Articles
254 Documents
PENGARUH VARIASI FLOWRATE UDARA BAKAR TERHADAP TEMPERATUR GASIFIKASI BIOMASSA DAN KESTABILAN GAS PRODUK
Rudi Hariyanto
TRANSMISI Vol 2, No 1 (2006): Edisi Pebruari 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (197.907 KB)
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i1.4448
Gasifikasi biomassa merupakan salah satu metode untuk merubah bahan bakar padat seperti tandankelapa sawit, sekam padi, kayu dan sampah organik lainnya menjadi gas mampu bakar seperti CO, CH4dan H2. Selama proses gasifikasi biomassa mengalami urutan reaksi yang komplek (drying / pengeringan,pirolisis, combustion / pembakaran, reduksi). Daerah-daerah gasifikasi tersebut yaitu pengeringan,pirolisa, pembakaran dan reduksi diidentifikasikan berdasar jangkauan temperatur pada daerah tersebut.Temperatur daerah pengeringan, pirolisa dan reduksi sangat tergantung pada tingginya temperatur padadaerah pembakaran. Oleh karenanya kecepatan reaksi pembakaran yang terjadi di daerah pembakaranmerupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingginya temperatur di daerah tersebut.Penambahan flowrate udara bakar merupakan salah satu metode yang mudah dan murah untukmeningkatkan kecepatan pembakaran. Dari hasil pengujian yang dilakukan ternyata didapatkan bahwapenggunaan flowrate udara bakar 292,49 - 413,73 lpm untuk proses gasifikasi biomassa 50% tandankosong dan 50% tempurung kelapa sawit adalah yang mampu menghasilkan temperatur gasifikasi yangpaling stabil dan mampu menghasilkan gas produk dengan nyala paling lama yaitu 25 menit.
PENGARUH VARIASI FLOWRATE UDARA BAKAR TERHADAP TEMPERATUR GASIFIKASI BIOMASSA DAN KESTABILAN GAS PRODUK
Hariyanto, Rudi
TRANSMISI Vol 2, No 1 (2006): Edisi Pebruari 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (197.907 KB)
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i1.4448
Gasifikasi biomassa merupakan salah satu metode untuk merubah bahan bakar padat seperti tandankelapa sawit, sekam padi, kayu dan sampah organik lainnya menjadi gas mampu bakar seperti CO, CH4dan H2. Selama proses gasifikasi biomassa mengalami urutan reaksi yang komplek (drying / pengeringan,pirolisis, combustion / pembakaran, reduksi). Daerah-daerah gasifikasi tersebut yaitu pengeringan,pirolisa, pembakaran dan reduksi diidentifikasikan berdasar jangkauan temperatur pada daerah tersebut.Temperatur daerah pengeringan, pirolisa dan reduksi sangat tergantung pada tingginya temperatur padadaerah pembakaran. Oleh karenanya kecepatan reaksi pembakaran yang terjadi di daerah pembakaranmerupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingginya temperatur di daerah tersebut.Penambahan flowrate udara bakar merupakan salah satu metode yang mudah dan murah untukmeningkatkan kecepatan pembakaran. Dari hasil pengujian yang dilakukan ternyata didapatkan bahwapenggunaan flowrate udara bakar 292,49 - 413,73 lpm untuk proses gasifikasi biomassa 50% tandankosong dan 50% tempurung kelapa sawit adalah yang mampu menghasilkan temperatur gasifikasi yangpaling stabil dan mampu menghasilkan gas produk dengan nyala paling lama yaitu 25 menit.
