cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 221 Documents
PENGARUH PENAMBAHAN ASAP CAIR REDESTILASI TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG Widyaningsih, Nur; Swastawati, Fronthea; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 3 (2017): Periode Wisuda Bulan Agustus 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.103 KB)

Abstract

Bakso ikan sangat digemari masyarakat Indonesia, namun mempunyai umur simpan relative pendek, sehingga perlu dilakukan usaha untuk memperpanjang umur simpan pada suhu ruang. Hal ini dilakukan dengan pemanfaatan asap cair redestilasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh asap cair terhadap mutu bakso ikan lele selama penyimpanan pada suhu ruang. Ikan lele yang digunakan diperoleh dari kolam dengan berat rata-rata 850 gram. Asap cair  redestilasi yang digunakan adalah asap cair tempurung kelapa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan perlakuan konsentrasi asap cair redestilasi (0 dan 5%) dan lama penyimpanan suhu ruang (jam ke-0, ke-12, ke-24, ke-36) dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asap cair redestilasi pada bakso ikan lele dan selama penyimpanan suhu ruang memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap nilai log TPC, pH, dan kadar air. Nilai Log bakso ikan lele yang direndam asap cair redestilasi pada jam ke-0, 12, 24, dan 36 yaitu 2,03±0,21; 3,17±0,19; 4,33±0,10; 5,75±0,08, sedangkan bakso ikan tanpa asap cair yaitu 2,59±0,29; 3,76±0,11; 5,07±0,12; 6,31±0,26. Nilai pH bakso ikan yaitu 6,67±0,20; 6,33±0,09; 5,76±0,20; 5,08±0,07, sedangkan bakso ikan tanpa asap cair yaitu 6,98±0,15; 6,50±0,10; 6,00±0,19; 5,54±0,07. Nilai kadar air bakso ikan yaitu 62,03±0,21; 63,18±0,18; 64,36±0,16; 65,73±0,08, sedangkan bakso ikan tanpa asap cair yaitu 62,59±0,29; 63,73±0,11; 65,07±0,12; 66,30±0,26. Umur simpan bakso yang direndam asap cair redestilasi jam ke-24 masih diterima, sedangkan tanpa direndam asap cair redestilasi diterima sampai 12 jam. Penambahan asap air redestilasi pada bakso ikan lele mampu meningkatkan umur simpan pada suhu ruang.
KAJIAN SENYAWA BIOAKTIF EKSTRAK TERIPANG HITAM (Holothuria edulis) BASAH DAN KERING SEBAGAI ANTIBAKTERI ALAMI Sari, Evi Maya; Ma'ruf, Widodo Farid; Sumardianto, -
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.166 KB)

