cover
Contact Name
Siti Rokhmah
Contact Email
penerbithellowpustaka@gmail.com
Phone
+6282316484975
Journal Mail Official
penerbithellowpustaka@gmail.com
Editorial Address
Jl. Dampuawang No. 9 Simpang Tiga Utara Karangampel Indramayu Jawa Barat 45283
Location
Kab. indramayu,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies
ISSN : -     EISSN : 30313864     DOI : https://doi.org/10.61166/bunyan
Core Subject : Religion, Social,
Al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur’an and Hadith Studies is peer-reviewed journal published by Hellow Pustaka Publisher. The journal is aimed to publish research contributing to the development of theory, practice, and policy making in Qur’an and Hadith Studies. It therefore intends to create an interface between academic research and its practical application. The journal welcomes theoretical; technical; and applied articles that draw on all areas of Qur’an and Hadith Studies.
Articles 39 Documents
Tafsir Maudhu’i Surat Al-Ma’un Tentang Ciri-ciri Orang yang Mendustakan Agama Fahrur Rasyid
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 1 No. 1 (2023)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v1i1.1

Abstract

Surat ke-107 al-Ma’un, artinya Barang-barang yang berguna, lengkap ayat 1-7. Mengandung penjelasan tentang akhlak orang-orang yang mendustakan agama dan Akhirat, sebagai bentuk peringatan untuk orang-orang yang beriman dan celaan atas orang-orang kafir. Ciri pendusta agama menurut surat Al Ma’un adalah mereka yang menghardik anak yatim dan tidak mau memberikan haknya dari harta yang dimiliki, termasuk orang-orang yang pelit kepada fakir miskin. Para ahli tafsir menafsirkan kata menghardik adalah berlaku sewenang-wenang, tidak memberikan hak, dan menganiayanya. Oleh karena itu, orang yang menghardik anak yatim disebut sebagai pendusta agama. Secara keseluruhan pendusta agama yang telah digambarkan oleh surat al-Maun antara lain perilaku buruk terhadap anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, enggan mengingatkan/menganjurkan pada kebaikan, lalai dalam mendirikan sholat, menipu diri dengan perbuatan ria dan enggan berbuat baik.
Studi Matan Hadits Nabi Tentang Lalat yang Jatuh Di Minuman Nur Sahid
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 1 No. 1 (2023)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v1i1.5

Abstract

Hadits merupakan teks normatif kedua setelah al-Qur’an yang mewartakan prinsip dan doktrin ajaran Islam. Oleh karenanya, kritik terhadap hadits (naqd al hadits) memiliki peran yang sangat penting karena kedudukan hadits tersebut. Salah satunya adalah kritik matan  hadits  mengenai pengaruh  sayap  lalat  terdapat  perspektif hadits. Dari penelitian tersebut, maka dapat dengan keshahihan matan hadits tentang lalat pada makanan dan minuman dengan atau tanpa dicelupkan, membenarkan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa sayap lalat itu terdapat penyakit beserta penawarnya. Penelitian sains  membuktikan kebenaran mengenai matan hadits Rasullah tersebut. Dapat disimpulkan bahwa lalat pada minuman dengan dan tanpa  dibenamkan seluruh tubuh  ternyata  memberikan hasil yang signifikan. Hal tersebut tentu saja membenarkan apa yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammmad SAW sebagaimana yang telah dijelaskan pada hadits diatas yang bahwa sayap tersebut terdapat penyakit dan sekaligus penawarnya.
Pemikiran dan Kontribusi Ilmuwan Muslim Nashirudin Al-Thusi Ahmad Budi Susanto
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 1 No. 1 (2023)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v1i1.6

