Ma'ruf, Widodo Farid
Unknown Affiliation

Published : 36 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

PENGARUH LAMA PEREBUSAN IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk) PINDANG GORENG TERHADAP KANDUNGAN LISIN DAN PROTEIN TERLARUT Alyani, Fathin; Ma'ruf, Widodo Farid; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.388 KB)

Abstract

Pemindangan merupakan salah satu cara pengolahan ikan secara tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat, karena mempunyai rasa yang khas. Pengolahan ikan pindang bertujuan untuk memperpanjang daya awet dan menambah palatability. Dalam pengolahan ikan pindang menggunakan aplikasi panas dari perebusan dan garam yang diduga dapat menurunkan kandungan nutrisi ikan pindang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perebusan terhadap kandungan lisin dan protein terlarut. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan waktu perebusan berbeda, yaitu 20 menit, 30 menit, dan 40 menit dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah kandungan lisin, protein terlarut, protein total, kadar air, dan uji hedonik. Data parametik dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA) dan untuk mengetahui perebedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perebusan selama 20, 30, dan 40 menit memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05). Dilihat dari uji kimiawi waktu terbaik adalah 20 menit dengan nilai lisin 1,696 mg/g, protein terlarut 16,42%, protein total 18,27%, dan kadar air 37,55%. Boiled fish is one of traditional fish processing which are favored by people, because its distinctive taste. The aim of this processing is to extend the shelf-life and palatability. Boiled fish processing using combination of heat from boiling and salt is assumed to be able to decrease the nutrient content. The aimed of this study was to figure out the effect of boiling duration on the available lysine and protein solubility. This research used completely randomized experimental design which consisted of 3 various treatments boiling time of 20 minutes, 30 minutes, 40 minutes with 3 repetitions. The testing parameters were lysine availability, protein solubility, total protein, moisture content, and hedonic test. Parametric data were analyzed  using ANOVA and to find the difference among the treatments, data was tested with Honestly Significant Difference (HSD). The result show that the boiling duration of 20, 30, and 40 minutes cause a real impact (P<0,05). Based on chemical test the best boiling duration was 20 minutes with available lysine value of 1,696 mg/g, protein solubility of 16,42%, total protein of 18,27%, and moisture content of 37,55%.
KAJIAN KUALITAS STABILITAS EMULSI SEMI REFINED CARRAGEENAN (SRC) DAN TEPUNG KONJAK PADA SOSIS IKAN NILA (Oreochromis sp.) Adiaprana, Rian; Ma'ruf, Widodo Farid; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.351 KB)

