cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Ruang
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
RUANG merupakan jurnal penelitian ilmiah yang memberikan kontribusi pengetahuan terkait perencanaan wilayah dan kota. Jurnal ini dipublikasikan oleh Perencanaan Wilayah dan Kota.
Arjuna Subject : -
Articles 56 Documents
KAJIAN BENTUK PERANSERTA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN KAWASAN WADUK MRICA KECAMATAN BAWANG, KABUPATEN BANJARNEGARA Virgie Rerian Fiorentine; Wakhidah Kurniawati
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.828 KB)

Abstract

Abstrak: Berdasarkan fenomena yang ada, telah menjadi wacana publik bahwa adanya masalah-masalah lingkungan di Waduk Mrica seperti sedimentasi, kerusakan hutan dan banyaknya sampah menunjukkan rusaknya lingkungan di Waduk Mrica sehingga mendorong sebagian masyarakat setempat baik yang memiliki keterikatan langsung maupun tidak memiliki keterikatan langsung berupaya untuk menyelamatkan wisata Waduk Mrica agar kelestariannya tetap terjaga. Sehingga muncul pertanyaan penelitian “Bagaimana bentuk peranserta dan kinerja masyarakat sekitar dalam melestarikan lingkungan Waduk Mrica?”. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk peranserta masyarakat dan peningkatan kinerja masyarakat  setempat dalam ikut menjaga melestarikan  lingkungan waduk mrica yang diorientasikan di tiga desa terdekat yaitu Desa Bawang, Desa Bandingan, dan Desa Blambangan. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan menggunakan alat analisis distribusi frekuensi pada SPSS dan analisis skoring untuk mengetahui kinerja masyarakat. Kesimpulan penelitian ini yaitu secara keseluruhan permasalahan lingkungan Waduk Mrica terdapat di Desa Blambangan dan Desa Bandingan dengan kriteria skor sedang-buruk, sedangkan Desa Bawang masih tergolong dalam kriteria baik. Berdasarkan hasil skoring dalam melakukan bentuk peranserta termasuk kedalam kategori baik. Namun untuk masyarakat Desa Blambangan memiliki kategori tinggi dibandingkan masyarakat Desa Bawang dan Desa Bandingan. Rekomendasi bentuk peranserta masyarakat di sekitar Waduk Mrica adalah perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan, serta perlu adanya peran pendamping untuk membangkitkan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.Kata kunci :Waduk Mrica, bentuk peranserta masyarakat, kelestarian lingkungan Abstract: Based on the existing phenomenon, has become a public discourse that the existence of environmental problems such as sedimentation in Mrica’s reservoir, deforestation and environmental degradation garbage shows in Mrica’s reservoir so encouraging some local people who are tied either directly or indirectly have a direct attempt to save the attachment Mrica’s reservoir tour that continuity is maintained. So the research question arises " How does the form and performance of community participation in preserving the environment around the Mrica’s reservoir?". This study aimed to identify the forms of community participation and improved performance of the local community participated to preserve the environment Mrica’s reservoir oriented in three villages nearest Bawang Village, Bandingan Village, and Blambangan Village. In research is using the descriptive approach quantitative analysis by the use of a frequency distribution in order on spss and analysis skoring to know the performance of society. The conclusion of this research is the overall environmental problem Mrica’s reservoir contained in Bandingan Village and Blambangan Village criteria being - bad scores, while still part of a Bawang village both criteria. Based on the results of scoring in performing the participation form included in either category . But for the Blambangan villagers have higher category than the Bandingan villagers and Bawang village. Recommendation forms of community participation around the Mrica’s reservoir is necessary enhancement of knowledge and skills , as well as the need for a companion role to awaken society to protecting the environment .Keywords: Mrica’s Reservoir, forms of community participation, preserve the environmental  
KONSEPSI PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PASAR APUNG BANJIR KANAL BARAT KOTA SEMARANG Ismi Farhani; Broto Sunaryo
Ruang Vol 2, No 4 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.004 KB)