Abstract

Holothuria edulis merupakan salah satu sumber hayati laut yang mempunyai banyak manfaat dan memiliki senyawa bioaktif. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif dan daya hambat terbaik ekstrak H. edulis basah dan kering serta  pengaruh perbedaan konsentrasi pelarut dan keadaan sempel sebagai aktivitas antibakteri Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa ekstrak etil asetat H. edulis dalam keadaan basah dengan konsentrasi 450mg/ml merupakan ekstrak terbaik. Hasil dari ekstrak H. edulis basah menunjukkan aktivitas antibakteri tertingi dengan daya hambat bakteri terluas pada bakteri B. cereus 2.8±0.2 mm dan P. aeruginosa yaitu 8.6±0.2 mm, sedangkan pada H. edulis kering pada B. cereus 1.7±0.1 mm dan P. aeruginosa yaitu 5.5 ±0.2 mm. Berdasarkan uji fitokimia dari ekstrak H. edulis basah dan kering positif mengandung alkaloid, triterpenoid, steroid, flavonoid, dan saponin. Holothuria edulis is one of marine resources that has many benefit and have bioactive compounds. The purpose of this research was to determine the content of bioactive compounds and the best extract inhibition of wet and dry H. edulis as well as the influence of the different solvent concentration and sample condition as the antibacterial activity of Bacillus cereus and Pseudomonas aeruginosa. Results of the research found that the best extracts of H. edulis is ethyl acetate extract of wet H. edulis in 450 m g/ml concentration. Results extracts of wet H. edulis show that the highest antibacterial activity with the wide blocked power on B. cereus is 2.8 ± 0.2 mm and P. aeruginosa is 8.6 ± 0.2 mm, meanwhile in dry H. edulis on B. cereus is 1.7 ± 0.1 mm and P. aeruginosa is 5.5 ± 0.2 mm. Based on phytochemicals test of wet and dry H. edulis extracts positive contains alkaloid, triterpenoid, steroid, flavonoid and saponin.
MIKROENKAPSULASI Spirulina platensis DENGAN MENGGUNAKAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS KADAR FIKOSIANIN Fasusari, Cindy; Darmanto, YS; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 1(2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Spirulina platensis (S. platensis) is a blue-green microalgae (blue green algae). S.platensis has long been consumed as a food and a natural source of blue dye. The content ofblue pigment (phycocyanin) reached 20% of the dry weight. This research aims to determinewhether there is any effect of the addition of chitosan as enkapsulan at microencapsulationprocess of S. platensis on stability phycocyanin levels. The material used in this research is Spirulina platensis powder obtained from BPAPJepara. Enkapsulan materials used chitosan powder and solvent is 2% acetic acid obtainedfrom CV. Chemmix Pratama Bantul. The main parameters in this research were phycocyaninlevels, solved solids levels, and water content, while supporters are characterizing CapsulesS. platensis.Experimental design used in the preliminary research was Completely RandomizedDesign, while in the main study used a Group Randomized Design with a split plot in time,in which the plot is various types of samples S. platensis dry with 3 level while sub plot isthe treatment of storage time, the before storage time, second days, fourth day, sixth days ,and eighth days. Each treatment was repeated three times .Data factors were analyzed usinganalysis of variance. To find the difference between treatments was tested with test dataHonestly Significant Difference (HSD).The results showed that the addition of different chitosan concentration on Spirulinaplatensis at microencapsulation exert a highly significant (p <0.01) in phycocyanin levels,levels of dissolved solids, and water content. Best quality Spirulina platensis shown inaddition to the value of 5% chitosan content of 4.80% phycocyanin. While the bestphycocyanin levels found in samples after storage B (5%). In the SEM image results,Spirulina platensis which microencapsulation with chitosan has a more rounded structure andcompact compared to Spirulina without coating material.
PENGARUH PENAMBAHAN KARAGENAN SEBAGAI STABILIZER TERHADAP KARAKTERISTIK OTAK-OTAK IKAN KURISI (Nemipterus nematophorus) Putra, Dimas Ahmad Priangga; Agustini, Tri Winarni; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.324 KB)

