cover
Contact Name
Adek Cerah Kurnia Azis
Contact Email
adek_peros@yahoo.com
Phone
+6285278021981
Journal Mail Official
gorgajurnalsenirupa@unimed.ac.id
Editorial Address
Jl. Willem Iskandar / Pasar V, Medan, Sumatera Utara – Indonesia Kotak Pos 1589, Kode Pos 20221
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Gorga : Jurnal Seni Rupa
ISSN : 23015942     EISSN : 25802380     DOI : https://doi.org/10.24114/gr.v9i1
Core Subject : Education, Art,
Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, dan pembelajaran seni dan budaya.
Articles 806 Documents
CASE STUDY OF KERINCI TYPICAL BATIK AT THE INCOANG.GNCE BATIK SANGGAR SUNGAI PENUH Fina Herdyanti; Puji Hujria Suci
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 2 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i2.61767

Abstract

Batik in Indonesia  was acknowledgen by unesco in 2009 as an intangible cultural treasure, and each region has batik with different characteristics and characteristics. One of the batik producing areas is in Kerinci, Sungai Full City, specifically at the Incoang.gnce Batik Studio which was founded in 2016. The method for creating batik in this studio uses the stamped batik technique and creates batik with the characteristics of Kerinci, Sungai Full City. The study’s objective is to characterize the background to the establishment of the Incoang.gnce batik studio, describe the form of batik motifs and the process of making typical Kerinci batik at the Incoang.gnce Batik Studio. The research method applies a qualitative descriptive method, the type of data used is primary and secondary data. Data collection techniques use observation, interviews and documentation techniques. Data analysis techniques with data reduction steps, data exposure and conclusions. To test the validity of the data, triangulation was carried out with the owner of the Incoang.gnce Batik Studio. The results of this research concluded that the Incoang.gnce batik studio was founded in 2016 based on batik training from the industry department, the batik motifs were sourced from what was in Kerinci, the river city full of culture and then typical Kerinci batik was created at the Incoang Gnce batik studio. Examples of motifs include the Karamantang motif, Umoh Lahaek motif, Jangkoi motif, Manyang motif, Kawoa motif, Incung script motif. The batik making process at the Incoang.gnce batik studio uses the stamped batik technique, starting from the stamping process, the coloring process, the embossing process, the dyeing process, and the lorot process. The tools used in making batik include stamping tables, stamping canting, frying pans and stoves. Materials used in batik are wax, dye, soda ash and water glass.
QUARTER LIFE CRISIS DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS Ummi Shabrina Damas
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.51219

Abstract

One of the events that occurs when someone transitions from adolescence to adulthood is the quarter life crisis. Quarter life crisis is a condition where a person feels worried because of uncertainty about the future. This worry is related to social relationships, careers and social life experienced by individuals aged 20-30 years. The author will invite readers to examine several factors that cause the Quarter Life Crisis and how to overcome it based on the author's experience expressed through painting. This work of art was created by the artist with the aim of reflecting on the conditions around him, encouraging people to be more critical of their environment, and learn together to create a better life in the future. The result of all these paintings is a strong visual combination of three main concepts, namely Quarter life crisis, Sandwich generation, and Hustle culture. Through these paintings, the author succeeds in depicting the complexity of the challenges faced by the younger generation in their transition to adulthood, with the pressure to find meaning in life, fulfill family responsibilities, and compete in a competitive world of work. These works also reflect changing priorities in life, where materialistic values often conflict with the search for meaning and true happiness. The author invites the audience to reflect on the complex journey of today's young generation and provides a message about the importance of awareness of the Quarter life crisis, the role of the Sandwich generation, and