cover
Contact Name
Achsan
Contact Email
kjif@unjani.ac.id
Phone
+6222-6629821
Journal Mail Official
kjif@unjani.ac.id
Editorial Address
FAKULTAS FARMASI UNIVERSETAS JENDERAL ACHMAD YANI Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO BOX 148, Cimahi, Jawa Barat, 40531, Indonesia
Location
Kota cimahi,
Jawa barat
INDONESIA
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi
ISSN : 23546565     EISSN : 25023438     DOI : https://doi.org/10.26874/kjif.v6i1.135
Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi (KJIF) merupakan media publikasi ilmiah dalam bidang kefarmasian yang diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, bekerjasama dengan Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI Jawa Barat). Ruang lingkup artikel yang diterbitkan adalah: Farmasetika, Kimia Farmasi, Kimia Analisa, Farmasi Fisika, Farmakognosi dan Etnobotani, Natural Produk, Farmakologi dan Toksikologi, Praktik Kefarmasian dan Farmasi Rumah Sakit, Farmakogenomik, Farmakoekonomi, Studi Kasus dan Uji Klinis.
Articles 126 Documents
Aktivitas ekstrak etanol daun singawalang (Petiveria alliacea L.) dan fraksinya sebagai antidiabetes Elis Susilawati; I Ketut Adnyana; Neng Fisheri
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i2.113

Abstract

Abstrak Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia. Salah satu tanaman yang mempunyai efek antidiabetes adalah daun singawalang (Petiveria alliacea L.). Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes dengan model hewan defisiensi insulin dan penghambatan enzim alfa glukosidase. Pengujian defisiensi insulin dilakukan menggunakan mencit induksi  aloksan. Mencit dikelompokkan menjadi 11 kelompok, yaitu normal, kontrol negatif, kontrol positif (glibenklamid 0,65 mg/kgbb), ekstrak etanol (dosis 80 dan 160 mg/kgbb), fraksi n-heksana (dosis 80 dan 160 mg/kgbb),  fraksi etil asetat (dosis 80 dan 160 mg/kgbb), dan fraksi air (dosis 80 dan 160 mg/kgbb). Pemberian bahan uji dilakukan berulang setiap hari selama 14 hari dan kadar glukosa darah diukur  pada hari ke-7, 14, 17, dan 19. Kemudian hewan dikorbankan, dilakukan isolasi pankreas, dan dihitung luas pulau Langerhans, jumlah sel alfa dan beta pankreas. Pada uji hambat enzim alfa glukosidase, dilakukan penentuan nilai IC50 tiap fraksi terhadap aktivitas enzim, dan akarbose digunakan sebagai pembanding. Hasil uji defisiensi insulin menunjukkan bahwa ekstrak etanol dosis 80 dan 160 mg/kgbb memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil histologi pankreas juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol dosis 80 dan 160 mg/kgbb mengurangi jumlah sel alfa pankreas, diperkirakan dapat menurunkan sekresi glukagon. Pada metode penghambatan enzim alfa glukosidase fraksi n-heksana dan fraksi air menunjukkan adanya penghambatan aktivitas enzim alfa glukosidase yang lebih baik dibandingkan akarbose. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ektrak etanol daun singawalang dan fraksinya mempunyai aktivitas sebagai antidiabetes. Kata kunci:     Daun singawalang, defisiensi insulin, enzim alfa glukosidase.  In vivo and in vitro activity of ethanol extracts from the leaves of singawalang (Petiveria alliacea l.) and its fractions as antidiabetic Abstract Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic disorders characterized by hyperglycemia. One of the plants that has antidiabetic effect is the leaves of singawalang (Petitiia alliacea L.). This study aims to examine antidiabetic activity with animal model of insulin deficiency and inhibition of alpha glucosidase enzyme. Tests of insulin deficiency were performed using alloxan induction mice. The mice were grouped into 11 groups, normal, negative control, positive control (glibenclamide 0.65 mg/kgbw), ethanol extract (doses 80 and 160 mg/kgbw), n-hexane fractions (doses 80 and 160 mg/kgbw), ethyl acetate doses 80 and 160 mg/kgbw), and water fractions (doses of 80 and 160 mg/kgbw). Testing was performed daily for 14 days and blood glucose was measured on days 7, 14, 17, and 19. Later animals were sacrificed, isolated pancreas, and calculated the area of Langerhans Island, the number of alpha and beta cells of the pancreas. In the alpha glucosidase enzyme inhibition test, IC50 values were determined for each fraction of enzyme activity, and the acarbose was used as a comparison. Insulin deficiency test results showed that ethanol extract dose 80 and 160 mg/kg bw has the ability to lower blood glucose levels. Based on histological results of the pancreas also showed that ethanol extract dose 80 and 160 mg/kgbw reduce the number of pancreatic alpha cells, is expected to decrease glucagon secretion. In the inhibition method of alpha glucosidase enzyme n-hexane fraction and water fraction showed the inhibition of alpha glucosidase enzyme activity better than akarbose. The conclusion of this research is the ethanol extract of singawalang leaves and fraction has activity as antidiabetes. Keywords:      Diabetes mellitus, leaf singawalang, insulin deficiency, the enzyme alpha-glucosidase.
Pengaruh kombinasi ekstrak etanol herba cecendet (Physalis angulata l.) dengan beberapa antibiotik terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumonie Anna Choirunnisa; Afifah Bambang Sutjiatmo
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i2.114