Abstract

Otak-otak ikan merupakan salah satu produk diversifikasi hasil perikanan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat luas. Selama kurun waktu terakhir ini karagenan mulai marak digunakan dalam proses pengolahan pangan, namun masih jarang pengolahan otak-otak ikan yang menggunakan bahan tambahan karagenan. Karagenan diduga dapat menstabilkan sistem emulsi pada otak-otak ikan, karena karagenan memiliki sifat sebagai penstabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda terhadap kualitas produk otak-otak ikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) dan karagenan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan konsentrasi berbeda penambahan karagenan yaitu 0%; 0,5%; 1% dan 1,5% dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan uji sensori. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik sedangkan Kruskal-Wallis dilanjut dengan uji Mann-Whitney untuk data non-parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan karagenan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, dan kadar protein. Otak-otak ikan kurisi dengan penambahan karagenan 1,5% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: stabilitas emulsi 88,80%; aktivitas air (Aw) 0,86; kekuatan gel 873,99 g.cm; kadar air 56,57%; kadar abu 1,98%; kadar lemak 2,26% dan kadar protein 12,95%. Nilai proksimat otak-otak ikan tersebut memenuhi persyaratan mutu SNI. “Otak-otak” is one of fish product diversification that has long been known by the community. Recently the use of carrageenan in food processing becoming popular, but there is few study regarding to processing of “otak-otak” using carrageenan. Carrageenan could be used as stabilizer on emulsion system of fish “otak-otak”, because carrageenan has its properties on. The aim of this research was to know the effect of carrageenan with different concentrations on product quality of “otak-otak”. The material used in this research were threadfin bream  (Nemipterus nematophorus) and carrageenan. This research used completely randomized experimental design which consists of 4 different treatments, i.e: addition of carrageenan with different concentration of 0%; 0.5%; 1% and 1.5% with 3 replication. The testing parameters were emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, fat content, protein content, and sensory test. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To find out the different between the treatments, data was analyzed by Honestly Significant Difference (HSD) for parametric data, while Kruskal-Wallis Test for non-parametric data then continued with the Mann-Whitney Test. Research results showed that the addition of carrageenan gave significant effect (P <0.05) on emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, and protein content. “Otak-otak” made of threadfin bream with the addition of 1.5% carrageenan is the best product with the quality criteria: stability of emulsion 88.80%; water activity (Aw) 0.86; gel strength 873.99 g.cm; moisture content 56.57%; ash content 1.98%; fat content 2.26% and protein content 12.95%. Proximate value of “otak-otak” fulfilled the quality requirements of Indonesia National Standard.
PENGARUH METODA PENGASAPAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS DAN DAYA CERNA PROTEIN KASAR IKANBANDENG ASAP SECARA IN VIVO PADA MENCIT (Musmusculus) Mahendra, Galih; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengawetan dan pengolahan ikan dengan cara pengasapan (smoking) sudah sangat lama dilakukan oleh manusia. Suatu produk makanan dapat dikatakan bergizi apabila kandungan gizi yang terkandungdicerna oleh tubuh.Penelitian ikan bandeng asap yang diolah dengan liquid smoke dan smoking cabinet telah dilakukan untuk mengetahui kualitas dan daya cerna protein kasar pada mencit. Berdasarkan uji Kruskal-wallis diperoleh hasil tekstur ikan asap liquid smoke memperoleh hasil lebih baik (P<0,05) yaitu berbeda nyata, sedangkan rasa ikan bandeng asap memperoleh hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan hasil uji  t-test. Kadar fenol ikan bandeng asap mendapatkan t hitung (764,302) > t tabel 0,01 (63,657) yang menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01), dengan smoking cabinet memperoleh hasil yang lebih tinggi. Kadar air ikan bandeng asap memperoleht hitung (28,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Kadar protein ikan bandeng asap memperoleht hitung (49,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Untuk presentase daya cerna protein memperoleht hitung (2,301)< t tabel 0,05 (4,303) yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05).Perbedaan  metode pengasapan mempengaruhi kualitas ikan asap dan kecenderungan ikan asap liquid smoke memiliki kecernaan protein kasar lebih baik.
PENGARUH LAMA PEMASAKAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk.) DURI LUNAK GORENG TERHADAP KANDUNGAN LISIN DAN PROTEIN TERLARUT Irawati, Andi Ayu; Ma'ruf, Widodo Farid; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.926 KB)

