JIWA:Jurnal Psikologi Indonesia
Jiwa: Jurnal Psikologi Indonesia accepts manuscript research results in the fields of educational psychology, developmental psychology, industrial psychology, Social Psychology and clinical psychology, but not limited to: Personality and Learning Learning Interventions Teaching Strategies Education of Children with Special Needs Education of Gifted Children Counseling in Education Development of Children, Adolescents, Adults, and the Elderly Developmental Problems Parenting Strategies Quality of Life Personality Disorder Behavior Modification Counseling and Psychotherapy Psychosis Disorders Psychological Intervention
Articles
242 Documents
Penerimaan diri remaja putri akhir: Adakah peranan citra tubuh?
Uyun, Jauharotul;
Matulessy, Andik;
Rina, Amherstia Pasca
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9772
Body image is a subjective picture of a person's body appearance, especially judgments from others. These judgments, which form good or bad perceptions that will lead to individual self-acceptance. While self-acceptance is something that must be owned by every individual. If a person has a positive assessment of his body, then that person will accept himself. Which means accepting all the shortcomings and advantages possessed. The benefits of body image and self-acceptance are so that individuals can be more accepting and peaceful to whatever conditions exist in themselves. The analysis technique used is the product moment correlation technique. The sampling technique in this study used simple random sampling. The subjects in this study were 205 female students of SMK N 1 Bojonegoro aged 18-21 years. The instruments used are the body image scale which refers to the MBSRQ_AS scale and the self-acceptance scale which refers to Harlock's theory. The data analysis used is product moment correlation analysis with the help of SPSS version 20.0 for windows. The results of this study showed that the results of the correlation test showed a significant positive relationship between body image and self-acceptance in late adolescent girls. Citra tubuh merupakan suatu gambaran subjektif tentang penampilan tubuh seseorang khususnya penilaian dari orang lain. Penilaian tersebut, yang membentuk persepsi-persepsi baik atau buruk yang akan mengarah pada penerimaan diri individu. Sedangkan penerimaan diri meruapakan sesuatu harus dimiliki oleh setiap individu. Apabila seseorang memiliki penilaian positif tentang tubuh yang dimiliki, maka seseorang tersebut akan menerima dirinya. Yang artinya menerima segala kekurangan serta kelebihan yang dimiliki. Manfaat citra tubuh dan penerimaan diri adalah agar individu dapat lebih menerima dan damai terhadap kondisi apapun yang ada pada dirinya.Teknik analisis yang digunakan yang digunakan adalah teknik korelasi product moment. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah 205 siswi SMK N 1 Bojonegoro yang berusia 18-21 tahun. Instrumen yang digunakan adalah skala citra tubuh yang mengacu pada skala MBSRQ_AS dan skala penerimaan diri yang mengacu pada teori Harlock. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dengan bantuan SPSS versi 20.0 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil uji korelasi terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dengan penerimaan diri pada remaja putri akhir.
Fear of Missing Out pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial: Bagaimana Peran Dukungan Sosial?
Oktorika, Nurliyana;
Pratikto, Herlan;
Suhadianto, Suhadianto
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9773
This study aims to determine the relationship between social support and fear of missing out in college students who use social media. The hypothesis proposed is that there is a negative relationship between social support and fear of missing out in college students. This research design uses correlational quantitative research methods. This study was conducted with participants as many as 110 students who use social media at the Faculty of Psychology, University of August 17, 1945, class of 2019, 2020, and 2021. The instruments used in this study were the fear of missing out scale according to the theory of Przbylski and friends (2013) and the social support scale according to Sarafino and Smith's theory (2011). The data obtained were then analyzed using product moment analysis techniques with the help of SPSS 24 for Windows. Based on the results of data analysis that has been carried out, the results show that there is a positive significant correlation between social support and fear of missing out at rxy = 0.500 at p = 0.000 (p < 0.01). The rejection of the hypothesis in this study shows that social support is quite strongly related to the fear of missing out of students who use social media. The higher the social support, the higher the fear of missing out, and vice versa, the lower the social support, the lower the fear of missing out in students who use social media. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan fear of missing out pada mahasiswa pengguna media sosial. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif antara dukungan sosial dengan fear of missing out pada mahasiswa. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini dilakukan dengan partisipan sebanyak 110 mahasiswa pengguna media sosial di Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 angkatan 2019, 2020, dan 2021. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala fear of missing out sesuai dengan teori dari Przbylski, dkk (2013) dan skala dukungan sosial sesuai dengan teori Sarafino & Smith (2011). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis product moment dengan bantuan SPSS 24 for Windows. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan fear of missing out sebesar rxy = 0,500 pada p = 0,000 (p < 0,01). Ditolaknya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial berkaitan cukup kuat dengan fear of missing out mahasiswa pengguna media sosial. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi juga fear of missing out, begitupun sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah fear of missing out pada mahasiswa pengguna media sosial.