Abstract

Kemajuan pemikiran di dunia Islam terus berlangsung. Sikap terbuka, toleran, dan akomodatif umat Muslim terhadap dominasi pemikiran dan peradaban asing semakin meningkatkan hasrat terhadap ilmu, budaya akademik, serta peran cendekiawan Muslim dalam pemerintahan dan lembaga sosial masyarakat. Aliran-aliran yang menekankan rasio dan kebebasan berpikir semakin tumbuh, seiring dengan peningkatan kemakmuran di berbagai negara Islam. Tantangan yang dihadapi oleh Islam pun semakin rumit, mendorong perlunya solusi yang dapat berkembang seiring berjalannya waktu. Dalam konteks ini, doktrin yang mengakui akal sebagai salah satu sumber kebenaran dan pengetahuan menjadi mungkin. Al-Quran dan Hadis sering kali menekankan pentingnya penalaran, penelitian, dan pemikiran. Dari doktrin ini, muncul filsafat di dunia Islam, dengan kontribusi penting dari beberapa filsuf yang dihargai oleh ilmuwan Barat. Nasiruddin At-Tusi, yang diakui sebagai "filsuf Islam, ilmuwan serba bisa," atau tokoh multitalenta, merupakan ilmuwan Muslim dari Persia yang berperan dalam kemajuan berbagai bidang ilmu, termasuk Astronomi, Kimia, Biologi, Filsafat, Matematika, Kedokteran, dan Ilmu Agama Islam. Penelitian ini secara khusus mengeksplorasi pemikiran dan peradaban Islam melalui perspektif Nasiruddin At-Tusi. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka dengan pendekatan kualitatif, mengumpulkan data dari literatur yang membahas filsafat, pemikiran, dan peradaban Islam. Hasil penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan filsafat dan sejarah pemikiran serta peradaban Nasiruddin At-Tusi, sambil menyoroti peran pentingnya sebagai tokoh pembaharuan dalam dunia Islam.
Pemikiran dan Gagasan Pembaharuan KH Ahmad Dahlan Achmad Mutaali
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 1 No. 1 (2023)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v1i1.7

Abstract

Gagasan-gagasan yang dihasilkan oleh Ahmad Dahlan masih dapat ditemukan secara meluas dalam sejumlah karya tulisnya. Terutama dalam bidang pendidikan, fokus utama pemikirannya adalah pada esensi dan tujuan dari pendidikan, sambil berusaha melakukan pembaruan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam. Tujuan pendidikan dari KH, ahmad dahlan Membentuk Individu Berkarakter Islami, Pembaharuan Pendidikan Islam, Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Menyatukan Pendidikan Agama dan Umum, Mengembangkan Budaya Belajar,Menyebarkan Pemikiran Moderat dan Toleran, Metode penelitian yang di gunakan adalah penelitian literatur, yang melibatkan penyelidikan data dan informasi dari berbagai sumber di perpustakaan. Sumber-sumber tersebut mencakup buku, majalah, dokumen sejarah, dan berbagai referensi lainnya. Dalam jurnal ini, sumber data diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu data utama (primer) dan data tambahan (sekunder) hasil dari penelitian menunjukkan bahwa menurut Ahmad Dahlan, hakikat dan tujuan dari pendidikan Islam adalah menciptakan individu yang beriman, progresif, dan tekun dalam dunia pekerjaan, baik dalam aspek dunia maupun akhirat. Implementasi dari konsep ini diwujudkan melalui pembelajaran akhlak, pembinaan individu, dan pembentukan masyarakat
Pendidikan Cinta Jalaludin Rumi: Analisis Buku Fihi ma Fihi Rizkia Apriani
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 1 No. 1 (2023)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v1i1.8

