cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 221 Documents
PERBANDINGAN MUTU UDANG WINDU (Penaeus monodon) YANG DIPROSES DARI BERBAGAI JENIS METODE PEMBEKUAN BERBEDA Bestari, Dayu; Ma’ruf, Widodo Farid; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 2 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Udang beku merupakan komoditas perikanan penghasil devisa negara. Ada empat jenis metode pembekuan yang sering digunakan dalam pembekuan udang, diantaranya individual quick freezer (IQF), contact plate freezer (CPF), air blast freezer (ABF), dan chest freezer (CF). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari jenis produk beku dari berbagai metode pembekuan yang berbeda.   Hasil menunjukkan bahwa udang yang dibekukan dengan menggunakan IQF merupakan udang dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan ketiga metode pembekuan yang lain. Hal ini dilihat berdasarkan nilai drip loss 8,68% ±0,45% yang lebih rendah secara nyata (P0,05, 0,01, kandungan protein larut garam 14,07%±0,12% dan pH 7,03 ±0,01 lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan lainnya (P0,05, 0,01). Sedangkan udang beku dengan kualitas terendah didapatkan dari hasil pembekuan dengan CF. Hal ini juga ditunjang dengan hasil pengamatan dengan Scanning Electron Microscopy, dimana didapatkan hasil bahwa pembekuaan cepat sedikit mempengaruhi terjadinya kerusakan pada struktur daging udang, jika dibandingkan dengan pembekuan lambat.
PENGARUH PENGGUNAAN KAYU MERBAU (Intsia bijuga) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DALAM PEWARNAAN KULIT SAMAK IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk.) Hardianti, Meilinda; Sumardianto, -; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.687 KB)

Abstract

Kulit ikan bandeng merupakan kulit ikan yang mempunyai nilai keindahan pada rajah sehingga menambah nilai ekonomis untuk dijadikan produk samak. Penyamakan adalah mengubah kulit yang tidak stabil menjadi stabil dan bebas dari mikroorganisme. Salah satu bahan pewarna alami yang dapat digunakan dalam pewarnaan kulit samak yaitu kayu merbau (intsia bijuga). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pewarna alami kayu merbau dan konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas dari kulit samak ikan bandeng. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan bandeng yang diperoleh dari limbah home industry Fania Food, Yogyakarta dan ekstrak larutan kayu merbau diperoleh dari Yogyakarta. Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan dimana konsentrasi yang digunakan adalah 5%, 15%, 25%, dan pewarna sintetis. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik. Kulit samak ikan bandeng dengan konsentrasi merbau 25% merupakan hasil yang terbaik dengan kriteria mutu : uji ketahanan gosok cat basah (4,417 skala) dan kering (4,750 skala), ketahanan luntur terhadap keringat (4,750  skala), kuat tarik (1949,353N/cm2), kemuluran (47,923%), dan foto mikrograf jaringan kulit yang menunjukkan serat-serat kolagen kulit lebih tersusun rapi sehingga penetrasi warna merata ke kulit. Milkfish skin is a fish skin that has a magnificent on nerf. It has economic added value as a tanning product. Leather tanning is converting process from unstable to stable skin and free from microorganisme. One of natural substances used in leather tanning is Merbau (Intsia bijuga). The aimed of this study was to determine the effect of natural dyes merbau utilization and different concentrations to leather fish quality. The materials used in the research were milkfish skin obtained from the waste of Fania Food Home Industry, Yogyakarta and wood Merbau (Intsia bijuga) extract from Yogyakarta. This research used completely randomized design (CRD) in triplicates with different concentration as follows 5%, 15%, 25%, and synthetic colour. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To determine differences among the treatments, parametric data were tested using Honestly Significant Difference (HSD) test. Tanned milkfish skin using 25% of merbau has the best quality based on the criteria : rub resistance on wet coating test (4,417 scale) and dry coating test (4,750 scale), fastness to perspiration (4,750 scale), tensile strength (1949,353N/cm2), elongation (47,923%) and skin tissue micrograph photos showing better display of collagen fibers so that penetration of the color evenly rub.
PENGARUH LAMA PEREBUSAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN ARANG AKTIF TERHADAP PENGURANGAN KADAR LOGAM KADMIUM DAN KADAR LOGAM TIMBAL Rachmawati, Riana; Ma'ruf, Widodo Farid; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 4 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.027 KB)

