cover
Contact Name
athifatul wafirah
Contact Email
athifatulwafirah12@gmail.com
Phone
628197444487
Journal Mail Official
stiqnis.alqorni@gmail.com
Editorial Address
Jl. KH. Moh. Sirajuddin No. 03, Pondok Pesantren Nurul Islam, Karangcempaka, Bluto-Sumenep 69466
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
(Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir)
ISSN : 2502549X     EISSN : 25806394     DOI : -
Jurnal kami bertujuan untuk menerbitkan penelitian atau karya tulis ilmiah lainnya yang berkualitas tinggi di bidang Ilmu al-uran dan Tafsir, dengan penekanan khusus pada aspek Hukum, Sains, historis, teologis, dan sosial-budaya. Kami menyambut artikel penelitian asli atau KTI, ulasan, dan esai kritis yang berkontribusi pada pemahaman pemikiran dan praktik Islam.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 58 Documents
KISAH PENGHANCURAN AṢHĀB AL-FĪL (Telaah atas Penafsiran Mufassir Klasik dan Modern pada Surah al-Fīl) Afifullah, Afifullah
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 1 (2016): Januari
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu cara Allah memberikan pelajaran kepada umat manusia adalah dengan menggambarkan kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Salah satu kisah yang mengandung hikmah dan menarik perhatian penulis di dalam kitab suci Al-Qur’an tersebut adalah kisah pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, penguasa Yaman yang berada di bawah kekuasaan Negus di Ethiopia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sejarah dengan membandingkan penafsiran para ulama antara mufassir klasik dan modern untuk mendapatkan pengetahuan secara komprehensif terkait dengan kisah pasukan bergajah yang berambisi menghancurkan Ka’bah sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Fil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, dari sekian pendapat mufassir baik klasik maupun modern berpendapat bahwa Abrahah dan pasukannya menggunakan gajah dalam ekspansinya dengan misi ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sedikit pengetahuan penulis bahwa kebanyakan pasukan-pasukan dalam peperangan zaman dahulu itu biasanya menggunakan kuda ketika berperang, karena kuda adalah kendaraan yang efektif untuk perjalanan termasuk untuk peperangan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu meneliti lebih dalam bagaimana penafsiran surah al-Fīl menurut para mufassir klasik dan modern. Untuk literatur tafsir klasik, penulis hanya mengambil dua tafsir, yaitu Tafsīr Jami’ al-Bayān ‘an Ta’wīl al-Qur’ān karya al-Ṭabari dan Tafsir al-Qur’ān al-Aẓīm karya Ibn Kaṡīr. Sementara untuk tafsir modern, penulis juga mengambil dua tafsir, di antaranya, Tafsīr al-Qur’ān Juz ‘Amma karya Muḥammad ‘Abduh, serta tafsir Tahrīr wa al-Tanwīr karya Ibn ‘Āsyūr.
MELACAK AKAR SEJARAH FUNDAMENTALISME ISLAM Rahman, Abd. Sukkur
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 1 (2016): Januari
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih jauh pemikiran dan gerakan kelompok fundamentalis yang selalu berambisi untuk memberlakukan syariat Islam. Lebih ironis lagi, besarnya ambisi tersebut membuat mereka tidak hanya memusuhi orang-orang nonmuslim, melainkan juga orang muslim yang tidak sepaham dengan mereka, karena kebenaran seolah-olah hanya ada pada mereka. Dengan penafsiran yang cenderung literlek, bagi mereka pemberlakukan syariat islam bagaikan obat antibiotic yang dapat menyembuhkan semua penyakit di setiap tempat dan waktu. Mereka berpandangan bahwa syariat Islam itu sempurna karena mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat dari mulai ibadah, muâmalah sampai sistem pemerintahan. Klaim kesempurnaan syariat Islam ini selalu diulang dalam berbagai kesempatan. Implikasinya adalah syariat Islam seakan-akan tidak membutuhkan teori atau ilmu non-syariah. Semua problematika ekonomi, politik, sosial, budaya, dan hukum bisa dipecahkan oleh syariat Islam yang telah diturunkan Allah lima belas abad yang lampau. Untuk menguatkan pemahamannya, tidak jarang mereka juga menggunakan ayat-ayat al-Qur’an. Landasan berpikir ideologis yang berdasar ayat al-Qur’an yang ditafsirkan berimplikasi epistemologis pada penegasian semua yang bukan Allah dan bukan dari Allah, serta berimbas pada pemberian label musyrik, kafir, fasik dan zalim bagi siapa saja yang tak menegasi selain Allah dan syariat-Nya. Hal ini terbukti pada perkataan muslim fundamentalis bahwa; siapapun yang enggan menegasikan sistem selain Allah, atau menolak dan memusuhi kedaulatan dan sistem Allah (Hakimiyyat Allâh dan syariat Allah) adalah musyrik jahiliyyah, karena mereka telah mensekutukan Tuhan dengan mengakui otoritas selain-Nya dan menggunakan sistem selain sistem-Nya
