cover
Contact Name
Aditya Aziz Fikhri
Contact Email
aditfreedom11@gmail.com
Phone
+6281362059403
Journal Mail Official
jurnalyayasansukma@gmail.com
Editorial Address
Kota Adm. Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia.
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sukma: Jurnal Pendidikan
Published by Yayasan Sukma
ISSN : 25485105     EISSN : 25979590     DOI : -
Core Subject : Education,
SUKMA: Jurnal Pendidikan is an academic journal bi-annually published in Indonesia. It covers issues related to education in general: teacher, student, school management, curricula, teaching methods, teaching evaluations, education best practices, learning materials, et cetera.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 104 Documents
Nilai-Nilai Dasar Sukma Bangsa Baedowi, Ahmad
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01101.2017

Abstract

Nama “Sekolah Sukma” pada awalnya dimaksudkan sebagai sekolah unggulan kemanusiaan. Namun, se­bagai sekolah baru tak mungkin memiliki keunggulan yang langsung bisa diakui oleh masyarakat, maka kata Sukma disepakati untuk dikembalikan pada arti awalnya, yaitu semangat, spirit, ruh atau jiwa bagi sekolah yang kemudian dikenal sebagai Sekolah Sukma Bangsa (SSB). Dari segi penamaan, selain kata keunggulan, juga terkandung kata kemanusiaan. Dua kata dasar inilah, Sukma dan Kemanusiaan, kemudian dijadikan pintu masuk untuk meletakkan nilai-nilai dasar SSB sebagai penanda yang membedakannya dari sekolah-sekolah lainnya, tidak hanya di Aceh, tetapi juga di Indonesia. Nilai-nilai dasar Sukma Bangsa yang dijadikan pedoman pengelolaan SSB bertumpu pada keyakinan bahwa kapasitas guru adalah yang utama (teacher supremacy) dan pertama yang harus dipikirkan, direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan. Kedua adalah nilai dasar tentang kesetaraan kondisi bagi seluruh siswa. Prinsip ini penting agar sekolah menjadi ajang peletakan nilai-nilai toleransi dan demokrasitasi paling awal sebelum mereke kembali ke masyarakat. Nilai dasar ketiga bertumpu pada upaya membangun partisipasi masyarakat dalam rangka menumbuhkan kesadaran pentingnya investasi dan pembiayaan pendidikan anak-anak yang dipikirkan secara bersama. Terakhir adalah praktek menerapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) secara transparan dan terbuka yang melibatkan semua pemangku kepentingan (stake­holders) pendidikan.
Think Future, Act Present: Looking Beyond the Closed Door Siregar, Evy I.; Hayati, Nadiya A.; Fadila, Nurul; Pratama, Agung; Yudha, Yusuf H.
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01102.2017

Abstract

Tulisan ini mencoba menggambarkan bagaimana persepsi kondisi pendidikan kita saat ini, dan usulan untuk mengatasinya berdasarkan pengalaman. Diawali dengan gambaran kondisi pendidikan yand dideskripsikan melalui alat ukur pendidikan yang digunakan sebagian besar negara-negara di dunia, ditawarkan cara yang telah dicoba diterapkan melalui beberapa mata ajaran terutama di bidang sains dan bahasa. Cara ini dilakukan dengan usaha menyelaraskan kurikulum, proses belajar-mengajar serta alat ukur yang digunakan. Menyelaraskan ke tiga hal tersebut merupakan upaya untuk menutup kesenjangan hasil belajar yang digambarkan melalui alat-alat tes seperti TIMMS, PISA dan PIRLS.
Menyemai Perilaku Prososial di Sekolah Bashori, Khoiruddin
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01103.2017