Abstract

The effect of a combination of ethanol extract of Physalis angulata L. with antibiotic against Staphylococcus aureus and Klebsiella pneumonie                                                                                           Abstract Infectious disease is one of the biggest health problems not only in Indonesia, but worldwide. Bacteria are important agents in causing infectious diseases. Indonesian people often use antibiotics along with herbal medicines. Cecendet (Physalis angulata L.) is one of the traditional plants that have antibacterial activity and widely used by the Indonesian community. This study aims to test the antibacterial activity of cecendet herbs and their effects when used in combination with various antibiotics. The preparation of P.angulata extract was carried out using reflux method with ethanol 50%. The characteristic examination and phytochemical screening are examined on simplicia and the extract. Determination of antibacterial activity from P.angulata extract was done by microdilution test method by assessing minimum inhibitory concentration (MIC). Determination of the effectiveness of combination of antibiotics with herbal cecendet against test microbes Staphylococcus aureus and Klebsiella pneumoniae was done by using checkerboard method. The results of phytochemical screening showed that simplicia and P.angulata extract contained alkaloids, flavonoids, saponins, polyphenols, monoterpenoids, sesquiterpenes, steroids and triterpenoids. The result of antibacterial activity test showed that P.angulata extract had antibacterial activity against S.aureus and K.pneumoniae with the MIC was 128 μg/mL, 256 μg/mL. The synergistic interaction of S.aureus is demonstrated by the combination of P.angulata herb extract with tetracycline. The additive/indifferent interaction of S.aureus is demonstrated by the combination of P.angulata extracts with ampicillin, and against K.pneumoniae shown by the combination of P.angulata extract of cecendet with ampicillin or tetracycline. Ethanol extract of P.angulata has antibacterial activity and and combination with antibiotics (ampicillin/tetracyclin) can give synergistic effect or additive of S.aureus and K.pneumoniae bacteria. Keywords:  Cecendet, Physalis angulata L., MIC, antibiotic combination
Pengaruh edukasi terhadap pemanfaatan dan peningkatan produktivitas tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai minuman herbal instan di Desa Ketenger Baturraden Nur Amalia Choironi; Masita Wulandari; Sri Sutji Susilowati
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v6i1.115

Abstract

Edukasi dan pelatihan pembutan minuman obat tradisional merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memberdayakan potensi tanaman obat keluarga. Edukasi dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan serta sikap masyarakat dalam menggunakan tanaman obat secara tepat dan rasional. Responden pada penelitian ini adalah perangkat desa dan ibu-ibu PKK di Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden Purwokerto. Metode yang digunakan untuk mengimplementasikan penelitian ini adalah adalah active and participatory learning yaitu edukasi mengenai TOGA berdasarkan evidence-based dan pelatihan pembuatan minuman herbal instan. Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden sebelum maupun sesudah edukasi. Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah diberikan edukasi maupun pelatihan yaitu nilai rata-rata sebelum kegiatan dilakukan adalah 54,18±6,18 menjadi 91,29±3,11 setelah edukasi maupun pelatihan berlangsung sehingga terjadi peningkatan sebesar 41,75%.
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PELAYANAN DI APOTEK KIMIA FARMA GATOT SUBROTO BANDUNG Made Pasek Narendra; Oskar Skarayadi; Melkyanto Duda; Putranti Adirestuti
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i1.116