Abstract

Jalaludin Rumi yang memiliki nama asli Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi merupakan seorang sufi, yuris dan teolog, sekaligus penyair masyhur dari abad ke-13. Dalam bidang kesufiannya, salah satu yang menjadi penekanannya adalah masalah pendidikan cinta, hal ini dapat kita temukan dalam karya-karya kesufian beliau, salah satunya karya beliau yang berjudul Fihi ma Fihi. Pendidikan cinta Hadir sebagai alternatif dalam mengatasi Krisis akhlak dan moral yang ada ditengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendidikan cinta yang terdapat dalam buku Fihi ma Fihi dan menemukan relevansinya dengan Pendidikan akhlak. Dengan metode penelitian kepustakaan (library research), peneliti menemukan bentuk pendidikan cinta Jalaludin Rumi dalam buku Fihi ma Fihi terbagi menjadi dua yaitu, Pendidikan cinta manusia pada tuhannya yang meliputi sifat tawaddu, tawakkal, dan beryukur, dan Pendidikan cinta sesama manusia yang meliputi sifat, saling memuliakan, saling menegur dan saling tolong menolong. Adapun bentuk relevansinya dengan pendidikan akhlak adalah segala bentuk pendidikan cinta Jalaludin Rumi merupakan wujud bagian dari akhlak-akhlak yang mulia di dalam Islam yang menjadi sikap yang merupakan tujuan pendidikan akhlak, selain itu pendidikan cinta Jalaludin Rumi juga dapat menjadi wujud dalam upaya mendidik sikap batin seseorang agar mampu mendorong lahiriah seseorang bersikap dengan akhlak-akhlak yang baik.
The Tradition of Reading Surah Al-Rahman (Living Qur'an Study at Ma'had IDIA Putra Prenduan Sumenep) Fauzi Fathur Rosi; Zainuddin
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v2i1.9

Abstract

The Al-Qur'a n (living Qur'an) program in Ma'had IDIA became the master of Ma'hadi, which was maintained by the Master of IDIA son. Reading the Qur'a n by the Master of the program Plus TMI and Tahfidz is not correct in a certain letter, whereas in Ma'had IDIA son su>rah al-Rahma>n became the ruler of Ma'hadi. Implementation of the tradition of reading Su'rah al-Rahma'n in Ma'had IDIA son Prenduan is carried out every day after the prayer of the calf at exactly 11:30 WIB. The readings of Al-Rahma n are directed directly by Mu'allim, who is followed by the whole Mahasantri, and they begin by surrendering to the masjids before entering the readings of Al-Rahman, and by reciting the Su'rah al-Rahma with tartils together. The purpose and benefit of the tradition of reading Surah al-Rahma is to build a Mahasantri custom to read Su'rah al-Rahma after performing Dzuhur's prayer, enhance the work of Sha'lih and strive to thank God SWT. And hopefully God's SWT, gets the peace of mind as an emotional psychological cure for the Mahasantri.
The Concept of Hijrah in the Al-Qur’an: Contextualization in the Millennial Era in the Ma'na-Cūm-Maghza Approach Nur Habib Musthofa
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v2i1.10

Abstract

In this millennial era, emigration has become a very popular religious issue. The problem with the term hijrah itself is not only misunderstood, but the term hijrah in this melennial era is also misused by several groups. This is because the term hijrah nowadays, apart from experiencing reconstruction of meaning, has also undergone commodification in terms of application. In this problem, researchers try to examine verses that explain the hijrah contained in the Qur'an using the Ma'nā-cum-Maghzā approach theory. This is because this method combines classical Islamic scholarship and modern hermeneutics which is relatively new in the academic realm. In this research, researchers will look for the relevance of the meaning of hijrah and its understanding in the present. Researchers concluded that the migration itself was carried out long before the time of Muhammad's prophethood. However, the term hijrah itself became popular among Muslims during the first migration of the Prophet Muhammad, namely from the city of Mecca to the city of Medina. The emigration of the Prophet Muhammad at that time was due to saving himself and the people from interference and pressure from infidels who rejected the teachings brought by the Prophet Muhammad at that time. During the prophetic period, researchers discovered several significance of the hijrah, namely; At first, the command to emigrate aims to save oneself, religion, and even the people from interference from infidels. Second, the command to emigrate to abandon sinful acts. Third, the command to emigrate to disseminate the teachings ordered by Allah SWT. Fourth, the command to help people who emigrate. Fifth, the value of hijrah contains a serious message. In the current era, researchers explain that the significance and relevance of hijrah in the current context (Maghza Al-Ayah) is: First, to improve oneself for the better, by abandoning sins or actions that are prohibited by religion. Second, to help each other in good things. Third, be serious about doing a good deed.  
Application of the Qira'ah Mubah Method in Content on the Mubadalah.Id Website (In April 2023) Iza Ma’rifah; Tantan Hermansah
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v2i1.11

