cover
Contact Name
Putu Herdita Sudiantara
Contact Email
herdita.sudiantara@unud.ac.id
Phone
+6282146479543
Journal Mail Official
info@jatiudayana.org
Editorial Address
Journal Room, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Diterbitkan oleh Universitas Udayana Jalan P.B. Sudirman, Dangin Puri Klod, Kec. Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali 80234
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Anestesi dan Terapi Intensif Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : 30903580     EISSN : 30903580     DOI : https://doi.org/10.24843/JATI.2025.v01.i02
Core Subject : Health, Science,
JATI (Jurnal Anestesi dan Terapi Intensif) Udayana publishes original research articles, review articles, and case reports in the field of anesthesiology and intensive care. The journal aims to advance knowledge, research, and clinical practice in the following areas: General Anesthesia Advances, techniques, and innovations in general anesthesia practice for various age groups and surgical procedures, including: Thoracic, Cardiac, and Vascular Anesthesia Neuroanesthesia Pediatric Anesthesia Ophthalmic Anesthesia Ear, Nose, and Throat (ENT) Anesthesia Oncologic Anesthesia Orthopedic Anesthesia Obstetric Anesthesia Urologic Anesthesia Digestive Surgery Anesthesia Plastic Surgery Anesthesia Trauma Anesthesia Minimally Invasive Surgery Anesthesia Anesthesia Outside the Operating Room (Non-OR Anesthesia) One-Day Care Anesthesia Regional Anesthesia Research and clinical application of neuraxial and peripheral nerve blocks, including ultrasound-guided and nerve stimulator-assisted techniques. Intensive Care and Critical Medicine Topics related to the management of critically ill patients, including hemodynamic monitoring, sepsis, organ support, and intensive care protocols. Acute and Chronic Pain Management Perioperative pain control, chronic pain interventions, multimodal analgesia, and opioid-sparing techniques. Emergency and Resuscitation Clinical and experimental research on resuscitation, trauma management, cardiac arrest, and perioperative emergencies. Mechanical Ventilation and Monitoring Innovations in respiratory support, weaning strategies, and advancements in perioperative and critical care monitoring. Basic Anesthesia Sciences and Clinical Pharmacology Studies on pharmacokinetics, pharmacodynamics, anesthetic mechanisms, and physiology relevant to anesthesia practice. Ethics and Patient Safety Issues related to informed consent, safety culture, medical errors, ethical dilemmas, and risk mitigation in anesthesia and critical care practice. Medical Law Covers legal aspects of anesthesiology, intensive care, and perioperative medicine, including informed consent, medical confidentiality, patient–physician rights and responsibilities, medical litigation, and the application of bioethical principles in clinical decision-making and risk management. Anesthesia Medical Education Educational strategies, curriculum development, simulation-based training, and assessment methods for anesthesiology residents and professionals.
Articles 26 Documents
Efektivitas Blok Ilioingunal Dalam Menurunkan Penggunaan Opioid Dan Skor Nyeri Pada Seksio Sesarea: Studi Acak Terkontrol Irawan, Andi; Parami, Pontisomaya; Wiryana, Made
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p02

Abstract

Pendahuluan: Nyeri pascaoperasi seksio sesarea merupakan nyeri berat yang dapat mengganggu aktifitas ibu dan hubungan ikatan pertama kali antara ibu dan bayi. Tatalaksana nyeri hanya berfokus pada opioid dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, sedasi, dan depresi napas yang mengganggu ikatan ibu dan bayi. Saraf ilioinguinal menginervasi bagian abdomen bawah yang terlibat dalam insisi Pfannenstiel saat tindakan seksio sesarea sehingga blok ilioinguinal berpotensi mengatasi kedua permasalahan nyeri tersebut diatas pada pascaoperasi seksio sesarea. Pasien dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan rancangan yang digunakan adalah single blind randomized controlled trial yang membagi 70 subyek penelitian kedalam dua kelompok, yaitu kelompok blok ilioinguinal pascaoperasi seksio sesarea dan kelompok kontrol. Kedua kelompok juga diberikan patient controlled analgesia morfin  Kemudian dilakukan evaluasi skala nyeri NRS pada jam ke-0, 3, 6, 12, dan 24 selama 24 jam pertama, penggunaan total morfin dalam 24 jam, dan kenaikan nilai NLR dan PLR yang terjadi. Keseluruhan data kemudian dibandingkan untuk melihat keberhasilan blok ilioinguinal dalam menangani nyeri pascaoperasi seksio sesarea. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok blok ilioinguinal memiliki skor nyeri NRS pascaoperasi seksio sesarea yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol, dan secara statistik bermakna (p < 0,001). Untuk penilaian konsumsi morfin dalam 24 jam, kelompok blok juga menggunakan morfin dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu sebesar 4 mg dibandingkan kelompok kontrol yang hingga 22 mg dan bermakna secara statistik (p < 0,001). Kenaikan nilai NLR dan PLR juga terlihat lebih rendah pada kelompok blok dan bermakna secara statistik (p < 0,001). Kesimpulan: Blok ilioinguinal mampu memberikan penanganan nyeri yang baik selama 24 jam pertama pascaoperasi seksio sesarea dengan mengurangi kebutuhan penggunaan morfin secara signifikan. Selain itu blok ilioinguinal juga mampu menekan respon inflamasi yang terlihat dari rendahnya kenaikan nilai NLR dan PLR dibandingkan dengan kelompok yang tidak menggunakan blok.
Menumbuhkan Budaya Riset di Bidang Anestesi Melalui Integrasi Kecerdasan Buatan dan Peran Strategis Open Journal System Putu Herdita Sudiantara
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p01