Adakah Korelasi Antara Kepuasan Kerja Dengan Organizational Citizenship Behavior?
Wibisono, Ahmad Faridudin;
Sofiah, Diah;
Prasetyo, Yanto
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9777
This study aims to explain "The Relationship between Job Satisfaction and Organizational Citizenship Behavior of PT. X". The background of this research is the Industrial Revolution that is happening now, which requires organizations to have employees who are able to work more than the targets given, where employees must also be willing to provide performance that exceeds the expectations targeted by their superiors. Organizational Behavior Citizenship is important to have, because having this behavior makes employees have more value in an organization. Apart from this, the thing that must be considered by an organization to bring about organizational citizenship behavior is to pay attention to employee job satisfaction. This work aims to find out whether satisfaction is interrelated with Organizational Citizenship Behavior at PT X employees. The research method used is quantitative correlation, with simple random sampling method. The data analysis uses product moment correlation. More details can be found in the discussion section. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan “Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan PT. X”. Penelitian ini dilatar belakangi oleh Revolusi Industri yang terjadi sekarang menuntut organisasi untuk memiliki karyawan yang mampu bekerja lebih dari target yang diberikan, dimana karyawan juga harus bersedia memberikan kinerja yang melebihi harapan yang ditargetkan oleh atasanya. Perilaku Organizational Citizenship behavior ini penting dimiliki, karena dengan memiliki perilaku tersebut membuat karyawan memiliki nilai lebih dalam suatu organisasi. Terlepas dari hal tersebut, hal yang harus diperhatikan oleh sebuah organisasi untuk memunculkan perilaku organizational citizenship behavior adalah memperhatikan kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kepuasan kerja saling berhubungan dengan Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan PT. X. metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional, dengan metode simple random sampling. Analisis data menggunakan korelasi product moment. Lebih lanjut ada pada bagian pembahasan.
Peran Efikasi Diri Terhadap Optimisme Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Rizal, Saiful;
Pratitis, Niken Titi;
Arifiana, Isrida Yul
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9778
This study aims to determine the relationship between self-efficacy and career optimism in final year students. Final year students are required to immediately look for and have to prepare for future careers, so that an attitude of career optimism is needed so that students have a positive view of the career achievements they want to achieve. Having an attitude of career optimism can increase when students have a strong belief in their abilities which is called self-efficacy. Self-efficacy is a belief in one's ability to overcome various existing problems. This type of research uses a quantitative approach with correlational methods. Self-efficacy and career optimism scales are used as measuring tools in this study. The population of this study were final year students at the University of 17 August 1945 Surabaya from the Faculty of Psychology, Law and Cultural Studies. Sampling used a quota sampling technique using the Krejcie table. The results of the study using the Spearman's Rho correlation test show that there is a significant positive relationship between self-efficacy and career optimism in final year students, so that the proposed research hypothesis is accepted. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan optimisme karir pada mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk segera menemukan dan harus mempersiapkan karir kedepannya, sehingga membutuhkan sikap optimisme karir agar mahasiswa memiliki pandangan positif akan capaian karir yang ingin diraih olehnya. Dimilikinya sikap optimisme karir tersebut dapat ditingkatkan ketika mahasiswa memiliki keyakinan kuat akan kemampuan dirinya yang diistilahkan sebagai efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan terhadap kemampuannya sendiri dalam mengatasi berbagai persoalan yang ada. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Skala efikasi diri dan optimisme karir digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang berasal dari Fakultas Psikologi, Hukum, dan Ilmu Budaya. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling menggunakan bantuan tabel Krejcie. Hasil penelitian menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan optimisme karir pada mahasiswa tingkat akhir, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima.