Abstract

ABSTRAK Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian yang tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan yang berbeda akan memberikan dampak yang sangat berarti bagi suatu apotek. Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pelayanan kefarmasian di apotek adalah dengan studi kepuasan pelanggan.Kepuasan tercapai apabila jasa dan produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Tujuan  penelitian  adalah  untuk  mengetahui atribut dari seluruh dimensi kualitas pelayanan dan memilih yang mana yang akan  diprioritaskan untuk memperbaiki layanan di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung. Penelitian menggunakan metode cross sectional dengan pengambilan sampel secara purposive sampling terhadap 50 orang pasien yang membeli resep dan Upaya pengobatan Diri Sendiri (UPDS) di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung. Skala Likert digunakan sebagai instrumen penelitiaan.Tingkat kepuasan pelanggan diukur menggunakan model SERVQUAL (Service Quality) terhadap 5 dimensi kualitas layanan yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. Dimensi yang memiliki tingkat kepuasan tertinggi adalah dimensi responsiveness (kesenjangan -0,244 atau tingkat kepuasan 94,58 %); atribut yang memiliki tingkat kepuasan tertinggi adalah karyawan mengucapkan selamat datang di Apotek Kimia Farma saat konsumen memasuki apotek  (kesenjangan -0,092 atau tingkat kepuasan (97,87 %). Dimensi assurance merupakan dimensi yang paling memerlukan perbaikan karena tingkat kesesuaiannya terendah diantara yang lain yaitu 88,045 % dengan nilai kesenjagan -0,552. Dari seluruh dimensi atribut yang menjadi prioritas utama yang perlu diperbaiki adalah pada dimensi 4 assurance yaitu  obat yang dibutuhkan oleh konsumen selalu tersedia di apotek dengan gap (-1,000) dan tingkat kesesuaian 78,11%). Atribut yang terpetakan pada diagram Kartesius terbanyak adalah pada kuadran II yang menunjukkan kualitas layanan Apotek Kimia Farma Gatot Subroto menunjukkan cukup baik. Kata kunci : Apotek, dimensi kualitas layanan, kepuasan pelanggan
Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus Rissa Laila Vifta; Muhammad Andri Wansyah; Anita Kumala Hati
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i2.117