Abstract

Artikel editorial ini menyoroti pentingnya penguatan budaya riset di bidang anestesiologi dan terapi intensif melalui pemanfaatan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), serta peran strategis sistem penerbitan ilmiah berbasis Open Journal System (OJS). Integrasi AI dalam praktik klinik dan riset memberikan peluang besar untuk personalisasi terapi dan efisiensi sistem kesehatan. Jurnal ini hadir sebagai wadah kolaboratif dan inklusif untuk mendukung riset primer, mendemokratisasi akses ilmu, serta mendorong kapasitas akademik para klinisi dan peneliti di Indonesia dan Asia Tenggara.
Korelasi Pulsatile Index dan Optic Nerve Sheath Diameter terhadap Tekanan Intrakranial Pasien Preeklamsia: Studi Analitik Observasional Mark Christsatya Bolla; Jonathan, Jeremy; I Made Gede Widnyana
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p03

Abstract

Pendahuluan: Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) menjadi pertimbangan penting dalam penanganan pasien preeklamsia. Manifestasi klinis peningkatan TIK pada preeklamsia sulit untuk dideteksi secara klinis, dan pemeriksaan baku emasnya memiliki keterbatasan. Adapun modalitas non-invasif yang memiliki potensi sebagai pengukuran TIK yaitu pulsatile index (PI) dengan transcranial doppler (TCD) dan optic nerve sheath diameter (ONSD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi pulsatile index dengan ONSD terkait nilai TIK.   Pasien dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional potong lintang, melibatkan 29 subjek yang terbagi menjadi preeklamsia ringan (PER), preeklamsia dengan gejala berat tanpa gejala neurologis (PEB) dan PEB dengan gejala neurologis (PEBn). Hasil: Pada ketiga kelompok tidak ditemukan adanya perbedaan variasi data demografis. Prevalensi peningkatan TIK menurut ONSD dan pulsatile index (PI) berturut-turut adalah 31% dan 20,7%. Perbedaan nilai rerata ONSD ketiga kelompok secara statistik tidak bermakna (p = 0,134), namun setelah dilakukan analisis Post-hoc, didapatkan perbedaan bermakna antara PER dan PEBn (CI -2,58-0,01 mm, p = 0,048). Rerata PI pada ketiga kelompok tidak berbeda bermakna (p = 0,866). Korelasi tekanan arteri rerata (TAR) baik terhadap ONSD (p =0,054) dan PI (p = 0,403) tidak ditemukan bermakna. Pada studi ini didapatkan korelasi positif sedang antara TCD terhadap ONSD pada pasien dengan preeklamsia (r = 0,657, p = 0,001).   Kesimpulan: Pengukuran PI berpotensi untuk menjadi metode pengukuran TIK non-invasif selain ONSD. Studi lebih lanjut diperlukan untuk membandingkan antara pengukuran baku emas dengan TCD dan ONSD pada populasi preeklamsia. 
Manajemen Anestesi pada Pasien Pasca Transplantasi Ginjal yang menjalani Operasi Seksio Sesaria: Laporan Kasus Aryasa, Tjahya; Prema Putra, I Made; Wiryana, Made
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p05