Abstract

Kerang darah merupakan makanan seafood berprotein tinggi yang diminati masyarakat, juga merupakan organisme indikator pencemaran karena mempunyai sifatnya yang menetap pada substrat dan memiliki sifat mudah menyerap semua bahan yang ada di perairan termasuk logam berat. Penggunaan arang aktif selama perebusan diupayakan dapat menjaga keamanan pangan dari kerang darah yang tercemar logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama waktu perebusan kerang darah (Anadara granosa) dengan Arang Aktif dengan variasi  lama waktu 20 menit, 25 menit dan 30 menit terhadap kadar logam cadmium, timbal, kadar air, pH, kadar abu, kadar protein dan nilai organoleptik. Penelitian ini bersifat experimental laboratories. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu perebusan yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kadar cadmium, kadar timbal, kadar air, kadar abu serta kadar protein namun tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kadar pH. Hasil parameter uji organoleptik memberi pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kenampakan, bau, rasa, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap tekstur. Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari banyaknya penurunan kadar logam maka dapat disimpulkan bahwa lama perebusan kerang darah (Anadara granosa) dengan arang aktif yang paling efektif adalah selama 30 menit.
EFEKTIVITAS DAUN TEH (Camellia sinensis) SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA FILLET IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk.) SELAMA PENYIMPANAN DINGIN Fauzi, Arif; Surti, Titi; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 4 (2016): Wisuda Periode Bulan Oktober 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.876 KB)

Abstract

Fillet rentan mengalami penurunan kualitas, kandungan asam lemak tidak jenuh bandeng mudah teroksidasi sehingga menimbulkan ketengikan. Upaya menghambat oksidasi dengan penggunaan antioksidan. Teh mengandung salah satu senyawa polifenol yaitu katekin yang bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan dari umur daun teh sebagai antioksidan di dalam menghambat laju oksidasi pada fillet ikan bandeng dan pengaruh perendaman fillet ikan bandeng dalam larutan daun teh selama penyimpanan dingin. Metode penelitian adalah experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3×4 dengan 3 kali ulangan yang tersusun atas 2 faktor. Faktor A terdiri dari 3 taraf konsentrasi yaitu kontrol, 5% daun teh muda dan 5% daun teh tua. Faktor B terdiri dari 4 taraf lama penyimpanan dingin hari ke-0, 2, 4 dan 6. Parameter uji meliputi PV, TBA, FFA, pH dan organoleptik. Data parametrik dianalisa dengan sidik ragam (ANOVA) dan beda nyata jujur (BNJ). Data non parametrik dianalisa dengan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara fillet ikan bandeng perlakuan konsentrasi daun teh dan lama penyimpanan dingin memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap nilai PV, TBA, FFA, pH dan organoleptik. Fillet ikan bandeng dengan perlakuan perendaman kosentrasi 5% larutan daun teh tua memiliki kemampuan yang lebih efektif sebagai antioksidan dalam menghambat laju oksidasi. Perlakuan perendaman pada konsentrasi 5% daun teh muda dan tua mampu mempertahankan kualitas fillet ikan bandeng hingga hari ke-6 penyimpanan dingin.
PENGARUH PERBEDAAN JENIS VISCERA IKAN SEBAGAI BAHAN BAKU DAN PENAMBAHAN ENZIM TRIPSIN TERHADAP MUTU KECAP IKAN Permanasari, Intan Ayu; Ibrahim, Ratna; Rianingsih, Laras
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.104 KB)