the impact of Hustle culture. This conclusion illustrates that art has an important role in stimulating reflection and discussion regarding relevant social and psychological issues in contemporary society.Keywords: quarter life crisis, painting.AbstrakSalah satu peristiwa yang terjadi saat seseorang bertransisi dari masa remaja ke dewasa adalah Quarter life crisis. Quarter life crisis merupakan kondisi di mana seseorang merasa khawatir karena ketidakpastian tentang masa depan. Khawatir ini berkaitan dengan hubungan sosial, karier, dan kehidupan sosial yang dialami oleh individu di usia 20-30 tahun. Penulis akan mengundang para pembaca untuk mengkaji beberapa faktor yang menjadi penyebab Quarter life crisis dan bagaimana cara mengatasinya berdasarkan pengalaman penulis yang diungkapkan melalui seni lukis. Karya seni ini dibuat oleh seniman dengan tujuan untuk merenungkan kondisi di sekitarnya, mendorong masyarakat untuk lebih kritis terhadap lingkungannya, dan bersama-sama belajar untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Hasil dari seluruh karya lukis ini adalah penggabungan visual yang kuat dari tiga konsep utama, yaitu Quarter life crisis, Sandwich generation, dan Hustle culture. Melalui lukisan-lukisan ini, penulis berhasil menggambarkan kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam transisi ke dewasa, dengan tekanan untuk menemukan makna hidup, memenuhi tanggung jawab keluarga, dan bersaing di dunia kerja yang kompetitif. Karya-karya ini juga mencerminkan perubahan prioritas dalam kehidupan, di mana nilai-nilai materialistik seringkali bertentangan dengan pencarian makna dan kebahagiaan sejati. Penulis mengajak audiens untuk merenungkan perjalanan kompleks generasi muda saat ini dan memberikan pesan tentang pentingnya kesadaran akan Quarter life crisis, peran generasi Sandwich, serta dampak dari budaya Hustle culture. Kesimpulan ini menggambarkan bahwa seni memiliki peran penting dalam merangsang refleksi dan diskusi mengenai isu-isu sosial dan psikologis yang relevan dalam masyarakat kontemporer.Kata Kunci: quarter life crisis, karya lukis.Author:Ummi Shabrina Damas : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References: Ahmed, S. (2019). Hustle Culture: Examining The Socio-Cultural Drivers of Overwork Amongst Millennials. The Sociological Review, 67(2), 285“303.Arnett, J. J. (2014). Emerging Adulthood. Oxford: University Press.Asa, F. O., & Sahrul, N. (2018). Kehidupan Surau Di Minangkabau Sebagai Inspirasi Dalam Karya Seni Lukis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 148-155.Ayuningtari, A. W. K. (2022). Youth Cyberbullying Sebagai Tema Penciptaan Karya Seni Lukis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 521-528.Balzarie, E. N. , & N. E. (2019). Kajian Resiliensi pada Mahasiswa Bandung yang Mengalami Quarter life crisis. Prosiding Psikologi, 5(2), 494“500.Daniati, N., Sastra, A. I., & Dharsono, D. (2018). Perempuan Kerinci sebagai Ide dalam Penciptaan Karya Seni Lukis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 129-133.Given, L. (2008). The SAGE Encyclopedia of Qualitative Research Methods. California: SAGE Publications, Inc.Hayslip, B. , Jr. , & F. C. A. (2018). The Sandwich generation: Challenges and Coping Strategies of Multigenerational Families. London: Routledge.Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.Newport, C. (2016). Deep Work: Rules for Focused Success in a Distracted World. New York: Grand Central Publishing.Miya, T. (2015). Do What You Love: And Other Lies About Success and Happiness. New York: Regan Arts.Poswolsky, A. S. (2016). The Quarter-Life Breakthrough: Invent Your Own Path, Find Meaningful Work, and Build a Life That Matters. New York: Tarcher Perigee.Seragih, Y. G., & Azis, A. C. K. (2021). Tinjauan Hasil Gambar Ilustrasi Kartun dengan Objek Binatang. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 23(2), 302-318.Thompson, C. (2006). Art practice as research: A review essay. International Journal of Education & the Arts, 7(3), 1-13.Wibowo, A. S. (2017). Mantra kehidupan¯: Sebuah Refleksi Melewati Fresh Graduate Syndrome & Quarter-Life Crisis¯: Krisis Seperempat Baya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
PENGARUH MORDAN TUNJUNG TERHADAP PENCELUPAN BAHAN KATUN MENGGUNAKAN KULIT BAWANG MERAH DAN KULIT BUAH MANGGIS Nana Dwi Cahya; Sri Zulfia Novrita
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.49881

