cover
Contact Name
Arif Abadi
Contact Email
penerbitan@isbi.ac.id
Phone
+6287723481132
Journal Mail Official
redaksi.panggung@gmail.com
Editorial Address
Jl. Buah Batu No. 212 Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Panggung
ISSN : -     EISSN : 25023640     DOI : 10.26742/panggung
Panggung is a peer-reviewed journal focuses art studies and their cultural contexts with various perspectives such as anthropology, sociology, education, religion, philosophy, technology, and others. Panggung invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies in the areas related to arts and culture with interdisciplinary approaches.
Articles 474 Documents
Regenerative-Relational Tritangtu: Sundanese Triadic Transformation Model Wanda Listiani; Heddy Shri Ahimsa-Putra; GR LonoLastoroSimatupang; Yasraf Amir Piliang Amir Piliang
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.91

Abstract

ABSTRACT Tritangtu or Trinity mindset is a Sundanese and Minang community cosmology that consists of three entities (three patterns). Tritangtu as the local wisdom is also underlying the creative actors mental structure on making their works either in the form of performance, artifacts philosophy value, or in other cultural products in Indonesian community. This study used ethnographic method with data collection techniques were participant observation in-depth interviews and documentation. The object of study is the creative actors practice at the design field in Bandung.The result of study pointed out the Sundanese Tritangtu transformation from the permanent struc- ture to dynamic structure. The change in the structure is determined by the relation between the de- sign elements forming structure with the global market segmentation. Lending Sundanese identity markers, especially the folk culture or the past traditions is regenerative efforts to harmonize the three patterns in encountering and winning the free-market competition in Indonesia. Keyword:  Tritangtu, Sundanese Triadic Transformation ModelAbstrak Tritangtu atau pola pikir tritunggal merupakan kosmologi masyarakat Sunda dan Minang yang terdiri dari tiga entitas (pola tiga). Tritangtu sebagai kearifan lokal juga melatarbelakangi struktur mental pelaku kreatif dalam membuat karya baik berupa pertunjukan, nilai filosofi artefak mau- pun produk budaya lainnya di masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data observasi partisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Obyek penelitian ini adalah praktik pelaku kreatif di bidang desain di Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya transformasi tritangtu Sunda dari struktur yang tetap menjadi struktur dinamis. Perubahan struktur ini ditentukan oleh relasi antar struktur pembentuk unsur desain de- ngan segmentasi pasar global. Peminjaman penanda identitas Sunda khususnya budaya rakyat atau tradisi masa lalu merupakan upaya regeneratif dalam usahanya untuk harmonisasi pola tiga dalam menghadapi dan memenangkan persaingan pasar bebas di Indonesia. Kata kunci : Tritangtu, Model Transformasi Triadic Sunda 
Konsepsi Filosofis di Balik Musik Sholawat Campur ngaji Bambang Sunarto
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.92

Abstract

ABSTRACT The problems discussed in this study is philosophical conceptions behind the phenomenon of Cam­ purngaji Sholawat music. This research has been intended to reveal the ideas which is underlying the existence of the music and the spirit of the periferal Muslim community which is utilizing music as a symbol of its existence. Descriptive and analytical methods as well as interpretive methods are used to reveal and unravel the hidden conceptual thoughts. Philosophical conception in the form of practical assumption and working principle is useful as a performance benchmark of musical cre­ ativity. The understanding of the philosophical conception is useful to help any stakeholder to better understand the human intensity of a Muslim community through its musical culture expression. Keywords: philosophical conceptions, Campurngaji Sholawat music  ABSTRAK Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah konsepsi filosofis di balik fenom- ena musik Sholawat Campurngaji. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap ide-ide yang mendasari eksistensi musik dan semangat komunitas muslim pinggiran yang me- manfaatkan musik sebagai simbol eksistensi. Metode deskriptif analitik disertai metode interpretif digunakan untuk mengungkap dan mengurai pemikiran-pemikiran konseptual yang tersembunyi.  Konsepsi filosofis yang berupa asumsi praktis dan prinsip berkarya bermanfaat sebagai acuan kinerja kreativitas bermusik. Pemahaman terhadap konsepsi filosofis itu berguna untuk membantu berbagai pihak untuk lebih memahami intensitas kemanusiaan suatu komunitas muslim melalui ekspresi budaya musiknya. Kata kunci: konsepsi filosofis, musik sholawat Campurngaji 
Mencari Teater Modern Indonesia Versi Asrul Sani: Penelusuran Pascakolonial Taufik Darwis
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.93