Abstract

Abstrak  Sirih hijau (Piper betle L.) adalah tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia. Secara empiris, sirih hijau  digunakan sebagai antibakteri pada luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas salep ekstrak etanol daun sirih hijau sebagai antibakteri. Pengujian efek antibakteri dilakukan secara in vitro dan in vivo. Ekstrak etanol daun sirih hijau dibuat dengan cara maserasi. Pengujian secara in vitro dilakukan menggunakan metode mikrodilusi terhadap Staphylococcus aureus  untuk mengetahui nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi 3, 4, dan 5%.  Kemudian ekstrak dibuat salep dan diuji secara in vivo menggunakan hewan uji tikus yang terdiri dari kelompok kontrol negatif, kelompok ekstrak (konsentrasi 3,4, dan 5%), serata pembanding kontrol positif gentamisin 0,1%. Hasil uji dianalisis menggunakan Sapiro-Wilk dan dilanjutkan dengan uji ANAVA serta uji LSD untuk mengetahui perbandingan hasil kelima kelompok perlakuan. Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum ekstrak daun sirih yang optimal adalah 5%. Hasil uji in vivo menunjukkan lama kesembuhan luka meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak daun sirih hijau. Hasil uji normalitas, Anava, dan uji LSD pada uji in vivo memberikan hasil yang sejalan. Konsentrasi 4 dan 5% merupakan konsentrasi efektif dengan aktivitas waktu kesembuhan luka tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif (gentamisin 0,1%) dengan rerata waktu berturut-turut 6,20±0,80 dan 6,00±0,71 hari. Dapat disimpulkan bahwa hasil uji antibakteri pada salep sejalan dengan uji secara in-vitro ekstrak daun Sirih Hijau yang memiliki potensi sebagai antibakteri.Kata kunci:     Daun sirih hijau, Antibakteri, Salep, Luka Antibacterial activity from ointment contains extract of green betle leaves (Piper betle l.) to Staphylococcus aureus bacterial infection Abstract  Green betel (Piper betle L.) is a plant that is easy to find in Indonesia. Empirically, green betel is used as an antibacterial to the wound. This study aims to determine the activity of ointment of ethanol extract of green betel leaves as antibacterial. Tests of antibacterial effects were performed in vitro and in vivo. Ethanol extract of green betel leaf is made by maceration. In vitro testing was done using micro dilution method to Staphylococcus aureus to determine the minimum inhibitory concentration of green leaf extract at concentrations of 3, 4, and 5%. Then the extract was made ointment and tested in vivo using rat consisting of the negative control group, the extract group (concentrations 3,4, and 5%), the positive control of gentamicin 0.1%. The test results were analyzed using Sapiro-Wilk and continued with ANAVA test and LSD test to find out the comparison of the results of the five treatment groups. The results of in vitro test showed that the minimum inhibit concentration of green betel leaf extract was 5%. The results of in vivo test showed the duration of wound healing increased with increasing concentration of green betel leaf extract. The result of normality test, Anava, and LSD test on in vivo test give the same result. Concentrations of 4 and 5% were effective concentrations with wound healing time activity were not significantly different with positive control (gentamicin 0.1%) with mean time of 6.20 ± 0.80 and 6.00 ± 0.71 days respectively. It can be concluded that the antibacterial test results in ointment are in line with in vitro test of leaf green betel extract which has potential as antibacterial.Key words:      Green betel, Antibacterial, Ointment, Wound
Uji efektivitas gel ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) sebagai antijamur Malassezia furfur Anna L Yusuf; Ecin Nurawaliah; Nurhidayati Harun
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i2.119

Abstract

Abstrak Kandungan daun kelor (Moringa oleifera L) diketahui dapat berkhasiat sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi dan mengetahui aktivitas antijamur gel yang mengandung daun kelor terhadap jamur Malasezia furfur. Ekstraksi daun kelor dilakukan menggunakan etanol 70% dengan metode maserasi. Formulasi gel yang mengandung ekstrak etanol daun kelor dilakukan menggunakan hidroksi propil metil selulosa (HPMC) dengan berbagai konsentrasi, yaitu 2, 3, dan 4%., Evaluasi gel yang dilakukan adalah uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, dan viskositas. Kemudian dilakukan uji aktivitas antijamur dengan menggunakan metode difusi padat dengan kertas cakram, dan digunakan gel ketokonazol sebagai pembanding. Parameter yang diukur adalah zona hambat antijamur. Hasil kemudian dianalisis statistik Kruskall Wallis dan Mann Withney. Berdasarkan evaluasi gel, diperoleh bahwa peningkatan  konsentrasi basis HPMC 2, 3, dan 4% dalam sediaan gel  ekstrak etanol daun kelor dapat meningkatkan viskositas gel, daya lekat gel, menyebabkan penurunan daya sebar gel, dan mempengaruhi peningkatan konsistensi sediaan gelpada uji organoleptik tanpa mempengaruhi uji pH gel dan homogenitas gel. Formula yang memiliki sifat fisik gel yang yang baik jika dilihat dari hasil  uji sifat fisik gel yang meliputi uji organoleptik,homogenitas, pH, daya sebar daya lekat dan viskositas   yaitu formula  gel ekstrak etanol daun kelor dengan konsentrasi basis HPMC 2 % karena hampir dari semua uji memenuhi persyaratan literatur. Dari penelitian ini dapat disimpulkan  gel ekstrak etanol daun kelor mempunyai aktivitas antijamur M.furfur dan gel yang mengandung HPMC 2% memiliki sifat fisik gel dan aktivitas antijamur lebih baik jika dibandingkan dengan gel konsentrasi HPMC 3 dan 4%. Kata Kunci: Daun Kelor, Moringa oleifera L, gel, antijamur, Malassezia furfur.  The effectiveness test of gel of ethanol extract of Moringa oleifera leaves as antifungal of Malassezia furfur Abstract Moringa leaf content (Moringa oleifera L) is known to be efficacious as an antifungal. The aim of this research is to formulate and to know gel antifungal activity containing moringa leaf against Malasezia furfur fungus. Moringa leaf extraction was done using 70% ethanol by maceration method. The gel formulation containing ethanol extract of moringa was conducted using hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC) with various concentrations, ie 2, 3, and 4%. Evaluation of gel performed was organoleptic, homogeneity, pH, spreading, and viscosity. Then the antifungal activity was tested using solid diffusion method with paper disc, and used ketoconazole gel as comparison. The measured parameter was the antifungal block zone. The results were then analyzed statistically using Kruskall Wallis and Mann Withney. Based on the gel evaluation, it was found that the increased concentrations of HPMC 2, 3, and 4% base concentrations in the gel preparation of ethanol extract of moringa leaf can increase gel viscosity, gel adhesiveness, decrease the gel power, and influence the consistency of preparation for organoleptic test without affecting the test pH gel and gel homogeneity. Formula which have good physical properties of gel when viewed from the test results of physical properties of gel which include organoleptic test, homogeneity, pH, viscosity sticky power and viscosity is gel gel ethanol extract leaf kelor with 2% HPMC base concentration because almost of all test meet the literature requirements. From this study, it can be concluded that leaf extract gel ethanol gel has antifungal activity of M.furfur and gel containing HPMC 2% has gel physical properties and antifungal activity is better when compared with HPMC 3 and 4% concentration gel Keywords: Moringa olifera L.,gel,  antifungal, Malasezia furfur
Uji aktivitas gel ekstrak daun pohpohan (Pilea trinervia W.) terhadap penyembuhan luka bakar pada kelinci (Oryctolagus cuniculus) Via Fitria; Rafiki Fahrul Arifin; Nia Kurniasih
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i2.120