Abstract

Wanita dengan riwayat pasca transplantasi ginjal harus menjalani persiapan yang matang untuk menjalani proses kehamilan. Manajemen perioperatif pada pasien wanita hamil dengan  pasca transplantasi ginjal juga dibutuhkan kerjasama tim yang meliputi ahli nefrologi, obstetri, dan anestesiologi & terapi intensif. Evaluasi meliputi pemeriksaan preanestesi rutin yang difokuskan kepada efek pemberian obat-obatan imunosupresif pasca transplantasi ginjal dan penyakit komorbidnya. Durante operasi juga harus mempertimbangkan teknik anestesi yang digunakan, interaksi obat dan teknik anestesi yang digunakan terhadap obat-obatan imunosupresi, serta resiko infeksi. Perawatan pasca operasi di ruang terapi intensif dibutuhkan untuk memonitoring status preload pasien, fungsi ginjal, dan juga pencegahan infeksi. Pemahaman mengenai perubahan fisiologi yang terjadi pada wanita hamil dengan  pasca transplantasi ginjal akan memberikan outcome yang lebih baik.
Manajemen Anestesi pada Pasien Pediatri dengan Double Inlet Left Ventricle Yang Menjalani Bidirectional Cavo-Pulmonary Shunt: Laporan Kasus Wangsa, Aditya; Sidemen, IGAE Parasanti; Nada, Ketut Wibawa
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p04

Abstract

Istilah single ventricle (jantung univentrikular) digunakan untuk menggambarkan kelainan jantung dengan satu rongga ventrikel yang efektif. Kelainan jantung ini meliputi ventrikel tunggal, ventrikel umum, double inlet left ventricle (DILV), dan koneksi atrioventrikular univentrikular. Double Inlet Left Ventricle (DILV) merupakan kelainan jantung kongenital langka dengan anatomi ventrikel tunggal, di mana kedua atrium mengalir ke ventrikel kiri. dan merupakan variasi penyakit jantung bawaan fungsional univentrikular yang bersifat sianotik Variasi ini secara keseluruhan mencakup ≤2% dari semua kelainan jantung bawaan (congenital heart defects/CHDs). Harapan kelangsungan hidup pasien dengan kelainan ini tanpa koreksi bedah adalah sekitar 14 tahun. Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan pemisahan total antara sirkulasi pulmonal dan sistemik melalui prosedur Fontan yang berlangsung dalam tiga tahap. Tujuan prosedur Fontan adalah untuk mengalihkan aliran darah balik sistemik langsung ke arteri pulmonal tanpa melewati ruang jantung kanan. Langkah pembedahan awal adalah prosedur Bidirectional Cavopulmonary Shunt (BCPS) sebagai tahap pertama untuk sirkulasi Fontan. Manajemen anestesi pada pasien DILV yang menjalani Bidirectional Cavopulmonary Shunt (BCPS) memerlukan keseimbangan hemodinamik presisi untuk mempertahankan aliran darah sistemik (Qs) dan aliran darah pulmonal (Qp), berbagai pemantauan invasif, dan kesiapan menghadapi komplikasi hemodinamik perioperatif. Komplikasi low cardiac  output syndrome (LCOS) dan gangguan metabolik pasca BCPS menegaskan pentingnya pendekatan multidisiplin pada kasus ini. Optimalisasi ventilasi, penggunaan vasodilator pulmonal, dan inotropik dini menjadi kunci dalam tata laksana. Pada laporan kasus ini dipaparkan manajemen perioperatif pasien anak laki-laki usia 1 tahun dengan kelainan jantung bawaan DILV, VSD, ASD dan PLSVC yang menjalani operasi BCPS. Pasien diketahui memiliki kelainan jantung bawaan sejak lahir, namun tidak pernah menunjukkan gejala sesak nafas maupun kebiruan. Pasien dilakukan tindakan anestesi umum pipa endotrakeal dan pasca operasi dilakukan perawatan di ICU. Pasien meninggal pada hari kedua pasca operasi.
Perkembangan Terkini dalam Painless Labour: Tinjauan Naratif Ganakin, Acuyta; Jonathan, Jeremy; I Made Gede Widnyana
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 1 (2025): JATI April 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i01.p06