Abstract

Abstrak: Keberadaan Banjir Kanal Barat sebagai kawasan pengendali banjir Kota Semarang, memunculkan adanya aktivitas baru di dalamnya. Kawasan ini memiliki potensi untuk didirikan sebuah kawasan wisata air, yaitu pasar apung serta atraksi wisata di dalamnya. Pasar apung yang direncanakan, akan dibangun seluas 3200m2 sepanjang 150m pada sisi barat setelah jembatan rel kereta api. Pada sebuah perencanaan, hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah mengenai konsep pengelolaan mulai dari pembangunan hingga ke pengelolaan pasar apung. Untuk itu tujuan dari tugas akhir perencanaan ini adalah tersusunnya konsepsi pengelolaan berkelanjutan pasar apung Banjir Kanal Barat. Dari hasil pengumpulan data dan analisis data ditemukan bahwa adanya keterbatasan dana dan keterbatasan teknis pengelolaan pasar apung dari pihak pemerintah. Untuk itu dibutuhkan hubungan kerjasama pemerintah-swasta dalam pembangunan dan pengelolaan berkelanjutan pasar apung Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Model kerjasama dengan pihak swasta yang dapat digunakan adalah Built Operation Transfer (BOT) dimana kontrak yang dilakukan selama 20 tahun. Selama kurun waktu tersebut pihak swasta melakukan pembangunan, pengelolaan, pengoperasian, pendayagunaan, dan pengambilan keuntungan, sedangkan pihak pemerintah membantu pihak swasta dalam segala hal fasilitasi dan menyiapkan tim monitoring untuk mengawasi keberlangsungan pasar apung hingga pada akhirnya pasar apung tersebut menjadi aset seutuhnya bagi pihak pemerintah setelah masa kontrak kerjasama berakhir. Dari hasil analisis pembiayaan finansial, diketahui bahwa pihak swasta akan mengalami pengembalian modal pada tahun ke-8 lebih 2 bulan, serta mendapatkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp 5.110.238.364, sedangkan dari pembiayaan ekonomi pengemabalian modal pada tahun ke-8 dengan NPV sebesar Rp 699.570.833. Secara ekonomi, perencanaan ini layak untuk dijalankanKata Kunci: konsepsi pengelolaan, pasar apung, kerjasama pemerintah swasta  Abstract: The existence of Banjir Kanal Barat (West Floodway) as a flood control area in Semarang City, create new activities in this area. This area is potential for floating market planning with several tourism attractions. Floating market will be built within 3200 m2 and 150m along the west side of BKB after the railway bridge. In a planning process, the next concern will be making a managerial concept from the construction until operational management. Therefore, the aim of this planning thesis is to arrange a sustainable management concept for floating market in Banjir Kanal Barat. Based on the data analysis, there is a financial and operational management limit for the floating market from The Government. Hence, cooperation between the government and private is needed as Public-Private Partnership (PPP). The cooperation model that can be used for this project is Built Operation Transfer (BOT), which has contract for 20 years. During the period, the private sector does the construction, management, operational, utilization, and profit collection, while the government helps in facilitating and preparing the monitoring team to monitor the sustainability of floating market, until the floating market can be fully government’s asset after the contract ends. The results of the analysis of financial, the payback period occurred after 8 year over 2 months, and get a Net Present Value (NPV) of IDR 5,110,238,364, while the analysis of economic occurred after 8 year and get a NPV of IDR 699 570 833. Economically, this plan feasible.Key words: managerial concept, floating market, public private partnership
PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN DI SEKITAR PERUMAHAN BARU GRAHA PADMA, SEMARANG BARAT Ruri Rizki Destiwi; Parfi Khadiyanto
Ruang Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.983 KB)