Abstract

Perilaku prososial adalah perilaku memberikan manfaat kepada orang lain dengan membantu meringankan beban fisik atau psikologinya, yang dilakukan secara sukarela. Bentuknya dapat beraneka ragam. Perkembangan perilaku prososial berkaitan dengan penalaran moral siswa. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral adalah internalisasi, yaitu perubahan perkembangan perilaku yang pada mulanya dikendalikan secara eksternal menuju perilaku yang dikendalikan secara internal. Sejak dirni siswa perlu dibiasakan dengan nilai-nilai prososial. Dengan kuatnya nilai-nilai internal anak yang dibawa siswa dari sekolah diharapkan anak tidak terlalu tergantung pada situasi-situasi eksternal, dan lebih yakin dengan standar-standar internal perilakunya sendiri. Di sekolah perlu dikurangi ambiguitas lingkungan dan diajarkan perilaku bertanggung jawab. Siswa perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk berinteraksi secara positif. Hubungan sebaya yang positif memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan berlatih keterampilan prososial. Interaksi kolaboratif dengan teman sebaya juga diyakini dapat memotivasi pengembangan keterampilan kognitif yang mendukung terbentuknya perilaku prososial. Di samping itu, kedekatan hubungan guru dengan siswa juga memiliki peran penting dalam internalisasi nilai-nilai prososial. Dalam konteks pembelajaran, model instruksional kooperatif dan kolaboratif terbukti lebih dapat menumbuhkan perilaku menolong.
Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels Azhar, Khairil
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01104.2017

Abstract

Sebagai subjek belajar, siswa bisa diposisikan dalam sebuah kebijakan kurikulum sebagai agen pembelajaran atau sebaliknya cenderung menjadi subyek yang pasif. Secara teoritis, mengikuti teori yang dikembangkan oleh Alexander (2005), siswa bisa menjadi agen pembelajaran jika mereka diposisikan sebagai subyek yang memiliki atau mampu membangun agensi kemanusiaan. Agensi ini mengandaikan adanya kapasitas untuk berkehendak, mengekspresikan diri, dan evaluasi diri berdasarkan nilai-nilai kedirian yang mereka bangun. Berdasarkan kerangka teoritis di atas, penulis membedakan kecenderungan reseptif-reproduktif dan reflektif-transformatif dalam penyusunan kurikulum. Kecenderungan pertama memposisikan siswa sebagai subyek belajar pasif, yakni ‘sekadar’ menerima dan mereproduksi apa yang dipelajari atau diajarkan. Sedangkan yang kedua memberi ruang bagi sikap reflektif pada siswa sehingga menjadi alat bagi perubahan diri dan lingkungan sosialnya, yakni subyek belajar yang aktif dengan agensi kemanusiaan. Dalam berbagai dokumen yang terkait dengan kebijakan kurikulum di Indonesia saat ini, penulis menemukan kecenderungan untuk serba mengatur cenderung dominan, yakni dengan banyaknya ragam instrumen yang terkait dengan pengaturan kurikulum. Namun demikian, terdapat peluang bagi substansiasi kurikulum dengan konsepsi agensi kemanusiaan, yakni jika konsep-konsep yang selaras atau mendukung agensi kemanusiaan dalam berbagai dokumen kebijakan dielaborasi tersebut lebih jauh, sehingga konsep-konsep yang mengkondisikan materi kurikulum reflektif-transformatif menggantikan konsep-konsep yang berkecenderungan reseptif-reproduktif.
Pengembangan Daya Kreatif (Creative Power) Melalui Dunia Sekolah: Identifikasi Isu Fachruddin, Fuad
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01105.2017

Abstract

Setiap insan dianugrahi Yang Maha Penyayang daya kreatif (creative power), yang mengandung beberapa dimensi yaitu berfikir kreatif (creative thinking atau divergent thinking),  perilaku kreatif  (creative behavior) atau perilaku konstruktif  (constructive behavior) dan tindakan atau amaliah kreatif.  Sayang tidak semua orang dapat mengembangkan daya tersebut secara optimal. Pola dan pendekatan mendidik di keluarga, sekolah dan masyarakat acap kali tidak mendukung  pengembangan daya kreatif. Tulisan ini membahas beberapa hal seperti tersebut di muka dan pengembangan daya kreatif melalui dunia sekolah. Dalam mengembangkan daya kreatif peserta didik diperlukan hal atau syarat yang mendukung yaitu guru kreatif yang mencakup pembelajaran kreatif (creative teaching), kepala sekolah yang kreatif (creative leadership) dan lingkungan yang kreatif. Pengembangan daya kreatif dalam kontek bangsa untuk  menyiapkan warga bangsa dalam mengadapi kehidupan yang sangat kompetitif (global). Dalam kontek dunia sekolah, pengembangan daya kreatif dimaksudkan sebagai sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan, karena pengembangan daya akan melahirkan superior learning. Pengembangan daya kreatif peserta didik dapat dilakukan melalui pendekatan atau metoda seperti memecahkan masalah secara kreatif (creative  problem solving),  pembelajaran berbasis masalah,  konsep dan  pendekatan  “limit to reach unlimited (dalam keadaan  terbatas dapat melahirkan karya luar biasa).
Supporting Teachers’ Learning Using School Information System Zen, Satia Prihatni
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01106.2017