Pentingnya Meningkatkan Penerimaan Diri pada Pasien Diabetes dengan Dukungan Keluarga
Maduriani, Ismi;
Matulessy, Andik;
Rina, Amherstia Pasca;
Pratitis, Nindia
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9779
Diabetes Mellitus or what is often called diabetes with one of the most common and easy to see symptoms is a wound or ulcer that does not heal, is painful, scary, and causes an unpleasant odor so that it disturbs the diabetes patient himself as well as the people around the patient. So that this is the main cause of diabetes patients having difficulty accepting themselves with the conditions they are experiencing. Self-acceptance is the individual's ability and desire to live in all its qualities. One of the factors that can affect self-acceptance is family support. Family support is about help, care and appreciation that is felt by other people or the environment and makes individuals feel loved. This study aims to prove the existence of a relationship between family support and self-acceptance. This study used a quantitative method with a total of 114 participants diagnosed with diabetes aged 20-50 years and over for at least two years. Collecting participants using accidental sampling technique. The results of data analysis using Spearman's Rho non-parametric correlation resulted in a significant positive relationship between family support and self-acceptance. The existence of a positive relationship means that the higher the family support for diabetes patients, the higher self-acceptance. Conversely, the lower the family support for diabetes patients, the lower their self-acceptance. Diabetes atau yang sering disebut penyakit kencing manis dengan salah satu gejala yang paling sering ditemui dan mudah dilihat adalah luka atau borok yang tak kunjung sembuh, menyakitkan, menyeramkan, dan menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu pasien diabetes itu sendiri juga orang-orang disekitar pasien. Sehingga hal tersebut merupakan penyebab utama para pasien diabetes kesulitan dalam menerima dirinya dengan kondisi yang dialami tersebut. Penerimaan diri adalah kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala kualitasnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan diri adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah tentang bantuan, perhatian dan penghargaan yang dirasakan oleh orang lain atau lingkungan dan membuat individu merasa dicintai. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan dukungan keluarga dengan penerimaan diri. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah partisipan sebanyak 114 pasien terdiagnosa diabetes minimal dua tahun yang berusia 20-50 tahun keatas. Pengumpulan partisipan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil analisis data menggunakan Korelasi non parametrik Spearman’s Rho menghasilkan adanya hubungan positif yang signifikan antara Dukungan Keluarga dengan Penerimaan Diri. Adanya hubungan positif dapat diartikan semakin tinggi Dukungan Keluarga pada pasien diabetes maka akan semakin tinggi Penerimaan Dirinya. Sebaliknya, semakin rendah Dukungan Keluarga pada pasien diabetes maka akan semakin rendah pula Penerimaan Dirinya.
Collectivism-Individualism dan Prosocial Behavior Pada Remaja
Zahroh, Fatimatus
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9782
Prosocial behavior is a form of behavior that is present in social interaction through actions designed to help others regardless of the basic intent of doing the help. Currently, millennial youth in the digital era have low prosocial behavior that tends to be lazy to help others in their surroundings. One of the factors that influence prosocial behavior is collectivism – individualism in adolescents. The research was conducted with the aim of knowing the relationship between collectivism-individualism and prosocial behavior in adolescents, the relationship between collectivism and prosocial behavior in adolescents, and the relationship between individualism and prosocial behavior in adolescents. The research was conducted using quantitative research methods with a correlational approach in order to find out the variation of one or more variables based on the correlation coefficient. The results of the research conducted show that there is a positive and significant relationship between collectivism-individualism and prosocial behavior in adolescents. so, this dal shows that the higher the collectivism-individualism, the higher the prosocial behavior of individuals and it is said that there is a relationship between the two. A positive and significant relationship was also generated between individualism and prosocial behavior, but collectivism did not have a significant relationship with prosocial behavior. High or low collectivism cultural values do not affect social behavior. Prososial behavior merupakan bentuk perilaku yang hadir dalam interaksi sosial melalui tindakan yang direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memerdulikan maskud dasar dilakukannya pertolongan. Saat ini, remaja milenial di era digital memiliki perilaku propososial yang rendah higga cenderung malas untuk menolong sesama pada lingkungan sekitarnya. Faktor yang mempengaruhi perilaku prososial salah satunya adalah collectivism – individualism pada remaja. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara collectivism-individualism dengan prosocial behavior pada remaja, hubungan collectivism dengan prosocial behavior pada remaja, dan hubungan antara individualism dengan prosocial behavior pada remaja. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional agar mengetahui variasi dari satu atau lebih variabel berdasarkan koefisien korelasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya hubungan secara positif serta signifikan antara collectivism-individualism dan prosocial behavior pada remaja. sehingga, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi collectivism-individualism maka akan semakin tinggi perilaku prososial pada individu dan dikatakan bahwa terdapat hubungan diantara keduanya. Hubungan positif dan signifikan juga dihasilkan antara individualism dan prosocial behavior, tetapi untuk collecitivism tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan prosocial behavior. Tinggi rendahnya nilai budaya collectivism tidak mempengaruhi perilaku sosial.