Abstract

Abstrak: Tingkat kepadatan penduduk yang terus bertambah mengakibatkan tingginya kebutuhan akan tempat tinggal. Permintaan yang tinggi tersebut mengakibatkan perubahan guna lahan yang sebelumnya sebagai lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. Perubahan guna lahan yang terjadi pada permukiman sekitar perumahan baru Graha Padma, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang menimbulkan suatu permasalahan yang sedkit banyak membawa perubahan positif maupun negatif bagi kondisi lingkungan. Perubahan infrastruktur seperti jaringan jalan dan drainase juga membawa perubahan bagi kondisi lingkungan permukiman sekitar perumahan baru Graha Padma. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk  mengkaji perubahan yang terjadi pada permukiman di sekitar perumahan baru Graha Padma, Kecamatan Semarang Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini melihat perubahan terhadap kondisi lingkungan permukiman sekitar adalah perubahan guna lahan, perubahan fisik bangunan tempat tinggal,  perubahan kondisi infrastruktur seperti jalan dan drainase, serta perubahan mata pencaharian masyarakat permukiman lama Tambakharjo. Perubahan penggunaan lahan yakni berubahnya lahan sawah dan tambak menjadi areal perumahan dan permukiman. Perubahan infrastruktur yakni terjadinya peyempitan pada saluran drainase, sedangkan untuk perubahan infrastruktur jalan adalah adanya peningkatan kualitas jalan menjadi lebih baik. Untuk perubhan fisik bangunan yakni meninggikan lantai dasar oleh masyarakat setinggi 1-2 meter. Pekerjaan masyarakat, terutama masyarakat permukiman lama Tambakharjo, sebagian besar berubah. Semula mereka bekerja sebagai petani tambak dan sawah namun kini bekerja di perumahan Graha Padma.Kata Kunci : Perubahan Lingkungan, Kawasan Permukiman, Perumahan Graha PadmaAbstract: The increasing of population density causes great demands of residence. The escalating demands lead to the changes of land use which used to be non- built-up lands becomes built-up lands. The circumstance which is occurred around a new residence, Graha Padma, West Semarang, exerts a moderate number of harmful effects for environment. Infrastructure developments, for instance roads and drainage systems, also bring some effects for the environmental change around Graha Padma. The purpose of this research is to analyze the environmental change occurred around Graha Padma, West Semarang. The method carried out in this research was qualitative by descriptive qualitative technical analysis. The outputs of this research to see the transformation of the environmental condition of surrounding residence are the changing of land use, shape of housing, infrastructure conditions, such as roads and drainages, also jobs of the residents in the old residence, Tambakharjo. The land use change includes the change from rice fields and fishponds to residential area. Infrastructure change consists of the constriction of drainage systems; meanwhile the road quality improvement becomes the implementation of road infrastructure change. The shape of housing is modified by leveling up the ground floor around 1-2 meters. The residents’ jobs, especially Tambakharjo people, are mostly adjusted. They formerly worked as farmers; nonetheless they currently work for Graha Padma.Keywords: Environmental change, Residence, Graha Padma Semarang
STUDI BENTUK PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM REVITALISASI KAWASAN PECINAN SEMARANG Nurfithri Utami; Wakhidah Kurniawati
Ruang Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.053 KB)

Abstract

Abstrak: Revitalisasi merupakan usaha mengembalikan vitalitas kawasan yang mengalami penurunan kualitas. Revitalisasi dapat diterapkan dalam berbagai kawasan, salah satunya adalah kawasan bersejarah Pecinan Semarang.Revitalisasi Pecinan Semarang dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan vitalitas kawasan dengan mengembangkannya sebagai kawasan wisata budaya dan sejarah.Revitalisasi berkaitan dengan upaya membangun kekuatan masyarakat lokal, untuk itu maka revitalisasi sebaiknya mengikutsertakan masyarakat sejak tahap awal pelaksanaannya. Bentuk peran serta masyarakat Pecinan yang didominasi oleh keturunan Tionghoa menjadi menarik untuk diteliti karena dipengaruhi oleh karakteristik masyarakatnya yang khas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk peran serta yang dilakukan oleh masyarakat dalam proses revitalisasi Pecinan Semarang, serta faktor yang mempengaruhinya.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan metode triangulasi. Penggunaan data kuantitatif didapatkan dari hasil kuesioner masyarakat untuk mengetahui karakteristik masyarakat dan bentuk peran serta yang dilakukannya. Hasil data kuantitatif kemudian diperjelas dengan data kualitatif yang didapatkan dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat setempat. Melalui analisis didapatkan bahwa bentuk peran serta yang dominan dilakukan oleh masyarakat Pecinan Semarang adalah dalam hal pendanaan.Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pendapat mereka tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan program revitalisasi, sehingga mereka cenderung menerima program dan memilih berperan serta dalam hal pendanaan kegiatan. Selain itu, kurangnya sosialisasi dan tidak jelasnya kegiatan yang akan diterapkan pada kawasan Pecinan membuat rendahnya tingkat kepercayaan dan keinginan untuk ikut berperan serta di dalamnya. Melihat hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat dalam hal ini belum dapat secara mandiri mengembangkan kawasan Pecinan Semarang sebagai kawasan wisata budaya seperti tujuan awal dilakukannya revitalisasi. Kata Kunci : revitalisasi, masyarakat, peran serta, bentuk peran serta Abstract: Revitalization is another way to restore the vitality of some place. It can be applied in various areas; one of them is Pecinan Semarang. Pecinan Semarang revitalization was done by expanding the cultural and historical tourist area. Since revitalization needs local communities to build strength, it should include the community revitalization since the early stages of implementation. The form of public participation in Pecinan Semarang could be interesting to be studied because it influenced by the characteristics of Chinese societies. This study aims to determine the form of participation by it society in Pecinan Semarang revitalization process, as well as the factors that influence it. This study using a qualitative method approach, with triangulation method. Quantitative data which obtained from the questionnaire used to determine the characteristics and forms of participation. The results of the quantitative data clarified with qualitative data that obtained from interviews with local community leaders later on. Through the analysis we found that the dominant form of participation by Pecinan Semarang societies is in terms of funding. It’s because there are still many people who think that their opinion does not have a major influence on the decision revitalization program, so they tend to accept the program and choose to participate in financing activities. In addition, lack of socialization and lack of clarity on the activities that will be implemented in Pecinan makes people hard to trust and willingness to participate in it. Seeing this, it can be said that Pecinan Semarang societies have not been able to independently develop Pecinan Semarang as a cultural tourist areas such as the original purpose of revitalization. Keywords: revitalization, societies, public participation, form of public participation
KARAKTERISTIK SANIMAS DI KAMPUNG BUSTAMAN KOTA SEMARANG R Clarrino Adesetya Jaya; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.388 KB)

