Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial
Al-Mabsut : Jurnal Studi Islam dan Sosial is a journal managed by IAI Ngawi. In addition, the Al-Mabsut journal has two printed and online versions (ISSN:2089-3426 - E-ISSN: 2502-213X). Al-Mabsut is a journal that contains the study of Islamic and Social sciences. Studies that concentrate on the Islamic sciences (Aqidah, Sufism, Tafsir, Hadith, Usul Fiqh, Fiqh and so on) and also contain studies of politics, economics, law, education, history, culture, health, science and technology associated with Islam both in its normative dimensions (as doctrines and teachings) as well as in its historical dimensions (Muslim culture, Muslim communities, Islamic institutions and so on. Currently, Al-Mabsut journal gets SINTA 5 Accreditation based on Certificate Number 85/M/KPT/2020. All manuscripts submitted to the editorial board will be reviewed by the reviewer and the selection of manuscripts is based on considerations of writing quality, originality, and contribution to science.
Articles
317 Documents
INOVASI PENDIDIKAN ISLAM: PENGINTEGRASIAN AGAMA DAN SAINS
Mustaqim Mustaqim
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8 No 2 (2014): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v8i2.79
Inovasi pendidikan merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan perlu dilaksanakan, agar dunia pendidikan kita dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan pembangunan bangsa di segala bidangInovasi pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokrasi dan universal. Tetapi keterbukaan pendidikan Islam bukan berarti tidak disertai dengan fleksibelitas untuk mengadopsi (menyerap) unsur-unsur positif dari luar, sesuai perkembangan dan kepentingan masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang orginal (shahih) yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Hal ini ditulis dalam sebuah postulat yang popular “Melestarikan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai yang
KONSEP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF IBN MISKAWAIH DAN AL MAWARDI (Suatu Studi Komparatif)
Aldarmono Aldarmono
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8 No 2 (2014): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v8i2.80
Pendidik dan peserta dalam pendidikan keberadaanya tidak dapat dipisahkan. Pendidik memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan bersama peserta didik. Pendidik diharapkan mampu menjadi motivator untuk memberikan dorongan belajar peserta didik sekaligus menjadi fasilitator untuk menyediakan sarana belajar yang dibutuhkan peserta didik. Kemudian peserta didik dalam proses belajar mengajar harus dituntut pula untuk terlibat aktif dan kreatif.Pendidik dan peserta didik dalam konsep Ibn Miskawaih dan Al Mawardi memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Pendidik menurut mereka memiliki peran yang sangat penting dalam membelajarkan peserta didiknya. Meskipun demikian terdapat beberapa perbedaan terutama tipe pendidik dan sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pendidik. Peserta didik menurut mereka harus menjalin hubungan yang harmonis dengan pendidiknya. Tetapi dalam hal tingkat kecintaan peserta didik terhadap pendidiknya mereka memilki pandangan yang berbeda.   Â
ASBAB AL-NUZUL SURAH MU’AWIDZATAIN AND ITS INTERPRETATION IN SCHLEIERMACHER’S HERMENEUTICS REVIEW
Arif Makmun Rifa'i
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8 No 2 (2014): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v8i2.81
Common problem related with text is how to understand the text as something that comes from the past in the present world. Qur'an from the past also has similarity. The same problem when faced with the Qur'an is how to understand the Qur'an from the past that are relevant to the modern world. To make the Qur'an in order to be relevant in the modern world, twe study of the method should not be stopped but the method needs to be updated and reviewed continuously. In an effort to update this method, thus Schleiermacher’s hermeneutics method presented here. In reviewing asbab al-nuzul using Schleiermacher's hermeneutics, the method used is descriptive method where in addition to explained, describe or explain, also performed a critical analysis, meant conducting certain considerations on the interpretation theory  of Schleiermacher with asbab al-nuzul to the interpretation surah Mu'awizatain alignment thus found and got distortion, although, at a certain level is not touch by Schleiermacher, but we can use approaches  to his theory.Â
RANCANG BANGUN PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Arif Rahman Hakim