Abstract

ABSTRACT Asrul Sani, along with Chairil Anwar and Rivai Apin, may sound familiar and renowned in litera­ ture, in spite of theatre, as one of the major literary figures of Angkatan ’45. Asrul Sani’s name might be known widely by the theatre activists and actors only as a translator. His name is observed because it is often cited in the translated drama text which is selected to be played. Those who are more observant and seriously wanted to explore their ability in acting will also find his name in the elderly book about acting methodology belongs to one of the Russian theatrical figures – again as a translator. Perhaps, we are practically unconcern about why his name is frequently cited as a trans­ lator in dramatic literature and our theatre, because we never seem to have dispute with the practice of translation itself. Therefore, the writing is directed to investigate and discover the substance that become the fundamental of his idea in the translation practice, and biographically, to disclose Asrul Sani’s influence (his consideration) toward the development of Indonesian theatre nowadays. Key words: Indonesian modern theater, postcolonial  ABSTRAK Asrul Sani, sama seperti Chairil Anwar dan Rivai Apin, mungkin terdengar tidak asing dan sangat terkenal dalam bidang sastra, selain teater, sebagai salah satu tokoh sastra uta- ma dari Angkatan ‘45. Nama Asrul Sani mungkin dikenal secara luas oleh para aktivis teater dan para aktor hanya sebagai penerjemah. Namanya diperhatikan karena sering dikutip dalam teks drama terjemahan terpilih untuk dimainkan. Mereka yang lebih jeli dan secara serius ingin mengeksplorasi kemampuan mereka dalam berakting juga akan mendapatkan namanya dalam buku tua tentang metodologi akting milik salah seorang tokoh teater Rusia - juga sebagai penerjemah. Mungkin, secara praktis kita tidak peduli me- ngapa namanya sering disebut sebagai penerjemah dalam literatur drama dan teater kita, karena tampaknya kita tidak pernah melakukan perdebatan dengan praktek penerjemahan itu sendiri. Oleh karena itu, penulisan ini diarahkan untuk menyelidiki dan menemukan substansi yang menjadi dasar idenya dalam praktek penerjemahan, dan secara biografis, untuk mengungkap pengaruh (pertimbangan) Asrul Sani terhadap perkembangan teater di Indonesia saat ini. Kata kunci: Teater modern Indonesia, pascakolonial
Foto-Etnografi dalam Proses Penciptaan Karya Seni Fotografi Arief Datoem
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.94