Abstract

Abstrak: Pada awal pengembangan program Sanimas di Kota Semarang (tahun 2005), pembangunan dilaksanakan di wilayah permukiman Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah dengan aplikasi (konstruksi) berupa MCK Plus yang pada awal pembangunannya di proyeksikan untuk melayani sekitar 124 KK. Kemudian pada tahun 2006-2008, pembangunan Sanimas terdapat di daerah Kecamatan Semarang Utara yaitu Kampung Plombokan (tahun 2006), Kelurahan Bandarharjo RW 03 (tahun 2007), dan Kebonharjo (tahun 2008). Seiring dengan berjalannya program Sanimas yang terdapat di Kota Semarang, hanya Sanimas yang terdapat di Kampung Bustaman yang terbilang berhasil dalam pelaksanaannya. Keberhasilan ini tampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kualitas  lingkungan di sekitar lokasi pengembangan program dan tentunya tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga tidak mengherankan jika Sanimas Kampung Bustaman yang lebih dikenal dengan MCK Plus Pangrukti Luhur telah memperoleh beberapa penghargaan terkait dengan keberhasilan atas program tersebut. Selain itu, MCK Plus Pangrukti luhur juga merupakan salah satu percontohan/pilot project di Indonesia yang berhasil mengembangkan sanitasi berbasis masyarakat dan mampu menjadi contoh sadar lingkungan terhadap masyarakat lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apakah karakteristik Sanimas di Kampung Bustaman Kota Semarang sehingga dapat menjadikan suatu bahan pertimbangan dalam pengembangan Sanimas pada wilayah perkotaan lainnya. Hasil analisis diatas maka dapat di ketahui bahwa karakteristik permukiman dengan 1) kerapatan bangunan dan kepadatan hunian yang sangat tinggi di wilayah permukiman Kampung Bustaman dimana berdampak pada 2) tiadanya jaringan air bersih serta fasilitas sanitasi pada bangunan hunian masyarakat. Selain itu, dengan 3) tingkat perekonomian yang sangat rendah mengakibatkan sebagian besar masyarakat tidak dapat mengembangkan fungsi bangunan huniannya. Kata Kunci : Sanimas, Permukiman, Wilayah Perkotaan Abstract: At the beginning of program development communal sanitation in Semarang City (2005), implemented in the construction of residential areas Kampung Bustaman (RT 04-05 RW 03), Purwodinatan Village, Central District of Semarang with applications (construction) in the form of MCK Plus is in early development is projected to serve about 124 households. Then in 2006-2008, the development of the region Sanimas District of North Semarang namely Kampung Plombokan RT 03 RW 04-05 (2006), Bandarharjo Village RW 03 (2007), and Kebonharjo RT 02 RW 02 (in 2008). Over communal sanitation programs contained in the city, only communal sanitation contained in Kampung Bustaman fairly successful in its implementation. The success is evident in the increasing level of public health, increasing the quality of the environment in the vicinity of the development program and of course the welfare of society. So it is not surprising that communal sanitation  Kampung Bustaman better known as MCK Plus Pangrukti Noble has gained several awards related to the success of the program. In addition, MCK Plus Pangrukti sublime is also one pilot project in Indonesia to develop community-based sanitation and capable of being environmentally conscious example to other communities. This study aimed to determine characteristics such as whether communal sanitation in Kampung Bustaman, Semarang so it can make a material consideration in the development communal sanitation programs in other urban areas. The results of the above analysis it can be seen that the characteristics of settlements with 1) the density residential buildings and a very high density in residential areas where the impact on the village Bustaman 2) the lack of clean water and sanitation facilities in the residential building community . In addition, the 3) very low levels of the economy resulted in the majority of people can ‘t develop the function of building occupancy. Keywords : Sanimas, Settlement, Urban Areas
EVALUASI PROGRAM REHABILITASI MANGROVE DI PESISIR DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK Mutia Fikriyani; Mussadun .
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.446 KB)

