/Kanda merepresentasikan ini dalam tiga narasi: pertama, penyebutan nama dewata (bhuana agung); kedua, dalang mengucap syukur dan memohon izin kepada Tuhan atas terciptanya kehidupan; ketiga, ringkasan cerita yang akan disajikan (bhuana alit), yang secara keseluruhan membangun kesadaran akan keselarasan antara bhuana agung dan bhuana alit. Kedua, keselarasan dalam Penyacah parwa / kanda signifikan dalam menciptakan pemahaman akan konsep harmoni dalam estetika antara kesucian dan kemaha kuasaan Tuhan yang yang secara indah digambarakan melalui penyebutan nama-nama dewata hingga para rsi secara visual-narasi, dilanjutkan dengan pengejawantahan kebenaran dari kisah-kisah manusia yang secara imajinatif sebagai bentuk refeksi bagi audiens agar mampu memandang dan memberlakukan semesta dengan lebih baik.
Analisis Nilai Ketaatan dan Kejujuran Tokoh Bima Mengemban Tugas Mencari Tirta Pawitra Dalam Cerita Dewa Ruci Kembaliana, I Wayan; Sudarta, I Gusti Putu; Putra, I Gusti Made Darma
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4385

Abstract

Cerita Dewa Ruci merupakan salah satu kisah klasik dalam tradisi wayang kulit yang sarat dengan ajaran moral dan spiritual, di mana tokoh Bima menjadi pusat dalam upayanya mencari Tirta Pawitra. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana nilai ketaatan Bima direpresentasikan melalui tindakan dan dialognya, serta bagaimana nilai kejujuran tercermin dalam karakter Bima dalam cerita ini, yang kemudian dihubungkan dengan pesan moral yang lebih luas. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis naratif dengan pendekatan hermeneutik, yang memadukan analisis teks cerita sebagai narasumber kunci. Teori yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teori sastra dan teori simbolisme dalam seni pertunjukan. Hasil penelitian menunjukkan pertama, bahwa nilai ketaatan Bima direpresentasikan melalui kesetiaannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan tanpa mempertanyakan perintah, yang memperkuat pesan moral mengenai pentingnya disiplin dan pengabdian. Kedua, Nilai kejujuran Bima terlihat dari sikapnya yang selalu jujur terhadap dirinya sendiri dan kepada gurunya Drona, yang menggambarkan ideal keutamaan manusia unggul. Temuan ini juga mengungkap bahwa ketaatan dan kejujuran Bima tidak hanya menjadi cerminan karakter personal, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan sosial dan spiritual masyarakat. Selain itu, penelitian ini menegaskan bahwa cerita Dewa Ruci masih memiliki relevansi sebagai sumber ajaran moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern, terutama dalam membentuk karakter individu yang berintegritas dan berkomitmen.
Gugurnya Bhisma Oleh Srikandi: Studi Mengenai Refleksi Konsep Karma-Phala Melalui Cerita Mahabharata Mejaya, I Dewa Gede Jana; Wicaksana, I Dewa Ketut; Sidia, I Made
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4386

Abstract

Mahabharata samapai saat ini termasyur dan memperoleh apresiasi serta direpresentasikan dalam berbagai ekspresi yang merefleksikan makna-makna kehidupan yang relevan bagi perseptornya. Bhisma sebagai putra mahkota kerajaan Kuru dikenal memiliki kemuliaan, keagungan, dan jiwa besar seorang kesatria, namun demikian Bhisma tidak terlepas dari ikatan sebab-akibat yang membuatnya harus berpihak pada sisi yang salah dan gugur dihadapan Srikandi. Tujuan penelitian ini, pertama, mengungkap kronologi detail gugurnya Bhisma dalam cerita Mahabharata dan menganalisis bagaimana cerita tersebut merefleksikan nilai Karma-Phala sebagai pembelajaran bagi peningkatan kualitas pengetahuan sosio-religius manusia. Metode yang digunakan adalah analisis teks dengan pendekatan hermeneutika untuk menafsirkan makna moral dan spiritual, dalam konteks karya sastra dan seni pertunjukan sebagai medium refelektor. Hasil penelitian menunjukkan, pertama gugurnya Bhisma terjadi setelah ia menerima serangan panah dari Srikandi, yang dipengaruhi oleh nasib dan karma masa lalu Bhisma yang dinilai menyakiti Srikandi di masa lalunya sebagai Dewi Amba. Kedua, Peristiwa ini merefleksikan konsep Karma-Phala dengan jelas, yang mana tindakan masa lalu Bhisma berkontribusi pada takdirnya. Cerita ini memberikan pembelajaran tentang pentingnya menjalani kehidupan dengan kebajikan untuk mencapai hasil positif di masa depan. Terdapat makna moral yang kuat tentang pengorbanan dan ketulusan dalam cerita tersebut. Aspek spiritual dari gugurnya Bhisma juga mengajarkan tentang penerimaan terhadap hukum alam yang tak terhindarkan. Relevansi cerita ini dalam kehidupan modern menegaskan bahwa hukum Karma-Phala tetap menjadi panduan penting dalam menjalani kehidupan manusia, mengingatkan kita bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang harus diterima dengan lapang dada.
Wanita Dalam Seni Pedalangan Bali: Studi Kasus Partisipasi “Dalang Luh” Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Minat Seni Pedalangan Singarsa, Ida Bagus Arthya Weda; Kanaka, Ida Bagus Ari; Adisaputra, I Ketut Divayana; Widnyani, Ida Ayu Sri; Wicaksandita, I Dewa Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4387