Abstract

ABSTRACT This article aims at deepening the possibility of utilizing the art of photography that is rich of sig- nificance of the socio-cultural representation. The visual ethnographic field or photo-ethnography, which is relatively new, can provide assistance and answer for this. Therefore, the author has tried a form of collaboration between the photo-ethnographic approach and the sense approach in doing his research on the subject in order to obtain the deep understanding and the truth significance attached to them. The method of digital photography art creation which is intuitively the basis of the art cre- ation in digital domain, then was tried to be formulated, based on heuristics research in the process of the art of digital photography. This concept was developed from the experience in the field of digital photography and visual anthropology, guided by the basic theories of creativity, quantum theory in art, and theory of artistic creation that has existed before. Through emotional approach as a method, along with the structured systematic approach of photo-ethnography and with the deep awareness of the environment and social life of the subject leads to the creation of the image that tends to be better and more meaningful, more productive in a social sense, and offers a credible empiric documentation. Keywords: photo-ethnography, photography art works  ABSTRAK Artikel ini dibuat dalam upaya melakukan pendalaman mengenai kemungkinan peman- faatan seni fotografi yang kaya makna representasi sosio-kultural. Bidang etnografi visual atau foto-etnografi yang relatif masih baru, dapat memberikan bantuan dan jawaban un- tuk hal ini. Oleh karena itu penulis mencoba suatu bentuk kolaborasi antara pendekatan foto-etnografi dengan pendekatan rasa ketika melakukan penelitian terhadap subjek agar diperoleh pemahaman mendalam serta makna kebenaran yang menyertainya. Metode penciptaan seni fotografi digital yang merupakan dasar dari penciptaan seni secara intu- itif dalam domain digital, kemudian dicoba dirumuskan, berdasarkan penelaahan heu- ristik dalam proses seni fotografi digital. Konsep ini dikembangkan dari pengalaman di bidang fotografi digital dan antropologi visual, dipandu oleh teori-teori dasar kreativitas, teori kuantum dalam seni, dan teori penciptaan seni yang telah ada sebelumnya. Melalui pendekatan emosional sebagai metode, disertai dengan pendekatan sistematis yang ter- struktur dari foto-etnografi dan dengan kesadaran yang mendalam mengenai lingkungan dan kehidupan sosial subjek mengarah pada penciptaan gambaran yang cenderung lebih baik dan lebih bermakna, lebih produktif dalam arti sosial, dan menawarkan dokumentasi empiris yang kredibel. Kata kunci: foto-etnografi, karya seni fotografi
Angklung Sunda Sebagai Wahana Industri Kreatif dan Pembentukan Karakter Bangsa Deni Hermawan
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.95

Abstract

ABSTRACT The terminology of Angklung has two different meanings: as an instrument and as a form of per- forming arts. As an instrument, Angklung is an instrument made of bamboo and played by shaking it. As a form of performing art, Angklung is a form of performing art which uses instruments called Angklung. Either as an instrument or as a form of performing arts, Angklung is rich of values, such as the values of economic, social, cultural, education, ethics, morality, etc., which are closely related to cretive industries and nation character building. The purpose of this article is to examine the pos- sibility for Angklung to be used as medium for creative industries and nation character education. Key words: Angklung, creative industry, nation character building  ABSTRAK Istilah Angklung memiliki dua pengertian yang berbeda: sebagai alat musik dan sebagai bentuk seni pertunjukan. Sebagai alat musik, Angklung ialah sebuah alat musik yang ter- buat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Sebagai bentuk seni pertunjuk- an, Angklung ialah sebuah bentuk seni pertunjukan yang menggunakan alat musik yang disebut Angklung. Baik sebagai alat musik maupun sebagai bentuk seni pertunjukan, Ang- klung kaya akan nilai, seperti nilai ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, etika, moral, dan lain-lain, yang sangat berkaitan dengan industri kreatif dan pembentukan karakter bangsa. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan Angklung sebagai media untuk industri kreatif dan pembentukan karakter bangsa.  Kata kunci: Angklung, industri kreatif, pembentukan karakter bangsa  
Nirmana Nada Bertautan: Alih Wahana Rupa menjadi Bunyi Siswadi -
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.96

Abstract

ABSTRACT This musical composition is a medium change of nirmana fine art into sound. Nirmana is a basic composition of fine art which organizing visual language in a form of level, color, line, dot, and tex- ture. Nirmana means something not meaningful or meaningless. This composition work, therefore, does not mean to convey a message or story, but simply to compose the musical elements including rhythm, melody, and harmony. As the expression media, the composition uses Javanese gamelan combined with saxophone, violin, and cello. The gamelan here just acts as a vehicle or medium of expression. The conventional patterns of gamelan music play covering form, scales, and pathet are not used in this composition. Key words: nirmana, medium change  ABSTRAK Komposisi musik ini merupakan alih wahana dari seni rupa nirmana menjadi bunyi. Nir- mana merupakan komposisi dasar seni rupa yang mengorganisasikan bahasa rupa berupa bidang, warna, garis, titik dan tekstur. Nirmana artinya tidak berarti atau tidak bermakna. Dengan demikian karya komposisi ini tidak bermaksud menyampaikan pesan atau cerita, tetapi semata-mata menyusun unsur musik yang meliputi ritme, melodi dan harmoni. Se- bagai media ungkap, komposisi ini menggunakan gamelan Jawa yang digabung saxophone, biola dan cello. Gamelan di sini hanya perperan sebagai wahana atau media ekspresi. Atur- an bermain gamelan secara konvensional yang meliputi bentuk, tangga nada, dan pathet tidak digunakan dalam komposisi ini. Kata kunci: nirmana, alih wahana  
Perbandingan Kode Visual Pertunjukan Golek Sunda Tradisional dan Pertunjukan Golek Sunda dalam Media TV Irfansyah -; Yasraf A. Piliang
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.97