Abstract

Sistem Informasi Sekolah saat ini telah lazim digunakan oleh banyak sekolah dan otoritas pengelola pendidikan untuk membantu pengelolaan data sekolah, mulai dari data perkembangan siswa hingga data keuangan.  Selain pengelolaan data, system informasi sekolah dapat menunjang pengembangan kapasitas guru dan kolegialitas dalam ruang lingkup sekolah. Hal inilah yang menjadi salah satu pengalaman Sekolah Sukma Bangsa dalam menerapkan Sistem Informasi Sekolah Terpadu Online (SISTO) untuk mendukung efisiensi serta akuntabilitas dalam pengelolaan data yang baik. Artikel ini menjelaskan bagaimana penerapan SISTO mendukung pengembangan kapasitas guru melalui kegiatan belajar yang terintegrasi dalam kegiatan guru sehari-hari.  Hal ini dimungkinkan dengan adanya integrasi aplikasi dalam system serta fitur yang mendorong guru untuk melakukan “reflective practices.” .Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup refleksi guru, kolaborasi dalam menyelesaikan masalah, pembuatan keputusan berbasis data serta evaluasi guru berbasis SISTO. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran singkat mengenai proses pengembangan kapasitas yang ditunjang oleh system informasi.
Institusionalisasi Manajemen Konflik Berbasis Sekolah Panggabean, Rizal
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01107.2017

Abstract

Artikel ini membahas institusionalisasi atau pelembagaan manajemen konflik berbasis sekolah (MKBS). MKBS adalah seperangkat pengetahuan dan ke­terampilan yang amat penting supaya sekolah menjadi lingkungan belajar yang aman bagi semua. Setelah menguraikan beberapa komponen utama MKBS, artikel ini membahas tiga dimensi pelembagaannya, yaitu peta jalan individu, fokus rujukan kelompok, dan konsti­tusi organisasi.
Relationship Between Teacher Professional Competences and Teacher Work-Autonomy Fachrurrazi, Fachrurrazi
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01203.2017

Abstract

The article discusses the relationship between teacher professional competences and teacher work-autonomy at Sukma Bangsa Schools in Aceh, Indonesia. The study investigated differences in teacher professional competences and teacher work-autonomy in terms of gender, school location, classroom teacher/subject teacher, grade level and teaching experiences. The study indicated that most teachers of Sekolah Sukma Bangsa in Aceh were at moderate degree of teacher professional competences and most of the teachers attained a moderate degree of work-autonomy. The study showed that when the level of teacher work-autonomy increased, the level of teacher professional competences escalated; while lower level of teacher autonomy was associated with lower level of teacher professional competences. Furthermore, the study revealed that a degree to which teachers perceived work-autonomy and a degree to which teachers perceived professional competences were diverse based on gender, classroom/subject teacher, experience, level of school and location of school, even though the differences were not statistically significant. [Artikel ini mendiskusikan hubungan antara kompetensi professional guru dan otonomi-kerja guru. Tujuan dari riset ini adalah untuk menginvestigasi hubungan antara kompetensi professional guru dan otonomi-kerja guru, serta perbedaan kompetensi professional guru dan perbedaan otonomi kerja guru berdasarkan gender, lokasi sekolah, guru kelas/guru pelajaran, level kelas atau pengalaman mengajar. Hasil riset juga mengindikasi bahwa ada korelasi yang positif dan moderat antara otonomi-kerja guru dan kompetensi profesional guru. Hasil riset mengindikasi bahwa ketika level otonomi-kerja guru meningkat, level kompetensi profesional guru juga naik, dan rendahnya tingkatan otonomi-kerja guru dihubungkan dengan rendahnya kompetensi professional guru. Hasil riset juga mengindikasikan level otonomi-kerja dan level kompetensi professional guru bervariasi berdasarkan gender, lokasi sekolah, guru kelas/guru pelajaran, level kelas dan pengalaman mengajar, walaupun perbedaannya tidak signifikan secara statistik.]
Adolescents’ Identity Formation as Learners in Sukma Bangsa School Pidie, Aceh, Indonesia Nurhayati, Nurhayati; Dewi, Ratna Sari; Ropo, Eero; Räihä, Pekka
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01202.2017