Abstract

ABSTRAK: Ekosistem hutan mangrove sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat namun semakin hari semakin kritis ketersediaanya. Hal demikian terjadi pula terhadap areal mangrove di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang memiliki potensi dan permasalahan. Pada tahun 80-an terjadi perubahan alih fungsi lahan dari kawasan ekosistem mangrove menjadi lahan tambak udang windu  sehingga menyebabkan timbulnya abrasi di sebagian wilayah di Desa Bedono. Salah satu upaya pemulihan kerusakan hutan mangrove yang cukup penting diantaranya melalui rehabilitasi mangrove. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan evaluasi program rehabilitasi mangrove agar dapat diketahui tingkat pencapaian pada setiap tahapan program rehabilitasi mangrove.  Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program rehabilitasi mangrove di Desa Bedono pada tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan. Metode pengumpulan data menggunakan cara wawancara, kuesioner, observasi lapangan, dan survei. Subyek penelitian adalah instansi pemerintah, pihak swasta dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya program rehabilitasi mangrove, tercatat pada tahun 2009 luasan mangrove meningkat sebesar 500% dari tahun 2004, namun luasan ekosistem mangrove pada tahun 2012 mengalami penurunan 8,9% dari tahun 2011. Jika dilihat dari peran serta pemerintah, swasta, dan masyarakat serta keterkaitannya dalam program rehabilitasi di Desa Bedono, ditemukan bahwa program rehabilitasi mangrove kurang kompak dan bersinergi antar stakeholder. Setelah diadakanya evaluasi, program rehabilitasi mangrove di Desa Bedono termasuk kategori berhasil baik dengan skor pencapaian program 57,2, namun masih ada 4 indikator yang pencapaianya terendah dibandingkan dengan 16 indikator lainnya.Kata kunci: evaluasi, rehabilitasi, mangrove ABSTRACT: Mangrove forest ecosystems are very potential to improve the welfare of society, but are getting increasingly critical. Such things happens on the mangrove area in Bedono Village, Sayung Sub-District, Demak Regency, which has both potentials and problems. Land conversion from the mangrove ecosystem region to tiger shrimp ponds in the 1980s caused the abrasion in some areas in Bedono Village. One of the mangrove destruction recovery efforts is the mangrove rehabilitation. Therefore it’s necessary to evaluate the mangrove rehabilitation program to determine the level of achievement on each stage of mangrove rehabilitation program. This research is aimed to evaluate the mangrove rehabilitation program in Bedono Village done by the government, private sector, and community, on the planning, implementing, monitoring, and evaluating level. The methods used in this research are the mixed methods to complete the overview of the study results and to strengthen the analysis, using the interview, questionnaire, field observation, and institutional survey as the data collection methods. The subjects of this study are the government institutions, NGOs involved in coastal zone management, and the community of Bedono Village as the informants. The result of this study shows that after the mangrove rehabilitation program, noted that in 2009 the mangrove’s extents increased 500% from it’s extents in 2004, but the extents in 2012 declined 8,9% from it’s extents in 2011. It’s indicated that there were fishing and catching shellfish activities using toxic materials and dredging tools, and also lack of supervision from the communities. Observed from the role of government, private sectors, and communities, also the connections in Bedono’s rehabilitation program, found that the mangrove rehabilitation programs are not cohesive and synergic between the stakeholders, which can affect the productivity of mangrove recources. After the evaluation, the mangrove rehabilitation program in Bedono Village is categorized as turn up trumps with program achievement score 57,2, but there are still 4 indicators with the lowest achievements compared with the other 16 indicators.Keywords: evaluate, rehabilitation, mangrove
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN MANGROVE DI DESA BEDONO, KECAMATAN SAYUNG Intan Erawati; Mussadun .
Ruang Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.085 KB)

