cover
Contact Name
Munaris
Contact Email
pbl@fkip.unila.ac.id
Phone
+6282280384220
Journal Mail Official
pbl@fkip.unila.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung 35141
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Jurnal Punyimbang
Published by Universitas Lampung
ISSN : -     EISSN : 29871328     DOI : https://doi.org/10.23960/punyimbang
Jurnal Punyimbang adalah media publikasi yang bertujuan untuk menjadi sumber akademis pada studi pendidikan bahasa, sastra, masyarakat, dan budaya. Kami menerbitkan artikel hasil penelitian asli, artikel ulasan, dan studi kasus yang berfokus pada pendidikan bahasa, sastra, masyarakat, budaya, dan topik terkait lainnya. Jurnal Punyimbang terbit dua kali dalam setahun, pada bulan Mei dan Oktober.
Articles 30 Documents
MENELUSURI KEARIFAN LOKAL: ANALISIS TRADISI NYUNCUN PAHAR DI KABUPATEN PESISIR BARAT Wulandari, Jesika; Gustira, Yinda Dwi; Munaris, Munaris
Jurnal Punyimbang Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v4i1.1121

Abstract

This article aims to examine the Nyuncun Pahar tradition in Pesisir Barat Regency, Lampung. Nyuncun Pahar is a tradition and culture of the Lampung tribe, especially the Sai Batin indigenous community, which consists of habits and behavior in interacting with nature and the universe and has been registered as one of Indonesia's intangible cultural heritage. This research uses qualitative methods and uses literature and interviews and uses Miles and Huberman analysis techniques. The aim of this research is to find out more about the Nyuncun Pahar tradition in the Lampung Sai Batin community and to find out whether there are any challenges facing the Nyuncun Pahar tradition in this era of modernization in Pekon Negeri Ratu Ngambur, Ngambur District, Pesisir Barat Regency. In the era of modernization or in the era of globalization, people's culture has become more modern and they consider culture to be ancient. The results of the research show that the Nyuncun Pahar tradition is still often used by the people of Lampung Sai Inner, especially in Pekon Negeri Ratu Ngambur, Ngambur District, Pesisir Barat Regency, Lampung and the challenge faced in this era of modernization is that today's children still don't understand much and even many who don't understand the tradition of Nyuncun Pahar. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji tradisi Nyuncun Pahar di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Nyuncun Pahar adalah sebuah tradisi dan budaya dari suku Lampung, khususnya masyarakat adat sai batin yang berupa kebiasaan dan perilaku dalam berinteraksi dengan alam dan sesmesta serta sudah terdaftar sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan kepustakaan serta wawancara dan menggunakan teknik analisis miles and huberman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang tradisi Nyuncun Pahar pada masyarakat Lampung sai batin dan mengetahui apakah ada tantangan yang dihadapi tradisi Nyuncun Pahar di era modernisasi ini di Pekon Negeri Ratu Ngambur, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat. Di era moderenisasi atau di era globalisasi ini budaya masyarakat sudah lebih modern dan menganggap budaya itu kuno. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi Nyuncun Pahar masih sering digunakan oleh masyarakat Lampung sai batin khususnya di Pekon Negeri Ratu Ngambur, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung dan tantangan yang dihadapi di era modernisasi ini adalah anak-anak zaman sekarang masih kurang paham dan bahkan banyak yang tidak mengerti tentang tradisi Nyuncun Pahar ini.
LITERATURE REVIEW: EKSISTENSI TRADISI SEKURA SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA LAMPUNG Rachman, M. Ridho Rachman
Jurnal Punyimbang Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v4i1.1122

Abstract

In fact, in the aspect of culture, globalization brings significant problems, such as the shift of values and functions contained in the original culture and even the loss of original culture in a region. This research aims to present ideas and disseminate information to the next generation to be able to participate and play an active role in maintaining, preserving, and maintaining cultural values, especially Sekura as a cultural value of Lampung tribe. Using the literature study method, this research begins with collecting, reading, studying, and selecting research materials. The data collected is included in secondary data. It was then analyzed using content analysis techniques. The results showed that the Sekura tradition as the original culture of the people of West Lampung is still maintained today. The Sekura tradition is always carried out by the people of West Lampung after Eid al-Fitr in the period of 1 Shawwal to 7 Shawwal. On the other hand, the dissemination of information about the Sekura tradition is quite a lot in research or written works related to the Sekura tradition with various perspectives and substance of the topics discussed. Faktanya pada aspek kebudayaan, globalisasi membawa masalah yang berarti, seperti bergesernya nilai-nilai dan fungsi yang terkandung di dalam budaya asli bahkan pada hilangnya budaya asli di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan gagasan dan menyebarkan informasi kepada generasi muda yang selanjutnya untuk dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam usaha mempertahankan, melestarikan, dan menjaga nilai-nilai kultural khususnya Sekura sabagai nilai kultural suku Lampung. Menggunakan metode studi literatur, penelitian ini diawali dengan mengumpulkan, membaca, mempelajari, dan memilih bahan penelitian. Data yang dihimpun termasuk dalam data sekunder. Kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Sekura sebagai budaya asli masyarakat Lampung Barat masih terjaga keberadaannya sampai sekarang. Perhelatan tradisi Sekura senantiasa selalu dilakukan oleh masyarakat Lampung Barat setelah hari raya Idul Fitri dalam periode waktu 1 syawal sampai 7 syawal. Di sisi lain, penyebaran informasi mengenai tradisi Sekura cukup banyak terdapat pada penelitian atau karya-karya tulis terkait tradisi Sekura dengan beragam perspektif dan substansi topik yang dibahas.
MAKNA MENDALAM: PERIBAHASA LAMPUNG SEBAGAI PANDUAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI Riansyah, Zadra; Mustofa, Ali; Prayogi, Rahmat
Jurnal Punyimbang Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v4i1.1123

Abstract

This article aims to explore the deep meaning contained in Lampung proverbs and how these proverbs function as valuable guides in everyday life. Lampung proverbs not only contain local wisdom but also reflect cultural values ​​that can provide inspiration and guidance for the community. This article details an in-depth study of a number of selected Lampung proverbs, highlighting local wisdom that continues to be relevant and valuable in shaping the character and values ​​of society. More than that, this article also explores how Lampung proverbs are not just words of wisdom, but also have transformative power that can shape people's perspectives and attitudes towards life. By presenting an in-depth analysis, it is hoped that this article can provide richer insight and deepen readers' understanding of local wisdom in the context of Lampung proverbs. Artikel ini bertujuan untuk menggali makna mendalam yang terkandung dalam peribahasa Lampung dan bagaimana peribahasa tersebut berfungsi sebagai panduan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Peribahasa Lampung tidak hanya mengandung kebijaksanaan lokal namun juga mencerminkan nilai-nilai budaya yang dapat memberikan inspirasi dan panduan bagi masyarakat. Artikel ini merinci kajian mendalam terhadap sejumlah peribahasa Lampung yang dipilih, menyoroti kearifan lokal yang terus relevan dan bernilai dalam membentuk karakter dan tata nilai masyarakat. Lebih dari itu, artikel ini juga mengeksplorasi bagaimana peribahasa Lampung tidak hanya sekadar kata-kata bijak, melainkan juga memiliki daya transformative yang dapat membentuk perspektif dan sikap hidup masyarakat. Dengan menyajikan analisis mendalam, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan yang lebih kaya dan memperdalam pemahaman pembaca terhadap kearifan lokal dalam konteks peribahasa Lampung.
PERAN PENTING SANGGAR BUDAYA LAMPUNG SEBAGAI KEARIFAN LOKAL Herdi, Tata; Gustira, Yinda Dwi; Insani, Marzius; Meirita, Siska
Jurnal Punyimbang Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v4i1.1124

Abstract

This research deepens the study of efforts to preserve Lampung culture in the midst of modernization. The main focus of this research is on concrete steps taken by communities, institutions and local governments to preserve and realize the sustainability of Lampung's cultural heritage. Through primary data analysis and in-depth interviews with relevant communities, this research identifies challenges and opportunities in the context of cultural preservation, and explores effective strategies to support these efforts. It is hoped that the research results can contribute to a deeper understanding of preserving local culture in the face of the dynamics of modernization, as well as providing a basis for designing policies that are more sustainable and have a positive impact. This research can also provide inspiration for the Lampung community and other regions to design conservation strategies that are adaptive and effective in maintaining Indonesia's cultural diversity. Penelitian ini memperdalam kajian terhadap upaya pelestarian kebudayaan Lampung di tengah arus modernisasi. Fokus utama penelitian ini adalah pada langkah-langkah konkret yang diambil oleh komunitas, lembaga, dan pemerintah daerah untuk melestarikan dan mewujudkan keberlanjutan warisan budaya Lampung. Melalui analisis data primer dan wawancara mendalam dengan masyarakat terkait, penelitian ini mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam konteks pelestarian kebudayaan, serta menggali strategi yang efektif untuk mendukung upaya tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman mendalam tentang pelestarian kebudayaan lokal dalam menghadapi dinamika modernisasi, serta memberikan landasan untuk perancangan kebijakan yang lebih berkelanjutan dan berdampak positif. Penelitian ini juga dapat memberikan inspirasi bagi komunitas Lampung dan daerah lain untuk merancang strategi pelestarian yang adaptif dan efektif dalam menjaga keberagaman budaya Indonesia.
Upaya Melestarikan Bahasa Daerah Lampung Melalui Metode Pembelajaran Vidio Animasi di Sekolah Dasar Amellina, Gita; Ermanda, Chandra Hardianti
Jurnal Punyimbang Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v4i2.1129

Abstract

Regional languages are an essential part of cultural heritage that need to be preserved, including the Lampung language. However, interest and understanding of the Lampung language among elementary school students have been declining. This study aims to explore the effectiveness of using animated video as a teaching method to help preserve the Lampung language among elementary school students. The research was conducted at SD Negeri 2 Gedung Wani, involving 19 students divided into two groups: an experimental group that used animated videos as a learning medium and a control group that used conventional teaching methods. Data were collected through listening tests administered before and after the intervention. The results indicate that the average listening score of students in the experimental group increased significantly compared to the control group. The average score of the experimental group increased by 18.3 points, while the control group showed an increase of only 8.6 points. These findings suggest that animated videos are effective in improving students' listening skills and introducing Lampung script and vocabulary in a more engaging and interactive way. Bahasa daerah merupakan bagian penting dari warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan, termasuk Bahasa Lampung. Namun, minat dan pemahaman siswa terhadap Bahasa Lampung semakin berkurang, terutama di tingkat sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas metode pembelajaran menggunakan video animasi sebagai upaya melestarikan Bahasa Lampung di kalangan siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Gedung Wani dengan melibatkan 19 siswa yang dibagi menjadi dua kelompok: kelompok eksperimen yang menggunakan media video animasi dan kelompok kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Data diperoleh melalui tes menyimak sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai menyimak siswa pada kelompok eksperimen meningkat secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Rata-rata nilai kelompok eksperimen naik sebesar 18,3 poin, sedangkan kelompok kontrol hanya meningkat 8,6 poin. Hasil ini mengindikasikan bahwa metode video animasi efektif dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa, sekaligus memperkenalkan aksara dan kosa kata dalam Bahasa Lampung dengan cara yang lebih menarik dan interaktif.
NENGAH NYAPPUR MULLI MERANAI DALAM ACARA LEMPAR SELENDANG DI KABUPATEN TULANG BAWANG Handayani, Reza; Aeni, Dita Nurul
Jurnal Punyimbang Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v4i2.1130

Abstract

Culture is a creative expression reflected in various art forms, such as music, dance and visual arts, that shapes the mindset and actions of individuals in society. Lampung, with its rich culture influenced by various tribes, has rich customary traditions, including the tradition of the Selendang Throwing performed by Mulli Meranai. One of the values contained in this tradition is Piil Pesenggiri, with the element of Nengah Nyappur which teaches the importance of social interaction and cooperation in society. This research aims to explore the application of the value of Nengah Nyappur in the Lempar Selendang tradition in Tulang Bawang Regency, using a descriptive qualitative approach. Through participatory observation, in-depth interviews, and documentation, this study analyzed the meaning and social interaction in the event. The results showed that Lempar Selendang is not only an entertainment tradition, but also a means to strengthen social relations, introduce culture, and strengthen the value of togetherness in the community. The value of Nengah Nyappur is seen in the form of mutual interaction between participants, both in traditional events and in wider social life, creating strong social harmony among Lampung people. Budaya merupakan ekspresi kreatif yang tercermin dalam berbagai bentuk seni, seperti musik, tarian, dan seni rupa, yang membentuk pola pikir serta tindakan individu dalam masyarakat. Lampung, dengan kekayaan budaya yang dipengaruhi oleh berbagai suku, memiliki tradisi adat yang kaya, termasuk tradisi Lempar Selendang yang dilakukan oleh Mulli Meranai. Salah satu nilai yang terkandung dalam tradisi ini adalah Piil Pesenggiri, dengan unsur Nengah Nyappur yang mengajarkan pentingnya interaksi sosial dan kerjasama dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggali penerapan nilai Nengah Nyappur dalam tradisi Lempar Selendang di Kabupaten Tulang Bawang, dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi, penelitian ini menganalisis makna dan interaksi sosial dalam acara tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lempar Selendang bukan hanya tradisi hiburan, tetapi juga sarana untuk mempererat hubungan sosial, memperkenalkan budaya, serta memperkuat nilai kebersamaan di masyarakat. Nilai Nengah Nyappur terlihat dalam bentuk saling berinteraksi antara peserta, baik dalam acara adat maupun dalam kehidupan sosial yang lebih luas, menciptakan keharmonisan sosial yang kuat di kalangan masyarakat Lampung.
Pemilihan Perkawinan: Tradisi Sebambangan di Rakyat Pepadun Lampung di Desa Banjar Ratu Maharani , Syifa; Rahmatika, Zidny Rizka; Prayogi, Rahmat; Riadi, Bambang
Jurnal Punyimbang Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v4i2.1131

Abstract

The purpose of this research is to explore a type of marriage of the Lampung Pepadun people in Banjar Ratu village, Way Pengubuan sub-district, Central Lampung district. This research uses a descriptive method through a qualitative approach, with data collection techniques through interviews and observation. The results show that the Lampung Pepadun people in Banjar Ratu Village tend to decide to conduct Sebambangan marriages. There are several reasons underlying this choice, including: 1) the cost factor, where the cost required for a Begawi marriage can be five times greater than a Sebambangan marriage, which only requires a maximum cost of 30 million. 2) the time factor, where the agenda in a Begawi wedding lasts longer than a Sebambangan wedding, which only takes a maximum of two weeks. 3) the social stratum factor, where Begawi marriages are influenced by occupational factors, education, and the traditional title of a family, which is the reason why Begawi marriages are preferred by families with a certain social status, while Sebambangan marriages are preferred by families with different social backgrounds. Tujuan dari riset ini ialah guna mendalami suatu jenis perkawinan dari suatu rakyat Lampung Pepadun di Kampung Banjar Ratu, Kec. Way Pengubuan, Kab. Lampung Tengah. Riset ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara serta observasi. Hasil riset menampakkan bahwa rakyat Lampung Pepadun di Desa Banjar Ratu cenderung memutuskan guna melakukan perkawinan Sebambangan. Ada beberapa alasan yang mendasari alternatif ini antara lain: 1) faktor biaya, di mana biaya yang dibutuhkan guna pernikahan Begawi bisa lima kali lebih besar dibandingkan dengan perkawinan Sebambangan, yang hanya memerlukan biaya maksimal 30 juta. 2) faktor waktu, di mana rangkaian agenda dalam pernikahan Begawi berlangsung lebih lama dibandingkan dengan perkawinan Sebambangan hanya membutuhkan waktu maksimal dua minggu. 3) faktor jenjang sosial, di mana perkawinan Begawi dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, pendidikan, serta gelar adat suatu keluarga, yang menjadi alasan mengapa perkawinan Begawi lebih dipilih oleh keluarga dengan status sosial tertentu, sementara perkawinan Sebambangan lebih dipilih oleh keluarga dengan latar belakang sosial yang berbeda.
ANALISIS PEMAHAMAN BAHASA LAMPUNG TERHADAP PENUTUR SMENDO Wulandari , Desi; Putri, Melani Cindy
Jurnal Punyimbang Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v3i2.1132

Abstract

Abstract This study aims to analyze the understanding of Lampung language among Smendo speakers, and to identify the factors that influence and challenges in preserving the language. A descriptive qualitative approach was used through in-depth interviews, field observations, and literature studies. The results of the study indicate that the understanding of Lampung language is greatly influenced by age, social environment, education, and technology. The older generation understands Lampung language better due to involvement in cultural traditions, while the younger generation dominates Indonesian due to the influence of formal education and social media. Linguistic assimilation in economic life results in a functional understanding of Lampung language, although limited to basic vocabulary. The main challenges include the lack of regional language education resources, weak individual motivation, and negative perceptions of the community who consider regional languages less relevant. Digital technology shows great potential in language preservation through creative content such as learning videos, mobile applications, and cultural campaigns on social media. This study recommends strengthening regional language education through teacher training and innovative teaching materials, utilizing technology to attract the younger generation, and empowering local communities. In addition, the integration of Lampung language in the creative economy and tourism can increase public appreciation of regional languages. This strategy is expected to support the preservation of the Lampung language in a sustainable manner and strengthen the cultural identity of the community amidst modernization.   Abstak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman bahasa Lampung di kalangan penutur Smendo, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi dan tantangan dalam pelestarian bahasa tersebut. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman bahasa Lampung sangat dipengaruhi oleh usia, lingkungan sosial, pendidikan, dan teknologi. Generasi tua lebih memahami bahasa Lampung karena keterlibatan dalam tradisi budaya, sedangkan generasi muda lebih mendominasi bahasa Indonesia akibat pengaruh pendidikan formal dan media sosial. Asimilasi linguistik dalam kehidupan ekonomi menghasilkan pemahaman fungsional terhadap bahasa Lampung, meskipun terbatas pada kosakata dasar. Tantangan utama meliputi minimnya sumber daya pendidikan bahasa daerah, lemahnya motivasi individu, dan persepsi negatif masyarakat yang menganggap bahasa daerah kurang relevan. Teknologi digital menunjukkan potensi besar dalam pelestarian bahasa melalui konten kreatif seperti video pembelajaran, aplikasi mobile, dan kampanye budaya di media sosial. Penelitian ini merekomendasikan penguatan pendidikan bahasa daerah melalui pelatihan guru dan materi ajar inovatif, pemanfaatan teknologi untuk menarik generasi muda, dan pemberdayaan komunitas lokal. Selain itu, integrasi bahasa Lampung dalam ekonomi kreatif dan pariwisata dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap bahasa daerah. Strategi ini diharapkan mampu mendukung pelestarian bahasa Lampung secara berkelanjutan dan memperkuat identitas budaya masyarakat di tengah modernisasi.
ANALISIS SASTRA BANDINGAN PADA PUISI “LEHOTMU” DENGAN PUISI “BERDIRI AKU” Ainunnisa, Aisyahvira Salwa; Aulia, Miya; Prayogi, Rahmat; Riadi, Bambang
Jurnal Punyimbang Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v3i2.1133

Abstract

Abstract His research aims to analyze the elements of comparative literature in two poems, namely “Lehotmu” by Ariani Rosa Lesmana and “Berdiri Aku” by Amir Hamzah. The main problem studied is how to analyze the elements of comparative literature in the two poems. The method used in this research is literature study, with the main sources coming from the book Sampian (Anthology of Lampung-Indonesian Bilingual Poetry) and Poetry Theory and Appreciation. The poem “Lehotmu” describes a profound experience related to death and loss, where the main character reflects feelings of fear and despair after experiencing loss. The setting, such as twilight and night, adds to the emotional atmosphere of the poem. In contrast, the poem “Berdiri Aku” emphasizes the spiritual and emotional journey of a person trying to find the meaning of life in the midst of loneliness and uncertainty. Nature serves as a symbol of the character's feelings in the face of doubt and anxiety, but it also shows the determination to continue searching for meaning even though they have not yet found the answer. Both poems provide a deep reflection on the human condition that often faces darkness before reaching enlightenment.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur sastra bandingan pada dua puisi, yaitu “Lehotmu” karya Ariani Rosa Lesmana dan “Berdiri Aku” karya Amir Hamzah. Permasalahan utama yang dikaji adalah bagaimana menganalisis unsur sastra bandingan dalam kedua puisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, dengan sumber utama berasal dari buku Sampian (Antologi Puisi Dwibahasa Lampung-Indonesia) dan Teori dan Apresiasi Puisi. Puisi "Lehotmu" menggambarkan pengalaman mendalam terkait dengan kematian dan kehilangan, di mana tokoh utama merefleksikan perasaan takut dan putus asa setelah mengalami kehilangan. Latar yang digambarkan, seperti waktu senja dan malam, menambah atmosfer emosional puisi ini. Sebaliknya, puisi "Berdiri Aku" lebih menonjolkan perjalanan rohani dan emosional seseorang yang berusaha menemukan makna hidup di tengah kesendirian dan ketidakpastian. Alam berfungsi sebagai simbol perasaan tokoh dalam menghadapi keraguan dan kegelisahan, namun juga menunjukkan tekad untuk terus mencari makna meski belum menemukan jawabannya. Kedua puisi ini memberikan refleksi mendalam tentang kondisi manusia yang sering kali menghadapi kegelapan sebelum mencapai pencerahan.
MITOS LARANGAN MENIKAH 2 SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM KURUN WAKTU SATU TAHUN DIDESA PAKUAN RATU WAYKANAN Sari, Maya
Jurnal Punyimbang Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Punyimbang
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Lampung, FKIP Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/punyimbang.v3i2.1135

Abstract

Abstract This article reveals how two Arabic consonant sounds: the glottal stop and the pharyngeal sis are pronounced by native speakers of the Lampung language when reciting Surah Al-Fatihah. The theory used in this research is articulatory phonetics. Using this theory, each sound is described and analyzed according to place, way of articulation and sound. Data in the form of sound recordings from speakers of the Arabic language of the Al-Qur’an and speakers of the Lampung language were transcribed using the International Phonetic Alphabet (AFI), and described based on place, method of articulation and sound. To see the visualization of the sound, researchers used tools in the form of a computer program, Praat. Using the contrastive analysis method, researchers analyzed the differences in the features of the two sounds. The results of the research show that there are 6 pronunciations of glottal consonant sounds and 6 pronunciations of pharyngeal consonant sounds in Surah Al-Fatihah. These two consonant sounds are each pronounced as a vowel sound by native Lampung speakers. This research concludes that there is a change in the sound of the Arabic language of the Koran in the pronunciation of Surah Al-Fatihah by native Lampung speakers.   Abstrak Dalam Islam pernikahan adalah salah satu hal yang dianjurkan oleh Rasullullah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pernikahan yakni: syarat, rukun dan larangan pernikahan. Namun telah terjadi di suatu kampung yang melarang menikah 2 saudara kandung laki-laki dan perempuan dalam kurun waktu satu tahun didesa pakuan ratu waykanan hal ini disebabkan oleh faktor yang terjadi di masyarakat diakibatkan karna kampung Pakuan Ratu memiliki bukti yang telah terjadi dikampung tersebut. Jika dilakukan maka akan terjadi malapetaka jika mereka tetap melangsungkan pernikahan dan dalam hal ini maka akan terjadi suatu akibat yang ditimbulkan antara kedua belah pihak yakni: Mandul, gila, sakit-sakitan, hilang bahkan akan sampai meninggal dunia. Dan semenjak adanya faktor tersebut maka masyarakat yang berada di Pakuan Ratu melarang putra-putri mereka untuk menikah secara bersamaan dalam satu tahun, dan justru mereka lebih merelakan anak gadis mereka untuk tidak menikah dari pada harus menikah secara bersamaan. Sehingga dari latar belakang yang ada maka penulis melakukan penelitian.

Page 2 of 3 | Total Record : 30