Abstract

One way to reduce textile waste and emissions is by utilizing natural materials as textile dyes.   This study aims to see the effect of tunjung mordan on dyeing cotton materials using onion peel and mangosteen fruit peel. This type of research is an experiment, where the object of research is cotton from tunjung dyeing. Data were collected using questionnaires distributed and arranged with Likert scales, processed using the Friedman K-related Sample test. The results showed that dyeing with tunjung mordan resulted in Chocolate Brown #524123, light dark colors in the less light category and evenness of flat category colors. Test the hypothesis for dark light colors stating 0.00 < 0.05 then Hâ‚€ is rejected, which means that there is an influence of mordan on dark light colors. In color flatness, the value of 0.00 < 0.05 Hâ‚€ is rejected, meaning that there is an influence of tunjung mordan on the evenness of the color in onion peel extract and mangosteen peel.Keywords: onion, mangosteen, dyes, tunjung. AbstrakSalah satu cara untuk mengurangi limbah dan emisi tekstil yaitu dengan memanfaatkan bahan alam sebagai pewarna tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh mordan tunjung terhadap pencelupan bahan katun menggunakan kulit bawang merah dan kulit buah manggis. Jenis penelitian ini adalah eksperimen, dimana objek penelitiannya adalah kain katun hasil pencelupan tunjung. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang disebar dan disusun dengan skala likert, dianalisis dengan uji Friedman K-related Sample. Penelitian ini menunjukkan bahwa pewarnaan dengan mordan tunjung menciptakan warna Chocolate Brown #524123, gelap terang warna pada nilai kurang terang dan kerataan warna kategori rata. Uji hipotesis untuk gelap terang warna menyatakan 0,00<0,05 maka Hâ‚€ ditolak, yang berarti adanya pengaruh mordan terhadap gelap terang warna. Pada kerataan warna memperoleh nilai 0,00<0,05 Hâ‚€ ditolak, artinya adanya pengaruh mordan tunjung pada kerataan warna pada ekstrak kulit bawang merah dan kulit buah manggis.Kata Kunci: bawang merah, manggis, pencelupan, tunjung. Authors:Nana Dwi Cahya : Universitas Negeri PadangSri Zulfia Novrita : Universitas Negeri Padang References:Adriani, A., & Atmajayanti, C. (2023). Pengaruh Mordan Tunjung Dan Kapur Sirih Terhadap Hasil Ecoprint Daun Iler (Coleus Scutellarioides Linn. Benth). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 230-236.Andriani, R., Adriani, A., & Novrita, S. Z. (2016). Perbedaan Mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica Linn) Dan Jeruk Purut (Citrus Histrix) Terhadap Hasil Pencelupan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma Candidium D. Don) Pada Bahan Sutra. Journal of Home Economics and Tourism, 12(2).Angendari, M. D. (2015). Pemanfaatan kulit bawang merah sebagai pewarna kain dengan teknik jumputan menggunakan mordan tawas, kapur, dan tunjung. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 12(1), 25-32.Azis, A. C. K., Lubis, S. K., Kartono, G., & Daulay, M. A. J. (2023). Digitalisation of Teaching Materials for Toba Batak Ethnic Decorative Variety with Procreate Media Based on p-Books and e-Books. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 9(3), 782-793.Ernawati, I., & Nelmira, W. (2008). Pengetahuan Tata Busana. Padang: UNP PRESS.Fatihaturahmi, F., & Novrita, S. Z. (2019). Pengaruh perbedaan mordan tawas dan kapur sirih terhadap hasil pencelupan ekstrak daun sawo menggunakan bahan sutera. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 237-242.Hasanah, U., Adriani, A., & Novrita, S. Z. (2021). Pengaruh Mordan Air Tapai Ketan Hitam dan Air Tapai Singkong terhadap Hasil Pencelupan pada Bahan Sutera Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L). Journal of Home Economics and Tourism, 15(2).Hendrika, A. D. (2020). Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Nipah (Nypha Fructicans) dengan Kulit Bawang Merah (Allium Ascalonium L) Menggunakan Mordan Tunjung, Tawas dan Kapur Sirih Terhadap Hasil Pencelupan Pada Bahan Katun. (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Padang).Masyitoh, F., & Ernawati, E. (2019). Pengaruh mordan tawas dan cuka terhadap hasil pewarnaan eco print bahan katun menggunakan daun jati (Tectona Grandis). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 387-391.Noor, F. (2007). Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam dari Tanaman di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Tekstil. Jurnal PKK UNY.Purnomo, E., Aisyah, S., Hadjarati, H., Azis, ACK, Suardika, IK, Jermaina, N., ... & Gumilar, A. (2024). The Coach's Role in Understanding the Athletes' Condition: Maximizing Communication Functions. Retos, 55, 543-551.Putri, L. A., Adriani, A., & Novrita, S. Z. (2015). Perbedaan Mordanting terhadap Hasil Pencelupan Zat Warna Alam Air Limbah Penirisan Getah Gambir pada Sutera Menggunakan Mordan Tunjung (Feso4). Journal of Home Economics and Tourism, 9(2).Revianti, M. M., & Novrita, S. Z. (2019). Pengaruh Mordan Terhadap Pencelupan ekstrak Daun Puring (Codiaeum Variegatum) pada Bahan Katun. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 403-408.Rizky, A. F., & Fatimah, S. (2020). Belimbing Wuluh (Averhoa belimbi L.) sebagai Mordan pada Sintesis Zat Warna Alami dari Kulit Bawang Merah (Allium ascalonium L.) dengan Metode Ekstraksi Ultrasonik. Reka Buana: Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 5(2): 104-111.Saputri, A., & Novrita, S. Z. (2021). Perbedaan Berat Mordan Tunjung, Tawas dan Kapur Sirih terhadap Hasil Pencelupan Kulit Buah Alpukat Pada Bahan Katun. Jurnal Pendidikan, Busana, Seni dan Teknologi, 3(2), 80-90.Setya, W. P. (2020). Pengaruh Mordan Kapur Sirih Dan Tunjung Terhadap Hasil Pencelupan Ekstrak Batang Pisang Ambon Pada Bahan Katun. (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Padang).Siregar, N. H., Azis, A. C. K., Mesra, M., & Mirwa, T.(2020). Analisis Gambar Bentuk Bunga Anggrek dengan Teknik Pointilis Berwarna di SMP Al-Fityan School Medan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 94-99.Yuled, U. R., & Adriani, A. (2021). Perbedaan Mordan Tunjung Dan Baking Soda Terhadap Hasil Pencelupan Pada Bahan Katun Dengan Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa). Jurnal Pendidikan, Busana, Seni dan Teknologi, 3(2), 97-103.
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERBIMBING DENGAN STRATEGI DIFERENSIASI PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR SKETSA Muslim Muslim; Raden Burhan Surya Nata Diningrat; Dinul Islami
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.49417