Abstract

Bandeng duri lunak merupakan salah satu produk terkenal di Jawa Tengah. Tujuan proses bandeng duri lunak adalah untuk menghasilkan duri lunak sehingga mudah untuk dikonsumsi. Pada umumnya, masyarakat menyukai produk makanan siap saji. Namun, sebagian masyarakat masih belum mengetahui kandungan nutrisi setelah proses. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh lama pemasakan yang berbeda terhadap kandungan lisin dan protein terlarut bandeng duri lunak goreng. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng (Chanos chanos Forsk). Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan lama pemasakan berbeda yaitu 90 menit, 105 menit, dan 120 menit dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah kandungan lisin, protein terlarut, kadar air, protein total, uji sensori, uji kekerasan tulang. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik. Hasil penelitian menunjukkan pemasakan bandeng duri lunak goreng berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan lisin, protein terlarut, kadar air, protein total. Bandeng duri lunak goreng dengan lama pemasakan terbaik selama 90 menit merupakan hasil yang terbaik dengan kriteria mutu: kandungan lisin 1,73 mg/g; protein terlarut 15,96%; kadar air 37,42%; protein total 32,36% dan sensori meliputi kenampakan (8,0), bau (7,5), rasa (7,2), tekstur (7,9) dan lendir (9,0). Soft-boned milkfish is one of well known products from Central Java. The purpose soft-boned milkfish process is to produce soft-bone which is easy to eat. Commonly, people prefer a product which is ready to eat. However most people have not known the nutrition content after processing. The aimed of this study was to know the effect of different cooking duration time into lysine and dissolved protein content in fried  soft-boned milkfish. The materials used in this research was milkfish (Chanos chanos Forsk). This research using Completely Randomized Design which 3 different treatments such as cooking duration on 90 minutes, 105 minutes, and 120 minutes in triplicates. All samples were analyzed for lysine content, dissolved protein content, moisture content, total protein, sensory value and fish bone hardness. The data was analized using analysis of variant (ANOVA). Honestly Significant Difference test was used to know the differences between treatment for parametric data. This result showed that the different fried soft-boned milkfish cooking gave significantly different (p<0.05) to lysine content, dissolved protein, moisture content and total protein. The best treatment was fried soft-boned milkfish which is cooked for 90 minutes with lysine content : 1,73 mg/g; dissolved protein 15,96%; moisture content : 37,42% and total protein : 32,36%; and sensory value of visibility (8,0); smell (7,5); taste (7,2); texture (7,9); and mucus (9,0).
TINGKAT OKSIDASI LEMAK DAN KUALITAS PROTEIN IKAN MANYUNG (Arius thalassinus) ASAP DENGAN METODE PENGASAPAN BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN Nusaibah, Nusaibah; Swastawati, Fronthea; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.88 KB)

Abstract

Asap dapat berfungsi sebagai antioksidan, namun efek pengasapan juga dapat merusak kualitas protein ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat oksidasi lemak dan kualitas protein ikan manyung asap dengan metode (M) pengasapan berbeda (tungku (T) dan asap cair (AC)) selama penyimpanan. Penelitian ini telah dilakukan dengan mengetahui tingkat oksidasi lemak dan kualitas protein pada ikan manyung asap dengan metode pengasapan yang berbeda (tungku dan asap cair) selama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan metode pengasapan selama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap tingkat oksidasi lemak dan kualitas protein. Nilai organoleptik MT yang masih sesuai standar adalah H2T: 7,185<µ<7,475 dan MAC adalah H2AC: 7,432<µ<7,708. Nilai PV (ml Eq/Kg) MT terbaik diraih pada hari ke-4 dan 6, H4T: 16,5±1,41 H6T: 16,5±1,41 dan MAC terbaik pada hari ke-4 H4AC: 12,5±1,41. TBA MT dan MAC terbaik pada hari ke-0 H0T: 2,87±0,04 dan H0AC: 0,45±0,50. Kadar protein MT dan MAC terbaik pada hari ke-0 H0T: 31,72±1,18 dan H0AC: 33,24±0,83. TVBN MT dan MAC terbaik diraih pada hari ke-0 H0T: 51,7±0,69 dan H0AC: 46,21±0,79. PLG MT dan MAC terbaik diraih pada hari ke-0 H0T: 22,56±0,96 dan H0AC: 23,4±1,06. Available lysine MT terbaik pada hari ke-4 0,208±0,00 dan MAC terbaik pada hari ke-0 H0T: 0,262±0,00.  Kedua metode dapat memperlambat oksidasi lemak dan mempertahankan kualitas protein ikan manyung asap selama penyimpanan 6 hari. Asap cair menunjukkan hasil lebih baik dalam memperlambat oksidasi lemak dan mempertahankan kualitas protein. 
KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EDIBLE FILM DARI REFINED KARAGINAN DENGAN PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI Nuansa, Muhammad Fadly; Agustini, Tri Winarni; Susanto, Eko
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 1 (2017): Wisuda Periode Bulan Januari 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.878 KB)

