cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 221 Documents
UJI POTENSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE EKSTRAKSI BERTINGKAT PADA LAMUN DUGONG (Thalassia hemprichii) DARI PERAIRAN JEPARA Ulfa, Fara Sabilla; Anggo, Apri Dwi; Romadhon, -
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.333 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada lamun dugong yang diperoleh dari perairan Karimunjawa dan Pulau Panjang. Ekstrak diperoleh secara maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksan, aseton, dan metanol. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas antioksidan secara kualitatif dengan KLT. Hasilnya menunjukkan warna yang berbeda-beda, semakin pucat maka semakin kecil aktivitas antioksidan, oleh karena itu eksrak yang digunakan selanjutnya adalah aseton dan metanol. Uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan menggunakan metode DPPH dinyatakan dalam nilai IC50. Hasil yang diperoleh dari kedua perairan menunjukkan ekstrak pelarut aseton lebih tinggi dari ekstrak dengan pelarut metanol yaitu sebesar 1909,89 ppm dan 2748,13 ppm dari ekstrak aseton dan metanol dari perairan Karimunjawa; 1748,41 ppm dan 2626,66 ppm ekstrak aseton dan metanol dari perairan Pulau Panjang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka akan semakin besar % inhibisi, tetapi semakin rendah nilai IC50. Uji skrining fitokimia pada kedua perairan didapat senyawa steroid, triterpenoid, alkaloid, dan fenolik. Hasil pengujian kadar Total fenolik dari kedua perairan yaitu lamun dengan ekstrak metanol lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak aseton. Hasil pengujian kadar karotenoid terhadap kedua perairan menunjukkan bahwa kadar karotenoid tertinggi diperoleh dari ekstrak aseton kemudian disusul dengan ekstrak metanol. The research about antioxidant activity for dugong seagrass which obtainable from Karimunjawa and Pulau Panjang waters. The extract obtained by gradual maceration using n-hexane solvent, acetone, and methanol. Furthermore, the antioxidant activity test performed qualitatively by TLC. The results showed the different colors, the smaller paler antioxidant activity, therefore further extracts used were acetone and methanol. Quantitative antioxidant activity test was performed using DPPH expressed in IC50 values. Results obtained from both waters showed higher acetone extract solvents from the extract with methanol in the amount of 1909.89 and 2748.13 ppm of acetone and methanol extracts of Karimunjawa waters; 1748.41 and 2626.66 ppm acetone and methanol extracts from the waters of Pulau Panjang. These results indicated that the greater the concentration, the larger% inhibition, but the lower the IC50 value. Phytochemical screening test on both waters obtained steroidal compounds, triterpenoids, alkaloids, and phenolic. The test result of Total phenolic of both waters showed seagrass with methanol extract higher than the acetone extract. The test results of carotenoid levels of both waters indicated that the highest levels of carotenoids obtained from acetone extracts followed by methanol extract.
PENGARUH PENAMBAHAN TELUR RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS MIE BASAH Syahbuddin, Sarwono Azmi; Riyadi, Putut Har; Romadhon, -
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.688 KB)