Abstract

Abstrak Masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan. Salah satu tanaman berkhasiat untuk menyembuhkan luka bakar adalah daun pohpohan (Pilea trinervia W.). Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas gel ekstrak daun pohpohan (Pilea trinervia W.) terhadap penyembuhan luka bakar pada kelinci. Pembuatan gel dilakukan pada beberapa konsentrasi ekstrak daun pohpohan, yaitu 0,5, 1, dan 2%, Setelah dilakukan pembuatan gel, maka dilakukan evaluasi gel untuk mengetahui kualitas sediaan, meliputi uji organoleptis, homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji aktivitas luka bakar. Uji aktivitas luka bakar dilakukan pada 3 ekor kelinci jantan dengan 5 sisi perlakuan pada tiap kelinci, dan diinduksi dengan logam panas dengan alat uji Rafiky’sTool Pressure Test. Sebagai pembanding digunakan Bioplacenton®. Pemberian gel pada pengobatan luka bakar dilakukan 2 kali sehari. Parameter yang diukur adalah diameter luka bakar selama 10 hari. Data hasil uji aktivitas luka bakar diuji statistik menggunakan uji non parametric Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann Whitney. Hasil evaluasi gel menunjukkan bahwa gel yang mengandung ekstrak daun pohpohan konsentrasi 0,5, 1, dan 2% memenuhi persyaratan homogenitas, pH, daya penyebaran dan daya lekat. Hasil uji aktivitas luka bakar menunjukkan bahwa gel dengan konsentrasi ekstrak pohpohan 0,5, 1, dan 2% mampu menurunkan diameter luka bakar lebih cepat dibandingkan kontrol. Kelompok ekstrak daun pohpohan 2% memiliki aktivitas penyembuhan luka bakar paling cepat dan hampir sama dengan kontrol positif Bioplacenton®. Dapat disimpulkan bahwa gel yang mengandung ekstrak pohpohan mempunyai aktivitas menyembuhkan luka bakar. Kata kunci:     Daun pohpohan (Pilea trinervia W.), Gel, Luka bakar Wound healing activity of pohpohan (Pilea trinervia W.) extract gel on rabbit Abstract Indonesian people recognize and utilize nutritious crops as one of the efforts in the prevention of health problems. One of the nutritious plants to heal burns is the leaves of pohpohan (Pilea trinervia W.). This study aims to test the activity of pohpohan leaf extract (Pilea trinervia W.) on the healing of burns in rabbits. Preparation of gel is done on some concentration of pohpohan leaf extract, that is 0,5, 1, and 2%. After gel making, gel evaluation is done to know the quality of preparation, including organoleptic test, homogeneity, pH test, spreading test, sticky, and burn activity test. Burning activity test was performed on 3 male rabbits with 5 treatment sides on each rabbit, and induced with hot metal by Rafiky'sTool Pressure Test. For comparison use Bioplacenton®. Gels on the treatment of burns done 2 times a day. Parameters measured were burn diameter for 10 days. Data on burn activity test results were tested statistically using non-parametric Kruskal-Wallis test and further test of Mann Whitney. The results of gel evaluation showed that the gel containing pohpohan leaves extract concentration of 0.5, 1, and 2% fulfilled the homogeneity, pH, dispersion and stickiness requirements. The result of burn activity test showed that gel with concentration of 0,5, 1, and 2% extract pohpohan able to reduce burn burn diameter faster than control. The 2% pohpohan leaf extract group has the fastest burn healing activity and almost equal to the positive control of Bioplacenton®. It can be concluded that gel containing pohpohan extract has activity to heal burns. Keywords:  Pohpohan (Pilea trinervia W.), Gel, Wound healing
Optimasi Hidroksipropil Metilselulosa K-4M dan Carbopol® 940 pada Sediaan Patch Dispersi Padat Piroksikam Dwi Nurahmanto; Nurul Shalikha; Lidya Ameliana
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i2.121