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8 No 2 (2014): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v8i2.82
Pendidikan, dalam Islam, dapat diartikan sebagai proses penyiapan Mengingat tanggung jawab seorang pendidik dalam Islam adalah sebagai “warasat al-anbiyaâ€, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmatan lil al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia akhirat maka interaksinya dengan peserta didik harus diselenggarakan sesuai dengan yang diajarkan oleh Islam, agar hasil dari interaksi keduanya benar-benar sempurna. Penyelenggaraan interaksi tersebut, seperti yang disampaikan oleh Hasan al-Banna, seharusnya bagaikan orang tua dan anak yang memiliki kedekatan secara emosional. Selain itu, interaksi pendidik dan peserta didik adalah bersifat kemitraan yang didasarkan pada nilai –nilai demokratis, keterbukaan, kemanusiaan dan saling pengertian maka dalam hubungan tersebut, Islam mengajarkan, pendidik dan peserta didik untuk sama-sama saling memahami dan menghargai hakikat dan peran masing-masing agar interaksi keduanya benar-benar menghasilkan generasi-generasi Islami yang mampu dan siap menjalankan perannya baik sebagai abdulloh maupun sebagai kholifah di muka bumi ini. Â
AL-QAWA’ID AL-FIQHIYYAH
Mudrik Al-farizi
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 2 (2015): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v9i2.83
Tujuan utama ajaran Islam ialah untuk kemaslahatan dunia dan akhirat, yang secara garis besar mengatur tiga hal, yakni hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka syariat Islam pada dasarnya untuk memelihara tujuan umum dalam alam nyata yaitu membahagiakan individu dan jama’ah, memelihara aturan serta menyemarakkan dunia dengan segala sarana yang akan menyampaikannya pada jenjangjenjang kesempurnaan, kebaikan, budaya dan peradaban yang menonjol, sebagaimana misi Islam sebagai rah}matan li al-‘alamin (rahmat bagi semesta alam). Oleh karena itu, Ahmad Zaki Yamani—sebagaimana dikutip oleh M. Yatimin Abdullah—menyebutkan bahwa syari’at Islam identik dengan dua karakteristik utama. Pertama, bahwa syari’at Islam itu luwes, dan dapat menanggulangi semua persoalan yang berkembang dan berubah terus. Kedua, bahwa dalam pusaka perbendaharaan hukum Islam terdapat dasar yang mantap untuk pemecahan-pemecahan yang dapat dilaksanakan secara cepat, cermat, bagi persoalan yang paling pelik di masa kini.Â
NASIONALISME DALAM PERSPEKTIF BAHASA SEBAGAI PERWUJUDAN JATI DIRI BANGSA
Arif Ma'mun Rifa'i
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 2 (2015): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v9i2.84
Sebagai makhluk sosial bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena manusia selalu berkomunikasi dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhanya baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Bahasa merupakan seperangkat alat yang berfungsi sesuai dengan tujuan digunakanya bahasa tersebut. Interaksi akan terjalin dengan baik jika kesepakatan budaya dalam berbahasa disepakati bersama. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang patut kita banggakan, karena ditetapkanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional bukan diangkat dari bahasa daerah atau bahkan bukan dari keberhasilanya bahasa asing dalam menjajah akan tetapi memang dimunculkan sebagai bahasa tersendiri dengan tujuan sebagai pemersatu bahasa-bahasa daerah di seluruh nusantara dan ini tidaklah semua negara dapat mengambil keputusan seperti negara Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh bapak pendiri bangsa ini. Pembahasan dalam paper kali ini adalah opinion based paper, penulis mengulas jiwa seorang nasionalisme dalam perspektif penggunaan, perhatian dan sikap terhadap bahasa yang berposisi sebagai perwujudan jati diri bangsa serta hal-hal yang dipandang penting untuk dilakukan bagi setiap warga negara sebagai implementasi dari nasionalisme. Dari pemaparan dapat disimpulkan bahwa bahasa bukanlah hanya sekedar aset semata, tetapi sebagai pondasi suatu bangsa bahasa sebagai salah satu pengikat yang dapat membangun kebersamaan dan nasionalisme suatu kelompok komunitas, selain elemen ras, dan agama. Bapak pendiri bangsa Indonesia tidak membangun bangsanya di atas elemen ras, penggunaan bahasa daerah memiliki dampak positif maupun negatif terhadap bahasa Indonesia yang merupakan simbol dari nasionalisme itu sendiri. Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keseluruhan kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda. Dibangunnya sikap nasionalisme menjadi sangat penting dengan cara mempertahankan bahasa. Seseorang dapat dilihat jiwa nasionalismenya melalui bagaimana seseorang menggunakan dan peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia.