Abstract

This study aimed to explore how adolescents performed towards their identity as learners in Sukma Bangsa School Pidie (SBP) through a phenomenographic approach. More specifically, the research had purpose to understand the way adolescents construct their learning identity in a school environment. The findings suggested that there were variations in the way adolescents experienced their learning identity that might encourage them to achieve different degrees of motivation, self-perceptions (self-efficacy, self-concept, and self-esteem), autonomy, and self-development towards their identity as learners. In this study, students exhibited a high level of self-efficacy and self-development, an average level of self-esteem and autonomy, and close to an average level of self-concept and motivation in constructing their identity as learners. The students also revealed that the highest accomplishment of their experiences was in showing their confidence towards learning attitude, whereas the lowest one was in adult attachment. Adult attachment therefore is pivotal to moderate students who have either low willingness to study or low self-conception.[Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pembentukan identitas remaja sebagai peserta didik di Sekolah Sukma Bangsa Pidie (SBP) melalui pendekatan fenomenografi. Lebih khusus lagi, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana remaja membangun identitas pembelajaran mereka di lingkungan sekolah. Temuan menunjukkan adanya variasi cara remaja membentuk identitas mereka, yang mendorong mereka mencapai tingkat motivasi, persepsi diri (self-efficacy, self-concept, dan self esteem), otonomi, dan pengembangan diri yang berbeda. Dalam penelitian ini, siswa menunjukkan tingkat self-efficacy dan self-development yang tinggi, tingkat self-esteem dan otonomi yang rata-rata serta konsep diri dan motivasi mendekati tingkat rata-rata. Pengalaman siswa yang paling tinggi menunjukkan kepercayaan diri terhadap sikap belajar, sedangkan yang terendah menunjukkan keterikatan pada orang dewasa. Oleh karena itu, keterikatan pada orang dewasa sangat penting bagi siswa yang memiliki kesediaan untuk belajar atau konsepsi diri rendah.]
Learning Journal: Improving Teaching Strategies Through Students’ Reflections Fajriah, Fajriah
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01204.2017

Abstract

This study is concerned with how teachers use students’ reflections to improve their teaching strategies. The purpose of this study was to explore the role of students’ reflections in the learning process, and how the teachers use those reflections to improve teaching strategies. This research used a qualitative approach.The results of the study indicated that the role of students’ journals in learning was to know students’ points of view and to explore students’ needs. In addition, the ways the teachers improved were by changing their teaching methods and changing their attitudes. Therefore, it was considered that the teachers were able to develop their pedagogical competence. Additionally,  the students remarked that a good relationship with the teacher is more important than a good teaching strategy.[Artikel ini membahas strategi guru menggunakan umpan balik dari siswa untuk memperbaiki strategi pengajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran umpan balik siswa dalam proses pembelajaran dan penggunaannya untuk memperbaiki strategi pengajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jurnal siswa dalam pembelajaran berfungsi untuk mengetahui sudut pandang siswa dan untuk mengeksplorasi kebutuhan siswa. Dengan dasar itulah para guru dapat memperbaiki metode dan sikap dalam proses pengajaran, sehingga dapat mengembangkan kompetensi pedagogis mereka. Selain itu, bagi siswa, hubungan yang baik dengan guru lebih berpengaruh daripada strategi pengajaran.]

Page 1 of 11 | Total Record : 104