Abstract

Edible film merupakan bahan pengemas alternatif dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan pengemas sintetis. Edible film dapat membawa zat aditif untuk meningkatkan kualitas bahan pengemas. Salah satu zat aditif yang dapat dibawa oleh edible film adalah antioksidan yang didapatkan dari minyak atsiri. Edible film pada penelitian ini dibuat menggunakan refined kappa karaginan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan refined kappa karaginan sebagai edible film dengan penambahan konsentrasi minyak atsiri yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan aktivitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan perbedaan konsentrasi minyak atsiri yaitu 0%, 0,1%, 0,5%, dan 1% (b/v) dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah uji kuat tarik, persen pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol dan aktivitas antioksidan. Data parametrik dilakukan analisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak atsiri berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap; uji kuat tarik, persen pemanjangan, laju transmisi uap air, total fenol, dan aktivitas antioksidan. Perlakuan minyak atsiri daun sirih hijau (P. Bettle Linn.) 1% menunjukkan hasil yang terbaik pada uji: kuat tarik, laju transmisi uap air, total fenol, aktivitas antioksidan dengan nilai 71,27±1,70 kgf/cm2, 1,46±0,00 g/m2/h, 2441,51±4,48 ppm, 15,12±0,06 %.
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI TEPUNG KENTANG (Solanum tuberosum) TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA DARI IKAN AIR TAWAR, PAYAU DAN LAUT Arumsari, Marchella Dharma; Darmanto, YS; Riyadi, Putut Har
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.555 KB)

Abstract

Pasta Ikan merupakan salah satu produk diversifikasi perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Banyak metode yang dilakukan untuk meningkatkan tekstur produk pasta ikan, misalnya penambahan tepung. Tepung kentang dapat ditambahkan karena mempunyai viskositas yang tinggi dan kemampuan mengikat air yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung kentang pada karakteristik pasta ikan dari ikan patin, belanak dan kurisi. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan perlakuan jenis ikan dan konsentrasi tepung kentang dan dilakukan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis ikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar air, EMC, kadar protein, derajat putih, uji gigit, uji lipat dan nilai hedonik. Sedangkan faktor konsentrasi tepung kentang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, EMC, derajat putih, uji gigit, uji lipat dan nilai hedonik. Interaksi kedua faktor berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan gel, kadar protein, uji gigit, uji lipat dan nilai hedonik. Pasta ikan patin dengan penambahan tepung kentang 5% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: kekuatan gel (2558,443 g.cm); nilai uji lipat 4,87 (A); uji gigit 8,03; uji derajat putih 65,8; uji hedonik 7,28; kadar air 70,42%; kadar protein 19,03%; pH 6,96 dan EMC 10,46%. Fish Paste is one of fisheries diversification product which have high economic value. Many methods have been developed to enhance the textural properties of fish paste products, such as flour addition. Potato flour with a high viscosity and good water holding ability. The aim of this research was to know the effect of potato flour concentration on the characteristics of fish paste from catfish, mullet, and threadfin bream. This research used completely randomized factorial experimental design with species and potato flour concentration treatments in three replication. Results of this research showed that species factor had significantly (P<0.05) for gel strength, moisture content, EMC, protein content, whiteness, teeth cutting test, folding test and hedonic value. Meanwhile, potato flour concentration had significantly (P<0.05) for gel strength, EMC, whiteness, teeth cutting test, folding test, and hedonic value. Interaction of each factor had significantly (P<0.05) for gel strength, protein content, teeth cutting test, folding test and hedonic value. Catfish paste with 5% potato flour adding was the best product which had the quality criteria : gel strength (2558.443 g.cm); folding test score 4.87 (A); teeth cutting test 8.03; whiteness test 65.8; hedonic score 7.28; moisture content 70.42%; protein content 19.03%; pH value 6.96 and EMC  10.46%. 
PENGARUH PELARUT YANG BERBEDA PADA EKSTRAKSI Spirulina platensis SERBUK SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN METODE SOXHLETASI Anam, Choirul; Agustini, Tri Winarni; Romadhon, -
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.192 KB)