Abstract

This research is triggered by the low drawing skills of new students in the Department of Fine Arts Education at Unimed. Therefore, this study aims to develop a guided demonstration learning method with differentiation strategy in the Fine Arts Education Program. The approach used in this research is the Research and Development (R&D) method, utilizing the 4-D development model consisting of four main stages: defining, designing, developing, and disseminating. Data collection is carried out through questionnaire filling, observation, interviews, and sketch drawing assignments. Furthermore, samples are taken using purposive sampling technique. Data analysis is conducted using descriptive statistical analysis method with Likert scale. The research findings show that the average score of students' sketch drawing ability reaches 71.42%, categorized as "good" according to the sketch drawing assessment standards. Additionally, validation results by instructional design experts indicate that the guided demonstration learning method is "highly feasible" with a percentage of 88.63%. Therefore, it is concluded that this guided demonstration learning method with differentiation strategy is valid and suitable for enhancing students' sketch drawing abilities in the Fine Arts Education Program at Unimed, Class of 2022.Keywords: guided demonstration, differentiation strategies, sketchesAbstrakPenelitian ini dipicu oleh rendahnya kemampuan mahasiswa baru dalam menggambar sketsa di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Unimed. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pembelajaran demonstrasi terarah dengan strategi diferensiasi di Program Studi Pendidikan Seni Rupa. Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (R&D), dengan menggunakan model pengembangan 4-D yang terdiri dari empat tahap utama: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan(develop), dan penyebaran(disseminate). Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian angket, observasi, wawancara, dan tes penugasan menggambar sketsa. Selanjutnya, sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan metode analisis statistik deskriptif menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji coba kemampuan menggambar sketsa mahasiswa mencapai nilai rata-rata 71,42%, dengan kategori "baik" dalam standar penilaian menggambar sketsa. Selain itu, hasil validasi oleh ahli desain pembelajaran menunjukkan bahwa metode pembelajaran demonstrasi terarah "sangat layak" dengan presentase 88,63%. Dengan demikian, disimpulkan bahwa metode pembelajaran demonstrasi terarah dengan strategi diferensiasi ini valid dan layak digunakan untuk meningkatkan kemampuan menggambar sketsa mahasiswa di Program Studi Pendidikan Seni Rupa Unimed Angkatan 2022.Kata Kunci: demonstrasi terbimbing, strategi diferensiasi, sketsa. Authors:Muslim : Universitas Negeri MedanRaden Burhan Surya Nata Diningrat : Universitas Negeri MedanDinul Islami : Universitas Negeri MedanReferencesAisyah, A. (2013). Kemampuan Mengarsir dalam Menggambar Bentuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Labakkang Kabupaten Pangkep (Doctoral dissertation, FSD)Azmi, A. (2016). Memaknai Gambar Sketsa Tehnik Engraving Ipe Ma'akruf Ditinjau Dari Aspek Ikonografi. Jurnal Bahas Unimed, 27(3), 79656.Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika AditamaMfon, E. (2010). Effect of Guided-Discovery, Student-Centred Demonstration and the Expository Instructional Strategies on Students™ Performance in Chemistry. An International Multi-Disciplinary Journal, Ethiopia. 4(4), Serial No. 16, October 2010.Mourad, N., Ezzeddine, A., Nadjar Araabi, B., &Nili Ahmadabadi, M. dkk. (2020). Learning From Demon-strations And Human Evaluative Feedbacks: Handling Sparsity And Imperfection Using Inverse Reinforcement Learning Approach. Journal of Robotics. 18(2). 340-350Purba, M., Purnamasari, N., Susan, E., Khristiani, H., Anggreani. A., Saad, Yusri. (2021). Model Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia.Purwowidodo, A., Zaini, M. (2023). Teori dan Praktik Model Pembelajaran Berdiferensiasi Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.Rahmat, R. (2017). Demonstrasi Interaktif untuk mening-katkan keterampilan dasar. Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisik. 4(2). 90-112Riadi, M. (2012). Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran. Kajian Pustaka.Saputra, D., Monty, P. S., & Untung, S. (2019). Penerapan art therapy untuk mengurangi perilaku menyakiti diri sendiri (self-injurious behavior) pada dewasa muda yang mengalami distress psikologis. INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, 10(1), 26-40.Sugihartono, S., Fathiyah, K., Harahap, F., Setiawati, F., Nurhayati, S. (2018). Psikologi Pendidikan. Jogyakarta: UNY Press.Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendeketan, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta : BandungZaini, I., Islam, F. (2017). Pembelajaran Gambar Bentuk Menggunakan Strategi Outdoor untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Wringinaom. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 5(2), 392-400.
IMPLEMENTATION OF BATIK COLOURING USING JENGKOL PEELS EXTRACT AT RANG MINANG BATIK HOUSE IN PADANG PANJANG CITY Indah Wulandari; Agusti Efi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 2 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i2.62157

Abstract

The use of synthetic dyes in the batik industry, considered practical and efficient, has had negative impacts on health and the environment. This study aims to explore the production and application of natural dye extracts from jengkol (Archidendron pauciflorum) peels as an alternative dye in the batik dyeing process at Rumah Batik Rang Minang. A descriptive qualitative approach was used, with data collection methods including documentation, interviews, and observation. The study results show that the jengkol peel extract is produced through a boiling process and applied to batik fabric using the dipping technique. The dyeing process involves soaking the fabric in jengkol peel extract and repeating the dipping to ensure color durability. The use of this extract produces a distinctive and long-lasting color, offering an eco-friendly solution for the batik industry.
AKTIVITAS TAREK PUKAT SEBAGAI EKSPRESI SIMBOLIK DALAM KRIYA SENI KAYU Fitria Fitria; Asril Asril; Ubai Dillah Al Anshori
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.42905