Abstract

Kecap ikan merupakan produk hasil fermentasi yang dibuat dari ikan rucah maupun limbah ikan dan biasanya digunakan sebagai bumbu masakan. Perbedaan penggunaan bahan baku pada pembuatan kecap ikan dari ikan air laut dan ikan air tawar telah dilaporkan memberikan perbedaan terhadap komposisi kimia dan mutu produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis viscera sebagai bahan baku pada pembuatan kecap ikan dengan penggunaan garam (NaCl) 25% dan penambahan enzim tripsin 0,3% selama fermentasi 1,5 bulan terhadap mutu kimiawi dan sensori produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis viscera ikan sebagai bahan baku pada proses fermentasi kecap ikan dengan kadar garam 25% selama 1,5 bulan, dengan penambahan enzim tripsin 0,3% menyebabkan nilai TVBN dan nilai TMA produk lebih rendah secara nyata, dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan enzim, tetapi tidak mempengaruhi nilai amonia produk. Terdapat interaksi antara perlakuan perbedaan bahan baku dan perlakuan penambahan enzim tripsin terhadap nilai warna produk. Kecap ikan dengan bahan baku viscera ikan Lele dengan penambahan enzim tripsin 0,3% komposisi kimianya berupa nilai TVBN (33,03 mgN/100ml), nilai TMA (6,07 mgN/100ml) dan nilai Amonia (18,31 mgN/100ml) sudah memenuhi kriteria mutu kecap ikan komersial dari Taiwan Grade II. Produk tersebut disukai oleh panelis dengan nilai 6,43. Fish sauce is the product of fermentation from trash fish or fish viscera and it is usually used as condiment. The different type of raw material in the production of fish sauce of sea water fish and freshwater fish has been reported to give the significant difference to the chemical compounds and the quality of  product. This study aimed to determine the effect of different types of viscera as a raw material in the production of fish sauce with salt (NaCl) 25% and the addition of 0.3% trypsin enzyme during fermentation of 1,5 months toward the sensory quality and chemical compounds. The results showed that different type of fish viscera as raw materials in fish sauce fermentation processing with salt content of 25% during 1,5 months,  with the addition of trypsin enzyme 0,3%  causes TVBN and TMA value of the product  lower significantly, compared with the treatment without the addition of enzyme, but did not affect to the ammonia value. There was interaction between the different treatment of the raw materials and the addition of the trypsin enzyme to the color value. Fish sauce using freshwater catfish viscera with the addition of 0,3% trypsin enzymes resulted chemical composition mainly TVBN (33,03 mgN/100ml), TMA (6,07 mgN/100ml) and ammonia values (18,31 mgN/100ml) already meet the standard of the commercial fish sauce Thaiwan Grade II. The products were preferred by the panelists with a score of 6,43.
MUTU DAN DAYA SIMPAN PINDANG IKAN BANDENG (Chanos-chanos Forsk) YANG DICELUP LARUTAN KITOSAN BERBEDA KONSENTRASI Wibisono, Harys Desvian; Ibrahim, Ratna; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 2 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan pindang adalah ikan segar yang diolah dengan cara penggaraman dan perebusan. Masalah yang terjadi dalam pemasaran produk ikan pindang adalah daya simpan produk yang relatif singkat. Penggunaan kitosan pada bahan makanan memberi kontribusi terhadap pencegahan kerusakan produk oleh mokroorganisme. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pencelupan ikan pindang Bandeng dalam larutan kitosan berbeda konsentrasi (0%, 1%, 1,5% dan 1,75%) yang kemudian disimpan selama  3 hari pada suhu ruang terhadap mutu produk dan untuk mengetahui mutu produk yang baik. Penelitian dilakukan dengan metode percobaan laboratoris pola percobaan split plot in time dengan rancangan dasar acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencelupan pindang Bandeng dalam larutan kitosan pada penyimpanan hari ke-0 dan penyimpanan 3 hari menghasilkan produk dengan nilai organoleptik yang lebih tinggi, sedangkan nilai pH, kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah bila dibandingkan dengan produk yang tidak dicelup larutan kitosan. Produk berkualitas baik yang memiliki daya simpan selama 3 hari adalah produk yang dicelupkan ke dalam larutan kitosan konsentrasi 1,75% selama 1 menit. Produk ini memiliki nilai organoleptik 7,6, kadar air (68,13%), Aw (0,93), pH (6,31), kadar garam (7,35%), nilai TVBN  (35,92 mgN%) dan jumlah koloni bakteri (1,8x103 cfu/g). Produk ini telah memenuhi standar mutu ikan pindang berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK Khamidah, -; Sumardianto, -; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.737 KB)