Abstract

Sosis membutuhkan stabilitas emulsi yang baik guna memenuhi persyaratan kualitasnya. Bahan penstabil emulsi yang sering digunakan adalah sodiumtri polyphospat (STPP) yang penggunaanya sangat dibatasi. Penelitian ini menggunakan semi refined carrageenan dan konjak sebagai penstabil emulsi alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas emulsi sosis yang dihasilkan dari semi refined carrageenan dan konjak serta mutu sosis yang dihasilkan dari kedua hidrokoloid tersebut. Materi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan cacahan ikan nila hasil samping industri flllet. Metode penelitian menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diamati adalah stabilitas emulsi, gel strength, kadar air, uji sensori dan uji proksimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosis dengan subtitusi hidrokoloid yang berbeda serta kombinasinya berpengaruh terhadap uji stabilitas emulsi, gel strength dan kadar air. Nilai tertinggi stabilitas emulsi terdapat pada sosis ikan dengan hidrokoloid tapioka 5% dan konjak 5% sebesar 95,6%. Nilai tertinggi gel strength adalah 509,85 gf pada sosis ikan dengan subtitusi hidrokoloid SRC 5% dan Konjak 5%. Gel yang terbentuk dari karagenan bersifat brittle, sifat itu diperbaiki dengan adanya konjak, gel menjadi lebih elastis. Kadar air pada sosis ikan dengan hidrokoloid Konjak 10% memiliki nilai tertinggi  59,61 %. Nilai uji sensoris yang terbaik warna 8,2; kenampakan 7,57; rasa 6,77; aroma 7,67; dan tekstur 8,03 pada sosis ikan dengan hidrokoloid SRC 5% dan Konjak 5%. Kombinasi SRC 5% dan Konjak 5% tersebut kemudian diuji proksimatnya didapatkan hasil kadar air 59,54%, kadar abu 2,46%, kadar protein 19,94%, kadar lemak 5,10% dan karbohidrat 12,96%. Sosis tersebut telah sesuai dengan SNI 7755-2013 tentang mutu sosis ikan. Sausage needs the emulsion stability in order to preserve its quality. The stabilizer generally used in this processing was sodium tri polyphospat (STPP), but STPP had maximum limit in sausage product, it is 0.2% for this product. So, this research used semi refined carrageenan (SRC) and konjac as natural stabilizer. The material used in this research was tilapia fish mince from fillet industry. The research method used Randomized Complete Design (RCD). The result of the research showed that the combination of hydrocolloid gave significant differences to emulsion stability, gel strength and water content. The highest value based on the emulsion stability of fish sausage was the substitution with tapioca 5% and konjac 5%, it was 95.6%. Sausage with substitution SRC 5% and konjac 5% had the highest value in their gel strength, it was about 509.85 gram force. Gel resulted from carragenan was brittle and konjac improved it and make it more elastic. The highest value of water content was substitution with konjac 10% it was 59.61%. The highest value resulted of sensory analysis was substitution with SRC 5% and konjac 5%. The score based on sensory analysis was color 8.2; appearance 7.57; flavour 6.77; odor 7.67; and texture 8.03. The sausage with combination SRC 5% and konjac 5% was analyzed with the following characteristics water content 59.54%, protein content 19.94%, lipid content 5.10% and carbohydrate 12.96%. The chemical content in that sausage proved that the sausage was in proper with SNI 7755-2013 about quality of fish sausage.
APLIKASI KARAGENAN SEBAGAI EMULSIFIER DI DALAM PEMBUATAN SOSIS IKAN TENGGIRI (Scomberomorus guttatus) PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG Ramasari, Egi Lukiasa; Ma'ruf, Widodo Farid; Riyadi, Putut Har
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Pengolahan dan bioteknologi hasil perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.328 KB)

Abstract

Karagenan memiliki salah satu fungsi sebagai pengemulsi. Salah satu pengolahan yang perlu mempertahankan stabilitas emulsi adalah sosis ikan Tenggiri. Tujuan penelitian ini mengetahui peran karagenan sebagai hidrokoloid dalam meningkatkan kestabilan emulsi dan kestabilan emulsi sosis ikan Tenggiri selama penyimpanan suhu ruang. Materi yang digunakan adalah ikan Tenggiri segar, karagenan, dan bahan pendukung lainya. Metode digunakan yaitu eksperimental laboratories. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola terbagi oleh waktu “Split Plot in Time”. Masing-masing perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Data hedonik dianalisis menggunakan uji kruskal wallis. Hasil penelitian pendahuluan didapat konsentrasi terbaik subtitusi karagenan 2,5% dan tepung tapioka 7,5%. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa jenis sosis yang berbeda dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai stabilitas emulsi, nilai gel strength, nilai kadar air dan Aw, pada penyimpanan suhu ruang selama 3 hari. Nilai emulsi sosis ikan dengan subtitusi karagenan (K1) penyimpanan hari ke-0, ke-1, ke-2, ke-3 berturut-turut yaitu 84,39%, 82,81%, 80,13%, dan 79,02%, sedangkan tanpa subtitusi karagenan (K0) penyimpanan hari ke-0, ke-1, ke-2, ke-3 berturut-turut yaitu 81,58%, 77,46%, 72,88%, dan 69,33%. Pengaruh jenis sosis yang berbeda dan lama penyimpanan menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik.
PENGARUH TAHAPAN PENGOLAHAN TERHADAP KUALITAS KANDUNGAN LEMAK BANDENG (Chanos chanos Forks) PRESTO GORENG Falistin, Nadia Bella; Ma'ruf, Widodo Farid; Dewi, Eko Nurcahya
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.22 KB)