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus) adalah salah satu komoditas perikanan yang saat ini banyak diminati di pasar internasional. Rajungan menghasilkan limbah proses yang terdiri dari 57% cangkang, 3% body reject, dan air rebusan 20%. Mie atau mie basah adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan dan di masak dalam air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan telur rajungan dalam proses pembuatan mie basah dan mengetahui karakteristik mie telur rajungan yang meliputi uji organoleptik, proksimat dan uji Tensile Strength (gaya putus). Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diterapkan adalah perbedaan konsentrasi telur rajungan 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi telur rajungan pada mie telur rajungan memberikan perbedaan sangat nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik dan gaya putus (tensile strength). Nilai tertinggi berdasarkan uji organoleptik kenampakan 6,27, bau 6,33, rasa 6,6, warna 6,13 dan tekstur 7,87 pada konsentrasi 4%. Untuk gaya putus (tensile strength) yang terbaik dengan nilai 2,39 N pada konsentrasi 4%.  Sedangkan pengujian kimiawi mie rajungan pada konsentrasi 4% yaitu kadar air 64,62%, kadar protein 19,58%, kadar lemak 5,81% dan kadar abu 2%. Konsentrasi telur rajungan pada proses pembuatan mie rajungan yang terbaik adalah 4%. Swimming crab (Portunus pelagicus) is the one of fisheries commodity that is popular in international market. Swimming crab produce by product consisting of 57% shell, 3% body reject and 20% cooking water. Wet noodles or noodles are long, thin dough that has been rolled, dried and cooked in water. The purpose of this study was to determine the effect of crab eggs in the process of making a wet noodle and egg noodle crab investigate the characteristics which include organoleptic test, proximate and Tensile Strength test (breaking force). The method is used experimental laboratory with experimental design completely randomized design (CRD). Treatment applied is the difference crab eggs concentration of 0%, 1%, 2%, 3% and 4%. The results showed that different swimming crab egg concentration crab on crab eggs gave significant value (P <0.05)  on the organoleptic and breaking force (tensile strength). The high effect value of organoleptic test 6.27 based on organoleptic appearance, smell of 6.33, 6.6 flavor, color and texture 6.13 7.87 at a concentration of 4%. For breaking force (tensile strength) is best with a value of 2.39N at a concentration of 4%. While the chemical testing of crab noodles at a concentration of 4% is 64.62% moisture, 19.58% protein content, fat content 5.81% and 2% ash content. The concentration of crab eggs in the process of making the best crab noodle is 4%.
PENGARUH PENAMBAHAN GELATIN BERBAGAI JENIS KULIT IKAN TERHADAP ISOTHERM SORPSI AIR PADA PROTEIN MYOFIBRIL IKAN KURISI (Nemipterus sp.) SELAMA PROSES DEHIDRASI Mubarak, Iqbal; Darmanto, Y S; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 2 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah kulit ikan air tawar (Patin), payau (Bandeng) dan laut (Remang) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku gelatin. Sementara itu, peningkatan kualitas produk berbasis protein myofibril perlu dilakukan, hal ini dapat diteliti melalui analisa isotherm sorpsi air selama proses dehidrasi. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui kualitas gelatin yang dihasilkan dan pengaruh penambahan gelatin sebanyak 5% terhadap isotherm sorpsi air, water holding capacity (WHC), gel strength dan folding test myofibril ikan Kurisi. Nilai rendemen terbesar adalah gelatin kulit Remang (14,025±0,013%). Kadar air, pH, Gel strength dan viskositas tertinggi adalah gelatin kulit Bandeng, dengan nilai berturut-turut 9,853±0,023%; 7,77±0,023;  146,703±4,045  bloom, 20,42±0,175 cP. Hasil analisa isotherm sorpsi air untuk myofibril dengan  penambahan gelatin kulit Bandeng menunjukan perlakuan terbaik dengan nilai  M1, M2 dan S  berturut-turut sebesar 7,644 g/100g; 17,697 g/100g; 0,290 m2/mg. Penambahan gelatin kulit ikan yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai WHC, gel strength dan folding test myofibril ikan Kurisi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penambahan gelatin kulit Bandeng pada myofibril ikan Kurisi memiliki pengaruh paling baik terhadap isotherm sorpsi air, nilai WHC, gel strength dan folding test.
PENGARUH PENAMBAHAN TINTA CUMI-CUMI (Loligo sp) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PETIS LIMBAH IKAN PINDANG Hidayati, Aisyah Ayu; Sumardianto, -; Romadhon, -
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.494 KB)