Abstract

ABSTRACT Wayang Golek is a Sundanese typical performing art that has grown on generations by the grip. The grip becomes a kind of rule or code in Wayang Golek show which govern all the constituent elements. Since the presence of Television, Wayang Golek is then performed through this media. However, since Wayang Golek is performed through Television, it represents significant differences with Wayang Golek traditional show. The differences are shown by the creation of stage design com- bined with digital technology and its various effects, such as zoom in/out, opening title, and even the broadcast interactive model. To understand the differences between Wayang Golek traditional show and on Television, the method which is used is the study of cause and effect or comparison (caus- al-comparative studies). The purpose of the study is to determine the changes of the visual elements in Wayang Golek show on Television. The result of the research shows that there are significant differences between Wayang Golek traditional show and on Television. Keywords: Visual Code, Sundanese Golek Show  ABSTRAK Kesenian Wayang Golek merupakan pertunjukan khas masyarakat Sunda yang telah ter­ bangun secara turun temurun berdasarkan pakem. Pakem menjadi semacam aturan main (kode) yang mengatur pertunjukan dan pembuatan Golek. Sejak munculnya media televisi, pertunjukan Wayang Golek pun kemudian dipentaskan melalui media ini. Akan tetapi, semenjak pertunjukan Wayang Golek dipentaskan dalam media televisi nyatanya mere­ presentasikan perbedaan yang signifikan dengan pertunjukan Wayang Golek tradisional. Perbedaan itu ditunjukkan dengan kreasi tata panggung yang dipadu dengan teknologi digital dan berbagai efeknya, seperti efek zoom in/out, munculnya opening title, hingga model interaktif siaran. Untuk memahami perbedaan antara pertunjukan Wayang Golek tradisional dengan pertunjukan Wayang Golek dalam media televisi, maka metode yang digunakan adalah metode studi perbandingan (comparative studies). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman terkait adanya perubahan unsur yang muncul pada pertunjukan Wayang Golek dalam media televisi. Hasil penelitian menun­ jukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pertunjukan Wayang Golek tradisional dengan pertunjukan Wayang Golek dalam media Televisi. Kata Kunci: Kode Visual, Pertunjukan Golek Sunda
“Tari Batik Sekar Galuh” Upaya Pemberdayaan Masyarakat Paseban melalui Aktivitas Seni Budaya Lokal Een Herdiani
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.98

Abstract

 ABSTRACT Paseban society is one of traditional Sundanese communities which having uniqueness in their cul- tural life. The mutual aid behaviour still looks strongly developed based on the faith and wisdom inherent in the community. There is, however, a view that Paseban society has different beliefs from other communities which often creates veiled conflict. Nevertheless, Paseban society has spe- cial uniqueness that is Seren Taun activities which presenting the cultural diversity that can unite different religions and beliefs. In the presented diversity, there is an art activity which is often for- gotten, namely batik art creation, whereas batik has a high potential to be developed as a promising local asset. Key words: Tari Batik, empowerment, Paseban society  ABSTRAK Masyarakat Paseban merupakan salah satu kelompok masyarakat adat Sunda yang memi­ liki keunikan dalam kehidupan budayanya. Sifat gotong royong masih tampak kokoh ter­ bangun dengan berdasarkan  keyakinan dan kearifan lokal yang melekat  di antara ko­ munitasnya. Namun demikian, ada pandangan bahwa  masyarakat Paseban mempunyai keyakinan yang berbeda dari masyarakat umum sehingga kerap menimbulkan konflik terselubung. Kendatipun demikian ada keunikan khusus   dalam masyarakatnya yaitu adanya kegiatan Seren Taun dengan menyuguhkan keberagaman budaya yang dapat mem­ persatukan berbagai agama dan keyakinan. Dari keberagaman budaya yang disajikan, ter­ dapat satu kegiatan seni yang kerap terlupakan yaitu seni membatik, padahal batik memi­ liki potensi tinggi untuk dikembangkan menjadi aset daerah yang menjanjikan. Kata Kunci: Tari Batik, pemberdayaan, masyarakat Paseban
Pertunjukan Liong dan Barongsai di Yogyakarta: Redefinisi Identitas Tionghoa Sudono -; Suhartono -; GR Lono Lastoro Simatupang
PANGGUNG Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.99