Abstract

Abstrak Piroksikam merupakan anti inflamasi non steroid (AINS) turunan oksikam yang berkhasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi digunakan untuk pengobatan rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. Piroksikam menyebabkan masalah pada saluran cerna dan first pass metabolism yang dapat dihindari dengan cara pemberian transdermal patch. Salah satu komponen patch yaitu polimer yang berfungsi untuk mengontrol kecepatan pelepasan obat dari sediaan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan komposisi terbaik dari kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan Carbopol terhadap % moisture content (MC) dan flux pelepasan sediaan transdermal patch dispersi padat piroksikam dengan rancangan formula Simplex Lattice Design. Piroksikam dibuat dalam bentuk dispersi padat dengan pembawa PEG 4000 untuk meningkatkan kelarutannya. Rancangan formula patch dispersi padat piroksikam dibuat dengan menggunakan tiga polimer Etil selulosa:HPMC:carbopol dimana yang divariasikan adalah perbandingan HPMC : Carbopol yaitu 1 : 0 ; 0,5 : 0,5 ; 0 : 1. Hasil uji menunjukkan ketiga formula memenuhi persyaratan keseragaman kadar dengan rentang keseragaman 3,735 – 97,349 %. Hasil juga menunjukkan formula 3 menghasilkan patch yang lebih tebal, pH permukaan patch lebih rendah, nilai % moisture content lebih besar dan nilai flux lebih tinggi dibandingkan formula 2 dan formula 3, Formula 3 mempunyai nilai % moisture content yang memenuhi persyaratan sebesar 6,613% dan nilai flux pelepasa yang paling bagus sebesar 32,562 µg/cm2.menit1/2. Hasil penelitian juga menunjukkan formula 1 memiliki keseragaman bobot lebih baik dibandingkan formula 2 dan formula 3. Dapat disimpulkan bahwa komposisi optimum dari kombinasi polimer HPMC dan Carbopol pada sediaan patch dispersi padat piroksikam yaitu formula dengan komposisi polimer HPMC sebanyak 0 mg dan Carbopol sebanyak 75 mg. Kata kunci:     Dispersi padat, patch piroksikam, HPMC, Carbopol Optimization of Hydroxypropyl Methylcellulose K-4M and  Carbopol® 940 in Solid Dispersion Piroxicam Patch Abstract Piroxicam is a non-steroidal anti-inflammatory (NSA) oxysmic derivative as an analgesic and anti-inflammatory agent used for the treatment of rheumatoid arthritis and osteoarthritis. Piroxicam causes problems in the gastrointestinal tract and first pass metabolism that can be avoided by giving transdermal patches. One of the patch components is a polymer that serves to control the speed of drug release from the preparation. The present study was conducted to determine the best composition of the combination of hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) and Carbopol polymers against% moisture content (MC) and fluxes release of the pyroxicam dispersion transdermal patch dispersion with the design of the Simplex Lattice Design formula. Piroxicam is prepared in the form of a solid dispersion with a PEG 4000 carrier to increase its solubility. The design of a pyroxicam solid dispersion patch formulation was prepared using three ethyl cellulose polymers: HPMC: carbopol wherein the HPMC ratio is computed: Carbopol is 1: 0; 0.5: 0.5; 0: 1. The test results show the three formulas meet the requirements of uniformity of the content with a uniformity range of 3.735 - 97.349%. the results also show formula 3 resulting in thicker patches, lower patch pH surfaces, greater moisture content values and higher flux values than formula 2 and formula 3, Formula 3 has a moisture content value of 6.613% the finest fl ux flux of 32,562 μg / cm2.menit1 / 2. The results also show that formula 1 has better weight uniformity than formula 2 and formula 3. It can be concluded that the optimum composition of HPMC and Carbopol polymer combinations in the preparation of piroxicam solid dispersion patch is a formula with HPMC polymer composition as 0 mg and Carbopol as much as 75 mg.. Key words:      solid dispersion, piroxicam patch, HPMC, Carbopol
Potensi buah okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) sebagai inhibitor alfa-glukosidase Soraya Riyanti; Julia Ratnawati; Sofi Aprilianti
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v6i1.122