Abstract

Bandeng merupakan ikan yang memiliki banyak duri. Sehingga diperlukan pengolahan untuk melunakkan duri bandeng. Pengolahan yang dilakukan adalah pengolahan tekanan tinggi (presto) dan pengolahan menggunakan minyak dengan suhu tinggi sebagai lanjutan hasil presto yaitu penggorengan. Pengolahan dapat mempengaruhi komposisi asam lemak bandeng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengolahan menggunakan tekanan tinggi dan suhu tinggi terhadap perubahan komposisi asam lemak ikan bandeng. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bandeng yang ditangkap pada tambak yang sama di tambak Baron, Semarang. Parameter yang dilakukan adalah uji asam lemak bebas (FFA), analisa asam lemak menggunakan alat Gas Chromatography Mass Spectrometri (GC-MS) Shimadzu QP2010S, dan uji kadar air. Perlakuan pada penelitian ini adalah pengolahan presto dan penggorengan hasil presto. Penelitian menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pengolahan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap asam lemak bebas (FFA). Kualitas lemak mulai menurun pada saat pengolahan tekanan tinggi. Penurunan kualitas lemak ditunjukkan dengan kenaikan asam lemak bebas yang tinggi pada bandeng presto yaitu sebesar 2,55% dengan asam lemak bebas bandeng segar sebesar 1,56%. Kenaikan asam lemak bebas juga terdapat pada pengolahan lanjutan yaitu pengolahan bandeng presto pada suhu tinggi menggunakan media minyak (penggorengan) sebesar 2,69%. Asam lemak yang terdapat pada bandeng segar adalah asam kaprat, laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat dan eikosatetranoat. Asam lemak pada bandeng presto adalah asam laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat dan eikosatetranoat. Sedangkan asam lemak pada bandeng presto yang digoreng adalah asam kaprat, laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat dan linoleat. Kadar air pada Bandeng mengalami penurunan pada setiap perlakuan. Kadar air Bandeng segar sebesar 73,28%, Bandeng presto 59,18% dan Bandeng presto yang digoreng 37,11%. Milkfish is a fish that has a lot of bone. Processing required to soften milkfish bone. Processing performed is aplicated high pressure (soft-boned) milkfish and aplicated oil and high temperature (frying) soft-boned milkfish result is continued pan. Processing can affect the fatty acid composition of milkfish. The aim of this study was to determine the effect of processing using high pressure and high temperature to quality chance of fatty acids in milkfish. The material used in this research was milkfish which caught at the same fishpond in Baron, Semarang. The testing parameters were free fatty acid test, fatty acid analysis using Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS) Shimadzu QP2010S, and water content test. Treatment of this research were soften milkfishbone and frying the soften milkfishbone. Research design using completely randomized design (CRD) with three replications. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To find the difference between the treatment of data were tested with test Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that the difference in processing significantly (P<0.05) against free fatty acids content. The quality of fat decrease when high pressure processing. Decrease fat quality were indicated by the increase in high free fatty acids in soft-boned milkfish was 2.55% and free fatty acids of milkfish fresh was 1.56%. The increase in free fatty acids were also present in advanced treatment which soft-boned processing at high temperature by used oils (frying) was 2.69%. Fatty acids profile in fresh milkfish were capric acid, lauric acid, miristic acid, palmitic acid, stearic acid, oleic acid, linoleic acid and eicosatetranoic acid. Fatty acids in milkfish presto were lauric acid, miristic acid, palmitic acid, stearic acid, oleic acid, linoleic acid and eicotetranoic acid. While the fatty acids in fried milkfish Presto were capric acid, lauric acid, miristic acid, palmitic acid, stearic acid, oleic acid and linoleic acid. Milkfish water content was decrease in every treatment. Water content fresh Milkfish 73.28%, soft-boned milkfish 59.18% and fried soft-boned milkfish 37.11%.
PENGARUH KADAR GARAM TERHADAP KANDUNGAN HISTAMIN, VITAMIN B12 DAN NITROGEN BEBAS TERASI IKAN TERI (Stolephorus sp) Romawati, Marita Dwi; Ma'ruf, Widodo Farid; Romadhon, Romadhon
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.989 KB)