MISTIK ISLAM DALAM NASKAH LAYANG SUMEKAR. Rahman, Abd. Sukkur
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 1 (2016): Januari
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paham keagamaan dan tradisi tasawuf yang berkembang di Madura, khususnya di Sumenep tampaknya punya kesamaan dengan yang dipraktekkan oleh wali songo di jawa. Salah satu kitab yang menjadi rujukan tentang mistik Islam (tasawuf) khususnya pada masyarakat lokal Sumenep adalah naskah karya R. Aryo Syamsul Imam Prawiradiningrat yaitu naskah Layang Sumekar, yang menjadi obyek kajian penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengusahakan terciptanya proses pengembangan ilmu keagamaan yang bisa disumbangkan bagi pembangunan negara dan bangsa, dan dapat diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan khazanah kerohanian Islam untuk kemudian dapat memunculkan etika religius yang termanifestasikan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan kajian historis faktual mengenai teks Kitab, yakni Layang Sumekar karya R.Aryo Syamsul Imam Prawiradiningrat dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi teknik deduktif-analitis dan teknik analisis isi (content analysis). Dalam hal ini, penulis memfokuskan penelitian ini pada kitab Layang Sumekar, sehingga kerja dan proses pengumpulan data bertumpu pada kitab tersebut, yang merupakan sumber primer. Akan tetapi, sebagai bahan penunjang digunakan pula sumber-sumber sekunder. Dilihat dari sudut pandang mistik, kitab Layang Sumekar ini mengandung ajaran bahwa tujuan mutlak bagi manusia untuk memperoleh kesempurnaan hidup yakni tercapainya kesatuan abadi dengan Tuhan (manunggal). Karena itu manusia harus menjauhkan diri dari prilaku yang tak terpuji, serta membuang segala nafsu yang mampu membawa pada kesesatan.
KONSEPSI ETIKA MADURA : (Sebuah Tinjauan Filosofis) Wasi', Abd. Wasi'
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 1 (2016): Januari
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara umum,penelitian ini menjelaskan tentang keberadaan agama Islam untuk masyarakat Madura yang mempunyai peran mutlak dan menentukan dalam pembentukan etos, watak dan etika.Agama dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sudah menjadi organizing principle bagi orang Madura. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga prinsip dasar yang dijadikan sebagai prinsip etika dalam kehidupan masyarakat Madura. Ketiga prinsip itu adalah Kesopanan, Kehormatan, danEtos kerja yang tinggi. Secara filosofis, ketiga konsep dasar etik ini, jika diperhatikan, lebih banyak didasarkan pada prinsip malo yang berhubungan dengan harga diri seseorang. Malo di sini berbeda dengan todus, yang dalam bahasa Indonesianya juga berarti malu. Todus lebih terkait dengan pelanggaran norma. Akan tetapi malo secara otomatis menghilangkan eksistensi sosial budaya oreng Madura. Dalam tinjauan filsafat, etika Madura lebih mengarah pada etika filosofis, artinya etika lebih banyak melihat kepada apa yang bermakna (what the meaning) dan sedikit memperhatikan pada apa yang benar (what the true( secara normatif.Dengan kata lain, etika madura bersifat pragmatis terutama pada penerapan prinsip tindakan dalam rangka melestarikan kehormatan harga diri, sehingga nilai baik dan buruk, benar dan salah dan prinsip-prinsip lainnya direlatifkan. Dalam Islam, akhlak bersusun berdasarkan tauhid melalui wahyu al-Qur’an dan diwujudkan dalam bahasa tingkah laku dan karena itu tingkah laku sosial tidak boleh lepas dari konteks iman.