Abstract

Penyamakan kulit adalah proses pengolahan bahan mentah kulit menjadi bahan kulit tersamak dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang mendukung proses penyamakan. Binder alami merupakan jenis binder protein yang dapat digunakan sebagai bahan perekat dalam proses finishing pada penyamakan kulit selain binder paten atau binder sintesis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh persentase binder alami terbaik dan mengetahui pengaruh penggunaan binder alami pada proses penyamakan terhadap kualitas kulit ikan nila samak.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) yang didapat dari PT Nusantara Aquafarm, Semarang. Parameter pengujian adalah Ketahanan Gosok cat, Hedonik, Kekuatan Sobek, Kekuatan Tarik, Kemuluran. Penelitian ini menggunakan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan menggunakan Binder Alami dari Putih telur 0 %, 7,5%, 10 %,12,5 % dengan tiga kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA).untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur ( BNJ).Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Binder Alami sebesar 12,5 % berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas kulit yaitu Ketahanan Gosok cat, Organoleptik, Kekuatan Sobek, Kekuatan Tarik, Kemuluran. Kulit ikan nila samak dengan perlakuan konsentrasi Binder Alami 12,5 % memiliki kekuatan fisik terbaik yaitu Ketahanan Gosok Cat 4,83 Gray Scale, Organoleptik dapat diterima oleh konsumen, Kekuatan Sobek (247.17 N/cm), Kekuatan Tarik (2150,47 N/cm2), Kemuluran (25.42 %). Tanning a processing of raw materials  leather into the tanned skin by using chemicals that support the process of tanning. Natural binders  is a kind of protein that can be used as a binder in the process of finishing at the tannery beside synthetic binders. The purpose of this research was to gain a percentage of the best natural binders and know how the use of natural binders on the process of tanning leather to quality fish tilapia skin.The material used in this research was the skin the fish tilapia (Oreochromis niloticus) were obtained from             PT. Nusantara Aquafarm, Semarang. The test parameters were  Organoleptic, Scratch Resistance Paint, tensile strength, Tear Strength, elongation. This research used completely randomized design with four treatments using Natural Binders from egg whites 0%, 7.5%, 10%, 12% .5 with three replication. Data were analyzed using an analysis of variance (ANOVA). Comparison of means was carried out by Honestly Significant Difference Test (HSDT). Results showed that used of natural binders of 12.5% gave effect (P < 0.05) on physical quality were Hedonic, Scratch Resistance Paint, Tear Strength, tensile strength, Elongation. Tanned tilapia skin with treatment of natural binders 12.5% concentration had the best physical strength resistance Rub Paint 4,83 Gray Scale, Organoleptic be accepted by consumers, the strength  (247.17 N/cm), the tensile strength (2150,47 N/cm2), Elongation (25.42%).
EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) UNTUK MENANGGULANGI PENGGUNAAN FORMALIN PADA FILLET IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsk) Kusumastuti, Ajeng Nayasari; Ma’ruf, Widodo Farid; Agustini, Tri Winarni
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kasus penanganan ikan segar dengan menggunakan bahan kimia berbahaya (formalin) masih marak ditemukan di kalangan masyarakat, maka diperlukan cara penanganan ikan segar yang aman bagi masyarakat yaitu dengan pemanfaatan bahan alami buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah Mahkota Dewa dengan konsentrasi terbaik sebagai pengganti formalin dan sebagai pereduksi formalin pada fillet ikan Bandeng. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan konsentrasi terbaik ekstrak buah Mahkota Dewa 1% sebagai pengganti formalin dan pereduksi formalin. Hasil penelitian utama bagian I menunjukkan perbedaan konsentrasi ekstrak buah Mahkota Dewa dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap nilai organoleptik, TPC, TVBN, pH, dan kadar air. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai organoleptik berkisar antara 6,4 – 8,4; nilai TPC antara 1,3x103 – 4,1x103CFU/g; nilai TVBN antara 2,14 – 25,39 mgN%; nilai pH 5,69 – 6,26; dan nilai kadar air antara 71,05% – 77,05%. Hasil penelitian utama bagian II menunjukkan reduksi formalin lebih baik dengan lama perendaman ekstrak buah Mahkota Dewa selama 2 jam yaitu nilai kadar formalin yang berkurang 64%.
PENGARUH PERBEDAAN LAMA PERENDAMAN DALAM ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA TERHADAP PROFIL LEMAK CUMI-CUMI (Loligo indica) ASAP Mekarsari, Tri Kinasih Wahyu; Swastawati, Fronthea; Susanto, Eko
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 2 (2016): Wisuda Periode Bulan April 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.227 KB)