Abstract

Tarek pukat is the activity of fishing communities in catching fish using pukat (nets) by being ditarek (pulled). Tarek pukat activity in modern times is experiencing extinction, the cause is tiger trawling. The tiger trawl has triggered a shift in the value of the Tarek pukat activity. Tarek pukat activity for the people of Aceh has become part of them and their lives. This activity is present because of the results of the thinking of previous people by doing it together and giving birth to interactions between fellow fishing communities. The phenomenon of Tarek pukat activity is explored using a symbolic expression approach. Symbolic expression is a way to express the phenomenon of Tarek pukat activities in works of art by expressing through pouring symbols as a form of value to be presented. The purpose of this creation is to convey messages and provide self-awareness for the general public and the people of Aceh itself. The methods in the creation of this artwork are: exploration, design in the form of experiments, materials, tools, techniques, and realization. The medium used is surian wood, meranti wood, and jackfruit wood. Techniques are scroll and intarsia. The final stage of the creation of finishing works using melamine system, the achievement of the shape and final result of a work can be influenced by the finishing results.The work created by the artist is a two-dimensional work of art in the form of decorative artwork placed on the wall with the title of the work: "Kulet Bak Meucheue Tuboh" (like the skin becomes the body protector), and "Musafe La'ot" (sea traveler). The artworks presented through this symbolic expression give birth to a new form of activities with the message that the artist wants to convey to the Tarek pukat activity seen today.  With the presence of this artwork, it is hoped that it willbe able to become an awareness for the people of Aceh to respond to the results of keunebah indatu (ancestral heritage), so that it can trigger the enthusiasm of the community to be preserved again. The birth of this artwork certainly presents meanings and values that are considered necessary to be conveyed by the author.Keywords: tarek  pukat, symbolic expression, intarsia. AbstrakTarek pukat adalah aktivitas masyarakat nelayan dalam menangkap ikan menggunakan pukat (jala/jaring) dengan cara ditarek (ditarik). Aktivitas tarek pukat pada saat zaman modern ini mengalami kepunahan, penyebabnya adalah pukat harimau. Pukat harimau menjadi pemicu terjadinya pergeseran nilai yang ada dalam aktivitas tarek pukat tersebut. Aktivitas tarek pukat bagi masyarakat Aceh sudah menjadi bagian dari mereka dan kehidupannya. Aktivitas ini hadir karena hasil olah pikir orang terdahulu dengan melakukan secara bersama-sama dan melahirkan interaksi-interaksi antar sesama masyarakat nelayan. Fenomena aktivitas tarek pukat digarap menggunakan pendekatan ekspresi simbolik. Ekspresi simbolik menjadi suatu cara untuk menuangkan fenomena aktivitas tarek pukat dalam karya seni dengan cara diekspresikan melalui penuangan simbol-simbol sebagai wujud dari nilai yang mau dihadirkan. Tujuan dari penciptaan ini adalah untuk upaya pesan dan memberi kesadaran diri bagi masyarakat umum maupun masyarakat Aceh sendiri. Metode dalam penciptaan karya seni ini yaitu: eksplorasi, perancangan berupa eksperimen, bahan, alat, teknik, dan perwujudan. Medium yang digunakan berupa kayu surian, kayu meranti, dan kayu nangka. Teknik berupa scroll, dan intarsia. Tahap akhir penciptaan karya finishing menggunakan melamine system, pencapaian bentuk dan hasil akhir dari sebuah karya dapat dipengaruhi dari hasil finishing. Hasil karya yang diciptakan pengkarya merupakan karya seni dua dimensi berupa karya seni dekoratif yang ditempatkan pada dinding dengan judul karya: œKulet Bak Meucheue Tuboh (ibarat kulit menjadi pelindung badan), dan œMusafe La™ot (musafir lautan). Karya seni yang dihadirkan melalui ekspresi simbolik ini melahirkan suatu bentuk aktivitas-aktivitas yang baru dengan isian pesan yang ingin disampaikan oleh pengkarya terhadap aktivitas tarek pukat yang terlihat hari ini. Dengan hadirnya karya seni ini, diharapkan mampu menjadi kesadaran bagi masyarakat Aceh agar menyikapi hasil keunebah indatu (peninggalan leluhur), sehingga bisa memicu semangat masyarakat untuk dilestarikan kembali. Lahirnya karya seni ini tentunya menghadirkan makna-makna serta nilai yang dianggap perlu disampaikan oleh pengkarya.Kata Kunci: tarek pukat, ekspresi simbolik, intarsia.Authors:Fitria : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangUbai Dillah Al Anshori : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara References:Apriliana, A., Akmal, A., & Yulika, F. (2021). Penciptaan Kriya Tekstil Tengkuluk Batik Kumbuah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 323-343.Ardianti, S. R. (2021). Pemanfaatan Teknik Tapestri Pada Rompi Dengan Bahan Renda.Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 486-494.Dharsono, S. K. (2016). Kreasi Artistik: Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Jaten Karanganyar: Citra Sain.Dharsono, S. K. (2017). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.Fitriani. (2017). Nelayan Sebagai Ide Penciptaan Tari Tarek Pukat Dalam Kajian Interaksi Simbolik. Imaji, 15(2), 179-188.Gustami, S. P. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.Laksono, M. A., & Mubarat, H. (2022). Ekspresi Bejana Perunggu Kerinci Sebagai Penghias Interior. Melayu Arts and Performance Journal, 5(2), 140-151.Saputra, M. I., & Asril, A. (2022). Ekspresi Plak Pleng Pada Interior Ruang Tamu: Penciptaan Kriya dengan Pendekatan Eksplorasi Atas Ornamen Kerajaan Lamuri. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 5(2), 134-144.Wardoyo, S., Wulandari, T., Guntur, G., Dharsono, D., & Zulkarnain, Z. (2021). Penciptaan Selendang Batik Sri Kuncoro Khas Budaya Samin Margomulyo Bojonegoro. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 407-414.Yulhanis, Y. (2019). Tradisi Tarek pukat Dalam Masyarakat Aceh. Aceh: Bulletin Haba No. 19.
POLA AKTIVITAS MASYARAKAT SEBAGAI HIRARKI KAMPUNG NAGA SEBAGAI WARISAN BUDAYA CERDAS Asri Budiarto; Sunarmi Sunarmi; Santosa Soewarlan
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i1.59293