Abstract

Abstrak : Desa Bedono, Kecamatan Sayung merupakan kawasan pesisir Laut Jawa berada di Kabupaten Demak, memiliki potensi kawasan mangrove. Pengelolaan lingkungan kawasan mangrove merupakan upaya dalam mendukung pengembangan wilayah pesisir secara optimal, bijaksana, dan bertanggung jawab, tentunya dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan berbagai pihak yang terkait serta tetap memperhatikan daya dukung lingkungannya. Saat ini banyak permasalahan mengenai mangrove di Desa Bedono. Permasalahan utamanya adalah kualitas dan kuantitas mangrove di Desa Bedono sangat minim yang dikarenakan faktor alam maupun manusia. Hal tersebut dapat mempengaruhi terjadinya abrasi dan rob yang mengancam keberadaan wilayah Desa Bedono. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya mangrove. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil analisis yang dilakukan, bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi pada tingkat rendah yaitu faktor internal dan faktor eksternal. sebagian besar masyarakat merupakan penduduk asli/penduduk yang tinggal lebih dari 10 tahun, namun tingkat usia pada golongan tua, tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah, tanggungan kelurga lebih dari empat anggota keluarga dengan tidak didukung faktor eksternal menyebabkan partisipasi masyarakat berada pada tingkat tipologi rendah (terapi dan manipulasi tanpa pemberian informasi). Hal ini juga ditunjukkan dengan sebagian 85% masyarakat tidak berpartisipasi. Kata Kunci: Partisipasi, Masyarakat, Pengelolaan, Sumber Daya Lingkungan Mangrove Abstract : Bedono village, in Sayung district, Java Sea is a coastal area located in Demak, has the potential of mangrove areas. Environmental management of mangrove areas is an effort to support the optimal development of coastal areas, wise, and responsible, of course, with the participation of the public and various stakeholders as well as taking into account the carrying capacity of its environment. Nowadays, many problem about mangrove in Bedono. The main problem is the quality and quantity of mangroves in the Bedono very minimal due to natural and human factors. It can affect the occurrence of abrasion and flood that threatens the existence of Bedono area. The purpose of this study was to determine the level and form of community participation in the management of mangrove resources. Research methodology is the use of quantitative methods with qualitative descriptive analysis techniques and quantitative descriptive. The result of the analysis, is the factors that influence of participants at the lower levels are internal factors and external factors. The majority of participants are local residents/residents who lives more than 10 years, but in the old age group, with low  education, low income, and have big family more than 4 people in one family but does not supported by external factors lead to community participation in low level typology (therapy and manipulation without the provision of information). It is shown by the data majority 85% of the residents do not participate. Keyword: Participation, Community, Management, Resources of Mangrove Environment
KEBERTAHANAN KAMPUNG TUA SEKAYU TERKAIT KEBERADAAN MAL PARAGON DI KOTA SEMARANG Eggy Evansyah; Santy Paulla Dewi
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.042 KB)