Abstract

Cumi-cumi merupakan salah satu hasil laut yang mempunyai nilai gizi yang tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan. Konsumsi cumi-cumi terus meningkat dari tahun ke tahun meskipun kandungan kolesterol pada cumi-cumi tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama perendaman asap cair yang berbeda terhadap profil lemak terutama kadar kolesterol, profil asam lemak, dan kadar lemak cumi-cumi asap serta mengetahui pengaruh perbedaan lama perendaman asap cair yang berbeda terhadap mutu cumi-cumi asap berdasarkan nilai hedonik. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah cumi-cumi (L. indica), asap cair tempurung kelapa,garam dan air. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratoris. Rancangan Percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan lama perendaman dalam asap cair dengan pengulangan 3 kali. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lama perendaman asap cair  0 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit pada cumi-cumi asap dapat menurunkan nilai kadar kolesterol dan kadar air, serta mempengaruhi profil asam lemak, kadar fenol dan kadar lemak cumi-cumi asap. Perbedaan lama perendaman asap cair pada 0 - 25 menit memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar kolesterol yaitu 183.24 mg/100 gr - 73.03 mg/100 gr. Kadar fenol mengalami kenaikan yaitu 0,068 – 0,433 %, kadar lemak menurun yaitu 2,58 – 2,04 %, kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh meningkat  40,21 – 60,23 % dan 23,98 -31,37 %. Kadar air mengalami penurunan yaitu 67,89 – 64,67 %. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa semua perlakuan cumi-cumi asap disukai oleh panelis. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa lama perendaman yang efektif untuk menurunkan kolesterol adalah lama perendaman selama 25 menit.
KUALITAS IKAN PARI (Dasyatis sp ) ASAP YANG DIOLAH DENGAN KETINGGIAN TUNGKU DAN SUHU YANG BERBEDA Wicaksono, Agus Tri Setyo; Swastawati, Fronthea; Anggo, Apri Dwi
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1512.599 KB)

Abstract

Pengasapan merupakan suatu metode pengolahanikan yang dapat menghasilkan cita rasa, aroma dan warna khas pada produk. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas ikan asap yang diolah dengan menggunakan ketinggian tungku dan suhu yang berbeda.Penelitian ini menggunakan eksperimen lapangan.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK Faktorial). Perlakuan meliputi 6 kombinasi antara tinggi tungku  (40 cm dan 60 cm ) dan suhu pengasapan (40±5oC, 60±5oC dan80±5oC). Parametar yang diuji adalah kadar fenol, kadar lisin, kadar protein, kadar lemak, kadar air dan organoleptik. Hasil penelitian ikan asap yang diolah dengan menggunakan suhu (40±5oC, 60±5oC dan 80±5oC)dan ketinggian tungku (40 cm dan 60 cm ) untuk kadar fenol menunjukkan berturut-turut yaitu 1040 ppm; 1260 ppm; 990 ppm; 1230 ppm; 830 ppm; 990 ppm nilai asymp. (P < 0,05) menunjukkan perbedaan yang nyata. Ketersediaan lisin: 5710ppm; 15250 ppm; 9750 ppm; 19150 ppm; 17650 ppm; dan 21000 ppm nilai asymp. (P < 0,05) menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar Protein: 29,175%; 29,105%; 28,765 %; 28,69 %; 28,325 % dan 27,85 % nilai asymp. (P < 0,05) menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar Lemak: 2,105 %; 1,915 %; 2,02 %; 1,76 %; 1,97 % dan 1,705 % nilai asymp. (P<0,05) menunjukkan perbedaan yang nyata. Kadar Air: 68,05 %; 68,32 %; 70,17 %; 71,05 %; 70,32 % dan 71,58 % nilai asymp. (P<0,05) menunjukkan perbedaan yang nyata Perbedaan tinggi tungku dan perbedaan suhu mempengaruhi kualitas ikan asap dan kecenderungan ikan asap yang diolah dengan menggunakan suhu  40±5°C dan jarak sumber asap dengan ikan 40 cm memiliki kualitas yang lebih baik.