Abstract

Pendahuluan: Persalinan merupakan proses fisiologis yang sering kali disertai dengan nyeri hebat, yang dapat menyebabkan stres fisik dan psikologis pada ibu. Manajemen nyeri yang tidak optimal dapat berkontribusi terhadap peningkatan angka morbiditas dan mortalitas ibu serta mempengaruhi kesejahteraan neonatal. Oleh karena itu, pemilihan metode analgesia yang efektif dan aman menjadi perhatian utama dalam praktik obstetri modern.Metode: Tinjauan naratif ini didasarkan pada penelusuran literatur terstruktur dari PubMed, Scopus, ScienceDirect, Cochrane Library, dan Google Scholar. Pencarian menggunakan kombinasi kata kunci seperti "painless labour", "labour analgesia", "obstetric analgesia", "pain management in labour", "epidural analgesia", “non-pharmacological pain relief in labour” dan "neuraxial analgesia". Publikasi dibatasi pada tahun 2018–2022, berbahasa Inggris atau Indonesia. Kriteria inklusi meliputi studi primer peer-reviewed (RCT, kohort, observasional) yang mengevaluasi painless labour atau labour analgesia, serta melaporkan skor nyeri pasca melahirkan, dan kepuasan persalinan.Hasil: Kajian ini adalah untuk mengevaluasi berbagai metode manajemen nyeri persalinan, baik melalui pendekatan farmakologis maupun non-farmakologis, serta menyoroti keunggulan dan keterbatasan masing-masing pendekatan. Metode farmakologis seperti anestesi epidural, analgesia intravena, dan blok saraf telah terbukti efektif dalam mengurangi intensitas nyeri, sementara pendekatan non-farmakologis seperti teknik pernapasan, hidroterapi, akupunktur, dan stimulasi listrik saraf transkutan (TENS) juga memberikan manfaat tambahan dalam meningkatkan kenyamanan ibu selama persalinan. Kajian ini menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam manajemen nyeri persalinan guna memastikan pengalaman persalinan yang lebih aman, nyaman, dan sesuai dengan kebutuhan individual pasien. Kesimpulan: Pemilihan metode yang tepat harus mempertimbangkan kondisi medis ibu, preferensi pasien, serta ketersediaan fasilitas kesehatan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang metode analgesia yang tersedia, diharapkan pelayanan obstetri dapat semakin optimal dalam meningkatkan kualitas persalinan bagi ibu dan bayi.
Hubungan MAP dan CVP terhadap PEEP dan Perubahan Stroke Volume pada Pasien Ventilasi Mekanik Invasif: Studi Observasional Analitik Win Muliadi; Sinardja, Cynthia Dewi; I Made Subargiartha
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 2 (2025): JATI Agustus 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i02.p02

Abstract

Pendahuluan: Penggunaan parameter statis seperti mean arterial pressure (MAP) dan central venous pressure (CVP) sering kali tidak cukup akurat untuk memprediksi fluid responsiveness, sehingga diperlukan parameter dinamis yang lebih praktis dan dapat diandalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi korelasi antara perubahan MAP dan CVP akibat perubahan positive end expiratory pressure (PEEP) dengan perubahan stroke volume (SV) sebagai prediktor kecukupan cairan pada pasien ICU dengan ventilasi mekanik. Pasien dan Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik. Subjek penelitian adalah pasien berusia 18–65 tahun yang menjalani ventilasi mekanik. Setelah mendapatkan persetujuan etik dan informed consent, dilakukan pengukuran MAP dan CVP pada PEEP 5 dan 15 cmH₂O. Selanjutnya, SV diukur menggunakan ekokardiografi transtorakal dan setelah manuver passive leg raising (PLR). Fluid responsiveness didefinisikan sebagai peningkatan SV ≥10% setelah PLR. Analisis korelasi dilakukan untuk menilai hubungan antara perubahan MAP dan CVP akibat PEEP dengan perubahan SV akibat PLR, serta analisis kurva ROC untuk menentukan nilai ambang diagnostik. Hasil: Sebanyak 28 pasien memenuhi kriteria inklusi dan dianalisis dalam penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara perubahan MAP akibat PEEP dengan perubahan SV akibat PLR (r = -0,233; p = 0,232). Sebaliknya, ditemukan korelasi kuat antara perubahan CVP akibat PEEP dengan perubahan SV akibat PLR (r = 0,751; p < 0,001). Analisis kurva ROC memperlihatkan area under curve (AUC) sebesar 0,872 untuk perubahan CVP, dengan nilai ambang optimal 3,25 cmH₂O yang memberikan sensitivitas 71,4% dan spesifisitas 78,6% dalam memprediksi fluid responsiveness. Kesimpulan: Perubahan CVP akibat peningkatan PEEP memiliki korelasi kuat dengan fluid responsiveness dan dapat digunakan sebagai parameter dinamis untuk menilai kecukupan cairan pada pasien ICU dengan ventilasi mekanik.
Comparison Between Opioid Free Anesthesia and Opioid Based Anesthesia in Laparoscopic Hysterectomy: A Systematic Review Mahesa Putra, Ode; I Ngurah Arya Wicaksana
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 2 (2025): JATI Agustus 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i02.p03