Abstract

ABSTRACT Since the reformation era, the Indonesian Chinese get their rights as citizens of the nation of Indo­ nesia. They earn the right to live as citizens as the other nations in Indonesia, including the practice of their religion and belief, as well as their culture. Nevertheless, political discrimination of the New Order government for three decades had created blockage impact on cultural transfer from one gene­ ration to the next. Today, when they get their freedom, the process of commodification of culture also played a role in redefining their identity. This study aims at determining how they define their identity. This study used a qualitative descriptive approach. The technique of collecting data used literature study, observations and in­depth interviews. The result of the study shows that commo­ dification of Chinese culture does not make the vanishment of their identity and culture, but it has strengthened the Chineseness and created the emergence of the new texts on Liong and Barongsai culture. Keywords: Liong, Barongsai, redefinition of Chinese identity  ABSTRAK Sejak lahirnya reformasi, orang Tionghoa Indonesia memperoleh hak mereka sebagai war- ga bangsa Indonesia. Hak hidup sebagaimana warga bangsa lainnya di Indonesia telah mereka peroleh kembali, termasuk menjalankan agama dan kepercayaan, serta budaya mereka. Namun demikian, kebijakan diskriminatif pemerintah Orde Baru selama tiga da- sawarsa berdampak pada tersumbatnya transfer budaya dari generasi ke generasi beri- kutnya. Kini, ketika kebebasan tersebut didapat, proses komodifikasi budaya juga ikut berperan dalam mendefinisikan identitas mereka kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mereka mendefinisikan identitas mereka. Penelitian ini meng- gunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan data menggunakan studi literatur, pengamatan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komodifikasi atas budaya Tionghoa tidak bermuara pada matinya identitas dan hilangnya kebudayaan Tionghoa, tetapi justru telah memperkuat ke-Tionghoaan dan juga muncul- nya teks-teks baru pada produk budaya Liong dan Barongsai. Kata kunci: Liong, Barongsai, redifinisi identitas Tionghoa
Kajian Sosiologis Terhadap Tema Lakon ‘Domba-domba Revolusi’ Karya Bambang Soelarto Nur Sahid
PANGGUNG Vol 24 No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i1.100