Abstract

Terasi is a fish paste which is a solid condiment and spesific aromafrom fermented shrimp. Salt in making terasi is contributeto prevent the damage of product by microorganism. The purpose of this research was to determine the effect of different salt concentrationsfor the content of histamine, vitamin B12 and free nitrogen fromanchovy terasi (Stolephorus sp.).The material used in this researchwerefresh anchovy (Stolephorussp.) and salt. Theparameter tested in this reseacrh are organoleptic, moisture content, aw, pH, histamine, vitamine B12 and free nitrogen . The research method used was experimental field. Analysis data in this research used an analysis of variance (ANOVA).The results of the research showed, organoleptic value of terasi with salt concentrations 2%, 8,5%, 15%, is 7,64£m£7,90; 8,08£m£8,62 and 7,74£m£7,96respectively,it indicated safe for consumption. Terasi with 2% salt concentration of histamine contain 31,13 mg/100g, B12 vitamin 31,44 mg/kg and 1,78% free nitrogen. Terasi with the salt concentration of histamine contain 8,5%, 25,46mg/100g, B12 vitamine 35,81 mg/kg and 2.29% free nitrogen. Terasi with 15% salt concentration of histamine containing 22,85 mg/100g, B12 vitamine 36,18 mg/kg and 2,70% free nitrogen. Salt concentrationhas different effects on histamine and B12 vitaminecontent and hasnot influence free nitrogen.
PENGARUH PENGGUNAAN BIOAKTIVATOR EM4 DAN PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERHADAP SPESIFIKASI PUPUK ORGANIK CAIR RUMPUT LAUT Gracilaria sp. Sundari, Irma; Ma'ruf, Widodo Farid; Dewi, Eko Nurcahya
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.066 KB)

Abstract

Setiap tahun ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia, namun pada era sekarang ini, penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya pertanian anorganik. Salah satu kekayaan alam yang dapat diolah menjadi pupuk organik adalah Gracilaria sp. karena mengandung unsur makro dan mikro mineral serta zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman. Penggunaan bioaktivator EM4 selama fermentasi dapat mempersingkat waktu dekomposisi bahan organik menjadi unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, selain itu limbah industri perikanan yang diolah menjadi tepung ikan juga berpotensi sebagai pupuk organik karena mengandung unsur nitrogen dan fosfor yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas pupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bioaktivator EM4 dan penambahan tepung ikan terhadap kandungan C-organik, nitrogen, fosfor, dan kalium, pH dan kandungan bakteri patogen dalam pupuk organik cair. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 taraf perlakuan yaitu kontrol (A), penambahan EM4 (B), dan penambahan EM4+tepung ikan (C) masing-masing tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan EM4 dan tepung ikan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kadar C-organik (A=12,480%; B=8,660%; C=14,760%), kadar nitrogen (A=0,350%; B=1,530%; C=4,660%), kadar fosfor (A=0,340%; B=0,360%; C=0,490%), kadar kalium (A=0,575%; B=0,694%; C=0,405%), pH (A=5,5; B=5,1; C=7,2) dan kandungan bakteri patogen E. coli dan Salmonella pada semua perlakuan adalah negatif.  Thousand hectares of fertile soil are decreasing due to the use of chemical fertilizer every year, but the use of organic fertilizers is increasing in line with development of inorganic agriculture. Gracilaria sp. is one of natural assets that can be processed into organic fertilizers because it contains macro and micro mineral elements and growth regulator which are necessary for plants. EM4 bio activator usage can shorten decomposition time of organic substances into necessary substances for the plants. Furthermore, the waste of fishery industry processed into fish flour can be potential organic fertilizer because it contains high nitrogen and phosphorus so that it can increase fertilizer qualities. This research aims to know the effect of EM4 bioactivator usage and fish flour addition towards C-organic, nitrogen, phosphorus, potassium, pH, and pathogen bacteria contents in liquid organic fertilizer. In this research, the writer uses Completely Randomized Design (CRD) with three levels of treatments which are controlling (A), adding EM4 (B), and adding EM4 and fish flour (C) in three experiments repeatedly. The results of this research showed that EM4 and fish flour additions giving significant effects (P<0,05) towards the contents of C-organic (A = 12.480%; B = 8.660%; C = 14.760%), the contents of nitrogen (A = 0.350%; B = 1.530%; C = 4.660%),  the contents of phosphorus (A= 0.340%; B = 0.360%; C = 0.490%), the contents of potassium (A = 0.575%; B = 0.694%; C = 0.405%), the contents of pH (A= 5.5; B = 5.1; C = 7.2),  and the contents of E. coli and Salmonella pathogen bacteria were negative.
UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK Gelidium sp. TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Staphylococcusaureus winarno, sigit; ma'ruf, widodo farid; Dewi, Eko Nurcahya
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 1(2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gelidium sp. is a kind of macro algae species which it’s bioactive content was studied.The aim of this study were to determined of the content of bioactive compounds and thepotential extract of Gelidium sp. as antibacterial of E. coli and S.aureus and to determined theeffect of the different concentration of the solvent. The result showed that the best extractionof Gelidium sp. us methanol extract. The result of this study showed that the highestantibacterial activity indicated by widest inhibitory zone on S. aureus (6,67±0,58 mm),compared with E. coli (4,67 ± 0,58 mm). The highest inhibitory zone was found atconcentration 13 mg/ml. The result of phytochemical screening test indicated that there arethe compounds of alcaloid, steroid and triterpenoid.
PENGARUH PENAMBAHAN MIKROALGA Spirulina platensis DAN MIKROALGA Skeletonema costatum TERHADAP KUALITAS SOSIS IKAN BANDENG (Chanos chanos Frosk) Iqbal, Muhamad; Ma'ruf, Widodo Farid; Sumardianto, -
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.26 KB)