Abstract

This research examines the relevance of Qira'ah Mubadalah's values and Kartini's thoughts in the content presented by Mubadalah.id during April 2023. The focus of the research is to understand the extent to which understanding and appreciation of Kartini's struggle is reflected in the content, as well as the influence and relevance of kartinian values in discussions and articles published on the platform. This relevance can be related to the values and perspective of Qira'ah Mub is one that has 3 indicators, namely a perspective (minzhar) that humanizes humans. Second, how to read (qira'ah) reference texts by placing men and women as subjects and complete humans. Third, the way of grouping or in Arabic terms (qa'idah) experiences, distractions, or cooperation between men and women is reflected in the word cloud and word frequency tables. This research is a type of qualitative research using text data in the media, samples and techniques for sampling news/documents (text) in the form of content on the Mubadalah.id website totaling 20 articles in the April 2023 time period. Data Sources and Data Collection Methods used are primary data collected from the website. Data is retrieved by downloading articles and saving them using pdf. And in data processing, data is processed using Nvivo software by utilizing the word cloud feature. The research results show that the content of Mubadalah.id predominantly discusses the issues of women, Kartini, figures, migrant workers, and the like. The word "woman" appeared 216 times, indicating the significance of the issue of women in the content.  Therefore, this research provides insight into the potential of preaching gender equality through social media and confirms the relevance of Kartini's values in a contemporary context.
Theistic Democracy Studies Hadith Analysis Deliberations in Contemporary Islamic Political Ethics Mahasin Haikal Amanullah; Muhammad Adip Fanani
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v2i1.17

Abstract

Islam is a religion that exists as a religion today, where many universal questions are discussed, one of the main topics of today's big questions is democracy in politics. Although Islam talks about democracy, ironically, Islam itself does not specifically mention the ideal form of a political system. In this context, the discussion about the ideal political formula becomes clearly important among Muslims in modern times, especially against the backdrop of Western civilization which can be said to have destroyed Muslims with its culture. In the midst of this chaotic situation, contemporary Muslim intellectuals present as Muslim thinkers who seek to present the "ideal" concept of modern Islamic politics. In this study, the author tries to emphasize that the substantive principles of Islam must be applied in the country's political system, in this case theistic democracy exists as a legacy from the problematic modern state. Democracy, or deliberation in Islamic nomenclature, is one of the ethical values ​​of constitutional politics in current political life.
The Domestic Role of Men in the Qur'an (Comparative Study of the Interpretation of Imam Al-Tabari and Zainab Al-Ghazali ) Lumanatul Latifah; Fauzi Fathur Rosi
al-Bunyan: Interdisciplinary Journal of Qur'an and Hadith Studies Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Penerbit Hellow Pustaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61166/bunyan.v2i2.19

Abstract

In Indonesia generally, parents or the environment indirectly differentiate the roles of boys and girls. Demands for gender equality are starting to reverberate because more parties feel the need to voice this issue. Seeing this phenomenon, it is important to know how the role of men where Al-Tabari represents classical interpretation and Zainab al Ghazali represents contemporary interpretation. This study uses a qualitative approach with the type of library research. The results of this study indicate that Imam al-Tabari interprets that men are responsible for women because men are more important than women, men's priority is because they provide dowry and maintenance, whereas according to Zainab al-Ghazali Allah SWT determines men to be responsible for women, and they have the right to lead and be guardians in the family. The difference between al-Tabari and Zainab Al-Ghazali lies in the interpretation in dealing with wives who are nushuz, that is, if they don't change after being given advice, according to al-Tabari if they don't change, confine them to their place of residence, whereas according to Zainab Al- Ghazali if it doesn't change after being given advice then ignore it by separating beds.

Page 1 of 4 | Total Record : 39