Abstract

Eksisnya kesenian pedalangan/pewayangan di Bali, tidak terlepas dari peran kaum wanita. Tidak hanya berpatisipasi aktif sebagai pemain wayang (dalang luh), kaum wanita berperan penting dalam konteks pendidikan dan peningkatan motivasi serta minat terhadap seni pedalangan. Tujuan penelitian ini: pertama, mengetahui wujud partisipasi kaum wanita dalam linimasa seni pedalangan; kedua, menganalisis dampak partisipasi kaum wanita terhadap peningkatan motivasi dalam pendidikan seni pedalangan. Metode kualitatif berpendekatan studi kasus ini menerapkan paradigma ‘feminis’ dan ‘interaksi sosial’ terhadap berbagai wujud partisipasi oleh praktisi dan akademisi wanita dalam bidang dan gelaran seni pedalangan. Metode ini didukung teori tindakan dan teori estetika. Hasil dari penelitian ini yaitu, pertama wujud partisipasi kaum wanita dalam linimasa seni pedalangan: a) Peran Historis Wanita dalam Pedalangan: b) Representasi Wanita dalam Seni Pedalangan: c) Kontribusi Wanita di Balik Layar: Kedua: Dampak partisipasi kaum wanita terhadap peningkatan motivasi dan minat seni pedalangan: a) Pengaruh Inspiratif dalang luh: b) Peningkatan Keterampilan dan Minat; c) Model dan Mentoring.
Penciptaan Karya Pertunjukan “Teater Pakeliran Kalakama” Manuaba, Ida Bagus Dwilingga Darpita; Marajaya, I Made; I Ketut, Sudiana
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4388

Abstract

Pergaulan bebas marak terjadi pada jaman seperti sekarang ini. Pelaku utama dari pergaulan bebas ini adalah kebanyakan anak-anak yang masih belia atau remaja. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya ilmu orang tua dan guru dalam memberikan edukasi tentang pergaulan bebas khususnya Pendidikan Seks. Anak-anak remaja yang seharusnya menjadi penerus bangsa terpaksa harus kehilangan masa depannya akibat dari pergaulan bebas. Mereka tidak mengetahui akan bahayanya jika melakukan pergaulan bebas. Judul dari karya ini adalah Teater Pakeliran Kalakama yang menggunakan metode Catur Datu kawya. Kalakama berasal dari kata Kala yang artinya ruang dan waktu yang menyeramkan, sedangkan Kama artinya hawa nafsu yang berasal dari Sad Ripu dan harus bisa kita kendalikan. Salah satu contoh akibat dari pergaulan bebas yaitu terjadinya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seorang siswi karena hamil dan tidak mendapatkan pertanggungjawaban dari laki-laki yang menghamilinya. Saat ini negara kita sangat membutuhkan Pendidikan Seks yang lebih baik demi menyelamatkan generasi penerus bangsa.
Penciptaan Dramatari Parwa “Abimanyu Aguru” Sudarmika, I Putu Agus Egik; Widnyana, I Kadek; Putra, I Gusti Ngurah Gumana
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4390