Abstract

Abstrak: Keberadaan kampung – kampung yang ada di Kota Semarang terancam keberadaanya karena pembangunan kawasan perdagangan dan jasa, karena pembangunan menggusur kawasan kampung.Salah satu kampung yang terancam di Kota Semarang yaitu Kampung Sekayu sejak tahun 1413 ditunjukan dengan adanya Masjid Taqwa Sekayu yang merupakan masjid tertua di Kota Semarang. Kampung Sekayu terancam karena pembangunan Mal Paragon yang telah menghilangkan salah satu yang ada di Kampung Sekayu sebagai lahan parkir motor.Tujuan penelitian yaitu menganalisis  kebertahanan  di Kampung Tua Sekayu sebagai kampung tua di Kota Semarang. Metode penelitian adalah metode deskriptif kuantitatif dengan alat analisis berupa statistik deskriptif, analisis spasial. Hasil penelitian adalah Kampung Sekayu tidak dapat bertahan dengan keberadaan Mal Paragon di Kota Semarang. Mal Paragon memberikan dampak bagi Kampung Sekayu karena menambah jumlah penduduk pendatang yang mempengaruhi semua aspek yang ada. Dapat dilihathasil analisis fisik berupa penggunaan lahan bahwa digusurnya RT 1 yang dijadikan lahan parkir, fungsi yang bangunan yang berubah menjadi tempat kos dan tempat berdagang seiring dengan pembangunan Mal Paragon, serta bentuk bangunan yang hanya 1% sesuai dengan bantuk bangunan asli sesuai sejarah kawasan dan non fisik berupa aktivitas sosial dapat dilihat bahwa masyarakat jumlah ketidakhadiran sangat berkurang karena penduduk asli terpengaruh oleh penduduk pendatang yang individualis, sertaaktivitas budaya yang telah hilang tidak di kawasan Kampung Sekayu karena lokasi budaya digusur dan dibuat untuk pembangunan Mal Paragon sampai sekarang ini. Kata Kunci: kebertahanan, kampung tua, keberadaan malAbstract: The existence of the villages in the city of Semarang threatened its existence because of the trade and service development, because development displacing the village area. One of the threatened village in Semarang City namely Kampung Sekayu since 1413 indicated the presence of Taqwa Sekayu Mosque which is the oldest mosque in the city of Semarang .Kampung Sekayu is threatened because of the construction of Paragon Mall which has removed the existing one in Kampung Sekayu as motorcycle parking area . The purpose of the study is to analyze the viability in the old village ofSekayu as an old village in the city of Semarang. The research method is descriptive quantitative analysis tools such as descriptive statistic, spatial analysis. The results of the study are Kampung Sekayu can’t survive in the presence of Paragon Mall Semarang. Paragon mall impacting Sekayu village because it adds to the immigrant population that affects of existing. Physical analysis of the results can be seen in the form of land use that evicted RT 1 is used as a parking lot , the building functions that turned into a boarding house and a place to trade in line with the development of Paragon Mall , as well as the shape of the building is only 1 % according to the shape of the original building and the history of the area in accordance non-physical form of social activity can be seen that the public greatly diminished the number of absences due to indigenous people affected by the individualist settlers , as well as cultural activities that have been lost are not in the village because of the location of cultural Sekayu evicted and made to Paragon mall development until now. Keywords: resilience, old kampung, existence of mal
TINGKAT EFEKTIVITAS PROGRAM PELESTARIAN BATIK SEMARANGAN DI KAMPUNG BATIK SEMARANG Miftahurrahma Widanirmala; Parfi Khadiyanto
Ruang Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.714 KB)