Abstract

Petis ikan yang terdapat di Indonesia merupakan hasil penyaringan dari proses perebusan (pemindangan) ikan, atau limbah hasil perebusan (pemindangan) dari ikan yang tidak dipergunakan lagi namun mengandung zat gizi yang cukup tinggi. Tinta cumi-cumi mengandung protein sebesar 10,88% yang terdiri atas asam amino esensial dan non esensial, asam amino esensial yang dominan berupa lisin, leusin, arginin dan fenilalanin, sementara kadar asam amino non esensial yang dominan adalah asam gluatamat dan asam aspartat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tinta cumi-cumi dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas petis limbah ikan pindang. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan penambahan tinta cumi-cumi sebesar 3%, 5% dan 7%. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Variabel mutu yang diamati adalah asam glutamat, kadar protein, kadar air, warna, viskositas dan nilai hedonik. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan perbedaan diantara perlakuan diuji dengan BNJ (Beda Nyata Jujur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tinta cumi-cumi pada petis limbah ikan pindang berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap nilai asam glutamat, kadar protein, tetapi tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap kadar air, warna dan sensori. Penambahan tinta cumi-cumi yang terbaik dengan konsentrasi sebesar 7% memiliki nilai asam glutamat yaitu 9,16%, kadar protein 11,49%, kadar air 72,69%, viskositas 7217,67 cP, dan uji warna menggunakan chromameter 36,70. Uji hedonik terbaik pada penambahan tinta cumi-cumi dengan konsentrasi 5%, perlakuan hedonik tekstur, warna, bau, rasa masing-masing adalah 4.35; 4.93; 5.96; 5.58. Fish paste found in Indonesia is the result of filtering of the fish boiling process, and high nutrients content. Squid ink contains 10.88% of protein which is consist of essential and non-essential amino acids. The dominant essential amino acids are lysine, leucine, arginine and phenylalanine, while the dominant non-essential amino acid levels are gluatamat acid and aspartic acid. This study was aimed to determine the effect of squid ink with different concentrations of the quality of boiled fish paste waste. The research method used completely randomized design with additional treatments squid ink of 3%, 5% and 7%. Each treatment was repeated in triplicates. Quality variables measured were glutamic acid, protein content, moisture content, color, viscosity and hedonic value. Data were analyzed using ANOVA and the differences between treatments were tested by HSD (Honestly Significant Difference). The results showed that the addition of squid ink to boiled fish paste waste significantly (P <0.05) affect on glutamic acid value and protein content, however no significantly affect(P> 0.05) on water content, color and sensory. The best squid ink addition was 7% treatment which had 9.16% glutamic acid, 11.49% protein content, water content of 72.69%, 7217.67 cP of viscosity, and a color test using chromameter 36.70. The best hedonic test was 5% squid ink addition treatment, texture, color, aroma, flavor were 4.35; 4.93; 5.96; 5.58 respectively.
PENGARUH PENAMBAHAN STARTER Pediococcus spp. PADA PEMBUATAN KECAP IKAN TERHADAP JUMLAH SENYAWA KIMIA DAN KOLONI BAKTERI Wicaksana, Bima Risa Adil; Darmanto, Y S
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 4 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.658 KB)

Abstract

Trash fish were less widely used although they were quite highly potential. The commonly traditional processing smoking, salted boiled fish and fermentation. Fish processing by fermentation for example was fish sauce. One of the weaknesses of the fermentation process was the length of fermentation period. The acceleration of the fermentation process could be done by accelerating the hydrolysis process of fish protein, one of method is adding starter of lactic acid bacteria.The material used in this research was trash fish taken from TPI Tambakharjo, Semarang. Other materials used culture bacteria of Pediococcus halophilus CCRC 12576 and Pediococcus pentosaceus IFO 12230 taken from Study Centre Food and Nutrition of Gadjah Mada University, Yogyakarta.In this research there were two factors that is adding starter bacteria of Pediococcus spp and the period of fermentation. There were three treatments factor A consist of adding bacteria of P. halophilus 106, P. pentosaceus 106 and the combination (P. Halophilus + P. pentosaceus) 106 with salt addition 20% b/b. Factor B consist of tree treatment 10, 20 and 30 days and observed every ten days. Research using factorial experimental design3x3. The data was analyzed using analysis of variance (ANOVA) followed by HonestlySignificant Difference test(HSD).The results showed the addition of starter P. halophilus, P. pentosaceus and combition treatment with the long fermentation period of 30 days on the chemical parameters have significant effect on lowering the pH value, salt content reduction but have no significant effect on TVB increase and lowering of TPC but have significant effect on the increase LAB.The result of the final product sensory test of fish sauce in acceptance specification in the whole was liked.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BUAH LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza) TERHADAP KUALITAS BISKUIT IKAN LELE (Clarias batrachus) Rahmaningsih, Astuti; Surti, Titi; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 3 (2016): Wisuda Periode Bulan Agustus 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.693 KB)