Abstract

The pattern of community activities in Tasikmalaya, Kampung Naga can be identified as a cultural transformation that exists in the neighborhood of the traditional house and can be seen with the expanse of agricultural lands and water ponds at the forefront of the residential area. Overlaying the houses of indigenous people and other facilities in a certain pattern unity. It can be stated that the livelihoods of the indigenous people of Kampung Naga form a village pattern from the available activity lands. The existence of the flow of life of the indigenous people of Kampung Naga as a place to live not only contains the meaning of the village, but the existence of the Ciwulan river as a sign and meaning of life. The customary leader's residence is characterized by the location of the customary leader's house which is in a higher area and becomes the orientation (direction) for the surrounding houses. This research wants to know the flow of the activities of the Kampung Naga community towards the existence of their customs that reflect a strong understanding of the importance of cultural sustainability and tradition. The community realizes that customary activities as a cultural heritage are the basis for their survival, which can be shown by their high involvement and responsibility for their ancestral heritage. The activities of the indigenous people of Kampung Naga as the place where one returns from.As far as someone who leaves one day will return to the place where he was born. So there is a very strong emotional bond between the village and one's soul. The Village Hierarchy in the site in Kampung Naga has characteristics with tiered ascending contours as a local land condition that reflects the adaptation of indigenous activities to the natural environment and local wisdom. This is the same as the identical pattern of Sundanese villages that have distinctive elements also found in the settlement pattern of Kampung Naga. Through settlement patterns as seen in Kampung Naga, the community has historically developed settlement strategies that are in accordance with the activities and characteristics of the environment and social needs.Keywords: Kampung Naga hierarchy, cultural heritageAbstrakPola aktivitas masyarakat di kampung naga Tasikmalaya dapat diidentifikasi sebagai transformasi budaya yang ada dalam lingkungan perkampungan rumah adat dan dapat dilihat dengan adanya  hamparan lahan-lahan pertanian dan kolam-kolam air di bagian terdepan pada kawasan permukiman. Hamparan rumah-rumah masyarakat adat dan fasilitas lain dalam kesatuan pola tertentu. Hal ini dapat dinyatakan bahwa mata pencaharian masyarakat adat kampung Naga membentuk pola kampung dari lahan-lahan aktivitas yang tersedia. Adanya aliran kehidupan masyarakat adat Kampung Naga sebagai tempat tinggal yang tidak hanya mengandung arti kampung, tetapi adanya sungai Ciwulan sebagai tanda dan makna kehidupan. Tempat tinggal pimpinan adat ditandai oleh Letak rumah ketua adat yang berada di daerah lebih tinggi dan menjadi orientasi (arah) bagi rumah warga yang ada disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur aktivitas masyarakat Kampung Naga terhadap eksistensi adat istiadat mereka yang mencerminkan pemahaman kuat akan pentingnya keberlanjutan budaya dan tradisi. Masyarakat menyadari bahwa aktivitas adat sebagai warisan budaya merupakan dasar bagi kelangsungan hidupnya dapat di  tunjukkan dengan keterlibatan dan tanggung jawab yang tinggi terhadap warisan leluhur mereka. Aktivitas masyarakat adat Kampung Naga sebagai tempat asal seseorang kembali (bali geusan ngajadi). Sejauh-jauhnya seseorang yang pergi suatu saat akan kembali lagi ketempat asalnya dilahirkan. Sehingga ada ikatan emosional sangat kuat antara kampung dengan jiwa seseorang. Hirarki Kampung dalam tapak di Kampung Naga memiliki karakteristik dengan kontur naik berjenjang sebagai keadaan tanah setempat yang mencerminkan adaptasi aktivitas masyarakat adat  terhadap lingkungan alam dan kearifan lokal. Hal ini sama sebagai identik pola perkampungan masyarakat Sunda yang memiliki elemen khas juga ditemukan di  dalam pola pemukiman Kampung Naga. Melalui pola pemukiman seperti yang terlihat di Kampung Naga, masyarakatnya secara historis telah mengembangkan strategi pemukiman yang sesuai dengan aktivitas dan karakteristik lingkungan dan kebutuhan sosialnya.Kata Kunci: Hirarki Kampung  Naga, Warisan budaya Authors:Asri Budiarto : Institut Seni Indonesia SurakartaSunarmi : Institut Seni Indonesia SurakartaSantosa Soewarlan : Institut Seni Indonesia SurakartaReferences:Adimihardja, K. (1993). Kebudayaan dan Lingkungan. Bandung: Ilham Jaya.Anto, A. A., Sunarmi, & Soewarlan, S. (2024). Kampung Naga¯: Exploration of Traditional Architecture and. Lakar: Jurnal Arsitektur, 07(01), 85“100. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/lja.v7i1.22100Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.Koentjaningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.Linton, R. (1984). Antropologi, Sutau Penyelidikan tentang Manusia. Bandung: Jemmars.Maslucha, L. (2009). KAMPUNG NAGA: Sebuah Representasi Arsitektur sebagai Bagian dari Budaya. El-HARAKAH, 11(1), 35“49. https://doi.org/10.18860/el.v1i1.421Mikaresti, P., & Mansyur, H. (2022). Pewarisan Budaya Melalui Tari Kreasi Nusantara. Gorga¯: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 147-155. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.33333Oktovan, R. N., Suryamah, D., & Dwiatmini, S. (2020). Pewarisan Budaya dalam Kesenian. Jurnal Budaya Etnika, 4(2), 114“125. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/etnika/article/view/1566Padma, A. (2001). Kampung Naga, Permukiman Warisan Karuhun. Bandung: Foris.Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: PT Ghalia Indonesia.Rusnandar, N. (2013). Seba¯: the Culmination of Baduy ™S Religious Ritual in Kabupaten (Regency) Lebak, The Province Banten. Patanjala, 5(1), 83“100. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v5i1.163Sonia, T., & Sarwoprasodjo, S. (2020). Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian Budaya Masyarakat Adat Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya. Jurnal Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 4(1), 113“124. https://doi.org/10.29244/jskpm.4.1.113-124Syukri, A., Azis, A. C. K., Olendo, Y. O., Elpalina, S., & Syam, C. (2023). Koleksi Museum Adityawarman¯: Sebagai Sumber Belajar Seni Dan Budaya. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(November), 488“494. https://doi.org/https://doi.org/10.24114/gr.v12i2.51471Tri Sulistyo, E., & Sunarmi. (2021). Emotional Intelligence And Balanced Personality In Javanese Cultural. Intelligence And Balanced Personality In Javanese Cultural Understanding-Palarch™s Journal Of Archaeology Of Egypt/Egyptology, 18(4), 3344. https://archives.palarch.nl/index.php/jae/article/view/6827Widjaja, A. W. (1986). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bina Aksara.
KOLEKSI MUSEUM ADITYAWARMAN: SEBAGAI SUMBER BELAJAR SENI DAN BUDAYA Apdanil Syukri; Adek Cerah Kurnia Azis; Yudhistira Oscar Olendo; Srimutia Elpalina; Christanto Syam
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.51471