Abstract

Perkembangan konsumsi masyarakat terhadap pangan semakin meningkat. Pengkayaan produk pangan menjadi poros utama yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah penyediaan pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi, menyehatkan, dan diterima konsumen. S. platensis dan S. costatum yaitu mikroalga yang memiliki kandungan protein dan betakaroten yang tinggi yang diperlukan oleh tubuh. Saat ini makanan cepat saji seperti sosis ikan menjadi pilar untuk menarik masyarakat mengkonsumsinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan penambahan mikroalga terhadap kualitas sosis ikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng (Chanos-chanos Forsk), mikroalga S. platensisdan mikroalga S. costatum, dengan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu penambahan mikroalga S. platensis 10%, penambahan mikroalga S. Costatum 10% dan tanpa penambahan mikroalga dalam subtitusi dengan tepung tapioka dilakukan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian yaitu kadar protein, kadar betakaroten, stabilitas emulsi, kekuatan gel, aktivitas air (aw) dan sensori. Data dianalisis menggunakan ANOVA, dilanjutkan uji BNJ untuk data parametrik sedangkan Kruskal-Wallis untuk data non-parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan penambahan mikroalga berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein, kadar betakaroten, stabilitas emulsi, kekuatan gel, aktivitas air (aw) dan sensori. Sosis ikan dengan penambahan mikroalga S. platensis 10% memiliki hasil terbaik dari semua parameter yang diujikan dibandingkan dengan  penambahan mikroalga S. costatum 10% dan kontrol. The development of human consumption on foods is increasing. Therefore, food enrichment is becoming the main focus to overcome the problems on food security that are high in nutritional value, quality, healthy, and acceptable to consumers. S. platensis and S. costatum are two kinds of microalgae that contain high protein and beta-carotene needed by human body. Nowadays, people have their preferences on fast food, such as fish sausage, which is favorable to consume. This research aims to figure out the impact of the difference in microalgae addition on the quality of fish sausage. The materials used in this research were milkfish (Canos-canos Forks), two kinds of Microalgae: S. platensis and S. costatum. The experiment design used was completely randomized design that consists of three different treatments: the addition of 10% S. platensis, the addition of 10% S. costatum, and without the addition of any Microalga in subtitution of the starch in thriplicates. The experimental parameters were protein levels, beta-carotene levels, emulsion stability, gel strength, water activity (aw) and sensory test. The data is analyzed using ANOVA, followed by Honestly Significant Difference (HSD) test on parametric data, meanwhile Kruskal-Wallis was used on non-parametric data. The result showed that the different in the addition of microalgae has a significantly impact (P<0,05) on; protein levels, beta-carotene levels, emulsion stability, gel strength, water activity (aw) and sensory test. Fish sausage with the addition of 10% S. platensis produced the best result of all the tested parameters, when compared to those with the addition of 10% S. costatum and without the addition of any microalga (control).
EFEKTIVITAS LIDAH BUAYA (Aloe vera) DI DALAM MEREDUKSI FORMALIN PADA FILLET IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN P, Annisa Fadhilah; Ma'ruf, Widodo Farid; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 4 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.307 KB)