MENUMBUHKAN RASA KASIH SAYANG DALAM MENANGANI ANAK BERMASALAH
Luluk Muasomah
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 2 (2015): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v9i2.85
Ada beberapa perilaku siswa yang dianggap bermasalah, sebagian mereka yang suka mencuri, suka mengumpat, tidak mandi berhari-hari, berbohong, dan menganggu siswa-siswi yunior. Mencuri di sekolah pada umumnya sebuah tindakan komunal yang dilakukan bersama-sama. Dan ini berindikasi bahwa pencurian dilakukan untuk mencoba-coba, dan menunjukan sikap keberanian, dan kepemimpinan sebagai faktor penyebab pencurian ini.Jika ada kebiasaan anak suka mencuri di sekolah bisanya dilakukan secara komunal, bersama-sama. Pencurian komunal mengindikasikan bahwa mencuri dilakukan lantaran untuk mencoba-coba, menunjukkan keberanian, dan kepemimpinan. Di Summerhill jarang terjadi pencurian yang dilakukan seorang diri. Anak yang sebelumnya suka mencuri kelak ketika umur mereka tiga belas tahun akan berhenti mencuri. Dengan demikian kebebasan dan kasih sayang, telah melahirkan kebahagian. Dan hanya itulah yang dibutuhkan untuk membentuk generasi muda yang sehat secara mental dan jasmani. Hanya kebebasan dan kasih sayang yang dibutuhkan setiap anak, baik anak-anak normal maupun anak-anak yang bermasalah.Sikap dan tabiat seorang anak sangat ditentukan oleh sikap dan tabiat orang tua. Anak yang terbiasa melihat orang tua berbohong maka suatu keniscayaan jika anak tumbuh sebagai seorang pembohong. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang normal maka menjadi sebuah keniscayaan pula jika mereka tumbuh secara normal. Hukuman-bagi anak-anak nakal ditentukan oleh anggota komunitas Summerhill dalam Rapat Umum. Pernah pada sebuah Rapat Umum ada anak yang dilaporkan karena menjual berbagai pakaian. Hal itu dilarang di Summerhill dengan alasan tidak adil terhadap orang tua yang telah membelikan pakaian itu dan juga tidak adil bagi sekolah karena ketika mereka pulang orang tua mereka akn menyalahjkan sekolah. Anak tersebut dihukum tidak boleh naik lantai atas selama dua hari dan harus tidur pada pukul 20.00, anak itu menerima hukuman tanpa protes. Pada dasrnya anak-anak tidak akan merasa tertekan dan dendam terhadap hukuman yang mereka tentukan sendiri. Anak-anak akan merasa tertekan ketika hukuman adalah menjadi otoritas orang dewasa. Di Summerhill semua anggota komunitas mempunyai hak yang sama sehingga anak-anak tidak akan merasa dendam dengan hukuman yang mereka terima.  Â
KEMISKINAN DALAM PANDANGAN EKONOMI SYARIAH Poverty With Economic Syariah
Hamdani Hamdani
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 2 (2015): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v9i2.87
Kemiskinan adalah sebuah fenomena manusia sejak Nabi Adam As. diciptakan Allah SWT. Fenomena ini tidak akan pernah hilang di muka bumi, meskipun angka kemiskinan bisa dikurangi secara statistik. Secara kodrati tidak ada yang menghendaki manusia miskin, atau hidup serba kekurangan dan kenistapaan. Manusia miskin selalu dikucilkan dan direndahkan oleh lingkungannya, sehingga kemiskinan harus diperangi bersama untuk menjadikan manusia bermartabat dan terlindungai secara materi dan moril. Abu Dzar al-Ghifari mengibaratkan kemiskinan itu menjadi penyebab kekufuran sebuah negeri. “Apabila kemiskinan masuk pada suatu negeri, maka kekufuran akan berkata pada kemiskinan itu, bawalah aku bersamamuâ€. Dalam pandangan ekonomi Syariah kemiskinan didefinisikan sesuatu tidak terpenuhinya kebutuhan bahan pokok dan