Abstract

The Adityawarman Museum in West Sumatra plays a significant role in preserving and presenting a diverse collection of Minangkabau culture, encompassing various aspects of art, history, and culture. The aim of this research is to describe the collections of the Adityawarman Museum as one of the sources of learning for art and culture. This is a qualitative study with a descriptive approach. The museum gathers collections that include geologica, biologica, ethnographica, archaeologica, historica, numismatics/heraldry, philologica, ceramics, fine arts, and technology, reflecting a rich and diverse cultural heritage. The museum serves as a non-formal educational institution that can enhance public understanding of history, art, and culture. The Adityawarman Museum plays a strategic role in preserving and communicating the cultural heritage of West Sumatra, and with the right efforts, it can become an engaging and educational learning center for both the current and future generations.Keywords: museum, Adityawarman, collection. learning, culture. AbstrakMuseum Adityawarman di Sumatera Barat memainkan peran penting dalam melestarikan dan menyajikan beragam koleksi budaya Minangkabau yang mencakup berbagai aspek seni, sejarah, dan budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesktipsikan koleksi Museum Adityawarman yang sebagai salah satu sumber belajar seni dan budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Museum ini mengumpulkan koleksi yang mencakup geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknologika, yang mencerminkan warisan budaya yang kaya dan beragam. Museum berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sejarah, seni, dan budaya. Museum Adityawarman memiliki peran strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan warisan budaya Sumatera Barat, dan dengan upaya yang tepat, dapat menjadi pusat pembelajaran yang menarik dan mendidik untuk generasi sekarang dan yang akan datang.Kata Kunci: museum, Adityawarman, koleksi, belajar, budaya. Author:Apdanil Syukri : Universitas Awal BrosAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri MedanYudhistira Oscar Olendo : Universitas TanjungpuraSrimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangChristanto Syam : Universitas Tanjungpura References: Azis, A. C. K., Mesra, M., & Sugito, S. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Micro Teaching Bagi Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Medan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 223-229.Burhan, B. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kenca.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Padang: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Propinsi Sumatera Barat.Diana, D. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 10 Juni 2015, Padang.Dion, D. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 24 Juni 2015, Padang.Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. (2023). Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167-173.Maysela, R., Ghozali, I., & Olendo, Y. O. (2016). Manajemen Pengelolaan Sanggar Bantang Dara Irakng Di Desa Durian Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 10(12).Moechtar, M. (1985). Buku Petunjuk Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat. Padang: Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Barat.Muasri, M. (2012). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 10 Juni 2012, Padang.Muasri, M. (2014). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Februari 2014, Padang.Riza, R. (2014). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2014, Padang.Rizal, R. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2015, Padang.Zed, M. (2012). œPeran Museum Sebagai Sumber Belajar. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2012, Padang.
FENOMENA DEPRESI PADA REMAJA MELALUI PERTUNJUKAN TEATER KONTEMPORER Solehah Hasanah Nasution; Asril Asril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.58090