REKAYASA ALAT PEMBUAT SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI
Agus Suprapto
TRANSMISI Vol 2, No 1 (2006): Edisi Pebruari 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (182.599 KB)
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i1.4449
Proses pembuatan sediaan hapus darah tepi yang ada pada tempat pelayanan medis saat ini banyakdilakukan secara manual dan tidak dapat dilakukan oleh semua orang, sehingga hanya orang-orangtertentu saja yang dapat melakukan proses pengujian ini, dan untuk ketelitian masih rendah. Untuk itudiperlukan suatu alat untuk meningkatkan pembacaan hasil sediaan hapus darah tepi yang baik. Pengujiankerja alat tersebut di tentukan parameter-parameter yang mempengaruhi hasil uji, yaitu kecepatanhapusan : 86 cm/dt, dan 177 cm/dt, sudut hapusan : 35°, 40°, 45°, dan jarak pergerakan media kacaobyek: 40 mm, 50 mm dan 60 mm. Proses pembuatan hapus darah tepi yang baik dapat diperoleh denganjarak pergerakan media kaca 60 mm dalam kecepatan 177 cm/dt dengan posisi sudut hapusan 45°.
REKAYASA ALAT PEMBUAT SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI
Suprapto, Agus
Jurnal Teknik Mesin TRANSMISI Vol 2, No 1 (2006): Edisi Pebruari 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (182.599 KB)
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i1.4449
Proses pembuatan sediaan hapus darah tepi yang ada pada tempat pelayanan medis saat ini banyakdilakukan secara manual dan tidak dapat dilakukan oleh semua orang, sehingga hanya orang-orangtertentu saja yang dapat melakukan proses pengujian ini, dan untuk ketelitian masih rendah. Untuk itudiperlukan suatu alat untuk meningkatkan pembacaan hasil sediaan hapus darah tepi yang baik. Pengujiankerja alat tersebut di tentukan parameter-parameter yang mempengaruhi hasil uji, yaitu kecepatanhapusan : 86 cm/dt, dan 177 cm/dt, sudut hapusan : 35°, 40°, 45°, dan jarak pergerakan media kacaobyek: 40 mm, 50 mm dan 60 mm. Proses pembuatan hapus darah tepi yang baik dapat diperoleh denganjarak pergerakan media kaca 60 mm dalam kecepatan 177 cm/dt dengan posisi sudut hapusan 45°.
ANALISA KONDISI PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PROSES GERINDA UNTUK STOPPER MATRAS DALAM JIG CYLINDER BLOCK
Sudjatmiko Sudjatmiko
TRANSMISI Vol 2, No 2 (2006): Edisi September 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i2.4452
Proses menggerinda (grinding) dapat diklasifikasikan sebagai proses pemesinan yang berarti prosespemotongan dengan menghasilkan geram. Dengan adanya variasi kondisi pemotongan terhadap permukaanproduk yang dikerjakan akan mempengaruhi kekasaran permukaannya.Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan, studi kepustakaan dan pada laboratoriumlogam PPPGT-VEDC Malang. Kondisi pemotongan yang digunakan untuk memproses stopper matras dalamjig cylinder block adalah kecepatan makan (Vf) yaitu ; 10 mm/det, 15 mm/det, 20 mm/det dan kedalamanpotong (a) 0,010 mm, 0,030 mm, 0,050 mm serta kecepatan potong (Vs) konstan yaitu 30 m/det.Pelaksanaan penelitian ini menggunakan mesin gerinda datar ABAWEREK FF5O dengan daya motorpenggerak 1,8 kW dan putaran 2850 rpm (standar).Hasil yang dicapai pada kecepatan potong (Vs) yang konstan dan semakin besar kecepatan makan (Vf), makaharga kekasaran permukaannya semakin besar (kasar). Dengan semakin kecil kedalaman potong padakecepatan potong yang konstan, maka harga kekasaran permukaannya semakin kecil.