Abstract

Formalin is widespread used among the public, especially the fishermen and fish sellers. Saponin compound can reduce formaldehyde levels in fish flesh. Aloe vera contains high saponin compounds for approximately 5.651% per 100 grams. This research used  milkfish fillet which are soaked in formalin solution and then soaked in the a solution of aloe vera added. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 2x4 factorial. This experiment used two factors ((fish fillet soaked with aloe vera (L1) and fish fillet without soaked aloe vera (L0)) each factors consists of 4 levels of storage time (0, 3, 6, and 9 days) at chilled temperature. The parameter used are formaldehyde test, total colonies of bacteria, the moisture content, pH value, and organoleptic test. The result from experiment showed that the best concentration is 20% with the best soaking time is 60 minutes observed by the decreasing of formaldehyde content and organoleptic value. The result from main experiment showed that the different between treatment from aloe vera concentration and storage time gives significant effect (P<0,05) on organoleptic value, TPC, pH and moisture content. But, no interaction between two treatment (vera concentration and storage time) not there is significant effect on moisture content and pH value. 
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAP CAIR TERHADAP KADAR ASAM AMINO FILLET LELE SANGKURIANG ASAP (Clarias gariepinus) Hadi Putera, Bagus Furqon; Swastawati, Fronthea; Ma'ruf, Widodo Farid
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan lele yang mempunyai rasa daging yang gurih dengan tekstur yang padat. Ikan tersebut memiliki kadar protein sebesar 26,7% dan asam amino lysin ≥ 5% serta mengandung asam glutamat mencapai ≥ 30%. Proses pengasapan menggunakan asap cair bertujuan untuk mempertahankan kadar asam amino yang terkandung dalam daging ikan. Kandungan fenol pada asap cair merupakan komponen utama untuk mencegah pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penurunan kadar asam amino dan peningkatan nilai pH. Penggunaan asap cair akan menurunkan nilai pH dan menghambat pertumbuhan mikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama perendaman dalam asap cair pada fillet ikan lele asap terhadap kadar asam amino, kadar pH serta tingkat penerimaan konsumen berdasarkan pengujian hedonik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lama perendaman dalam larutan asap cair menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik, dan nilai pH. Nilai rata – rata tertinggi pada penelitian ini secara berturut – turut adalah nilai hedonik 7,91 (T15), pH 6,60 (T25), serta asam amino pada T15 berupa Asam Glutamat 33,38%, Lysin 6,05% , Glysin 5,87%, Valin 3,51%, Alanin 3,45%, Serin 2,92%, Isoleusin 2,61%, Metionin 2,19%, Leusin 1,82%, Arginin 1,66%, Histidin 1,53%, Tyrosin 1,47%, Phenilalanin 1,23% dan Asam Aspartat 1,21%. Nilai tertinggi hedonik dan kadar asam amino diperoleh pada lama perendaman selama 15 menit (T15), sedangkan nilai pH terbaik pada lama perendaman selama 25 menit (T25).