Abstract

The creation of this theater work stems from the phenomenon of teenage depression coused by a lack of parental love and attention. This certainly has a negative impact on sufferers, especially their future. The aim of creating this work is to represent cases of teenage depression which have negative and dangerous impacts on their future. The results of the research are represented in contemporary theater performances. The creation of this work uses mise en scene method which consists of five stages, namely; T0 Stage of Searching for Issues, T1 Stage of Textual Concretization, T2 Stage of Dramaturgical Concretization, T3 Stage Concretization, T4 Reception Concretization. This Performance uses a representation approaches and the research are represented in contemporary theatre audience. The results of the creation of this work are a performance eith the title Garis Merah, which means the relationship between parents and their childern. In this show are two characters with the same mental condition but playing different positions. Male actors express their sadness by being upset and female characters act out their depression by crying. Through the contemporary theater performance, it is hoped that this can be a way to make elements of society aware of the dangers of a child's depression, and the importance of parental attention to their children. Humans can be made aware if the dangers and horrors of teenage depression come into direct conntact or are seen and experienced by the human themselves.Keywords: contemporary theater, representation, teenage depressionAbstrakPenciptaan karya teater ini berangkat dari fenomena depresi remaja yang disebabkan oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua. Hal ini tentu mengakibatkan dampak negatif bagi penderita terutama masa depannya. Tujuan penciptaan karya ini adalah merepresentasikan kasus depresi remaja yang dampak negatif dan berbahaya terhadap masa depannya ke dalam bentuk seni pertunjukan teater kontemporer. Penciptaan karya ini menggunakan metode mise en scene yang terdiri dari lima tahap yaitu; T0 tahap mencari isu, T1 tahap konkretisasi tekstual, T2 Tahap Konkretisasi Dramaturgi,  T3 Konkretisasi Pemanggungan, T4 Konkretisasi Resepsi. Pertunjukan ini menggunakan pendekatan representasi dan hasil dari penelitian direpresentasikan dalam pertunjukan teater kontemporer.  Hasil dari penciptaan karya ini berupa pertunjukan dengan judul Garis Merah, yang memiliki arti hubungan antara orang tua dan anaknya. Pertunjukan ini terdapat dua tokoh dengan kondisi mental yang sama namun memainkan posisi yang berbeda. Aktor lako-laki mengekspresikan kesedihannya dengan kesal dan tokoh perempuan memerankan depresprinya dengan menangis. Melalui pertunjukan teater kontemporer ini, diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk menyadarkan elemen masyarakat bahayanya depresi seorang anak, dan pentingnya perhatian orang tua kepada anaknya. Manusia dapat disadarkan jika bahaya dan kengerian depresi remaja bersentuhan secara langsung atau dilihat dan dialami sendiri oleh manusia tersebut.Kata Kunci: teater kontemporer, representasi, depresi remaja Authors:Solehah Hasanah Nasution : Institut Seni Indonesia Padang PanjangAsril : Institut Seni Indonesia Padang PanjangReferencesAziz, A. N., Rahmatullah, A.S., & Khilmiyah, A. (2023). Penguatan Kesehatan Mental Melalui Pelan Self-Disclosure bagi Remaja Panti Asuhan. G-Couns: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 7(3), 414-428.Ayuningtari, A. W. K. (2022). Youth Cyberbullying sebagai Tema Penciptaan Karya Seni Lukis. Gorga: jurnal seni rupa, 11(02), 521-528.Bintang, A. Z, & Mandagi, A. M. (2017). Kejadian Depresi pada Remaja Menurut Dukungan Sosial di Kabupaten Jember. CMHP: journal of community Mental Health and Public Policy, 3(2), 92-101.Nasution, S. H. (2022). Pentingnya Komunikasi Orang Tua dan Anak. Elipsis majalah kita edisi 009. Padang Panjang: Egypt Van Andalas.Harianto, I., Yusril, & Martosa. (2020). Perancangan Pertunjukan Teater Rambun Pamenan dalam Pola Teater Tradisional Randai dengan Pendekatan Teater Modern (Well Made Play). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 09(02), 256-260Juned, S. (2023). Teater: Memungut Gagasan Tradisi Jadi Karya Modernitas. Padang Panjang: Egypt Van Andalas.Joane, P. K. (2016). Representasi Perempuan dalam Film œStar Wars VII: The Force Awakens. E-Komunikasi: program studi ilmu komunikasi Universitas Kristen Petra, 4(1), 1-12.Rahmayanti, Y. E, & Rahmawati, T. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Depresi pada Remaja Awal. JAIA: Jurnal Asuhan Ibu dan Anak, 3(2), 47-54.Rusmana, T. (2018). Rekontruksi Nilai-Nilai Konsep Tritangtu SundaSebagai Metode Penciptaan Teater Ke Dalam Bentuk Teater Kontemporer. Mudra: Jurnal Seni Budaya, 33(1), 114-127.Sahrul N., Yusril., & Zebua, E. (2020). Metode Penciptaan Teater Kontemporer. Padang Panjang: Deepublish.Yudiariani. (2015). WS Rendra dan Teater Mini Kata. Yogyakarta: Galang Pustaka.Putri. (2023), œPenyebab HP Trauma dan Takut dengan Orang Tuanya Hasil Wawancara Pribadi: 15 Maret 2023, Padang Panjang.Laras. (2023), œKedekatan Emosional HP dan Orang Tuanya. Hasil Wawancara Pribadi: 16 Maret 2023, Padang Panjang. Roki. (2023). œAlasan Mengedarkan Ganja. Hasil Wawancara Pribadi: 14 Maret 2023, Muara Bulian.
COMPARISON OF COLORING INTENSITY OF COTTON FABRIC WITH RICE FIELD CLAY AND CLIFF CLAY Mayang Yulasna; Agusti Efi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 2 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i2.62875

Abstract

The use of natural clay materials as textile coloring as an effort to restore the use of environmentally friendly natural dyes and abandon the use of synthetic dyes that are dangerous because they can pollute the environment and have an impact on humans in textile coloring. This study aims to describe the coloring results of natural coloring, namely rice field liek soil and cliff liek soil, as well as the color intensity/dark light color produced using tunjung mordant on the results of cotton fabric coloring with different soaking times. The approach used is an experiment with a data collection technique using a questionnaire from 15 panelists, for the results of color intensity/dark light color (Value), the resulting color is not significant at a significance level of 0.439> 0.05. This means that there is no significant difference due to the type of clay used in soaking cotton materials with rice field liek soil and cliff liek soil.