MEMAHAMI AL-QUR’AN MELALUI HADIS NABI (Telaah Epistemologis Tafsir al-Qur’an bi al-Sunnah) ., Kusroni
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 2 (2017): alqorni
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Memahami al-Qur’an tidak bisa lepas dari pemahaman yang mendalam terhadap hadis Nabi Muhammad saw. Hadis Nabi menempati posisi yang sangat signifikan dalam rangka mengurai makna dan kandungan al-Qur’an. Hal ini karena al-Qur’an diturunkan melalui malaikat Jibril as. kepada beliau, dan beliau pula manusia pertama yang ditugaskan untuk menyempaikannya pada umat manusia. Dalam diskursus tafsir, dikenal dua sumber dalam acuan atau dasar dalam memahami al-Qur’an, yaitu sumber ma’tsur, dan sumber akal-rasio atau disebut juga ra’yu. Yang pertama disebut juga tafsir orisinil (al-ashil), dan yang terakhir dikenal dengan istilah orisinil al-dakhil (tidak orisinil). Tulisan ini berupaya menjelaskan epistemolgi tafsir al-Qur’an yang bersumber dari Hadis Nabi Muhammad saw. (al-Qur’an bi al-Sunnah). Sebagai salah satu metode orisinil (al-ashil) kedua setelah al-Qur’an bi al-Qur’an, metode ini harus difahami oleh para pengkaji al-Qur’an sebagai pondasi utama sebelum memanfaatkan sumber lain, seperti qaul al-shahabi, isra’iliyyat, maupun akal-rasio atau ra’yu.
Hermeneutika Dan Dekonstruksi Hadis Rukyah Al-Hilal Nurkhanif, Muhammad
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 2 (2017): alqorni
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu objek kajian ilmu falak adalah penentuan awal Ramadhan dan Syawal. Penentuan tersebut dapat dilakukan dengan rukyat, dan hisab. Metode rukyat dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, sahabat, tabiin sampai sekarang. Rukyat yang dapat dilakukan oleh semua ini orang dilakukan dengan cara melihat hilal ketika matahari terbenam di akhir bulan. Hisab adalah perhitungan posisi dan ketinggian hilal saat matahari terbenam. Jika hilal tidak dapat terlihat karena cuaca maka bulan Syakban menjadi 30 hari. teori seperti ini dapat disebut dengan istikmal. Cara lain dapat ditempuh dengan cara mengkira- kirakan posisi hilal, teori ini diesebut dengan faqduru lahu. Masalah penentuan hilal hingga sekarang
Penerapan Kitab Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’allim sebagai Pembentukan Karakter Aswaja Santri di MA. Nurul Islam Sumenep Muwafiq, Ahmad
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 2 (2017): alqorni
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to study the implementation of Islamic book entitled Adab al-'Alim wa al-Muta'allim that is used to shape "aswaja (following Prophet Muhammad)" characters of santri (students) at Islamic Senior High School Nurul Islam. It uses method of case study with a qualitative approach. Then, its datas are collected by observation, interview and documentation, and purposeful samplings are determined. Next, the datas are analyzed by describing the case and setting in detail in which naturalistic generalization is developed then. The results showed that the book is implemented in two approaches. Firstly, it is implemented as a policy by considering the book as reference of lesson of akhlak (morality). Secondly, it is implemented through learning process by two methods: (1) a teacher translates words in the book lexically and explain; (2) the students are required to finding the meaning of the words by themselves and explaining the findings in the next meeting. The methods of the implementation are hoped to shape characters of self responsibility, politeness and confidence that are in line with values of Aswaja.