Abstract

Biskuit adalah makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Penambahan tepung daging ikan lele (C. batrachus) dapat meningkatkan kandungan protein pada biskuit. Selain itu, penambahan tepung buah lindur dapat dijadikan alternatif pengganti tepung terigu, karena mengandung kadar karbohidrat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi buah lindur terbaik dalam pembuatan biskuit ikan dan pengaruhnya terhadap kualitas biskuit ikan,  meliputi kadar karbohidrat, kadar protein, kadar abu, kadar lemak, kadar air, uji kekerasan dan pengujian hedonik. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu dengan subsitusi tepung buah lindur : tepung terigu yaitu sebesar 0%, 40%:60%, 50%:50% dan 60%:40% terhadap biskuit ikan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diuji dengan uji normalitas, uji homogenitas, dilanjutkan dengan Analysis of Varians (ANOVA) dan uji lanjut Beda Nyata Jujur. Sedangkan untuk data non parametrik berupa pengujian organoleptik ikan segar dan pengujian hedonik biskuit ikan diuji dengan multiple comparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung buah lindur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap uji kekerasan, kadar karbohidrat, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air dan hedonik (kenampakan, rasa,aroma, warna dan tekstur). Konsentrasi 50%:50% disukai panelis dari parameter kenampakannya yang utuh, rapi dan bersih. Sedangkan perlakuan konsentrasi terbaik yaitu sebesar 50%:50% dilihat dari uji kekerasan 8382,40 gf, kadar karbohidrat 71,92%, kadar protein 13,97%, kadar abu 2,34%, lemak 10,55%, kadar air 2,69% dan hedonik meliputi kenampakan 7,03, aroma 6,67, rasa 6,73, warna 6,80 dan tekstur 6,80.
PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KUALITAS IKAN PETEK (Leiognathus splendens) PRESTO MENGGUNAKAN ALAT “TTSR” Susilo, Tri Wisnu; Riyadi, Putut Har; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.152 KB)

Abstract

Ikan petek memiliki potensi untuk dikembangkan karena ketersediaan yang melimpah dan kandugan protein yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu optimum pemasakan menggunakan alat “TTSR” agar diperoleh ikan petek duri lunak dengan nilai mutu proksimat dan organoleptik yang baik. Perlakuan tahap I adalah dengan membandingkan kualitas pemasakan menggunakan autoclave dan “TTSR”. Perlakuan tahap II yang diterapkan adalah waktu pemasakan 20 menit, 40 menit, dan 60 menit, pada tekanan 2 atm menggunakan “TTSR”. Hasil penelitian tahap I menunjukkan pemasakan terbaik menggunakan “TTSR” dengan waktu pemasakan lebih cepat, nilai Fh 14 menit, Jh 1.93 dan Fo 0.048 menit. Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa lama waktu pemasakan menggunakan alat “TTSR” memberikan perbedaan nyata (P<0,05) terhadap uji organoleptik dan kelunakan tulang. Nilai tertinggi berdasarkan uji organoleptik kenampakan 7.97, bau 7.87, rasa 7.7, tekstur 7.63, dan lendir 9 pada waktu pemasakan 40 menit. Kekerasan tulang yang terbaik dengan nilai 0.64 kgF pada waktu pemasakan 60 menit. Hasil pengujian kimiawi pada ikan petek duri lunak dengan waktu pemasakan 60 menit yaitu kadar air 65.20%, kadar protein 19.21%, dan kadar lemak 4.76%. Waktu pemasakan terbaik yang digunakan untuk memasak ikan petek duri lunak menggunakan alat “TTSR” adalah 60 menit. Ponyfish has the potential to be developed because of the availability of abundant and high protein content. The purpose of this study was to determine the optimum cooking time using “TTSR” to obtain soft spines ponyfish with proximate test result and good quality of organoleptic test. The study phase I is to compare the quality of cooking using autoclave and “TTSR”. The study phase II applied is cooking using “TTSR” 20 minutes, 40 minutes and 60 minutes, at a pressure 2 atm. The results of research I showed the best cooking using “TTSR” with time cooking faster, Fh 14 minutes, Jh 1,93 and Fo 0.048 minutes. The results of research II showed that the various of pressure cooking using “TTSR” give significant difference (P<0.05) for organoleptic tests and the bone kekerasan. The highest value based on organoleptic was appearance 7.97, flavour 7.87, taste 7.7, textures 7.7, and mucus 9 at 40 minutes cooking time. The best bone kekerasan with value 0.64 kgF at 60 minutes cooking time. While chemical tests on soft spines ponyfish with 60 minutes cooking times that is the water content was 65.20%, 19.21% protein and 4.76% fat content. The best cooking time used was 60 minutes to produced soft spines ponyfish  by using “TTSR”. 
PENGARUH ASAM TANAT, SUKROSA DAN SORBITOL TERHADAP KUALITAS SURIMI IKAN SWANGI (Priacanthus tayenus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU -5oC Aminudin, Nur; Darmanto, Y S; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 2 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.478 KB)