Abstract

Buah okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) termasuk dalam suku Malvaceae, kini menjadi primadona dalam pengobatan tradisional khususnya untuk menangani diabetes mellitus tipe 2. Masyarakat menggunakan air rendaman buah okra untuk diminum sebagai obat tradisional. Buah okra berasal dari Afrika, dan kini tersebar luas di seluruh dunia. Penderita diabetes mellitus harus mengkonsumsi obat antidiabetes sepanjang hidupnya, dan sering menimbulkan beberapa efek samping, diantaranya kembung, mual, dan diare. Pencarian obat yang berasal dari alam masih terus dilakukan dengan tujuan dapat memperbaiki kualitas hidup penderita, mengurangi efek samping dan menjaga kadar gula darah dalam kondisi normal. Buah okra diekstraksi dengan dua metode, yaitu secara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dilakukan perendaman dalam air suling selama 4 jam. Pengujian aktivitas inhibitor alfa-glukosidase dilakukan secara in vitro menggunakan metode kolorimetri pada panjang gelombang 400,5 nm, akarbose digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol buah okra mampu menghambat aktivitas enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 32,607 mg/ml, dan 57,502 mg/ml. Nilai IC50 zat aktif Akarbose adalah 10,95 mg/ml. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol buah okra berpotensi dikembangkan sebagai obat herbal penurun kadar gula darah.
Sustained Release of Captopril Tablet with Floating System Using a Cross-Linked Matrix of Alginate Dhadhang Wahyu Kurniawan; Dike Agus Triyanto; Vitis Vini Fera Ratna Utami
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v6i1.123

Abstract

Captopril has a short biological half-life 2-3 hours and has been used for long-term treatment of hypertension. The properties of captopril such as absorbed well in the stomach, freely water-soluble, instability in intestinal environment, and bioavailability about 65%. This study aimed to determine the physical characteristics and drug release profile of captopril tablet sustained release with a floating system using a cross-linked matrix of alginate with calcium chloride as a crosslinker. Matrix system was obtained by forming alginate cross-linked with a calcium chloride. HPMC K4M was used to help cross-linking reaction. Tablet was prepared by wet granulation with varying levels of sodium alginate and calcium chloride. Dissolution test is carried out by paddle method in HCl pH 1,2; 100 rpm; and 37±0,5oC for 8 hours. Amount of captopril released determined by measuring the captopril dissolved using UV spectrophotometry at λ 205 nm. The result showed that this tablet having physical characteristics suitable with the general requirements for tablets. Drug release profile of captopril tablet sustained release with a floating system using a cross-linked matrix of alginate with calcium chloride as a crosslinker capable keeping release of captopril up to 8 hours (third formula) about 51,226% (DE) and followed zero order kinetics. 

Page 7 of 13 | Total Record : 126