Abstract

Eksistensi Parwa terjadi pada tahun 1990-an, namun berbanding terbalik pada masa sekarang. Sehingga penata dengan mitra MBKM penata, berinisiatif untuk membuat suatu pertunjukan Dramatari Parwa dengan lakon “Abimanyu Aguru”. Proses karya Dramatari Parwa dengan lakon “Abimanyu Aguru” menggunakan metode Sumber Kawi Dalang yang diajukan oleh Prof. I Nyoman Sedana, dengan tahapan sebagai berikut: a. Alam Imajinasi Keindahan, Setelah penata mendapatkan sumber cerita untuk digarap, penata tidak akan lepas dengan berimajinasi, penata akan membuka alam imajinasinya. seolah-olah penata masuk dalam dimensi cerita tersebut, b. Ide dan Rasa, Setelah penata berhasil ber-imajinasi selanjutnya penata akan menuangkan ide-ide yang akan digarap kedalam skrip karya, c. Media atau Sarana, Disini penata menggunakan wayang kayonan, pakian atau costum yang menyesuaikan dengan tokoh/peran yang dibawakan, dan iringan yang dipakai ialah gambelan batel gender wayang, d. Skill dan Bakat Keterampilan Khusus, dengan melaksanakan latihan yang maksimal agar pementasan menjadi lebih baik.
Penciptaan Karya Teater Pakeliran “Ngaramu Yana” Atmaja, I Kadek Adi Supadma; Sedana, I Nyoman; Kodi, I Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 4 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4391

Abstract

Studi atau projek independen adalah suatu progam pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa/i untuk melakukan pembelajaran di luar lingkungan kampus seperti di sanggar, komunitas, desa, perusahaan dan lain-lain. Tujuan dari progam ini tiada lain yaitu mengembangkan potensi-potensi dalam menciptakan suatu karya pertunjukan bagi mahasiswa/i itu sendiri yang akan dibimbing langsung oleh mitra sehingga kedepannya bisa menjadikan seniman yang ber-akademisi dan dipercaya oleh masyarakat setempat. Sanggar Seni Gema Abhiraja Widya Jnana merupakan salah satu sanggar yang berada di Banjar Pujung Kaja tepatnya berada di Jalan Raya Pujung Kaja, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Yang bergerak pada bidang kesenian seperti Seni Tari, Karawitan, Vokal dan tentunya pada bidang Seni Pedalangan atau, serta pada bidang pembuatan properti pertunjukan tradisi yang ada di desa setempat. Sejarah terbentuknya Sanggar Seni Gema Abhiraja Widya Jnana berawal dari kegiatan ngayah - ngayah di pura, karena terlalu sering ngayah maka terbesitlah ide untuk membuat seka atau komunitas yang di beri nama Sanggar Seni Gema Abhiraja Widya Jnana, yang berdiri pada tahun 2017. Teori Kawi Dalang berbasis pada penciptaan seni pedalangan, namun penulis melihat bahwa teori ini dapat diaplikasikan pada berbagai jenis pertunjukan di Bali, termasuk garapan Wayang Pakeliran Teater Ngaramu Yana. Adapun pesan tersirat dari garapan teater Ngaramu Yana tersebut dapat menginspirasi anak muda yang sedang merasakan kalut serta perang batin antara logika dalam keluarga utnuk perjuangan hidupnya pada generasi muda, agar tetap memiliki semangat dan tetap berpegang teguh memiliki sebuah prinsip serta motivasi dalam menjalani kehidupan.
PENCIPTAAN KARYA TEATER BAYANG RAGA NUSANTARA DOOMED ROMANCE Gunawan, Gede Putra Arya Bagus; Marajaya, I Made; Sudarta, I Gusti Putu
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 5 No 1 (2025): Mei
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v5i1.4825

Abstract

The performance Shadow Theater: Raga Nusantara adapts traditional Balinese wayang techniques, blending them into a modern theater performance that tells the love story of Sri Tanjung and Sidapaksa, a tale believed by the Banyuwangi community. The Raga Nusantara shadow theater applies methods from Eko Supriyanto’s book “Ikat Kait Impulsif Sarira”—namely Re-Visiting, Re-Questioning, and Re-Interpreting. This work, titled Doomed Romance, translates to a shattered romance or broken love. The shadow theater piece, Doomed Romance, originates from the social phenomena prevalent among the younger generation, particularly concerning the dynamics of romantic relationships. This phenomenon reflects various aspects of young people's lives as they undergo the process of searching for identity, self-existence, and the meaning of love in an ever-changing social context. Romantic relationships often become an important part of their lives, involving not only emotions but also complex social interactions. This work narrates the love journey of Sri Tanjung and Sidapaksa, filled with obstacles and temptations, which form the dynamics of their romantic story. The story carries many moral messages and meanings, particularly in the realms of romance and trust. This tale is considered relevant to the phenomena experienced by the younger generation undergoing the dynamics of social or romantic relationships, which is why the artist chose this story for the Raga Nusantara shadow theater.