kesehatan kepada diri manusia secara menyeluruh, juga tidak meratanya distribusi bahan pokok terhadap manusia yang membutuhkan. Kelaparan dan kekurangan pangan merupakan bentuk terburuk dari kemiskinan yang dihadapi manusia. Dimana kelaparan dan kekurangan merupakan sebab akibat dari kemiskinan. Padahal jauh sebelumnya, Islam sudah memerangi kemiskinan di negara Madinah yang dipimpin oleh Sahabat Rasulullah Abu Bakar As-shidiq. Abu Bakar As-Shiddiq telah melakukan perang suci terhadap kemiskinan dengan cara memerangi orang-orang dhalim atau kaya yang enggan membayar zakat, pajak yang merupakan kebutuhan orang miskin dan membentuk baitul Mal Untuk kesejahteraan umat Islam. Menurut Badan Statistik Indonesia orang yang dikatagorikan orang miskin adalah jika seseorang pendapatannya setiap hari kurang dari Rp. 10.000. Oleh karena itu, perlu sebuah terobosan besar dan solusi konkrit untuk mengatasi kemiskinan yang setiap hari semakin bertambah. Ekonomi Syariah sebagai disiplin ilmu baru, mencoba untuk memberikan solusi dan perspektif baru dalam menyelesaian kemiskinan dan meningkatkan taraf kehidupan ekonomi masyarakat.
HUKUM INTERNASIONAL: DISKURSUS PEMETAAN PERGUMULAN ISTILAH DAN IMPLIKASI SERTA SIFAT HUKUMNYA
Lina Nur Anisa
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 2 (2015): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v9i2.88
Pembahasan tentang hukum internasional (international law) sampai hari ini masih sangat menarik, karena selalu ada perkembangan saling mempengaruhi dan terkadang saling bertentangan dalam beberapa kaedahnya. Ketika sebagian akademisi masih mempertanyakan status hukum internasional yang benar-benar relevan untuk diterapkan, di saat yang sama hukum internasional telah benar-benar nyata dan mampu mempengaruhi tatanan bangsa-bangsa di dunia dalam semua aspek. Banyak pihak yang meragukan eksistensi hukum internasional, apakah hukum internasional merupakan norma hukum positif yang sesungguhnya atau hanya sekedar norma moral (positive morality), merupakan masalah klasik yang selalu diajukan oleh para pihak yang meragukan atau skeptis terhadap hukum internasional. Dengan memaparkan beberapa istilah, implikasi, dan kekuatan mengikat, beserta contoh kasus dan argumen dari beberapa tokoh dalam hukum internasional, diharapkan tulisan ini dapat menjawab segala polemik yang berkembang dengan pendekatan yang efektif untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya pergulatan istilah dan implikasinya dalam hubungan internasional antar negara satu dengan negara lainnya.
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA
Rohmatun Nurul Hidayah
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 2 (2015): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.56997/almabsut.v9i2.89
Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal. Salah satu Tokoh yang terkenal dan mempunyai konsep yang bagus adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah seorang pelapor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Ki Hajar Dewantara memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Ciri khas dari pendidikan anak usia dini Ki Hajar Dewantara adalah: Budi Pekerti, Sistem Among Teori Trikon dan Tri Pusat Pendidikan. Implementasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini dengan menerapkan konsep belajar sambil bermain dan pemberian teladan dengan metode dongeng. Alat pendidikan yang digunaka Beliau untuk mendorong keberhasilan proses pendidkan adalah dengan motivasi, penguatan, penghargaan dan sangsi sosial.