Abstract

ABSTRACTRevolutionary struggle in order to compete for the independence of Indonesia has been a source of inspiration Indonesian artists, including Bambang Soelarto who wrote drama Domba-domba Re- volusi (DDR). DDR studied drama is quite interesting because it tries to criticize the freedom fight- ers. This study aims to: first to know the theme and the problem plays DDR; second to determine the relationship of the socio - historical struggle in 1948 with the sociological elements of drama DDR themes and issues. This study uses sociological theory of art. The basic principles of the sociology of art is the fact that the creation of works of art influenced by the historical social conditions where the work was created. Research using content analysis of Krippendorf, the methods used to examine the symbolic phenomena with the aim to explore and express the observed phenomenon which is the content, meaning, and an essential element of the literary work. Based results of this research is that Bambang Soelarto as the author tries to capture di?erence between fighters during the struggle for the political aspirations for 1948 are expressed in a work of drama. Historical events inspired the creation of drama DDR. Soelarto want to respond to the political aspirations of the di?erence between historical figures and wanted to provide an assessment and outlook through DDR.Keywords: themes, drama, sociology of art, social historical ABSTRAKRevolusi perjuangan dalam rangka memperebutkan kemerdekaan Indonesia telah men- jadi sumber inspirasi para seniman Indonesia, termasuk Bambang Soelarto yang menulis drama Domba-domba Revolusi (DDR). Drama DDR cukup menarik diteliti karena mencoba mengkritisi para pejuang kemerdekaan. Penelitian ini bertujuan untuk: pertama, mengeta- hui tema dan permasalah drama DDR; kedua, mengetahui hubungan kondisi sosio-histo- ris perjuangan pada tahun 1948 dengan unsur-unsur sosiologis terimplisir pada unsur tema dan masalah drama DDR. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi seni. Prinsip dasar dari sosiologi seni adalah adanya fakta bahwa penciptaan karya seni dipengaruhi oleh kon- disi sosial historis tempat karya itu diciptakan. Penelitian ini menggunakan metode con- tent analysis dari Krippendorf, yakni metode yang dipergunakan untuk meneliti fenome- na-fenomena simbolik dengan tujuan untuk menggali dan mengungkapkan fenomena yang teramati yang merupakan isi, makna, dan unsur esensial karya sastra. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Bambang Soelarto sebagai penulis mencoba un- tuk menangkap perbedaan antara pejuang aspirasi politik selama perjuangan tahun 1948 untuk diekspresikan dalam sebuah karya drama. Peristiwa sejarah mengilhami penciptaan drama DDR. Soelarto ingin menanggapi aspirasi politik perbedaan antara tokoh-tokoh se- jarah dan ingin memberikan penilaian dan pandangan pandangannnya melalui DDR.Kata kunci: tema, drama, sosiologi seni, sosial historis

Page 9 of 48 | Total Record : 474


Filter by Year

2004 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 34 No 3 (2024): Kreativitas, Seni Kontemporer, dan Pariwisata Berkelanjutan Vol 34 No 2 (2024): Estetika, Budaya Material, dan Komodifikasi Seni Vol 34 No 1 (2024): Artistik dan Estetik pada Rupa, Tari, dan Musik Vol 33 No 4 (2023): Eksistensi Tradisi dalam Narasi Seni Modern Vol 33 No 3 (2023): Resiliensi Budaya sebagai Ketahanan dalam Menjaga Tradisi hingga Ekonomi Kreatif Vol 33 No 2 (2023): Ideologi, Identitas, dan Kontekstualitas Seni Budaya Media Vol 33 No 1 (2023): Nilai-Nilai Seni Indonesia: Rekonstruksi, Implementasi, dan Inovasi Vol 32 No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media Vol 32 No 3 (2022): Komodifikasi dan Komoditas Seni Budaya di Era industri Kreatif Vol 32 No 2 (2022): Ragam Fenomena Budaya dan Konsep Seni Vol 32 No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni Vol 31 No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi Vol 31 No 3 (2021): Budaya Ritual, Tradisi, dan Kreativitas Vol 31 No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni Vol 31 No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi Vol 30 No 4 (2020): Kearifan Lokal dalam Metode, Model dan Inovasi Seni Vol 30 No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi Vol 30 No 2 (2020): Identitas Sosial Budaya dan Ekonomi Kreatif Vol 30 No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif Vol 29 No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik Vol 29 No 3 (2019): Transformasi Bentuk dan Nilai dalam Seni Budaya Tradisi Vol 29 No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra Vol 29 No 1 (2019): Pegeseran Estetik Dalam Seni Budaya Tradisi Masa Kini Vol 28 No 4 (2018): Dinamika Seni Tradisi dan Modern: Kontinuitas dan Perubahan Vol 28 No 3 (2018): Identitas Kelokalan dalam Keragaman Seni Budaya Nusantara Vol 28 No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28 No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 27 No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in Con Vol 27 No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27 No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27 No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 26 No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Esteti Vol 26 No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26 No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26 No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 25 No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25 No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25 No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25 No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 24 No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24 No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24 No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24 No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 23 No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23 No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23 No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23 No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelajara Vol 22 No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22 No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22 No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22 No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 21 No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21 No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21 No 1 (2011): Seni, Lokalitas, Vitalitas, dan Pemaknaan Vol 18 No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 15 No 36 (2005): JURNAL PANGGUNG: JURNAL SENI STSI BANDUNG Vol 1 No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradisional J More Issue