Abstract

Surimi adalah daging lumat yang telah mengalami proses pencucian, pengepressan dan pembekuan. Surimi dengan perlakuan pencucian, setting suhu pemasakan dan penyimpanan pada suhu yang berbeda menghasilkan kualitas yang berbeda pula. Penambahan bahan tambahan makanan dapat meningkatkan nilai kekuatan gel. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui potensi asam tanat, sukrosa dan sorbitol terhadap kekuatan gel, kadar air, pH, hedonik, uji lipat dan uji gigit. Materi yang digunakan adalah ikan swangi (Priacanthus tayenus) dari TPI Batang, Jawa Tengah. Ikan diolah menjadi surimi dengan penambahan asam tanat 0,05%, sukrosa 4% dan sorbitol 4% dengan penyimpanan suhu -5oC selama 21 hari. Penelitian menggunakan rancangan percobaan RAK Petak-Petak Terbagi. Data dianalisis menggunakanan Analysis of Varians (ANOVA) dilanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).Hasil penelitian didapatkan bahwa surimi dengan penambahan asam tanat 0,05% mendapat nilai kekuatan gel terbaik yaitu 552,50 ± 0,48 g.cm, lalu sukrosa 4% yaitu 484,12 ± 0,48 g.cm, sorbitol 4% yaitu 451,92 ± 0,39 g.cm dan kontrol yaitu 398,31 ± 0,36 g.cm. Selama proses penyimpanan suhu -5oC penambahan sukrosa 4% didapatkan nilai terbaik dan menurun pada penyimpanan 21 hari yaitu 323,22 ± 0,21 g.cm. Penurunan nilai kadar air terbesar pada penambahan sukrosa 4%, kenaikan nilai pH tertinggi pada kontrol, penerimaan hedonik terbaik pada penambahan sorbitol 4% dan hasil uji lipat dan uji gigit terbaik pada penambahan sukrosa 4%.
EFEKTIVITAS DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI PADA IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta) SELAMA PENYIMPANAN DINGIN Deviyanti, Pramitha Nurma; Dewi, Eko Nurcahya; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.74 KB)