Abstract

Abstrak: Batik merupakan salah satu warisan pusaka budaya Bangsa Indonesia yang bersifat intangible dan telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Embrio perkembangan batik pertama di Kota Semarang berada pada Kampung Batik, Kelurahan Rejomulyo. Akan tetapi, pada masa penjajahan Jepang sempat terjadi kebakaran yang menyebabkan aktivitas kebudayaan batik menjadi mati. Oleh karena itu pada tahun 2006, pemerintah Kota Semarang mulai mengembangkan kembali budaya batik sebagai identitas daerah dengan cara mengembangkan Industri Batik Semarangan melalui Program pelestarian Batik Semarangan. Program  bertujuan untuk menjadikan Kampung Batik sebagai pusat kegiatan pelestarian dan pengembangan Batik Semarangan. Upaya pelestarian batik yang dilakukan oleh pemerintah kota cukup besar, Disperindag merupakan salah satu instasi yang memiliki peran cukup besar dalam pengembangan Kampung Batik. Namun sayangnya hingga saat ini, keberadaan program tersebut belum dapat mewujudkan tujuannya. Penyusunan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifitasan Program Pelestarian Batik Semarangan di Kampung Batik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitif dengan menggunakan teknik analisis skoring. Hasil dari penelitian adalah, tingkat keefektifitasan Program Pelestarian Batik Semarangan di Kampung ini termasuk sedang yaitu memiliki rata-rata nilai indeks skoring sebesar 1,64. Keberadaan program ini sudah dapat menimbulkan perubahan sebelum dan sesudah program. Hal tersebut dikarenakan program tersebut sudah dapat membangkitkan aktivitas membatik sebagai wujud pelestarian Batik Semarangan, sebanyak 47% peserta pelatihan sudah mulai menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian kegiatan pelestarian ini belum dapat dilakukan secara optimal sebab, tidak adanya kegiatan pengawasan pasca pelaksanaan program, kesibukan masyarakat, ketidak tepatan sasaran program, dan masih banyaknya tumpang tindih kegiatan antar instansi akibat tidak adanya kebijakan yang mengaturnya. Kata Kunci: Tingkat Efektivitas, Program Pelestarian Batik, Kampung Batik Abstract: Batik is an intangible original culture heritage of Indonesian and it has been recognized by UNESCO.  The batik’s embryo of Semarang city developed in Kampung Batik Rejomulyo district. But after this moment when the period of Japan colonialism the kampung has burned, so that those culture activity has died. Furthermore since 2006 the Semarang Municipal has been started to develop batik culture again as a local identity by develops  industry of Semarang batik  through program of Semarang batik preservation. The aims of the program is to make Kampung Batik as a central preservation activities and developing of Semarang batik. Department of Industrial and Trading  has a significant role to this program. Every year this institution finance program of developing Semarang’s batik, but unfortunately until now the program couldn’t able to do the aims. This is the problem of research, and the research question is:” How many level of effectiveness of the preservation batik’s program which is arrange by Department of Industrial and Trading.The aim of research is to know  how  level of effectiveness of  Semarang Batik’s Preservation Program in Kampung Batik. This researcher completed with methode of kuantitative and scoring analysis program. The result of research show that, the effectiveness level of program is categorized good enough, which have value means of scoring index around 1.64. The program is suitable to emerge changing of people behavior before and after the program. The program is suitable to generate batik activity in kampung Batik.  47 % of participant started to apply batik in their day life activity. Although just now this program is not yet optimally running, because  there’s no  control activity after the program done, people business, inappropriate of goals program, and among one  another institution  still  do overlapping and inefficiency activities,  for there’s no integrated policy  cover them. Keywords: Effectiveness level, Batik Preservation Program, Kampung Batik
KONSEP DESA WISATA HUTAN MANGROVE DI DESA BEDONO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK Eko Prasetyo; Djoko Suwandono
Ruang Vol 2, No 4 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.777 KB)

Abstract

Abstrak: Desa Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Demak yang memiliki potensi wisata mangrove dan religi. Sebagai salah satu desa yang memiliki potensi tersebut, Desa Bedono belum dikembangkan secara optimal. Untuk megembangkan potensi tersebut diperlukan sebuah perencanaan yang matang. Agar perencanaan tersebut tidak salah sasaran, perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk mengidentifikasi kelayakan kawasan yang akan dijadikan sebagai obyek perencanaan. Pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis yang dilakukan yaitu terkait dengan elemen pariwisata. Hasil dari penelitian kemudian dijadikan sebagai masukan untuk merancang desain kawasan wisata di Desa Bedono. Perancangan desain tersebut dilakukan dengan menganalisis kebutuhan ruang, elemen perancangan, kriteria terukur dan tak terukur, kemudian dari hasil analisis perancangan dihasilkan sebuah siteplan desa wisata Bedono.Kata Kunci: Konsep, Pesisir, Desa Wisata Abstract: Bedono Village is one village in coastal area of Demak with mangrove and religious tourism potential. However, that potential is not developed optimally yet. To develop that potential, Bedono needs a good planning. Therefore, this research is made to identify the eligibility of area as a planning object. This research use qualitative descriptive method. The analysis is containing of tourism elements. The result of this research will be an input for the design of Bedono tourism area. The design is made through analysis of area needs, design elements, measurable and un-measurable criteria. Those analysis will be the basic of a siteplan for Bedono tourism area.Key words: Concepts, Coastal, Village Tourism