PENGARUH KEKERASAN TERHADAP ELONGASI DAN STRUKTURMIKRO BESI TUANG NODULAR FCD 45 HASIL PROSES AUSTEMPER 375 oC, 425 oC
Djoko Andrijono
TRANSMISI Vol 2, No 2 (2006): Edisi September 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i2.4453
Untuk meningkatkan sifat mekanis besi tuang nodular adalah dengan cara melakukan proses perlakuan panasaustemper yang prosesnya terjadi 2 tahap yaitu : temperatur austenisasi 900 oC dengan waktu tahan selama60 menit yang dilanjutkan proses austemper pada temperatur 375 oC dan 425 oC dengan waktu tahan masingmasing30, 60, 90 menit. Pengujian yang dilakukan meliputi : uji komposisi kimia, uji kekerasan,pengamatan struktur mikro pada besi tuang nodular kondisi tanpa perlakuan panas austemper dan setelahproses perlakuan panas austemper. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi 260BHN pada temperatur austemper 375 oC dan 245 BHN pada temperatur austemper 425 oC dengan waktutahan yang sama sebesar 30 menit. Elongasi tertinggi 3,57 % pada temperatur austemper 375 oC denganwaktu tahan selama 60 menit dan 5,66 % pada temperatur austemper 425 oC dengan waktu tahan selama 60menit. Struktur mikro besi tuang nodular setelah proses austemper diperoleh struktur bainit atas dan austenitsisa yang berbentuk celah – celah sempit diantara jarum – jarum ferit ( a ) yang tumbuh hampir sejajar sertaada yang berbentuk blok – blok austenit. Pada temperatur austemper 375 oC didapatkan struktur bainit ataslebih halus dibandingkan struktur bainit atas pada temperatur 425 oC.
KAJI EMPIRIK KEKUATAN PUNTIR BAJA ST 42 DENGAN VARIASI JUMLAH SIKLUS FATIGUE
Sufiyanto, Sufiyanto
TRANSMISI Vol 2, No 2 (2006): Edisi September 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i2.4454
Secara umum material yang menerima beban dinamik akan lebih mudah mengalami kegagalan biladibandingkan dengan yang menerima beban statik. Kegagalan yang diakibatkan oleh beban dinamik disebutpatah lelah (fatigue failures), dimana patah lelah diawali dengan adanya retak lelah yang terus bertambahluas seiring dengan makin bertambahnya lama waktu pembebanan. Dengan adanya retak lelah tersebuttentunya sisa luasan penampang yang menahan beban akan semakin berkurang sampai pada akhirnya luasanyang tersisa tidak mampu lagi menahan beban yang bekerja sampai akhirya patah.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana pengaruh jumlah siklus kelelahan yang menyebabkanterjadinya retak lelah terhadap kekuatan puntir suatu bahan. Pengujian yang dilakukan adalah melakukanpengujian puntir untuk mengetahui defleksi puntir yang dihasilkan oleh spesimen uji yang telah mendapatperlakukan variasi jumlah siklus 2 jam, 3 jam dan 4 jam.Hasil penelitian menunjukkan dengan semakin bertambahnya jumlah siklus fatigue maka deformasi puntiryang dihasilkan juga semakin besar, Hal ini disebabkan karena luasan yang tersisa untuk menahan bebanpuntir semakin berkurang karena adanya retak lelah, Dengan semakin besarnya deformasi puntirmenunjukkan bahwa kekuatan puntir material mengalami penurunan.
PEMANFAATAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PENGUAT FIBER GLAS TERHADAP KEKUATAN TARIK
Mardjuki Mardjuki
TRANSMISI Vol 2, No 2 (2006): Edisi September 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i2.4455
Material komposit tersusun dari gabungan dua atau lebih bahan yang tergabung secara makroskopis yangberfungsi sebagai penguat dan matrik yang akan berpengaruh pada sifat mekanik. Disamping itu juga sangatdipengaruhi oleh matriknya yang merupakan bahan yang berfungsi mengikat penguat serat yang satu denganyang lain. Bahan matrik pada umumnya adalah polimer dan bahan penguatnya dapat berupa serat baik seratalam atau serat buatan. Agar terjadi ikatan yang kuat perlu ditambahkan katalis yang dapat mempercepatikatan antara matrik dan serat sehingga proses pengeringan dapat berlangsung lebih cepat.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh serat eceng gondok sebagai penguat komposit, yangmemiliki sifat mekanik terbaik dalam kekuatan tarik.Material komposit dengan penguat serat eceng gondok dengan variasi komposisi serat dan resin polyestersebagai pengikatnya maka hasil penelitian yang didapatkan kekuatan tarik terbesar dicapai pada komposisiserat 50% dan resin 50% yaitu sebesar 6.64 kgf/mm2 dan kekuatan tarik cenderung akan menurun apabilaserat terus ditambahkan hingga komposisi serat melebihi 50%.