SUFI MODERN DAN KONTEMPORER: SUFI MODERN DAN KONTEMPORER Amalia, Roziana
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 2 (2017): alqorni
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tasawuf dipandang sebagai “ancaman” bagi gaya hidup (life style) modern yang saat inidigandrungi mayoritas masyarakat. Tasawuf dikira sebagai suatu kehidupan yang tidak bolehmengikuti perkembangan zaman, miskin, terasing, dan beribadah tanpa henti (seperti Puasa,Shalat, Dzikir dan sebagainya dalam waktu dan porsi yang tidak terbatas). Sehubungandengan salah pemahaman seperti di atas, maka banyak orang awam yang anti terhadaptasawuf.Pemahaman tersebut tentu saja pemahaman yang keliru. Tasawuf memang tidak ada sejak awal Islam di masa Rasulullah SAW, masa Sahabat, masa tabi’inbhakan masa tabi’ut tabi’in.Istilah sufi dikenal luas setelah abad ke-3 Hijriyah. Istilah ini dikenal sejak Abu Hasyim alKufi al-Sufi (w. 250 H), dengan meletakkan nama ‘Al-Sufi’ di belakang namanya. Meskipun sudah banyak orang yang ahli di bidangnya, seperti pemikiran Zuhud, Khauf, Raja’, Mahabbah dan Wara’ dan Tawakkal, namun dialah yang digelari al-Sufi.Pada zaman Rasulullah SAW hidup, semua orang menjadi sufi, yaitu keluar dari budiperangai yang tercela dan masuk ke dalam budi perangai yang terpuji. Baik Nabi dansahabatnya yang berempat atau yang beribu-ribu itu semuanya berakhlak tinggi, berbudimulia, sanggup menderita lapar dan haus, dan jika mereka beroleh kekayaan, tidaklahkekayaan itu lekat ke dalam hatinya sehingga melukakan hati itu jika terpisah.
SPIRITUALITASPOLITIK KAUM SANTRI: (Upaya menghadirkan spiritualitas politik dalam panggung kekuasaan) Ridho, Achmad Ainur
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 2 (2017): alqorni
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Political spirituality is termenology refer to a concept about substance of religious messasges of politic, consist of political paradigm and political ethic. Political spirituality was be discourse to appear on politic constellation as solution wherever the problems of nation-state caused by image of politic. Politicians as like lose of religious morality control in playing political act in which create anomaly of power. One of chronic epedemies were corruption380that be seriously problem until now.In a concept of political spirituality used be proclaimed by santri as presentation or pesantren to make a color or new constellationof politic in Indonesia.
MEMBRANDING PENDIDIK PROFETIK BERBASIS INTERPRETASI AL-QURAN DI ERA GLOBALISASI Yaqin, Ainul
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 1 (2016): Januari
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Trending topik dalam dunia pendidikan saat ini terpengaruh dengan arus gelobalisasi yang notabenenya berbigron terhadap sebuah negara maju, walaupun kemajuan sebuah negara yang dijadikan acuan bigron tidak sesuai dengan landasan hukum kearifan negara yang baru berkembang seperti negara kita tercinta indonesia, yaitu negara multikultural, multi etnis bahkan multi agama dengan di dominasi oleh mayoritas muslim yang mempunyai kitab suci al-Qu’ran. Sejak XVIII abad yang silam al-Qu’ran telah menawarkan idealisme pendidikan yang akuntabel dengan mengirimkan tokoh pendidik profetis seperti baginda nabi Muhammad SAW. Sehingga banyak melahirkan generasi yang handal disegala bidang sejak masa sahabat juga pasca masa sahabat seperti Ibnu Abbas, Ibnu Jarir Atthabari, sang ahli tafsir, Ibnu Sina sang ahli kedokteran, semua bukti tersebut merupakan outcome dari keberhasilan produk para pendidik profetik tempo dulu, maka tidak heran apabila Kuntowijoyo sang tokoh sosiologi mengatakan pendidikan harus kembali pada missi profetik, yaitu memanusiakan manusia (Humanisasi), berijtihad / pembebasan (liberasi), dan keimanan manusia (transendensi). Dalam rangka upaya memaksimalkan peran profetiknya tidak dapat menempatkan manusia sebagai subjek pendidikan dalam setting teologisfilosofis, bukan sebagai objek pendidikan. Berdasarkan analisis interpretasi al-Quran, sesuai kapasitas kemampuan penulis, maka sesosok pendidik Profetik dalam kajian ini dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu; Allah SWT. sang maha Alim dan maha segalanya, Rasulullah SAW. sebagai tokoh sentral para penghuni muka bumi, Orang Tua yang telah melahirkan selain menjadi Madrasatul Ulaa juga sebagai barometer pembentuk awal karakter dan psikologi anak dan yang terahir adalah Orang Lain yang mendapatkan ilmu-ilmu Hikmah dari Allah SWT. Keempat pendidik Profetik berabasis interpretasi al-quran tersebut harus selalu menjadi bahan kajian utama disemua tempat dan situasi dalam rangka menjawab tantangan Era Globalisasi, siapa saja keempat klasifikasi para pendidik Profetik berbasis Al-Quran , maka penulis mengangkat kajian kali ini dengan tema; Membranding Pendidik Profetik Berbasis Interpretasi Al-Quran Di Era Globalisasi