Self regulated learning mahasiswa bekerja: Peran kemampuan manajemen waktu dan efikasi diri
Tarischa, Marshanda Hanna;
Santi, Dyan Evita;
Kusumandari, Rahma
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9783
This study uses a correlational quantitative research design to determine (1) the relationship between time management skills and self-efficacy with self-regulated learning of working students (2) the relationship between time management abilities and self-regulated learning of working students (3) the relationship between self-efficacy and self-regulation learning students work. There were 112 participants in this study who were obtained through accidental sampling techniques. The analysis technique uses multiple regression analysis to determine the direction and influence of time management abilities and self-efficacy on self-regulated learning in working students. Measuring tools used are self-regulated learning scale, time management ability scale and self-efficacy scale. The results of this study reveal that time management skills and self-efficacy have a significant relationship to student self-regulated learning at work. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif korelasional untuk mengetahui (1) hubungan antara kemampuan manajemen waktu dan efikasi diri dengan self regulated learning mahasiswa bekerja (2) hubungan antara kemampuan manajemen waktu dengan self regulated learning mahasiswa bekerja (3) hubungan antara efikasi diri dengan self regulated learning mahasiswa bekerja. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 112 subjek yang diperoleh melakui teknik accidental sampling. Teknik analisis menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui arah dan pengaruh kemampuan manajemen waktu dan efikasi diri terhadap self regulated learning pada mahasiswa bekerja. Alat ukur yang digunakan yaitu skala self regulated learning, skala kemampuan manajemen waktu dan skala efikasi diri. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kemampuan manajemen waktu dan efikasi diri mempunyai hubungan yang signifikan terhadap self regulated learning mahasiswa bekerja.
Penyesuaian diri pada siswa di era new normal: Bagaimana peran keterampilan sosial?
Mashita, Citra Dewi;
Pratitis, Niken Titi;
Kusumandari, Rahma
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9784
The learning system, which has been online for almost 2 years since the pandemic has turned offline. This condition is called the new normal, when student learning activities can be carried out face-to-face. These changes have affected students' self-adjustment to learning activities and social interactions at school. The purpose of this study was to determine the relationship between social skills and students' adjustment in the new normal era. This type of research is quantitative research.. The population of this research is the 8th and 9th grade students at SMPN 52 Surabaya totaling 434 students. Subjects were obtained by incidental sampling of 195 students and data were analyzed using the Pearson Product Moment correlation technique with the help of the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) for Windows version 22. The research instrument was a social skills adjustment scale compiled by the researchers themselves. The results of the analysis using Product Moment reveal that there is a positive and significant relationship between social skills and students' adjustment in the new normal era, which means that the higher the social skills possessed, the better the students' adjustment in the new normal era. Sistem pembelajaran yang hampir 2 tahun terjadi pandemi secara daring berubah menjadi luring. Kondisi ini disebut new normal, ketika kegiatan belajar siswa sudah bisa dilakukan secara tatap muka. Perubahan yang terjadi ini mempengaruhinya dalam penyesuaian diri siswa baik terhadap aktivitas pembelajaran maupun interaksi sosial di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri pada siswa di era new normal. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas 8 dan 9 di SMPN 52 Surabaya berjumlah 434 siswa. Subjek diperoleh dengan incidental sampling sebesar 195 siswa dan data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) for windows versi 22. Instrumen penelitian yaitu skala penyesuaian diri keterampilan sosial yang disusun peneliti sendiri. Hasil analisis menggunakan Product Moment mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri pada siswa di era new normal, yang berarti semakin tinggi keterampilan sosial yang dimiliki, maka semakin baik penyesuaian diri siswa di era new normal.