ENERGI YANG BERGUNA DARI PEMBAKARAN BRIKET BATU BARA BENTUK SARANG TAWON DENGAN VARIASI TUNGKU
Mochamad Rifai
TRANSMISI Vol 2, No 2 (2006): Edisi September 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i2.4456
Briket batubara merupakan sumber energi alternatif yang didapatkan dari perut bumi yang merupakansumber energi nonrenewable. Untuk mendapatkan batubara memerlukan proses, agar bahan bakartersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya. Salah satu prosespengolahannya adalah dijadikannya briket batubara. Untuk mengatasi krisis energi saat ini briket batubara memiliki peluang yang cukup bagus karena di indonesia kaya akan sumber daya alam. Dalampembahasan tulisan ini briket batubara sangat erat hubungan nya dengan jenis tungku yang digunakan.Untuk penelitian ini kami bandingkan besar energi yang berguna bila memakai dapur dari logam dandapur yang dilapisi keramikdan yang berlapis tanah liat. Ternyata setelah diadakan penelitian maka dapuryang memakai bahan keramik menghasilkan energi yang berguna paling tinggi bila dibandingkan denganDapur terbuat dari logam maupun yang berlapis tanah liat. Dengan menghitung nilai kerugian–kerugianpanas yang terjadi maka dapat dihitung nilai jumlah energi berguna pada ketiga macam tungku tersebut.
KARAKTERISTIK PANEL SURYA DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI DAN TEMPERATUR PERMUKAAN PANEL
Fransiskus A. Widiharsa
TRANSMISI Vol 2, No 2 (2006): Edisi September 2006
Publisher : University of Merdeka Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26905/jtmt.v2i2.4457
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sebuah panel surya dengan variasi intensitas radiasidan temperatur permukaan panel. Panel surya terdiri dari 33 sel surya yang berukuran 10 x 10 cm2 sehinggaluasan total panel surya 30 x 110 cm2. Karakteristik dilihat sebagai hubungan antara parameter-parameterseperti tegangan, arus, daya dan efisiensi dengan intensitas radiasi dan temperatur yang berbeda. Hasilmenunjukkan bahwa intensitas yang semakin tinggi akan memberikan tegangan, arus dan daya yang semakinbesar. Daya maksimum terdapat didaerah lengkungan kurva karena daya adalah hasil kali tegangan dan arus.Daya maksimum sebesar 31,59 Watt terjadi pada intensitas tertinggi yaitu sebesar 1000 W/m2. Penurunandaya juga dikuti dengan penurunan efisiensi maksimum untuk temperatur yang semakin tinggi. Walaupunsecara keseluruhan efisiensi masih dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain seperti kerugian refleksi,tahanan dan cahaya baik yang tak dapat terserap maupun yang terlampau kuat.Daya sel surya berkurang seiring dengan naiknya temperatur. Tegangan hubung terbuka Voc berkurangsejalan dengan kenaikan temperatur. Panel surya dengan tegangan 18 Volt pada temperatur 27 oC akanberkurang sampai 17, 23 V pada 48 oC. Terjadi reduksi tegangan hubung terbuka sebesar 0,0323 V untuktiap derajat kenaikan temperatur. Sebaliknya arus hubung singkat semakin tinggi dengan bertambahnyatemperatur sebesar 0,0022 A/oC. Arus hubung singkat terbesar 2.669 A terjadi pada temperatur tertinggi 48oC.Besarnya daya maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu panel dinyatakan oleh suatu nilai yaitu fill factor,yang diperoleh sebesar 0,659.