Abstract

Mikroalga Spirulina platensis merupakan salah satu dari mikroalga hijau biru yang berpotensi untuk dimanfaatkan, karena diduga memiliki kandungan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan. Metode ekstraksi dan pelarut merupakan faktor penting dalam memperoleh senyawa antioksidan yang diinginkan. Salah satu metode ekstraksi yang diduga optimum untuk mengekstrak senyawa bioaktif adalah Soxhletasi, karena menggunakan pelarut yang selalu baru dalam proses ekstraksinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi metode Soxhletasi sebagai salah satu metode untuk mengekstraksi senyawa bioaktif dan mengetahui aktivitas antioksidan berdasarkan pelarut yang berbeda (aseton dan etil asetat) pada S. platensis. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah S. platensis serbuk, aseton dan etil asetat. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratoris, data yang diperoleh selanjutnya diolah secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan metode Soxhletasi memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengekstraksi senyawa bioaktif pada biomassa serbuk S. platensis. Rendemen yang didapatkan ekstrak aseton sebesar 4,11% dan etil asetat sebesar 3,46%. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak aseton dan etil asetat mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode penghambatan radikal bebas DPPH menunjukkan hasil bahwa ekstrak aseton mempunyai aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan ekstrak etil asetat. Ekstrak aseton mempunyai nilai IC50 64,712 ppm, IC50 ekstrak etil asetat sebesar 74,519 ppm, dan kuersetin yang digunakan sebagai standar memiliki nilai IC50 21,616 ppm. Nilai Aw ekstrak aseton sebesar 0,667 dan ekstrak etil asetat 0,670. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aseton dapat mengekstrak senyawa bioaktif lebih baik dibandingkan etil asetat. Microalgae Spirulina platensisis one of green-blue microalgae which potentially utilized, because approximately has bioactive compound that functioned as an antioxidant. Extraction method and solvent are important factors in getting a desired antioxidant compound. One of the optimal extraction method to extracting bioactive compound is Soxhletation, because this method always using a new resolvent in its process. The purpose of this research was to observe the Soxhletation potential as one of the method for extracting bioactive compound and to know antioxidant activity based on different solvent (aceton and ethyl acetat) to extract S. platensis. The materials used in this research were S. platensis powder, acetone and etil acetate. Research method used was experimental laboratories, the next acquired data processed in a descriptif method. The result of research showed that Soxhletation method had better ability in extracting bioactive compound in biomass S. platensis powder. Yield resulted from acetone extract was 4.11% and etil acetate extract was 3.46%. The result of phytochemical screening test showed that acetone and etil acetate extract contained bioactive compound that can be used as antioxidant. Antioxidant activity of the samples with free radical resistance DPPH showed that acetone extract had better antioxidant activity than etil acetate extract. Acetone extract had IC50 64.712 ppm, ethyl acetate extract had 74.519 ppm, and quercetin that used as a standard had IC50 21.616 ppm. Water activity of  S. platensis extracted with acetone was 0.667 and ethyl acetate was 0.670. Thus it could be concluded that the acetone was better for extracting bioactive compound than etil acetate in S. platensis.