Optimisme pada Karyawan produksi : Adakah Peran Konsep diri dan Gratitude ?
Alvano, Otniel Giovany;
Matulessy, Andik;
Suhadianto, Suhadianto
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9785
This study aims to explain the relationship between self-concept and gratitude with optimism in production employees. This research is motivated by the phenomenon of the lack of optimism of employees who work in a company because of dissatisfaction with their career. The attitude of optimism can be increased by having a positive self-concept and having good gratitude by employees. The method used in this research is correlational quantitative. The subjects of this study were all production employees at the research site. Participants in this study were obtained by means of saturated sampling technique. The scale of self-concept, gratitude and career optimism is used as a measuring tool in this study. The research results obtained by using the Bayesian linear regression correlation test show that self-concept and gratitude together can be a significant predictor of optimism in employees. This means that the higher one's self-concept and gratitude, the higher the optimism one has, and vice versa, so that the proposed research hypothesis is accepted. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara konsep diri dan gratitude dengan optimisme pada karyawan bagian produksi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kurangnya rasa optimis karyawan yang bekerja di suatu perusahaan karena ketidakpuasan akan karir yang dijalaninya. Sikap optimisme dapat ditingkatkatkan dengan dimilikinya konsep diri positif dan dimilikinya gratitude yang baik oleh karyawan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Subjek penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi di tempat penelitian. Partisipan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara teknik sampling jenuh. Skala konsep diri, gratitude dan optimisme digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Bayesian linier regression menunjukkan bahwa konsep diri dan gratitude secara bersama-sama dapat menjadi prediktor yang signifikan terhadap optimisme pada karyawan. Artinya semakin tinggi konsep diri dan gratitude seseorang maka akan semakin tinggi optimisme yang dimiliki, begitu juga sebaliknya, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima.
Peran Mindfulness dan Kematangan Emosi Terhadap Self Acceptance Pada Suporter Sepakbola
Putra, Alvian Puja Permana;
Rini, Amanda Pasca;
Saragih, Sahat
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2023): September
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/jiwa.v1i1.9786
This study aims to determine the relationship between mindfulness and emotional maturity with self-acceptance in football supporters. The behavior of football fans is social behavior, both positive and negative. The behavior of supporters that occurs in an environment can cause consequences or changes in subsequent behavior. This negative behavior is usually done because the fans feel disappointed with the match or the fans cannot accept that the team they support has lost. This type of research uses a quantitative approach with correlational methods. Mindfulness scale, emotional maturity and self-acceptance are used as measuring tools in this study. The population of this study were Persebaya Surabaya (Bonek) supporters from the North and East sectors. Sampling used a random sampling technique using the Krejcie table. The data analysis technique used in this study is multiple regression. The results of the data analysis show that there is a significant correlation between the variables of mindfulness and emotional maturity towards self-acceptance. This means that together (Simultaneously) Mindfulness and Emotional Maturity have a positive relationship to Self Acceptance. so that the proposed research hypothesis is accepted. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara mindfulness dan kematangan emosi dengan self acceptance pada supporter sepak bola. Perilaku suporter sepak bola merupakan perilaku sosial baik itu bersifat positif maupun negatif, Tingkah laku suporter yang terjadi di dalam suatu lingkungan, dapat menyebabkan konsekuensi atau perubahan pada tingkah laku berikutnya. Perilaku negatif ini biasanya dilakukan karena suporter merasa kecewa terhadap pertandingan yang ada atau suporter tidak bisa menerima bahwa tim yang mereka dukung mengalami kekalahan. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Skala mindfulness, kematangan emosi dan self acceptance digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah suporter Persebaya Surabaya (Bonek) dari sektor Utara dan Timur. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling menggunakan bantuan tabel Krejcie. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi ganda, Hasil analisis data menujukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel mindfulness dan kematangan emosi terhadap self acceptance. Artinya secara bersama-sama (Simultan) Mindfulness dan Kematangan Emosi memiliki hubungan positif terhadap Self Acceptance. sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima.