cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 514 Documents
KETERGANTUNGAN TERHADAP KENDARAAN PRIBADI DI KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Pratiwi Ramelia; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.838 KB)

Abstract

Kota Pontianak merupakan Ibu Kota Provinsi di Kalimantan Barat dengan keberadaan angkutan umum yang sangat minim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketergantungan terhadap kendaraan pribadi dan sistem transportasi di Kota Pontianak. Dari penelitian ini, diketahui bahwa tujuan pergerakan tertinggi yaitu Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Tenggara yang sudah terlayani trayek oplet, namun kurang terlayani oleh bus kota. Tingkat ketergantungan di Kota Pontianak yaitu pada tingkat sedang dengan skor grade point sebesar 2,375. Kecamatan dengan tingkat ketergantungan yang tinggi yaitu Kecamatan Pontianak Timur, Kecamatan Pontianak Utara, dan Kecamatan Pontianak Barat. Kemudian untuk Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Selatan memiliki tingkat ketergantungan sedang. Kecamatan Pontianak Tenggara memiliki tingkat ketergantungan yang rendah. Kecamatan Pontianak Kota, Kecamatan Pontianak Selatan, dan Kecamatan Pontianak Tenggara merupakan lokasi pusat kota dengan kegiatan ekonomi, perkantoran, perdagangan, dan lainnya terpusat pada kecamatan ini. Untuk sistem jaringan, kualitas jaringan infrastruktur jalan maupun jembatan pada jalan-jalan utama di Kota Pontianak termasuk dalam kategori baik dan sudah merupakan perkerasan aspal. Hal ini mendorong kualitas aksesibilitas yang lebih baik bagi pengguna kendaraan pribadi. Penyediaan moda angkutan umum masih dikelola oleh pihak swasta dan pokja masyarakat, hal ini menyebabkan tarif angkutan umum yang tinggi dan tergantung harga bahan bakar minyak yang berlaku, selain itu kualitas dan jumlah moda yang minim serta pelayanan angkutan umum yang buruk menyebabkan masyarakat cenderung menggunakan kendaraan pribadi.
Kajian Eco Driving pada Bus Rapid Transit Koridor VI untuk Mendukung Konsep Transportasi Berkelanjutan di Kota Semarang Yovita Nuri Putri; Yudi Basuki
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.188 KB)

Abstract

BRT is one of the mass transportation facilities that has the main function of serving human movement. The existence of BRT can also be used as an alternative besides of personal transportation. To maintain sustainability, BRT needs to apply eco driving. In addition to maintaining the sustainability of the bus, the application of eco driving can also reduce emissions and to save fuel consumption. Emission of released gases can have a negative impact on the environment in the long term whereas excessive fuel consumption can have an impact on the economy if fuel is starting to be difficult to obtain. The application of eco driving is also one way to support the concept of sustainable transportation in its particular urban area on the economic and environmental aspects. The concept cannot run properly if the driver does not apply eco driving. Due to the absence of eco driving can trigger drivers not to behave economically in driving so it gives impact the increase in emissions, excess fuel consumption and affect the sustainability or durability of the bus.This research has a purpose to assess the operational of BRT corridor VI in Semarang City based on eco driving rule. To achieve these purpose, it is necessary to analysis of eco driving level based on BRT corridor VI, analysis of eco driving level based on BRT driver corridor VI and analysis of eco driving indicator not applied by BRT driver corridor VI. Analysis done by using data result from field observation called checklist data. The checklist data that has been obtained will be given a score where the eco driving indicator applied is given a score of 1 whereas that is not applied given a score of 0. Assessment is done on 16 drivers and for each driver is done assessment on 26 stops or segment. The results of the assessment will be summed and processed to obtain the category of eco driving.The results of the analysis show that the level of eco driving in BRT corridor VI is classified as medium. This means that the concept of sustainable transportation has been implemented but not fully yet. This is because 14 of the 16 drivers classified as medium eco driving are still not fully implementing eco driving. Indicator of eco driving that is still often done by the driver is sudden braking, unstable speed, unnecessary accelerate and unnecessary deceleration. These four indicators occupy four major eco-driving indicators that are not appropriate with the concept of sustainable transportation, especially on economic aspects because it can affect the efficiency of fuel consumption and sustainability or durability of the bus.
MODEL PEMILIHAN MODA PERGERAKAN KOMUTER DI KECAMATAN SAYUNG Reviline Sijabat; Anita Ratnasari Rakhmatulloh
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.443 KB)

Abstract

Interaksi suatu desa kota dapat terjadi karena berbagai faktor yang ada dalam desa dan kota. Interaksi keduanya terlihat dari perpindahan masyarakat dari desa ke kota. Perpindahan yang dilakukan dengan moda transportasi baik dalam jangka waktu yang singkat maupun waktu yang lebih lama. Pemilihan moda transportasi untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain ditentukan oleh preferensi masyarakat itu sendiri. Pemilihan moda transportasi menjadi tahap terpenting dalam perencanaan dan kebijakan transportasi, karena menyangkut efisiensi pergerakan dan penyediaan ruang untuk dijadikan prasarana transportasi dan penyediaan moda transportasi yang akan digunakan oleh masyarakat. Pengambilan keputusan untuk menggunakan moda transportasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi sepeda motor dan angkutan umum dan melakukan model pemilihan moda transportasi komuter di Kecamatan Sayung. Metode penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu ditujukan kepada masyarakat komuter ke Kota Semarang dengan menggunakan moda transportasi sepeda motor dan angkutan umum. Alat analisis yang digunakan adalah alat analisis regresi linier dengan variabel yang terbentuk adalah variabel berdasarkan biaya, seperti jumlah keluarga, tingkat pendapatan, waktu tempuh, jarak tempuh, biaya operasional dan usia. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi tidak hanya faktor biaya, tetapi dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi sepeda motor adalah jumlah keluarga, pendapatan, waktu tempuh, biaya operasional dan usia. Faktor sosial yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi sepeda motor adalah kepemilikan SIM, jenis kelamin, keamanan dan kenyaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi angkutan umum adalah jumlah keluarga, pendapatan, waktu tempuh dan usia. Faktor sosial lain yang mempengaruhi pemilihan angkutan umum adalah kepemilikan kendaraan pribadi, jarak tempuh dan jenis kelamin.
KAJIAN KERENTANAN DI KAWASAN PERMUKIMAN RAWAN BENCANA KECAMATAN SEMARANG BARAT, KOTA SEMARANG Mukhammad Arief; Bitta Pigawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (980.975 KB)

Abstract

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat berbanding lurus dengan kebutuhan tempat bermukimpenduduk. Kurangnya daya tampung lingkungan permukiman yang layak bagi masyarakat memperluasterjadinya pemanfaatan lahan permukiman di kawasan yang tidak sesuai. Banyak kawasan rawan bencanayang digunakan sebagai kawasan permukiman. Tujuan penelitian ini  untuk mengkaji kerentanan di kawasanpermukiman rawan bencana Kecamatan Semarang Barat menggunakan metode penelitian kuantitatifdeskriptif dengan pendekatan spasial.  Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar permukiman berada dikawasan rawan bencana yaitu seluas 1014,57 Ha ( 63,8 % dari luas permukiman atau  45,82 % dari seluruh luaswilayah Kecamatan Semarang Barat). Faktor penyebab tetap bermukimnya masyarakat di kawasan rawanbencana adalah  lama bermukim dan kondisi jenis rumah tempat tinggal. Analisis tingkat kerentanan wilayahterhadap bencana menunjukkan wilayah Kecamatan Semarang Barat memiliki kerentanan yang bervariasimulai dari tidak rentan, kerentanan rendah, kerentanan sedang, hingga kerentanan tinggi. Terdapat 9kelurahan yang teridentifikasi memiliki ketidaksesuaian terhadap arahan Rencana Tata Ruang Wilayah KotaSemarang karena terdapat permukiman di kawasan rawan bencana.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PADA KEGIATAN PNPM DI KELURAHAN MUARAREJA KOTA TEGAL Ruhaida Ruhaida; Sunarti Sunarti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.495 KB)

Abstract

Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab berubahnya kondisi fisik lingkungan pada beberapa kawasan pesisir di pantai Utara Jawa. Perubahan tersebut mengganggu aktivitas masyarakat yang memanfaatkan potensi pesisir salah satunya sebagai permukiman. Dampak perubahan iklim seperti banjir rob tinggi dikawasan pesisir memberikan peluang kekumuhan. Permukiman kumuh bersumber dari ketidakberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kondisi fisik lingkungan permukimannya sehingga diperlukan adanya upaya meningkatkan power masyarakat dengan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh pada kegiatan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) di Kelurahan Muarareja Kota Tegal. Metode pendekatan menggunakan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif  untuk mendeskripsikan hasil dari perolehan kuesioner dan analisis deskriftif kualitatif untuk menjelaskan dan mengeneralisasi hasil dari penelitian yang berupa wawancara. Pengumpulan data penelitian dilakukan berupa purposive sampling. Hasil dalam penelitian ini  berupa  bentuk  pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan PNPM dalam upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh. Bentuk tersebut dapat dilihat dari kapasitas masyarakat yang menggambarkan kebutuhan masyarakat yang mendukung keluaran penelitian berupa bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada kegiatan PNPM dalam upaya meningkatkan kualitas permukiman. Bentuk kegiatan pemberdayaan tersebut terdiri dari proses pembuatan proposal kegiatan, pelaksanaan kegiatan lingkungan seperti: RTLH (Rehap Rumah Tidak Layak Huni),pembuatan jalan Paving, pembuatan Talud,dan perpipaan, dan peran masyarakat dalam pemeliharaan pembangunan.
Pengaruh Perubahan Nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Terhadap Peningkatan Debit Air Limpasan (Run Off) Pada Kawasan Perumahan Di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang Putri Mutiara Bena; Parfi Khadiyanta
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 9, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.576 KB)

Abstract

Meteseh included in one of the flood-prone areas in the city of Semarang. One of the causes of flooding in Meteseh is the high discharge of runoff water that goes to the river so that the river cannot accommodate the amount of water it should have and floods occur. Besides, the high flow of runoff water can also be influenced by changes in the value of the basic building coefficient (KDB). KDB is a percentage comparison of the area of a house with the floor area of the building that stands on it. KDB rules are set to limit so that the lots are not completely covered by pavement. It is intended that the lot can provide open space that can function as a greening and catchment area. But in reality, there are still many people who have not obeyed this regulation. Therefore, this study aims to look at the effect of changing KDB values on the increase in runoff water in residential areas in Meteseh, Tembalang District. This research uses quantitative methods, where data collection techniques are carried out by field observation methods and the distribution of questionnaires to 100 samples using multistage random sampling techniques in developer housing and ordinary housing. The results of this study note that the KDB change of 274 m2 in housing developers can increase runoff water flow by 7% (388.62 m3/yr) and KDB change of 340 m2 in ordinary housing can increase runoff water flow by 6% (482, 23 m3/yr).
POSISI WISATA WADUK TEMPURAN KABUPATEN BLORA BERDASARKAN TIPOLOGI Wahyu Yuliarto; Samsul Ma'rif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.024 KB)

Abstract

Desa Tempuran salah satu tujuan wisata di Kabupaten Blora. Waduk Tempuran  merupakan tempat Wisata Alam yang berfungsi utama sebagai saluran irigasi serta pembinaan atlit dayung yang bertaraf internasional, disamping itu sebagai budidaya ikan karamba dan pemancingan. Tingginya tingkat permintaan harus di imbangi dengan penawaran yang sesuai agar Wisata Waduk Tempuran tersebut dapat memberikan pelayanan yang maksimal. Untuk itu perlunya penentuan Tipologi Pengembangan Wisata Waduk Tempuran yang tepat guna memenuhi permintaan dan penawaran. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah mengetahui Tipologi Wisata Waduk Tempuran  pada Desa Tempuran Kecamatan Blora Kabupaten Blora sehingga dapat diketahui Potensi Pengembangan yang tepat guna mengantisipasi permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap Wisata Waduk Tempuran  sehingga mampu meningkatkan kunjungan wisatawan dan peningkatan pendapatan asli daerah. Demand memiliki nilai yang rendah dimana permintaan dari pengunjung masih lemah terhadap Wisata Waduk Tempuran, selain itu posisi Supply juga memiliki nilai yang tinggi sehingga penawaran dari Wisata Waduk Tempuran sudah memenuhi permintaan dari pengunjung, sehingga perlu dilakukan peningkatan Demand untuk menjadikan Wisata Waduk Tempuran memiliki daya saing yang tinggi dan selalu memunculkan atraksi wisata yang dapat menarik banyak pengunjung untuk berkunjung ke Wisata Waduk Tempuran.
URBANISASI DAN PENGURANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH EKS KARESIDENAN PEKALONGAN Slamet Febrianto; Joesron Alie Syahbana
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 5, No 1 (2016): Januari 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.4 KB)

Abstract

Urbanisasi yang terjadi jelas akan memberikan implikasi yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat yang mengalaminya. Satu diantara dampak negatif yang muncul adalah konsentrasi sumber daya pada kawasan potensial (perkotaan) sehingga pada akhirnya berdampak pada adanya diferensiasi pendapatan. Urbanisasi yang telah berjalan begitu cepatnya di Wilayah Eks Karesidenan Pekalongan telah memberikan begitu banyak kemajuan terlihat dari keberadaan 2 kawasan perkotaan yaitu Kota Tegal dan Pekalongan. Namun di sisi lain angka kemiskinan belum juga berkurang secara signifikan. Penelitian ini menggunakan data selama 10 tahun sejak tahun 2000 hingga 2010. Setelah dilakukan analisis akhirnya menghasilkan suatu temuan, yaitu kabupaten atau kota yang memiliki tingkat urbanisasi tinggi, ternyata memiliki tingkat pengurangan kemiskinan yang rendah, yaitu pada Kota Pekalongan dan Kota Tegal. Sebaliknya kondisi berbeda terjadi di daerah dengan tingkat urbanisasi di bawah kedua perkotaan tersebut seperti Kabupaten Tegal, Pekalongan dan Brebes. Walaupun memiliki tingkat urbanisasi lebih rendah, namun pengurangan kemiskinan yang terjadi jauh lebih baik dibandingkan kedua kota tersebut. Hasil temuan ini menjelaskan bahwa urbanisasi di kawasan perkotaan belum mampu mengurangi kemiskinan secara signifikan. 
KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN JALAN KARTINI SEMARANG Nurani Nurul Hidayati; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.772 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang memiliki kebijakan terkait penataan pedagang kaki lima termasuk pada lokasi yang cukup potensial seperti kawasan Jalan Kartini yang terkenal sebagai “pasar burung”. Permasalahan yang berinti pada dampak dari suatu kebijakan yang ada terhadap PKL maupun pemerintah di kawasan Jalan Kartini Kota Semarang tersebut dapat dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian yakni bagaimana dampak kebijakan penataan PKL di kawasan Jalan Kartini Semarang. Berdasar pada pertanyaan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak kebijakan yang dilakukan menurut persepsi pemerintah dan PKL dengan menggunakan kriteria efektivitas, efisiensi, kesamarataan, kecukupan, responsivitas dan ketepatan. Pendekatan penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode purposive sampling untuk penentuan narasumber. Terdapat perbedaan hasil menurut pemerintah dan PKL yakni kriteria efisiensi yang menurut PKL telah sesuai sedangkan menurut pemerintah tidak sesuai, kriteria kecukupan yang telah sesuai menurut PKL sedangkan menurut pemerintah tidak sesuai dan kriteria responsivitas yang sesuai menurut pemerintah dan tidak sesuai menurut PKL. Untuk kriteria efektivitas dan ketepatan, keduanya tidak sesuai menurut pemerintah ataupun PKL. Berbeda dengan sebelumnya, kriteria ekuitas telah sesuai baik menurut pemerintah maupun PKL. Berdasar pada seluruh kriteria di atas maka dampak kebijakan penataan PKL yang ada masih memberikan dampak negatif menurut pemerintah maupun PKL karena belum memenuhi seluruh kriteria yang ada. Diperlukan perubahan kebijakan bagi kriteria yang belum terpenuhi menurut pemerintah maupun PKL dengan jangka waktu yang jelas serta melibatkan peran PKL agar kebijakan tersebut dapat mewujudkan kepentingan umum sehingga tujuan kebijakan dapat tercapai.
EFEKTIVITAS TAMAN SRIWEDARI SEBAGAI RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA Shalli Aggi Iswari; Nurini .
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.766 KB)