Abstract

Kemunduran mutu yang sering terjadi pada ikan adalah pertumbuhan bakteri karena penanganan yang kurang tepat. Perendaman daun kemangi pada ikan Kembung Lelaki dapat dijadikan alternatif pengawet, karena pada daun kemangi mengandung senyawa flavonoid, tanin dan saponin yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi daun kemangi terhadap nilai total plate count (TPC), total volatile basa nitrogen (TVBN), aktivitas air (Aw) dan pH pada ikan Kembung Lelaki selama penyimpanan suhu dingin (4ºC). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Kembung Lelaki segar, daun kemangi, aquadest, es curai dan plastik seal. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental laboratories dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola terbagi oleh waktu “Split plot in time”. Faktor konsentrasi daun kemangi (0%; 20%; 25% dan 30%)  sebagai sub plot dan lama penyimpanan (hari ke-0, 3, 6, 9, dan 12) sebagai main plot. Data nilai uji organoleptik dianalisis dengan uji Kruskal Wallis, sedangkan uji total plate count (TPC), total volatil basa nitrogen (TVBN), Aw dan pH dianalisis menggunakan uji ANOVA, dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ), jika ada interaksi perlakuan.Hasil penelitian didapatkan nilai logaritma TPC berkisar antara 3,36 – 6,79 koloni/g; nilai TVBN antara 7,28 mgN/100g – 19,87 mgN/100g; nilai Aw antara 0,91 – 0,94; nilai pH antara 6,55 – 6,87; nilai organoleptik antara 6,68 – 7,76. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya interaksi antara konsentrasi daun kemangi dan lama penyimpanan yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai TPC, TVBN, Aw dan pH, sehingga dapat disimpulkan bahwa perendaman daun kemangi berpengaruh dalam mempertahankan mutu ikan Kembung Lelaki selama penyimpanan dingin. Konsentrasi daun kemangi 30% merupakan konsentrasi terbaik, mampu mempertahankan ikan Kembung Lelaki hingga hari ke 12. The quality of deterioration that often occur on fish is bacteria, may occur due to handling. The soaked basil leaves on a short bodied mackerel can be an alternative preservative because the basil leaves contain flavonoid, tannin and saponin can be function as antibacterial. The purpose of this research is to know the influence of using differences concentration basil leaves in maintaining the total plate count (TPC) value, total volatile base nitrogen (TVBN), water activity (Aw) and pH of striped mackerel during cold storage (4ºC). The material used in this study were fresh striped mackerel, basil leaves, aquadest, slurry ice and plastic seal. Research methods used are experimental laboratories by using a Complete Randomized Design (CRD) divided by the time pattern “Split plot in time”. Concentration factors basil leaves (0%; 20%; 25% and 30%) as sub plot and storage time (0, 3, 6, 9, and 12 days) as main plot. The data of sensory test was analyzed by Kruskal Wallis test, while the total plate count (TPC), total volatile base nitrogen (TVBN), pH and Aw were analyzed using ANOVA test, followed by Honestly Significant Difference (HSD), if there was a interaction in treatment. Based on the results obtained logarithmic TPC ranged between 3,36 – 6,79 colony/g;  total volatile base nitrogen range 7,28 mgN/100g – 19,87 mgN/100g; Aw value of 0,91 – 0,94; the pH between 6,55 – 6,87; the value of sensory between 6,68 – 7,76. The results showed that interaction between concentration basil leaves and storage time gave significant effect (p<0,05) for TPC, TVBN, Aw and pH, with the result that it can be concluded that a soaked basil leaves can influence in maintaining the quality of striped mackerel. Concentration basil leaves 30% is best able to maintain of striped mackerel up to day 12 days.
ANALISA PROFIL ASAM AMINO dan KUALITAS IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commersonii) ASAP MENGGUNAKAN METODE PENGASAPAN YANG BERBEDA Sekar Pangestuti, Lintang Ayu; Agustini, Tri Winarni; Riyadi, Putut Har
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan Tenggiri merupakan ikan yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Kandungan protein pada Ikan Tenggiri Asap berpeluang sebagai alternatif sumber protein hewani. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pengasapan yang berbeda terhadap profil asam amino dan kualitas ikan Tenggiri asap dan untuk mengetahui metode pengasapan yang tepat untuk memaksimalkan kandungan asam amino dan kualitas ikan Tenggiri asap. Materi dalam penelitian ini adalah ikan Tenggiri yang diasapi menggunakan dua metode pengasapan yang berbeda dengan tempurung kelapa sebagai bahan bakarnya. Penelitian bersifat eksperimental lapangan dengan membandingkan 2 macam perlakuan yaitu metode tungku tradisional (Tr) dan Smoking Cabinet (SC). Parameter yang diamati berupa uji profil asam amino dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dan uji kualitas ikan asap (organoleptik, kadar air, kadar protein dan kadar fenol) data diolah statistika menggunakan uji Independent Sample T test. Hasil penelitian menunjukkan Ikan Tenggiri asap memiliki 14 jenis asam amino yaitu 8 asam amino esensial dan 6 asam amino  non esensial. Nilai organoleptik, kadar air, kadar protein dan kadar fenol berturut-turut adalah 8,12 ≤ µ ≤ 8,47; 63,84%; 24,57%; 1087 ppm untuk Tr dan 8,26 ≤ µ ≤ 8,53; 62,23%; 25,24%; 1130 ppm untuk SC. Data menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0,05) untuk kadar air dan kadar protein sedangkan organoleptik dan kadar fenol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P<0,05) untuk organoleptik dan fenol. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua metode pengasapan Tr dan SC memberikan pengaruh terhadap profil asam amino, kadar air dan kadar protein ikan Tenggiri asap, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas pada nilai organoleptik dan kadar fenol. Proses pengasapan dengan Tr dan SC memiliki kelebihan dan kekurangan, SC lebih baik dalam mempertahankan kualitas tetapi Tr lebih baik dalam mempertahankan profil Asam Amino. 

Page 10 of 23 | Total Record : 221