Abstract

Introduction: In Gynecology field, laparoscopy surgery is used for many procedures that were traditionally performed via laparotomy. Hysterectomy associated with postoperative pain, which greatly affected postoperative recovery and patient satisfaction. Combinations of opiod base analgesia (OBA) and opioid free analgesia (OFA) agents are combined with local or regional anesthesic techniques whenever possible. Methods: A systematic search of relevant databases was conducted to identify case control studies comparing OBA and OFA post hysterectomy procedure. Inclusion criteria encompassed studies reporting Visual Analog Scale (VAS) and Numeric Rating Scale (NRS) as an outcome measure. Quality assessment and data extraction were performed independently by author. Results: The systematic review identified a total of four case-control studies meeting the inclusion criteria with total of 357 patients undergone hysterectomy procedure. The sample sizes varied across the studies, with the smallest study including 30 patients and the largest study including 157 patients. The outcomes were assessed using VAS and NRS scores. The results consistently showed that either OBA or OFA administration giving similar outcome on pain scale. Conclusion: All studies concluded whether OBA or OFA administration peri or postoperative given similar or not significantly different of pain scoring outcomes. Although OFA would give a better result to maintain post operative nausea and vomitting (PONV) and reducing opiod-related adverse events that happen postoperatively.
Fibrinolytic and Anticoagulant Therapy in COVID-19 Associated Pulmonary Embolism: A Case Report Eka Nantha Kusuma, Putu; I Made Prema Putra; I Gusti Ngurah Mahaalit Aribawa
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 2 (2025): JATI Agustus 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i02.p04

Abstract

Pulmonary thromboembolism is a complication that can occur in coronavirus disease-2019 (COVID-19). Efforts to prevent and therapy for thromboembolism have been a challenge to this date. The side effects of fibrinolytic, anticoagulant, and platelet anti-aggregation therapies, such as hemorrhage, are some of the causes of morbidity and mortality that must be addressed immediately. In this case, the patient received prophylaxis with the anticoagulant enoxaparin and platelet anti-aggregation agents with aspirin and clopidogrel. The COVID-19 patient presented a complication of pulmonary thromboembolism that was established using a computed tomography pulmonary angiography (CTPA) performed on his third day of care (day 14 of onset treatment) due to the patient’s clinical aggravation of pulmonary manifestation. After fibrinolytic therapy had been given, the patient’s clinical condition improved. However, on the 7th day after the provision of recombinant tissue plasminogen activator (r-TPA), the patient experienced a side effect of hemorrhage, and management was undertaken to address these issues by transfusions of blood components, such as cryoprecipitates, thrombocyte concentrate, fresh frozen plasma, and packed red cell. Thromboembolism occurring in COVID-19 patients is based on the Virchow triad concept, comprising endothelial injury, static blood flow, and hypercoagulation. The principle of prevention and management of thromboembolism refers to this concept. Currently, further studies are required to treat thromboembolism and the side effects of fibrinolytic and anticoagulant therapies on COVID-19 patients.
Awake Intubation in Patient with Superoanterior Mediastinal Mass and Superior Vena Cava Syndrome (SVCS): A Case Report Ery Oktadiputra; I Putu Fajar Narakusuma; Tjokorda Gde Agung Senapathi
Jurnal Anestesiologi dan Terapi Intensif Vol. 1 No. 2 (2025): JATI Agustus 2025
Publisher : Udayana University and Indonesian Society of Anesthesiologists (PERDATIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JATI.2025.v01.i02.p05

Abstract

Superior vena cava syndrome (SVCS) with airway compression is challenging in anesthesia management. We report the case of a 69-year-old man with a superoanterior mediastinal mass and grade 3 SVCS who underwent Video-Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS) with awake intubation using a double lumen tube (DLT) and videolaryngoscope. Awake intubation was chosen as the safest anesthesia technique where patients still breathe spontaneously without experiencing the effects of deep sedation. The combination of 4% lidocaine nebulization, oropharyngeal lidocaine spray, and dexmedetomidine infusion (0.5 μg/kg bolus over 10 minutes followed by 0.3-0.6 μg/kg/hour during surgery) in this patient, successfully maintained spontaneous ventilation without hemodynamic complications. The use of nebulized lidocaine, lidocaine spray, and dexmedetomidine as intubation facilities showed excellent effectiveness by maintaining the patient's spontaneous breathing, increasing the pain threshold, suppressing the nausea-vomiting reflex, and providing comfort in the form of mild sedation during awake intubation. This approach emphasizes the importance of topical anesthesia and selective sedation in high-risk patients with airway difficulties.

Page 1 of 3 | Total Record : 26