Abstract

Pada umumnya permasalahan ruang publik di kota – kota Indonesia timbul seiring dengan perkembangan suatu kota yang terus menerus melakukan pembangunan. Permasalahan ruang publik akan semakin rumit jika ruang publik tersebut berwujud warisan kota dan situs cagar budaya. Permasalahan ruang publik yang berwujud warisan kota banyak terjadi di kota – kota yang tergolong ke dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI), seperti Kota Surakarta. Salah satu ruang publik di Kota Surakarta yang merupakan warisan kota adalah Taman Sriwedari. Taman Sriewedari adalah ruang publik yang memiliki nilai historis dan sudah berdiri sejak Tahun 1901 hingga saat ini. Kondisi Taman Sriwedari saat ini tidak mengalami kemajuan dan mulai kehilangan rohnya sebagai ruang publik yang memiliki nilai historis. Hal ini terlihat dari kondisi fisik Taman Sriwedari yang tidak terawat dengan baik serta aktivitas kebudayaan yang kalah dengan aktivitas modern. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi menyebabkan masyarakat modern saat ini cenderung kurang tertarik dengan aktivitas kebudayaan karena dianggap tidak menarik dan membosankan. Sehingga permasalahan ini menarik untuk menjadi objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas Taman Sriwedari sebagai salah satu ruang publik yang memiliki nilai historis di Kota Surakarta saat ini. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka diketahui bahwa Taman Sriwedari tergolong tidak efektif sebagai ruang publik yang memiliki nilai historis di Kota Surakarta saat ini. Hal ini dikarenakan Taman Sriwedari masih memiliki kekurangan dan permasalahan yang harus diselesaikan. Maka, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah selaku pengelola dan masyarakat selaku pengguna untuk memenuhi kekurangan dan menyelesaikan permasalahan yang ada di Taman Sriwedari

Page 10 of 52 | Total Record : 514


Filter by Year

2012 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 3 (2024): Agustus 2024 Vol 13, No 2 (2024): Mei 2024 Vol 13, No 1 (2024): Februari 2024 Vol 12, No 4 (2023): November 2023 Vol 12, No 3 (2023): Agustus 2023 Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 Vol 12, No 1 (2023): Februari 2023 Vol 11, No 4 (2022): November 2022 Vol 11, No 3 (2022): Agustus 2022 Vol 11, No 2 (2022): Mei 2022 Vol 11, No 1 (2022): Februari 2022 Vol 10, No 4 (2021): November 2021 Vol 10, No 3 (2021): Agustus 2021 Vol 10, No 2 (2021): Mei 2021 Vol 10, No 1 (2021): Februari 2021 Vol 9, No 4 (2020): November 2020 Vol 9, No 3 (2020): Agustus 2020 Vol 9, No 2 (2020): Mei 2020 Vol 9, No 1 (2020): Februari 2020 Vol 8, No 4 (2019): November 2019 Vol 8, No 3 (2019): Agustus 2019 Vol 8, No 2 (2019): Mei 2019 Vol 8, No 1 (2019): Februari 2019 Vol 7, No 4 (2018): November 2018 Vol 7, No 3 (2018): Agustus 2018 Vol 7, No 2 (2018): Mei 2018 Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018 Vol 6, No 4 (2017): November 2017 Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017 Vol 6, No 2 (2017): Mei 2017 Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017 Vol 5, No 4 (2016): November 2016 Vol 5, No 3 (2016): Agustus 2016 Vol 5, No 2 (2016): Mei 2016 Vol 5, No 1 (2016): Januari 2016 Vol 4, No 4 (2015): November 2015 Vol 4, No 3 (2015): Agustus 2015 Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015 Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015 Vol 3, No 4 (2014): November 2014 Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014 Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014 Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014 Vol 2, No 4 (2013): November 2013 Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013 Vol 2, No 2 (2013): Mei 2013 Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013 Vol 1, No 1 (2012): November 2012 More Issue